IRIGASI
Irigasi sudah dikenal di :
• Mesir 4000 SM
• China 2000 SM
• Indonesia pada Jaman Majapahit
Air irigasi harus meninjau juga kualitas air, dikarenakan air dapat mengandung:
– Lumpur halus – Limbah industri
– Zat mineral yang bermanfaat atau
berbahaya bagi tanaman
PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI
Tujuan pemerintah dalam pembangunan
jaringan irigasi :
• Pembukaan daerah pesawahan baru
• Peningkatan produksi pangan
• Pemanfaatan air untuk sungai untuk keperluan lainnya seperti : Air
minum,PLTA, Industri
Untuk pembangunan sarana pengairan terutama sarana irigasi harus dilakukan penelitian/penyelidikan yang antara lain : Ketersediaan air sepanjang tahun
Sifat-sifat tanah didaerah aliran sungai yang airnya akan dimanfaatkan untuk irigasi yang akan diairi
Topografi daerah pengaliran
Luasan areal yang akan diairi
Janis tanaman pangan
Potensi produksi setiap tanaman pangan
Curah hujan dihulu sungai maupun didataran
rendah
ISTILAH DAN DEFINISI
• Irigasi :
adalah usaha penyediaan, pengaturan , dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak
• Jaringan Irigasi :
adalah saluran, bangunan dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk penyediaan, pembagian,pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi
• Daerah Irigasi:
adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi
Jaringan Irigasi Primer
Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama saluran induk/primer, saluran
pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya
Jaringan Irigasi Sekunder
Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya
Jaringan Irigasi Tersier
adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,boks kuarter serta bangunan pelengkapnya
• Petak tersier
adalah kumpulan petak irigasi yang
merupakan kesatuan dan mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama
• Petak sekunder
Adalah kumpulan petak tersier yang
merupakan satu kesatuan dan mendapat air irigasi melalui saluran sekunder yang sama
• Petak Primer
Adalah kumpulan petak sekunder yang
merupakan satu kesatuan dan mendapat air
irigasi melalui saluran primer yang sama
Daerah Irigasi Total/Bruto/Baku
Adalah daerah yang tergambarkan dalam peta situasi dikurangi dengan
perkampungan, daerah yang tidak dapat diairi, jalan utama, rawa-rawa dan daerah yang tidak akan/bisa dikembangkan lagi
Daerah irigasi netto/bersih
Adalah daerah total yang bisa diairi
dikurangi dengan saluran-saluran irigasi dan pembuang (primer,sekunder,tersier
dan kuarter),jalan inspeksi,jalan sawah dan
tanggul sawah
•
Daerah potensial
Adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan, luas daerah ini
sama dengan daerah irigasi netto, tetapi
biasanya belum dikembangkan sepenuhnya akibat terdapatnya hambatan non teknis
•
Daerah fungsional
Adalah bagian dari daerah potensial yang
telah memiliki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan.daerah fungsional luasnya
sama dengan atau lebih kecil dari daerah
potensial.
• Pengembangan Jaringan irigasi
Adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada
• Pembangunan jaringan irigasi
Adalah seluruh kegiatan penyediaan
jaringan rigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya
• Peningkatan jaringan irigasi
Adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan
pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi
lingkungan daerah irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara
demokratis,termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
Komisi irigasi
adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah, wakil perkumpulan petani pemakai air, wakil pengguna jaringan irigasi
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota,Komisi
Irigasi Provinsi dan Komisi irigasi antar
Provinsi
PEMBAGIAN KEWENANGAN
Pada UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada pasal 41
(penjelasan) bahwa kewenangan
Pengelolaan Jaringan irigasi adalah berdasarkan pada luasan areal sbb:
Pusat : areal > 3000 Ha Provinsi :1000 Ha < areal <
3000 Ha
Kabupaten/Kota : areal < 1000 Ha
Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
Teknis Semi teknis Sederhana
1
. Bangunan
utama Bangunan
permanen Bangunan permanen
atau semi permanen Bangunan sementara 2. Kemampuan
bangunan dalam
mengukur &
mengatur debit
Baik Sedang Jelek
3. Jaringan
saluran Saluran irigasi dan pembuang terpisah
Saluran irigasi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah
