“MUHKAM DAN MUTASYABIH”
MAKALAH
MATA KULIAH : ULUMUL QUR’AN Dosen Pengampu : Hikmatullah, S.Hi., M.H.I,
Disususn oleh:
Kelompok 7 HKI / C / 2
Aan Andrian (191110097)
Syifa Fatuddin (191110083)
Wawang Alwan (191110082)
Muhamad Nur Ikhsan (191110096)
HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang tellah melimpahkan seluruh rahmat dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dan penulis juga sadar masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam makalah ini.
Walaupun dengan demikian kami sudah berusaha dengan maksimal, demi kesempurnaan penulisan makalah ini baik sumber buku maupun internet. Kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, selayaknya penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan bimbingannya yang sangat berharga kepada :
1. Bapak Hikmatullah, S.Hi., M.H.I., sebagai Dosen yang membimbing dalam materi pemahaman yang selama ini kami pelajari,
2. Rekan kelompok 7 MK Ulumul Qur‟an kelas HKI-C sebagai tim penulis makalah, 3. Para penulis buku dan jurnal, yang ilmunya telah kami jadikan referensi dalam
pembuatan makalah ini.
Tangerang, 12 April 2020
Penulis
ii DAFTAR ISI
Kata pengantar ... i
Daftar isi ... ii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II ... 3
MUHKAM DAN MUTASYABIH ... 3
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih ... 3
B. Sejarah Singkat Mukham dan Mutasyabih ... 3
C. Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur‟an ... 4
D. Macam-macam Ayat Muhkam dan Muasyabih ... 5
E. Kriteria Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih ... 5
F. Pendapat Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabih ... 6
G. Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih ... 6
BAB III ... 8
PENUTUPAN ... 8
A. Kesimpulan ... 8
Daftar Pustaka ... 9
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum- hukum yang terkandung dalam al-Qur‟an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan.
Para ulama‟ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur‟an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna memahami kandungan al- Qur‟an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-Qur‟an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan.
Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qur‟sn cukup penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur‟an, karena perbedaan ‟interpretasi‟ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan mutasyabih
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu muhkam dan mutasyabih ?
2. Bagaimana sejarah muhkam dan muasyabih ?
3. Apa saja sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam al-qur‟an?
4. Apa saja macam-macam ayat muhkam dan mutasyabih ? 5. Bagaimana kriteria ayat muhkam dan mutasyabih ? 6. Bagaimana pendapat ulama tentang ayat mutasyabih ?
7. Apa saja hikmah dan nilai-nilai pendidikan dalam ayat muhkam dan mutasyabih ?
2 C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian muhkam dan mutasyabih 2. Agar dapat mengetahui sejarah muhkam dan mutasyabih
3. Agar dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam al-qur‟an 4. Agar dapat mengetahui macam-macam ayat muhkam dan mutasyabih 5. Agar dapat mengetahui kriteria ayat muhkam dan mutasyabih
6. Agar dapat mengetahui pendapat ulama tentang ayat mutasyabih
7. Agar dapat mengetahui hikmah dan nilai-nilai pendidikan dalam ayat muhkam dan mutasyabih.
3 BAB II
MUHKAM DAN MUTASYABIH A. Pengertian Muhkam dan Mutayabih
Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berati kekukuhan, kesempurnaan,
keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat- ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal.
Tasyabaha, Isytabaha sama dengan Asybaha (mirip, serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga manjadi kabur , tercampur.
Sedangkan secara terminologi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai kemungkinan banyak takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memperlukan keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya.
Contoh Surat Thoha ayat 5, yang artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang beremayam di atas “Arasy”.
Adapun menurut pengertian terminology,muhkam dan mutasyabih memiliki arti sebagai berikut :
1. Ayat-ayat Muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dimengerti tanpa penakwilan, sedangkan ayat-ayat Mutasyabih memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.
2. Ayat-ayat Muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji. Sedangkan, ayat-ayat Mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan.
