• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI JARINGAN IRIGASI

N/A
N/A
Nurcahyo Agus

Academic year: 2023

Membagikan "MATERI JARINGAN IRIGASI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

IRIGASI

Irigasi sudah dikenal di :

• Mesir 4000 SM

• China 2000 SM

• Indonesia pada Jaman Majapahit

Air irigasi harus meninjau juga kualitas air, dikarenakan air dapat mengandung:

– Lumpur halus – Limbah industri

– Zat mineral yang bermanfaat atau

berbahaya bagi tanaman

(3)

PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI

Tujuan pemerintah dalam pembangunan

jaringan irigasi :

• Pembukaan daerah pesawahan baru

• Peningkatan produksi pangan

• Pemanfaatan air untuk sungai untuk keperluan lainnya seperti : Air

minum,PLTA, Industri

(4)

Untuk pembangunan sarana pengairan terutama sarana irigasi harus dilakukan penelitian/penyelidikan yang antara lain : Ketersediaan air sepanjang tahun

 Sifat-sifat tanah didaerah aliran sungai yang airnya akan dimanfaatkan untuk irigasi yang akan diairi

 Topografi daerah pengaliran

 Luasan areal yang akan diairi

 Janis tanaman pangan

 Potensi produksi setiap tanaman pangan

 Curah hujan dihulu sungai maupun didataran

rendah

(5)

ISTILAH DAN DEFINISI

Irigasi :

adalah usaha penyediaan, pengaturan , dan

pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak

Jaringan Irigasi :

adalah saluran, bangunan dan bangunan

pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan

diperlukan untuk penyediaan, pembagian,pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi

Daerah Irigasi:

adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi

(6)

Jaringan Irigasi Primer

Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama saluran induk/primer, saluran

pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya

Jaringan Irigasi Sekunder

Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya

Jaringan Irigasi Tersier

adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai

prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,boks kuarter serta bangunan pelengkapnya

(7)

Petak tersier

adalah kumpulan petak irigasi yang

merupakan kesatuan dan mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama

Petak sekunder

Adalah kumpulan petak tersier yang

merupakan satu kesatuan dan mendapat air irigasi melalui saluran sekunder yang sama

Petak Primer

Adalah kumpulan petak sekunder yang

merupakan satu kesatuan dan mendapat air

irigasi melalui saluran primer yang sama

(8)

Daerah Irigasi Total/Bruto/Baku

Adalah daerah yang tergambarkan dalam peta situasi dikurangi dengan

perkampungan, daerah yang tidak dapat diairi, jalan utama, rawa-rawa dan daerah yang tidak akan/bisa dikembangkan lagi

Daerah irigasi netto/bersih

Adalah daerah total yang bisa diairi

dikurangi dengan saluran-saluran irigasi dan pembuang (primer,sekunder,tersier

dan kuarter),jalan inspeksi,jalan sawah dan

tanggul sawah

(9)

Daerah potensial

Adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan, luas daerah ini

sama dengan daerah irigasi netto, tetapi

biasanya belum dikembangkan sepenuhnya akibat terdapatnya hambatan non teknis

Daerah fungsional

Adalah bagian dari daerah potensial yang

telah memiliki jaringan irigasi yang telah

dikembangkan.daerah fungsional luasnya

sama dengan atau lebih kecil dari daerah

potensial.

(10)

Pengembangan Jaringan irigasi

Adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada

Pembangunan jaringan irigasi

Adalah seluruh kegiatan penyediaan

jaringan rigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya

Peningkatan jaringan irigasi

Adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan

pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi

lingkungan daerah irigasi

(11)

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam

suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara

demokratis,termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.

