NIHONGO DE ”NO” NO JOSHI NO SHIYOU
KERTAS KARYA DIKERJAKAN
O L E H
DEWI PERMALASARI NADEAK NIM : 072203005
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
NIHONGO DE ”NO” NO JOSHI NO SHIYOU
KERTAS KARYA DIKERJAKAN
O L E H
DEWI PERMALASARI NADEAK NIM : 072203005
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Muhammad Pujiono,S.S.,M.Hum Zulnaidi,S.S.,M.Hum
NIP. 19691011 2002 12 1 001 NIP. 19670807 2004 01 1 001
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian
Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,
NIP 19620727 198703 2 005 Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian
Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
NIP 19650909 199403 1 004
Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D.
Panitia :
No. Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum ( )
2. Muhammad Pujiono, S.S.,M.Hum ( )
3. Zulnaidi,S.S.,M.Hum ( )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan karna berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai
syarat kelulusan dari program Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas
Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “PENGGUNAAN
PARTIKEL “NO” DALAM BAHASA JEPANG”.
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan dalam kertas karya ini,
masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisannya. Demi
kesempurnaannya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam penyelesaiannya penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak yang sangat mendukung terselesaikannya kertas karya ini. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesarnya kepada :
1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum, selaku ketua jurusan Program
Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Zulnaidi,S.S.,M.Hum, selaku Dosen Wali dan Dosen Pembaca.
4. Bapak Muhammad Pujiono,S.S. M.Hum, selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis.
5. Seluruh staff Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sehingga
dapat menyelesaikan studi.
6. Teristimewa untuk kedua orangtuaku P. Nadeak dan K.Sagala. Bapak,
walau raga kita terpisah namun hati kita selalu dekat. Terimakasih
untuk perhatian, kasih sayang dan arahan serta kepercayaan yang telah
dicurahkan selalu menjadi semangat, kekuatan dan harapan bagi
penulis, hari ini esok dan selamanya. Semua yang penulis terima tidak
akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun dan dengan apapun.
Dukungan Bapak dan Mama telah memompa semangat penulis dalam
berkarya hingga kertas karya ini terselesaikan. Penulis berharap kertas
7. Untuk saudara-saudaraku, T. Nadeak (ibunda Maria Manik), L.Nadeak
(ibunda Lisma Purba), Kornel Nadeak, R. Nadeak (ibunda Artha
Manalu) dan Bernadetha Nadeak, terimakasih untuk dukungan yang
selalu mengalir di kala penulis merasa lemah dan tidak bersemangat
menyusun kertas karya ini.
8. Keponakan - keponakan : Maria Okta Angelia Manik, Felik Antonio
Manik, Artha Manalu, Lisma Purba yang selalu menjadi pelipur lara
dengan sejuta tingkah yang lucu, menggemaskan dan unik, (walaupun
terkadang membuat gemes) sehingga penulis menemukan semangat
yang baru saat melihatnya.
9. Teman-teman seperjuangan “ mahasiswa D III jurusan Bahasa Jepang
07“ yang selalu membagi suka dan dukanya. Memberikan
kesanggupan untuk terus menekuni bahasa Jepang hingga akhirnya
penulis menyelesaikan kertas karya ini. Begitupun dengan keluarga
besar Hinode. Cukup satu kata : GANBARE!!!!
10.Teman- teman kost Mandolin 2 : K’Kris, Malem, B’Adi, Wiwik, Mona
n teman lain yang menjagaiku untuk hidup dengan baik di kost, semua
berarti bagiku. Terimakasih untuk dukungan dan doa kalian semua.
11.Keluarga Mahasiswa Katolik St. Albertus Magnus USU, istimewa
Gregorius Agung: Thank you for loving me in Jesus! Ad Maiorem Dei
Gloriam!!!! Hontou ni doumo arigatou gozaimashita..
Medan, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB III PENGGUNAAN PARTIKEL “NO” DALAM BAHASA JEPANG….6 3.1 Menunjukkan kepemilikan dari seseorang ………..……. 6
3.7 Pengganti partikel “ga” dalam anak kalimat yang menerangkan nomina……… 9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………... 14
4.1 Kesimpulan……… 14
4.2 Saran………. 14
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Secara umum makna bahasa adalah sarana komunikasi untuk berbicara.