Saluran irigasi dan pembuang jadi satu 4. Petak tersier Dikembangkan
sepenuhnya Belum dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang
Belum ada jaringan terpisah yang
dikembangkan 5. Efisiensi secara
keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
6
. Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha
TAHAP-TAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI
Yaitu Pembuatan :
1. Peta lay out jaringan irigasi/tata letak (saluran pembawa dan saluran pembuang, daerah yang tidak bisa diairi, kampung, jalan raya, jalan ka, batas petak)
2. Peta petak, luasan : 50 – 100 ha 3. Perhitungan neraca air
4. Perencanaan saluran irigasi (pembawa dan pembuang)
5. Profil/potongan memanjang saluran (menentukan elevasi muka air)
6. Profil/potongan melintang saluran (mengetahui galian dan timbunan
)
7. Desain Bangunan Pemberian Air : Bangunan Oncoran
Bangunan Sadap Bangunan Bagi
Bangunan Bagi Sadap 8. Desain Bangunan Ukur :
Pintu Romijn, Crum De Gruyter Cipoletti,ambang Lebar
Parshall Flumes
Long Throated Flume (Leher Panjang)
9. Desain Bangunan Pelengkap:
Gorong – Gorong
Bangunan Terjun
Bangunan Got Miring
Talang
Shypon
Pelimpah
Bangunan Penguras
Saluran Tertutup
Jembatan Penyebrangan, Dll
HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN IRIGASI
1.Gambar tata letak dicek kembali dengan peta yang baru
2.Lokasi bangunan utama harus memperhatikan tinggi pengambilan dan peta situasi
3. tipe-tipe saluran irigasi, saluran tanah atau
saluran pasangan dengan memperhatikan kondisi tanah yang ada dilapangan
4. Kecocokan daerah yang bersangkutan untuk irigasi pertanian
5. batas-batas administrative
Pertemuan ke-4 Pertemuan ke-4
6. Konsultasi dan sosialisasi dengan pemerintah setempat dan petani (P3A) disepanjang rencana trase saluran dan batas- batas daerah irigasi.
7. Jaringan irigasi yang ada
8. Perkampungan penduduk dan lahan yang tidak bisa diairi.
9. Kondisi pembuang yang ada atau yang akan dibuat, apakah perlu saluran pembuang silang
10.Perhitungan neraca air dengan data-data daerah irigasi dan perhitungan kebutuhan air yang lebih tepat
11.Pemilihan jenis bangunan dan bahan – bahan bangunan (pasangan, beton dll)
12. Penyelidikan geologi teknik untuk bangunan utama dan apabila diperlukan untuk bangunan dan saluran.
13. Penyelidikan model hidrolis ( Bendung )
14. Adanya pengukuran lokasi pada bangunan – bangunan khusus (talang, shypon dll)
LANGKAH – LANGKAH PERENCANAAN TATA LETAK
• TAHAP 1
1.
Tentukan lokasi saluran pembuang, jalan,
kampung dan daerah yang tidak dapat diairi berdasarkan peta topografi skala 1 : 25.000 2. Tentukan lokasi cekungan, punggung
medan dan tempat tinggi pada peta skala 1 : 25.000
3.Cek apakah jaringan pembuang intern dan ekstern yang ada dapat dipisahkan
4. Buatlah tata letak pendahuluan jaringan pembuang primer
5.Plotkan saluran sekunder disepanjang
punggung medan dan daerah-daerah tinggi
6. Pindahkan trase saluran, batas petak dan lokasi sadap pada peta skala 1 : 5000 atau 1 : 2000
7.Plotkan batas-batas petak tersier dengan kriteria sbb:
– batas-batas ditentukan dengan topografi – saluran tersier mengikuti kemiringan medan
dengan kemiringan minimum 0,25%
(kecepatan minimum 0,20 m/det)
– ukuran petak tersier sebaiknya antara 50 – 100 ha
– sesuaikan batas-batas petak tersier dengan batas-batas administratif
8.Plotkan lokasi bangunan sadap, bangunan bagi 9.Tentukan lokasi bangunan pembawa
10.Tentukan trase saluran primer dengan kemiringan minimum 0,30%
• Tahap 2
1. Penelusuran trase saluran seperti yang ditunjukan pada peta berskala 1 : 5000
2. Penyelidikan dan pengukuran trase saluran
3. Cek lokasi bangunan sadap dan muka air yang diperlukan
4. Cek lokasi bangunan pembawa
5. Buat perencanaan bangunan utama
6. Buat profil memanjang saluran dan melintang saluran
7. Buat trase saluran yang telah disesuaikan dengan lokasi bangunan pengatur dan pembawa serta
batas-batas petak tersier pada peta skala 1 : 5000 8. Buat program penyelidikan detail untuk lokasi
bendung, bangunan pembawa utama dan saluran (bila perlu)
Pertemuan ke-5 Pertemuan ke-5
NERACA AIR
• KETERSEDIAAN AIR
• KEBUTUHAN AIR POLA TANAM DAN AREAL YANG DAPAT
DIAIRI
POLA TANAM : Padi – Padi – Palawija
Padi – Padi/Palawija – Palawija Padi – Palawija - Bera
Areal dapat diairi A = Qa/NFR
Pertemuan ke-6 Pertemuan ke-6
KETERSEDIAAN AIR
Perhitungan Debit Andalan dengan
menggunakan data debit atau curah hujan bulanan minimal 10 tahun.