Pada kesimpulannya, Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
B. Sejarah Singkat Muhkam dan Mutasyabih
Sejarah perkembangannya sebab adanya ayat-ayat mutasyabih dalam Al-qur‟an ialah karena adanya kesamaan maksudsyarak dan ayat-ayatNya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan ayat lain, disebabkan karena bisa dita‟kwilkan dengan bermacam-macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena
4
sebagian besar merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT.
C. Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟I meringkas ada 3 sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur‟an :
1. Disebabkan oleh ketersembunyian pada lafal Contoh: Q.S Abasa [80]; 31
Artinya: “dan buah-buahan serta rumput-rumputan”
Lafal
di sini Mutasyabih karena ganjilnya dan jarangnya digunakan.
Kata
diartikan rumput-rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat berikutnya.
2. Disebabkan oleh ketersembunyiannya pada makna
Terdapat pada ayat-ayat Mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah SWT.
dan berita gaib.
Contoh: Q.S Al-Fath [48]: 10.
…
…
Artinya: “… tangan Allah di atas tangan mereka…”
3. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna dan lafal
Kesulitan memahami ayat-ayat mutasyabihat karena kesamaran atau ketersembunyian maksud, dan juga dapat terjadi lafal dan makna secara sekaligus, namun meski demikian kesulitan tersebut akan dapat teratasi apabila seseorang memiliki „‟sarana‟‟ yang memadai untuk menyingkap maknanya yang tersirat dibali lafal dan maknanya yang tersurat itu.
Dalam hubungannya kesamaran pada ayat-ayat tersebut, terdapat lima aspek yang terkait dengan hal itu, yaitu:
A. Aspek kuantitas, baik yang berkaitan dengan masalah masalah yang umum maupun yang khusus.
B. Aspek cara (Al Kaifiyah) yang termasuk dalam kategori ini adalah mengenai cara melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh agama atau kelaksanakan kesunahan.
C. Aspek waktu, dalam hal ini kesamaran atau ketersembunyian terletak pada keumuman dari petunjuk yang dibawakan oleh ayat al Qur‟an itu sendiri.
D. Aspek tempat hal ini terkait erat dengan ketersembunyian atau kesamaran lafal dan makna yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat.
E. Aspek syarat adalah syarat dalam melaksanakan suatu kewajiban, baik mengenai ibadah maupun mu‟amalah tidak dirinci dalam ayat ayat tersebut.
5 D. Macam-macam Mahkum dan Mutasyabih
Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. Contoh:
َىُه الَِإ اَهُمَلْعَي َلَ ِبْيَغْلا ُحِتاَفَم ُهَدْنِعَو
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia sendiri” (QS. al-An‟am : 59)
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal, menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan- urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.
E. Kriteria Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih, menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan mutasyabih.
J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang menuntut penelitian.
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih sebagai berikut :
1. Muhkam
A. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
B. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
C. Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.
2. Mutasyabih
A. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari kiamat.
B. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan hadits atau ayat muhkam.
C. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya, sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh, karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah pengetahuan tentang ta‟wil kepadanya,”
6
F. Pendapat Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabih
Dalam al-Qur‟an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal tersebut, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita‟wil kecuali satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita‟wilkan dalam beberapa segi, karena masih sama.[4])
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan.
Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat – ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan perintah-Nya.
G. Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1. Muhkam
A. Jika seluruh ayat Al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
B. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
C. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.
D. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
E. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.
F. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.
7 2. Mutasyabih
A. Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur‟an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
B. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al- Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur‟an dengan khusyu‟ sambil merenung dan berpikir.
C. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
D. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma‟ani, ushul fiqh dan sebagainya.
8 BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Imam Ar-Raghib Al - Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur‟an menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al- Qur‟an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia
9
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur‟an. (Bandung, PUSTAKA SETIA: 2012)
Dr. H. Badrudin, M.Ag, „ULUMUL QUR‟AN (Serang, UIN SMH Banten: 2020)