Dengan bahasa kita dapat memberikan informasi, meminta saran, memberi
perintah, mengemukakan pendapat, dll kepada orang lain yang juga mengerti
bahasa tersebut. Tentu, tanpa bahasa kita tidak mungkin bisa memulai
komunikasi.
Namun untuk dapat berkomunikasi yang baik, kita harus memahami
gramatika bahasa yang kita gunakan. Kurangnya pemahaman akan gramatika
bahasa, dapat menimbulkan kesulitan dalam menggunakan pola kalimat yang
benar, sehingga dapat timbul kerancuan makna dan juga kesan yang tidak bagi
yang pihak yang menerima informasi.
Demikian pula dengan bahasa Jepang. Salah satu kesulitan dalam
memahami gramatika bahasa Jepang ialah mengenai pemakaian Joshi. Joshi
adalah salah satu kelas kata di dalam bahasa Jepang yang di sebut juga partikel.
Kesulitan itu penyebabnya karena jumlah partikel dalam bahasa Jepang banyak,
satu kata bisa memiliki banyak cara pemakaian dan fungsi, satu kata bisa masuk
dalam satu kelompok kata dan juga ke dalam kelompok kata lainnya sehingga
membingungkan makna dan pemakaiannya, ada pula yang maknanya hampir
sama dengan partikel lainnya, ditambah lagi adakalanya penghilangan partikel
dalam percakapan.
Partikel dalam bahasa Jepang ada banyak, yaitu wa, ga, no, ni,to, de, mo,
dll. Partikel “no” adalah salah satu partikel yang memiliki banyak fungsi dan cara
pakai, termasuk dalam dua kelompok joshi, dan ada fungsi yang hampir sama
dengan partikel lainnya. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk membahas
penggunaan partikel “no” dalam bahasa Jepang dalam karya tulis ini.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Joshi dan pengklasifikasiannya dalam bahasa
Jepang.
3. Untuk dapat membedakan pemakaian partikel “no” yang maknanya hampir
sama dengan partikel lain.
4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma 3 Bahasa
Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas mengenai pengertian
Joshi dan klasifikasinya, jenis- jenis partikel “no” dalam bahasa Jepang beserta
fungsinya. Serta perbedaannya dengan partikel lain yang hampir sama maknanya
dalam penggunaan tertentu.
1.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode
kepustakaan. Metode kepustakaan ialah teknik mengumpulkan bahan atau data
dengan membaca buku-buku terkait. Kemudian data-data tsb dikumpulkan,
dibandingkan, dan digabungkan dengan informasi yang mendukung penulisan
kertas karya ini.
BAB II
PARTIKEL DALAM BAHASA JEPANG
2.1 Pengertian Joshi
Di dalam gramatika bahasa Jepang terdapat pembagian kelas kata yang
disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata, sedangkan bunrui
berarti penggolongan, klasifikasi, kategori, dan pembagian. Jadi hinsi bunrui
dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara
gramatikal. Secara garis besar kelas kata yang telah diklasikasikan tersebut
terbagi dalam dua kelompok besar, yakni jiritsugo dan fuzokugo.
Jiritsugo adalah kelompok kelas kata yang bisa berdiri sendiri dan
membentuk kalimat. Ada pula yang bisa membentuk kalimat tanpa bantuan kata
lain dan bisa dimengerti maknanya. Misalnya kalimat: doko iku. Tanpa
menggunakan kata e setelah kata doko, bisa dipahami maksudnya untuk
mengetahui tujuan kepergian. Sedangkan fuzokugo adalah kolompok kelas kata
yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain untuk membentuk kalimat.
Kata-kata ini harus mengikuti kata lain yang bisa berdiri sendiri untuk
membentuk kalimat, kemudian barulah jelas maknanya. Kelas kata yang termasuk
ke dalam fuzokugo adalah joshi dan jodoushi.
Untuk memperjelas kita ambil contoh kalimat : watashi wa ashita pasokon
o kau. Dalam kalimat ini ada enam kata, watashi, wa, ashita, pasokon, o, dan kau.