Rumus rumus yang dipakai : Metode F.J. Mock,
Metode Ranking
Metode SMEC
KEBUTUHAN AIR
Faktor – faktor yang menentukan adalah:
1.Areal tanam
2.Pola dan jadwal tanam
3.Tata cara bercocok tanam/sisitim golongan 4.Penyiapan lahan (LP = Land Preparation)
5.Penggunaan konsumtif (Etc = Consumtive Use) 6.Perkolasi dan rembesan (P = Percolation)
7.Penggantian Lapisan Air (WLR = Water Layer Replacement)
8.Curah Hujan Efektif ( Re = Rainall Efektive)
9.Kebutuhan air untuk tanaman di sawah (NFR = Nett Field Requirement = q)
10.Efisiensi saluran, e (kehilangan air selama penyaluran/distribusi)
Pertemuan ke-7 Pertemuan ke-7
Ad.1 . Areal Tanam
adalah lahan yang dapat dilayani/diairi oleh suatu jaringan/saluran irgasi.
• Contoh Peta Areal Tanam
• Ad. 2 Pola Dan Jadwal Tanam
Ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun yang umumnya di di Indonesia diklasifikasikan dala 3 (tiga) jenis
tanaman Padi, tebu dan palawija
POLA TANAM
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam
padi, palawija/ tebu selama kurun waktu 1 ( satu ) tahun.
Berdasarkan pengalaman pola tanam yang sering dipakaI adalah :
1.Padi – padi – palawija.
2.Padi – padi/palawija – padi.
3.Padi – palawija/tebu – bera.
Pola tersebut biasanya tergantung kepada ketersediaan air di jaringna irigasi, dan pada
daerah yang biasa menanam tebu pola tersebut dia atas bisa diprogramkan tanaman tebu.
Ad.3. Rencana Tata tanam/Sistim golongan
• Rencana Tata Tanam suatu daerah irigasi adalah suatu daftar perhitungan atau grafik yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut :
–
Berapa rencana luas tanam ( padi,palawija, tebu)
–
Kapan mulai tanam
–
Kapan diadakan pengeringan saluran
• ( Kalau dipakai rencana golongan, maka perlu ditentukan kapan pertama kali dilaksanakan
pemberian air untuk untuk pengolahan tanah dari masing-masing golongan).
Ad.4.Penyiapan Lahan (LP = Land Preparation) Perhitungan kebutuhan air untuk pengolahan tanah (LP) sebelum penanaman padi dapat dihitung dengan pendekatan berdasarkan hasil interpolasi tabel Van de Goor/ Zijlstra yang dipengaruhi oleh :
• Lamanya waktu pengolahan penyiapan lahan (T : 30 – 45 hari)
• Jumlah air yang diperlukan untuk penjenuhan ( S : 250 – 300 mm)
• Jumlah air akibat kehilangan karena penguapan dan rembesan, dengan menggunakan rumus :
M = Eo + P, dimana Eo adalah evaporasi air terbuka, Eo = 1,1 x ETo
Ad.5.Penggunaan Konsumtif ( Etc)
Perkiraan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman diukur dari penguapan tanaman.