Komisi irigasi

adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah, wakil perkumpulan petani pemakai air, wakil pengguna jaringan irigasi

Komisi Irigasi Kabupaten/Kota,Komisi

Irigasi Provinsi dan Komisi irigasi antar

Provinsi

(12)

PEMBAGIAN KEWENANGAN

Pada UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada pasal 41

(penjelasan) bahwa kewenangan

Pengelolaan Jaringan irigasi adalah berdasarkan pada luasan areal sbb:

Pusat : areal > 3000 Ha Provinsi :1000 Ha < areal <

3000 Ha

Kabupaten/Kota : areal < 1000 Ha

Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2

(13)

KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI

Teknis Semi teknis Sederhana

1

. Bangunan

utama Bangunan

permanen Bangunan permanen

atau semi permanen Bangunan sementara 2. Kemampuan

bangunan dalam

mengukur &

mengatur debit

Baik Sedang Jelek

3. Jaringan

saluran Saluran irigasi dan pembuang terpisah

Saluran irigasi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah

Saluran irigasi dan pembuang jadi satu 4. Petak tersier Dikembangkan

sepenuhnya Belum dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang

Belum ada jaringan terpisah yang

dikembangkan 5. Efisiensi secara

keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %

6

. Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha

(14)

TAHAP-TAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI

Yaitu Pembuatan :

1. Peta lay out jaringan irigasi/tata letak (saluran pembawa dan saluran pembuang, daerah yang tidak bisa diairi, kampung, jalan raya, jalan ka, batas petak)

2. Peta petak, luasan : 50 – 100 ha 3. Perhitungan neraca air

4. Perencanaan saluran irigasi (pembawa dan pembuang)

5. Profil/potongan memanjang saluran (menentukan elevasi muka air)

6. Profil/potongan melintang saluran (mengetahui galian dan timbunan

)

(15)

7. Desain Bangunan Pemberian Air : Bangunan Oncoran

Bangunan Sadap Bangunan Bagi

Bangunan Bagi Sadap 8. Desain Bangunan Ukur :

Pintu Romijn, Crum De Gruyter Cipoletti,ambang Lebar

Parshall Flumes

Long Throated Flume (Leher Panjang)

(16)

9. Desain Bangunan Pelengkap:

 Gorong – Gorong

 Bangunan Terjun

 Bangunan Got Miring

 Talang

 Shypon

 Pelimpah

 Bangunan Penguras

 Saluran Tertutup

 Jembatan Penyebrangan, Dll

(17)

HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN IRIGASI

1.Gambar tata letak dicek kembali dengan peta yang baru

2.Lokasi bangunan utama harus memperhatikan tinggi pengambilan dan peta situasi

3. tipe-tipe saluran irigasi, saluran tanah atau

saluran pasangan dengan memperhatikan kondisi tanah yang ada dilapangan

4. Kecocokan daerah yang bersangkutan untuk irigasi pertanian

5. batas-batas administrative

Pertemuan ke-4 Pertemuan ke-4

(18)

6. Konsultasi dan sosialisasi dengan pemerintah setempat dan petani (P3A) disepanjang rencana trase saluran dan batas- batas daerah irigasi.

7. Jaringan irigasi yang ada

8. Perkampungan penduduk dan lahan yang tidak bisa diairi.

9. Kondisi pembuang yang ada atau yang akan dibuat, apakah perlu saluran pembuang silang

10.Perhitungan neraca air dengan data-data daerah irigasi dan perhitungan kebutuhan air yang lebih tepat

11.Pemilihan jenis bangunan dan bahan – bahan bangunan (pasangan, beton dll)

12. Penyelidikan geologi teknik untuk bangunan utama dan apabila diperlukan untuk bangunan dan saluran.

13. Penyelidikan model hidrolis ( Bendung )

14. Adanya pengukuran lokasi pada bangunan – bangunan khusus (talang, shypon dll)

(19)

LANGKAH – LANGKAH PERENCANAAN TATA LETAK

• TAHAP 1

1.