Namun hanya ada empat bagian kalimat, yakni watashi wa, ashita, pasokon o, dan
kau. Kata wa dan o tidak bisa menjadi bagian kalimat bila tidak mengikuti kata
lain. Juga tidak bisa menunjukkan makna bila tidak mengikuti kata watashi dan
pasokon. Inilah yang dimaksud dengan fuzokugo. Sedangkan watashi, ashita,
pasokon, dan kau termasuk ke dalam jiritsugo.
Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian Joshi dapat
dilihat dari penulisannya. Istilah Joshi ditulis dengan dua huruf kanji. Yang
pertama dapat dibaca jo, tasukeru yang artinya sama dengan membantu,
sedangkan yang kedua dibaca shi yang bermakna sama dengan kata, perkataan
atau bahasa. Dari makna kedua kanji ini muncul pengertian Joshi sebagai kata
bantu. Penerjemahan ini dapat diterima karena joshi sifat yang tidak bisa berdiri
Ada juga yang mengartikan istilah joshi ke dalam bahasa Indonesia
dengan istilah postposisi. Hal ini dikarenakan letak joshi yang selalu mengikuti
kata lain, atau dibelakang kata lain. Seperti di dalam contoh kalimat tadi: watashi
wa ashita pasokon o kau. Joshi wa diletakkan dibelakang kata watashi, dan joshi
o setelah kata pasokon. Tidak pernah di letakkan didepan kata.
Selanjutnya selain dua pengertian tadi, joshi dapat diartikan sebagai
partikel. Istilah ini adalah hasil terjemahan istilah joshi ke dalam bahasa Inggris
yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Partikel adalah pengertian
lain dari joshi yang paling sering digunakan. Diawal kegiatan belajar mengajar
misalnya, joshi lebih sering diperkenalkan sebagai partikel dibanding sebagai
kata bantu, apalagi postposisi. Di dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepangpun
joshi lebih sering disebut sebagai partikel. Namun yang pasti penggunaan istilah
postposisi, kata bantu, dan partikel tidak mengikat. Kita bisa menggunakan yang
kita suka.
2.2 Jenis- jenis joshi
Di dalam bahasa Jepang ada begitu banyak partikel. Untuk memudahkan
mempelajari dan mengenalinya maka ada pengklasifikasian. Berikut klasifikasi
joshi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat, yakni fukujoshi, kakujoshi,
setsuzokujoshi, dan shuujoshi.
A. Fukujoshi
Fukujoshi ialah partikel yang bisa menambah arti kata lain yang ada
sebelumnya. Perannya sama dengan adverbia, untuk menghubungkan kata-kata
yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang
termasuk ke dalam kelompok ini ialah partikel bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri,
koso, kurai, gurai, made, mo, nado, nari, nomi, sae, shika, wa, dan yara.
B. Kakujoshi
Kakujoshi ialah partikel yang menyatakan hubungan satu bagian kalimat
(bunsetsu) dengan bunsetsu lainnya. Partikel ini biasa digunakan setelah taigen.
Ada juga yang digunakan untuk menyatakan hubungan nomina yang ada
sebelumnya dengan predikat pada kalimat tersebut. Partikel yang termasuk ke
C. Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan
bagian-bagian kalimat. Umumnya dipakai setelah yoogen. Bagian kalimat
sebelum setsuzokujoshi memiliki hubungan dengan bagian kalimat setelah
setsuzokujoshi, dan hubungan ini diperjelas dengan keberadaan joshi diantaranya.
Yang termasuk kedalamnya adalah partikel ba, ga, kara, keredomo, nagara, node,
noni, shi, tari, te, temo, dan to.
D. Shuujoshi
Shuujoshi ialah partikel yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir
bagian kalimat. Fungsinya untuk menyatakan perasaan si pembicara, seperti
heran, keragu-raguan, harapan, haru, dan lainnya. Fungsi ini juga dimiliki oleh
kelas kata interjeksi, sehingga ada yang menyebutnya dengan istilah kandooshi.
Yang termasuk kedalam kelompok kata ini adalah partikel ka, kke, ne/nee, na/naa,
no, sa, tomo, wa, yo, ze, dan zo.
2.3 Ciri ciri Joshi
Joshi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak bisa berdiri sendiri. Joshi harus digabungkan dengan kata lain sehingga
bisa jelas maknanya.