Pada penerapan praktis dapat dihitung dengan
pendekatan perkalian evapotranspirasi potensial (Eto) dengan koefisien tanaman (kc) dengan
rumus :
ETc = ETo x kc Dimana :
ETc = penggunaan konsumtif ETo = evaporasi potensial
kc = koefisien tanaman
Evaporasi Potensial dipengaruhi oleh :
• Temperatur rerata (° C) bulanan/setengah bulanan
• Kelembaban relatif rerata (Relative humadity, %)
• Kecepatan angin (wind velocity, m/det) acuan setinggi 2 m di atas tanah
• Lamanya penyinaran matahari (Duration o Radiation, %)
• Kedudukan meridian (Latitude, ..° , ..', .." )
• Koefisien Albedo untuk tanaman acuan (rerumputan pendek = 0,25)
Ad.6. KOEFISIEN TANAMAN (kc)
• Koeisien Tanaman (kc) adalah besaran yang
menunjukkan kebutuhan tanaman akan air untuk pertumbuhan optimal yang besarnya tergantung kepada tahapan perkembangan tanaman
tersebut
Ad.7 Perkolasi dan rembesan (P = Percolation)
• Perkolasi atau gerakan aliran air dalam tanah secara vertikal ke bawah dan kesamping
sebenarnya juga didapatkan dari hasil penelitian di lapangan, sangat tergantung pada sifat-sifat tanah dan karakteristik pengolahannya.
• Pada tanah lempung dengan pengolahan yang baik mempunyai laju perkolasi antar 1-3 mm/hari dan pada tanah pasiran antara 3-6 mm/hari.
Ad.8. Penggantian Lapisan Air
(WLR = Water Layer Replacement)
• Air untuk penjenuhan tanah adalah meliputi air yang
dibutuhkan untuk penyiapan lahan sebesar 250 mm(Padi 1) dan 200 mm(Padi 2) ditambah pergantian lapisan air di sawah sebesar 50 mm sehingga total menjadi 300 mm untuk padi musim hujan dan 250 mm untuk padi musim kemarau.
Penggantian lapisan air di sawah ( Water Layer Replacement) setinggai 50 mm selama jangka waktu penyiapan lahan (LP) yaitu,
Jika LP selama 45 hari maka WLR=50 mm/45 hari =1.1 mm/hari
Jika LP selama 30 hari makaWLR=50 mm/30 hari =1.7 mm/hari
Nilai WLR tersebut disusun dalam 2 atau 3 tahapan lama waktu pengolahan tanah dengan selang tiap 15 harian.
Ad.9 Curah Hujan Efektif ( Re = Rainall Efektive)
• Hujan efektif adalah hujan yang betul-betul yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman selama masa pertumbuhannya baik langsung maupun tidak langsung.
• Secara pendekatan perhitungan dilakukan terhadap data curah hujan rerata (bulanan/setengah bulan, mm) dari hasil pencatatan statiun hujan di lokasi daerah Irigasi, yang diolah secara ranking utnuk menentukan urutan andalannya (R-80% untuk
tanaman padi dan R-50% untuk tanaman palawija.
• Kemudian besarnya hujan efektif direkomendasikan sebagai 70% dari hujan andalan.