Tentukan lokasi saluran pembuang, jalan,

kampung dan daerah yang tidak dapat diairi berdasarkan peta topografi skala 1 : 25.000 2. Tentukan lokasi cekungan, punggung

medan dan tempat tinggi pada peta skala 1 : 25.000

3.Cek apakah jaringan pembuang intern dan ekstern yang ada dapat dipisahkan

4. Buatlah tata letak pendahuluan jaringan pembuang primer

5.Plotkan saluran sekunder disepanjang

punggung medan dan daerah-daerah tinggi

(20)

6. Pindahkan trase saluran, batas petak dan lokasi sadap pada peta skala 1 : 5000 atau 1 : 2000

7.Plotkan batas-batas petak tersier dengan kriteria sbb:

– batas-batas ditentukan dengan topografi – saluran tersier mengikuti kemiringan medan

dengan kemiringan minimum 0,25%

(kecepatan minimum 0,20 m/det)

– ukuran petak tersier sebaiknya antara 50 – 100 ha

– sesuaikan batas-batas petak tersier dengan batas-batas administratif

8.Plotkan lokasi bangunan sadap, bangunan bagi 9.Tentukan lokasi bangunan pembawa

10.Tentukan trase saluran primer dengan kemiringan minimum 0,30%

(21)

• Tahap 2

1. Penelusuran trase saluran seperti yang ditunjukan pada peta berskala 1 : 5000

2. Penyelidikan dan pengukuran trase saluran

3. Cek lokasi bangunan sadap dan muka air yang diperlukan

4. Cek lokasi bangunan pembawa

5. Buat perencanaan bangunan utama

6. Buat profil memanjang saluran dan melintang saluran

7. Buat trase saluran yang telah disesuaikan dengan lokasi bangunan pengatur dan pembawa serta

batas-batas petak tersier pada peta skala 1 : 5000 8. Buat program penyelidikan detail untuk lokasi

bendung, bangunan pembawa utama dan saluran (bila perlu)

Pertemuan ke-5 Pertemuan ke-5

(22)

NERACA AIR

• KETERSEDIAAN AIR

• KEBUTUHAN AIR POLA TANAM DAN AREAL YANG DAPAT

DIAIRI

POLA TANAM : Padi – Padi – Palawija

Padi – Padi/Palawija – Palawija Padi – Palawija - Bera

Areal dapat diairi A = Qa/NFR

Pertemuan ke-6 Pertemuan ke-6

(23)

KETERSEDIAAN AIR

Perhitungan Debit Andalan dengan

menggunakan data debit atau curah hujan bulanan minimal 10 tahun.

Rumus rumus yang dipakai : Metode F.J. Mock,

Metode Ranking

Metode SMEC

(24)

KEBUTUHAN AIR

Faktor – faktor yang menentukan adalah:

1.Areal tanam

2.Pola dan jadwal tanam

3.Tata cara bercocok tanam/sisitim golongan 4.Penyiapan lahan (LP = Land Preparation)

5.Penggunaan konsumtif (Etc = Consumtive Use) 6.Perkolasi dan rembesan (P = Percolation)

7.Penggantian Lapisan Air (WLR = Water Layer Replacement)

8.Curah Hujan Efektif ( Re = Rainall Efektive)

9.Kebutuhan air untuk tanaman di sawah (NFR = Nett Field Requirement = q)

10.Efisiensi saluran, e (kehilangan air selama penyaluran/distribusi)

Pertemuan ke-7 Pertemuan ke-7

(25)

Ad.1 . Areal Tanam

adalah lahan yang dapat dilayani/diairi oleh suatu jaringan/saluran irgasi.

• Contoh Peta Areal Tanam    

 

(26)

Ad. 2 Pola Dan Jadwal Tanam

Ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun yang umumnya di di Indonesia diklasifikasikan dala 3 (tiga) jenis

tanaman Padi, tebu dan palawija  

(27)

POLA TANAM

 Pola tanam adalah gambaran rencana tanam

padi, palawija/ tebu selama kurun waktu 1 ( satu ) tahun.

 Berdasarkan pengalaman pola tanam yang sering dipakaI adalah :

1.Padi – padi – palawija.

2.Padi – padi/palawija – padi.

3.Padi – palawija/tebu – bera.

  Pola tersebut biasanya tergantung kepada ketersediaan air di jaringna irigasi, dan pada

daerah yang biasa menanam tebu pola tersebut dia atas bisa diprogramkan tanaman tebu.