2. Tidak berkonjugasi
3. Dalam kalimat tidak menjadi subjek, predikat, objek, dan keterangan.
4. Selalu mengikuti kata lain atau berada di belakang kata lain.
5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang memberi arti pada kata
lain.
BAB III
PENGGUNAAN PARTIKEL “NO” DALAM BAHASA JEPANG
1 Menunjukkan kepemilikan dari seseorang. Diletakkan setelah nomina yang
menjadi pemilik. Adapun hal yang dimiliki diletakkan bisa di depan partikel
“no” ataupun tidak.
Kono megane wa tonari hito no megane de aru.
Kaca mata ini kacamata kepunyaan tetangga.
2 Menunjukkan milik dari hewan ataupun benda.Umumnya diletakkan
diantara dua nomina. Nomina yang pertama sebagai pemilik sedangkan yang
kedua adalah yang dimiliki.
Contoh kalimat:
a. 鳥の声が聞こえる
Tori no koe ga kikoeru.
Terdengar suara burung
b. 部屋のドアを開ける。
Heya no doa o akeru.
c. 木の枝が折れた。
Ki no eda ga oreta.
Ranting pohon patah
d. かばんのポケットがたくさんある。
Kaban no poketto ga takusan aru.
Kantong tas ada banyak
e. つくえの足。
Tsukue no ashi.
kaki meja
3 Menerangkan jenis, macam ataupun kategori. Diletakkan diantara dua
nomina, nomina pertama menerangkan nomina yang kedua. Tanpa adanya
nomina pertama maka makna nomina kedua belum terlalu jelas. Hal inilah
yang di hubungkan oleh partikel “no”.
Contoh kalimat:
Kotoshi no shichi gatsu ni daigaku o deru.
Bulan tujuh tahun ini lulus universitas.
e. ジャンビ町の地図である。
Jambi maci no chizu de aru.
Peta kota Jambi
4. Menunjukkan posisi, tempat, atau letak. Diletakkan diantara dua nomina.
Nomina pertama perlu mendapat penjelasan lagi sehingga harus
menggunakan nomina yang kedua. Nomina kedua menunjukkan posisi.
a. つくえの上にかばんがある。
5. Sebagai pengganti nomina. Nomina yang dimaksud telah di sebutkan dahulu
sehingga penggunaan partikel dimengerti maknanya.
Yang warna putih cantik.
6 Menominakan anak kalimat yang berbentuk verba dan adjektiva. Kata kerja
yang dinominakan maka harus diubah dulu kedalam bentuk biasa
selanjutnya diikuti dengan penggunaan partikel “no”. Adjektiva na ditulis na
sebelum diikuti “no” sedangkan adjektiva i langsung dilanjutkan dengan
“no”
Yang saya inginkan adalah kendaraan yang baru
e. 彼が好きなのはこんな映画である。
Kare ga suki na no wa konna eiga de aru.
Yang dia sukai ialah film yang seperti ini.
7. Pengganti partikel “ga” dalam anak kalimat yang menerangkan nomina.
d. 彼はイナさんの住んでいる町で働いている。
Kare wa Ina san no sunde iru machi de hataraite iru.
Dia bekerja di kota Ina tinggal.
8. Partikel no dapat dipakai untuk menyatakan perbandingan. Adapun yang
diperbandingkan adalah kata yang setingkat.
Contoh kalimat :
Bahasa Inggris menurut saya lebih mudah di bandingkan dengan
bahasa Jepang .
Gunung Fuji lebih cantik dibanding gunung Sinabung.
e. 日本人のほうがインドネシア人より真面目である。
Nihon jin no hoo ga Indonesia jin yori majime de aru.
Orang Jepang lebih rajin dibandingkan dengan orang Indonesia.
9 Partikel no dapat dipakai untuk menyatakan contoh perumpamaan.
Contoh kalimat:
Menjelaskan seperti guru.
c. 女の子のように話す。
Berbicara seperti anak perempuan.
10. Partikel no dapat dipakai untuk menyatakan sebab alasan, atau tujuan
sesuatu dilakukan.
Telah membeli tas baru untuk ibu.
c. 論文のために資料を集めた。
11 Menjejerkan dua hal yang lebih yang saling berhubungan.
Contoh kalimat :
a. 買うの買わないのと父が教えている。
Kau no kawanai no to cici ga kangaete iru.
Ayah sedang mempertimbangkan membeli atau tidak
Kotoshi no bunkasai o okonau no okonawanai no to minna ga
shoodan shite iru .
Semua sedang mendiskusikan tahun ini diadakan bunkasai atau
tidak
Partikel “no” adalah juga termasuk shuujoshi, yakni diletakkan di akhir kalimat
untuk hal-hal berikut:
12 Bertanya secara akrab.
Contoh kalimat:
a どうしたの?
Dou shita no?
kenapa? Ada apa dengan kamu?
b. 何が食べたいの?
Nani ga tabetai no?
Kamu ingin makan apa?
c. どんなスポーツが好きなの?
Donna supotsu ga suki na no?
Olah raga bagaimana yang kamu suka?
13 Menegaskan nada bicara atau menyampaikan sesuatu dengan jelas.
Contoh kalimat:
c. 私は今会議にでている
Watashi wa ima kaigi ni dete iru no de aru.
Saya sedang menghadiri rapat sekarang.
d. 明日約束があるのである。
Ashita yakusoku ga aru no de aru.
Besok saya ada janji.
e. 彼はティナ先生の子供のである。
Kare wa Tina sensei no kodomo dearu.
Dia adalah anak Bu Tina.
14 Memberi perintah dengan nada keras, khususnya terhadap anak-anak yang
lebih rendah kedudukannya.
Contoh kalimat:
a. もうちょっと試験があるから勉強するの。
Mou chotto shiken ga aru kara, benkyoushuru no.
Sebentar lagi ada ujian kamu harus belajar.
b. 寝る前に歯をみがくの。
Neru mae ni ha o migaku no.
Sebelum tidur harus menggosok gigi.
c. もう遊ぶじゃない。
Mou asobu ja nai no.
Jangan bermain lagi.
d. うちを出たらドアをかかるの。
Uchi o detara, doa o kakaru no
Kalau keluar rumah harus mengunci pintu
15 Menunjukkan perasaan mengerti atau memaklumi alasan.
a. ああ、そうだったの。
Aa, sou datta no
Oh, jadi begitu ya.
b. それで、あなたは大学をやめたの。
Sorede, anata wa daigaku o yameta no.
Jadi, karena itu kamu berhenti kuliah, ya .
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1) Joshi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, yang paling kerap
disebut partikel. Secara umum terbagi atas empat kelompok, yaitu
fukujoshi, kakujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi.
2) Partikel “ no” termasuk kedalam kakujoshi dan shuujoshi. Adapun fungsi
partikel “no” dalam kakujoshi ialah, untuk menunjukkan kepemilikan,
jenis atau kategori, letak atau posisi, pengganti nomina, menominakan
anak kalimat yang berbentuk verba dan adjektiva, pengganti ga dalam
anak kalimat yang menunjukkan nomina, menunjukkan perbandingan,
menunjukkan perumpamaan, menunjukkan alasan atau tujuan sesuatu
dilakukan, dan menderetkan dua hal yang saling berhubungan.
3) Fungsi partikel “no” dalam shuujoshi adalah untuk bertanya secara akrab,
menegaskan nada bicara, atau menyampaikan sesuatu dengan jelas,
memberi perintah yang bernada keras, khususnya terhadap anak-anak atau
yang lebih rendah kedudukannya, dan menunjukkan perasaan mengerti
dan memaklumi alasan.
4.2 Saran
1) Penulis mengharapkan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian
partikel“no”, sebaiknya pembelajar terlebih dahulu memahami
penggunaan partikel ”no” yang benar.
2) Selain itu, supaya pembelajar tidak hanya menggunakan partikel
“no”dalam tata bahasa Jepang, tetapi juga dalam percakapan.
3) Dengan mengetahui pengunaaan partikel “no” dengan baik dan benar, hal
yang akan disampaikan ke orang lain menjadi lebih baik dan jelas.
Chandra,T. 2009. Nihon Go No Joshi. Jakarta.
Chinonaoko.1994. Partikel Penting Bahasa Jepang . Jakarta : Kesaint Blanc
Situmorang, Hamzom. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan :
USUpress.
Sudjianto. 2007. Gramatika Bahasa Jepang Modern-Seri B. Jakarta: Kesaint
Blanc.
Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.