(28)

Ad.3. Rencana Tata tanam/Sistim golongan

Rencana Tata Tanam suatu daerah irigasi adalah suatu daftar perhitungan atau grafik yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut :

Berapa rencana luas tanam ( padi,palawija, tebu)

Kapan mulai tanam

Kapan diadakan pengeringan saluran

( Kalau dipakai rencana golongan, maka perlu ditentukan kapan pertama kali dilaksanakan

pemberian air untuk untuk pengolahan tanah dari masing-masing golongan).

(29)

Ad.4.Penyiapan Lahan (LP = Land Preparation) Perhitungan kebutuhan air untuk pengolahan tanah (LP) sebelum penanaman padi dapat dihitung dengan pendekatan berdasarkan hasil interpolasi tabel Van de Goor/ Zijlstra yang dipengaruhi oleh :

Lamanya waktu pengolahan penyiapan lahan (T : 30 – 45 hari)

Jumlah air yang diperlukan untuk penjenuhan ( S : 250 – 300 mm)

Jumlah air akibat kehilangan karena penguapan dan rembesan, dengan menggunakan rumus :

M = Eo + P, dimana Eo adalah evaporasi air terbuka, Eo = 1,1 x ETo

 

(30)

Ad.5.Penggunaan Konsumtif ( Etc)

Perkiraan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman diukur dari penguapan tanaman.

Pada penerapan praktis dapat dihitung dengan

pendekatan perkalian evapotranspirasi potensial (Eto) dengan koefisien tanaman (kc) dengan

rumus :

ETc = ETo x kc Dimana :

ETc = penggunaan konsumtif ETo = evaporasi potensial

kc = koefisien tanaman

(31)

Evaporasi Potensial dipengaruhi oleh :

Temperatur rerata (° C) bulanan/setengah bulanan

Kelembaban relatif rerata (Relative humadity, %)

Kecepatan angin (wind velocity, m/det) acuan setinggi 2 m di atas tanah

Lamanya penyinaran matahari (Duration o Radiation, %)

Kedudukan meridian (Latitude, ..° , ..', .." )

Koefisien Albedo untuk tanaman acuan (rerumputan pendek = 0,25)

(32)

Ad.6. KOEFISIEN TANAMAN (kc)

• Koeisien Tanaman (kc) adalah besaran yang

menunjukkan kebutuhan tanaman akan air untuk pertumbuhan optimal yang besarnya tergantung kepada tahapan perkembangan tanaman

tersebut

(33)

Ad.7 Perkolasi dan rembesan (P = Percolation)

• Perkolasi atau gerakan aliran air dalam tanah secara vertikal ke bawah dan kesamping

sebenarnya juga didapatkan dari hasil penelitian di lapangan, sangat tergantung pada sifat-sifat tanah dan karakteristik pengolahannya.

• Pada tanah lempung dengan pengolahan yang baik mempunyai laju perkolasi antar 1-3 mm/hari dan pada tanah pasiran antara 3-6 mm/hari.

(34)

Ad.8. Penggantian Lapisan Air

(WLR = Water Layer Replacement)

Air untuk penjenuhan tanah adalah meliputi air yang

dibutuhkan untuk penyiapan lahan sebesar 250 mm(Padi 1) dan 200 mm(Padi 2) ditambah pergantian lapisan air di sawah sebesar 50 mm sehingga total menjadi 300 mm untuk padi musim hujan dan 250 mm untuk padi musim kemarau.

Penggantian lapisan air di sawah ( Water Layer Replacement) setinggai 50 mm selama jangka waktu penyiapan lahan (LP) yaitu,

Jika LP selama 45 hari maka WLR=50 mm/45 hari =1.1 mm/hari

Jika LP selama 30 hari makaWLR=50 mm/30 hari =1.7 mm/hari

Nilai WLR tersebut disusun dalam 2 atau 3 tahapan lama waktu pengolahan tanah dengan selang tiap 15 harian.

(35)

Ad.9 Curah Hujan Efektif ( Re = Rainall Efektive)

Hujan efektif adalah hujan yang betul-betul yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman selama masa pertumbuhannya baik langsung maupun tidak langsung.

Secara pendekatan perhitungan dilakukan terhadap data curah hujan rerata (bulanan/setengah bulan, mm) dari hasil pencatatan statiun hujan di lokasi daerah Irigasi, yang diolah secara ranking utnuk menentukan urutan andalannya (R-80% untuk

tanaman padi dan R-50% untuk tanaman palawija.

Kemudian besarnya hujan efektif direkomendasikan sebagai 70% dari hujan andalan.

Pertemuan 8 Pertemuan 8

(36)

Cara menghitung Curah Hujan Effektif (Re)

1. Dari data curah hujan bulanan selama n tahun diranking dari mulai terkecil keterbesar

2. Hitung R 80 untuk padi dengan rumus n /5 + 1 dan 3. R 50 dengan rumus n/2 untuk palawija

4. Sehingga didapat : R-eff = 0.7 x R80untuk padi, mm/bulan

5. R-eff = 0.7 x R50 untuk palawija, mm/ bulan Untuk menghitung R 80 – 1/2 bulanan dengan

menggunakan angka pembanding rumus:

R80 – I = AP – I/(AP-I +AP- II) * R 80 R80 – II = AP – II/(AP-I +AP- II) * R 80

(37)

Untuk menghitung R 80 – 1/2 bulanan

dengan menggunakan angka pembanding rumus:

AP -I = R80JAN – (R80JAN – R80DES)/4 AP- II = R80JAN - (R80JAN - R80FEB)/4 R80 – I = AP–I/(AP-I +AP-II) * R80

R80–II = AP -II/(AP-I +AP- II) * R80 Ref JAN-I = 0.70 * R80-I/15

Ref JAN-II = 0.70 * R80-II/15 untuk padi

(38)

Ad.9.Menghitung kebutuhan air di sawah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

NFR = Etc + P – Re + WLR Dimana :

Etc = penggunaan air konsumtif, mm

P = kehilangan air akibat Perkolasi, mm/hari Re = curah hujan effektif, mm.hari

WLR = penggantian lapisan air, mm/hari ntuk periode  Untuk Periode LP, maka rumus yang dipakai

NFR = LP – Re  

Pertemuan 9 Pertemuan 9

(39)

Ad.10. Efisiensi saluran, e

(kehilangan air selama penyaluran/distribusi)

Adalah perbandingan antara air yang dipakai dan air yang disadap dalam %. Besarnya tergantung dari

kehilangan air selama pengaliran dari pengambilan utama bendung sampai saluran dan petak sawah tersier. Jika tidak ada penelitian maka untuk daerah irigasi direkomendasikan memakai efesiensi dengan tingkat :

1.efisiensi di saluran tersier ± 75 – 80 % 2.efisiensi di saluran sekunder ± 85 – 90 % 3.efisiensi di saluran primer ± 90 – 95 %

Sehingga efisiensi total jaringan adalah ± 60 – 65 %.

Untuk daerah irigasi dengan areal yang relatif kecil atau pemberian airnya dari waduk atau banyak

buangan air yang dimanfaatkan kembali, efisiensi total bisa mencapai sampai 75%.

(40)

PERENCANAAN SALURAN IRIGASI (PEMBAWA DAN PEMBUANG)

Tahapan yang harus diikuti dalam : A. Saluran pembawa :

1.Plot trase saluran pada peta situasi yang dibuat misalnya 1 : 5000 atau 1 : 2000

2.Tentukan batas-batas petak pada peta tersebut 3.Plot rencana lokasi bangunan pada peta sesuai

dengan trase yang direncanakan

4.Tentukan elevasi muka air yang dibutuhkan pada bangunan pengambilan (Bendung)

5.Perhitungan debit rencana

Pertemuan 10 Pertemuan 10

(41)

6. Plot lokasi bangunan pembawa dan bangunan pemberi serta tentukan kehilangan tinggi energi untuk setiap bangunan

7. Penentuan kemiringan rencana pada ruas-ruas saluran

8. Perhitungan dimensi saluran 9. Perhitungan muka air saluran

10.Pembuatan profil memanjang saluran 11.Pembuatan profil melintang saluran

(42)

B. Saluran Pembuang

1.Plot rencana trase saluran pada peta skala yang dibuat misal 1:5000 atau 1:2000

2.Tentukan pada peta tersebut luas daerah yang akan dibuang airnya

3.Tentukan muka air maksimum

4.Tetapkan kehilangan tinggi energi untuk di bangunan

5.Perhitungan debit pembuangan rencana 6.Tentukan kemiringan rencana

7.Hitung dimensi saluran

8.Buat profil memanjang dan melintang

(43)

Penentuan Muka Air Rencana (MAR)

Muka air rencana adalah muka air pada Q70%

ditambah dengan variannya (0.18 x h100%).

Tahapan penentuan muka air rencana ;

1.Tentukan muka air tertinggi (P) pada bangunan bagi yang paling hilir = muka air hilir (Q70%) pada ruas saluran tersebut

2.Hitung dimensi saluran untuk memperoleh kedalaman air (h) pada debit rencana = h100%

3.Hitung varian (V) = (0.18 x h100%) sehingga, MAR : P + V

(44)

4. Hitung muka air di ujung hilir ruas saluran MAud

MAud= MAR + Ia x L +∆Ha

Dimana ∆Ha = kehilangan tinggi energi di bangunan

5. Tentukan muka air tertinggi yang diperlukan pada bangunan bagi berikutnya dengan

menghitung varian (V)=(0.18 x h100%) 6. Bandingkan muka air yang diperlukan di

bangunan bangunan udik pada Q100% degan muka air hulu di hilir bangunan berikutnya

ditambah dengan kehilangan energi di

bangunan bagi (0.05m),ambil elevasi yang tertinggi

7. Untuk ruas-ruas lainnya ikuti langkah-langkah no. 4,5,6

8. Plotkan muka air yang diperoleh pada potongan memanjang

(45)

Penentuan Muka Air yang Dibutuhkan pada Bangunan Sadap

Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang

diperlukan di sawah-sawah yang akan diairi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.Menghitung tinggi bangunan air di bangunan sadap tersier

2.Hitung seluruh kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan

3.Hitung tinggi muka air di petak tersier dengan menjumlahkan no 1 + no 2 + ∆Ha dibangunan sadap tersier ,dengan ilustrasi sebagai berikut ;

(46)
(47)

P = A+a+b+c+d+e+f+g+∆h+Z Keterangan:

P = muka air di saluran sekunder A = elevasi tertinggi di sawah

a = lapisan air di sawah=10 cm

b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah = 5cm c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5cm/boks d = kehilangan tinggi energi slm pengaliran di saluran irigasi=

IxL

e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier = 10 cm f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong =5 cm

g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier

∆h= variasi tinggi muka air = 0.18 h100%

Z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lainnya

(48)

DIMENSI SALURAN

Setelah diketahui kebutuhan air disawah , kita akan menghitung besarnya debit disaluran tersier,

sekunder dan saluran primer, kemudian menghitung dimensi saluran dengan cara coba-coba dengan

memakai rumus keseimbangan seperti dibawah ini : Q = V x A

V = k R 2/3 I ½ A = ( b + mh) h

P = b + 2 h V 1 + m2 R = A/P

(49)

Dimana :

Q = debit rencana , m3/det

V = kecepatan saluran (m/det), dengan memakai rumus Strikler

k = kekasaran saluran dari Strikler, m 1/2/det R = jari – jari hidrolis, m

I = kemiringan saluran

A = luas penampang saluran, m2

P = luas penampang basah saluran, m2 b = lebar dasar saluran, m

h = tinggi air disaluran ,m m = kemiringan talud

(50)

PENAMPANG/PROFIL MEMANJANG SALURAN

Penampang memanjang saluran dibuat pada

tampang memanjang yang telah dibuat dari hasil pengukuran lapangan dan setelah mendapatkan data :

Elevasi muka air rencana

Dimensi saluran

Elevasi Bangunan Sadap, Bangunan Bagi, dan Bangunan Pelengkap

(51)
(52)
(53)

PENAMPANG/PROFIL MELINTANG

SALURAN

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Al-Rāză’s Metaphysics The Metaphysical thought of al-Rāzī poses five eternal principles: 1 God al-Bārī Subh\ānah, 2 universal soul al-nafs al-kulliyah, 3 primeval matter al-hayūla