Pertemuan 8 Pertemuan 8
Cara menghitung Curah Hujan Effektif (Re)
1. Dari data curah hujan bulanan selama n tahun diranking dari mulai terkecil keterbesar
2. Hitung R 80 untuk padi dengan rumus n /5 + 1 dan 3. R 50 dengan rumus n/2 untuk palawija
4. Sehingga didapat : R-eff = 0.7 x R80untuk padi, mm/bulan
5. R-eff = 0.7 x R50 untuk palawija, mm/ bulan Untuk menghitung R 80 – 1/2 bulanan dengan
menggunakan angka pembanding rumus:
R80 – I = AP – I/(AP-I +AP- II) * R 80 R80 – II = AP – II/(AP-I +AP- II) * R 80
Untuk menghitung R 80 – 1/2 bulanan
dengan menggunakan angka pembanding rumus:
AP -I = R80JAN – (R80JAN – R80DES)/4 AP- II = R80JAN - (R80JAN - R80FEB)/4 R80 – I = AP–I/(AP-I +AP-II) * R80
R80–II = AP -II/(AP-I +AP- II) * R80 Ref JAN-I = 0.70 * R80-I/15
Ref JAN-II = 0.70 * R80-II/15 untuk padi
Ad.9.Menghitung kebutuhan air di sawah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NFR = Etc + P – Re + WLR Dimana :
Etc = penggunaan air konsumtif, mm
P = kehilangan air akibat Perkolasi, mm/hari Re = curah hujan effektif, mm.hari
WLR = penggantian lapisan air, mm/hari ntuk periode Untuk Periode LP, maka rumus yang dipakai
NFR = LP – Re
Pertemuan 9 Pertemuan 9
Ad.10. Efisiensi saluran, e
(kehilangan air selama penyaluran/distribusi)
Adalah perbandingan antara air yang dipakai dan air yang disadap dalam %. Besarnya tergantung dari
kehilangan air selama pengaliran dari pengambilan utama bendung sampai saluran dan petak sawah tersier. Jika tidak ada penelitian maka untuk daerah irigasi direkomendasikan memakai efesiensi dengan tingkat :
1.efisiensi di saluran tersier ± 75 – 80 % 2.efisiensi di saluran sekunder ± 85 – 90 % 3.efisiensi di saluran primer ± 90 – 95 %
Sehingga efisiensi total jaringan adalah ± 60 – 65 %.
Untuk daerah irigasi dengan areal yang relatif kecil atau pemberian airnya dari waduk atau banyak
buangan air yang dimanfaatkan kembali, efisiensi total bisa mencapai sampai 75%.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI (PEMBAWA DAN PEMBUANG)
Tahapan yang harus diikuti dalam : A. Saluran pembawa :
1.Plot trase saluran pada peta situasi yang dibuat misalnya 1 : 5000 atau 1 : 2000
2.Tentukan batas-batas petak pada peta tersebut 3.Plot rencana lokasi bangunan pada peta sesuai
dengan trase yang direncanakan
4.Tentukan elevasi muka air yang dibutuhkan pada bangunan pengambilan (Bendung)
5.Perhitungan debit rencana
Pertemuan 10 Pertemuan 10
6. Plot lokasi bangunan pembawa dan bangunan pemberi serta tentukan kehilangan tinggi energi untuk setiap bangunan
7. Penentuan kemiringan rencana pada ruas-ruas saluran
8. Perhitungan dimensi saluran 9. Perhitungan muka air saluran
10.Pembuatan profil memanjang saluran 11.Pembuatan profil melintang saluran
B. Saluran Pembuang
1.Plot rencana trase saluran pada peta skala yang dibuat misal 1:5000 atau 1:2000
2.Tentukan pada peta tersebut luas daerah yang akan dibuang airnya
3.Tentukan muka air maksimum
4.Tetapkan kehilangan tinggi energi untuk di bangunan
5.Perhitungan debit pembuangan rencana 6.Tentukan kemiringan rencana
7.Hitung dimensi saluran
8.Buat profil memanjang dan melintang
Penentuan Muka Air Rencana (MAR)
Muka air rencana adalah muka air pada Q70%
ditambah dengan variannya (0.18 x h100%).
Tahapan penentuan muka air rencana ;
1.Tentukan muka air tertinggi (P) pada bangunan bagi yang paling hilir = muka air hilir (Q70%) pada ruas saluran tersebut
2.Hitung dimensi saluran untuk memperoleh kedalaman air (h) pada debit rencana = h100%
3.Hitung varian (V) = (0.18 x h100%) sehingga, MAR : P + V
4. Hitung muka air di ujung hilir ruas saluran MAud
MAud= MAR + Ia x L +∆Ha
Dimana ∆Ha = kehilangan tinggi energi di bangunan
5. Tentukan muka air tertinggi yang diperlukan pada bangunan bagi berikutnya dengan
menghitung varian (V)=(0.18 x h100%) 6. Bandingkan muka air yang diperlukan di
bangunan bangunan udik pada Q100% degan muka air hulu di hilir bangunan berikutnya
ditambah dengan kehilangan energi di
bangunan bagi (0.05m),ambil elevasi yang tertinggi
7. Untuk ruas-ruas lainnya ikuti langkah-langkah no. 4,5,6
8. Plotkan muka air yang diperoleh pada potongan memanjang
Penentuan Muka Air yang Dibutuhkan pada Bangunan Sadap
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang
diperlukan di sawah-sawah yang akan diairi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.Menghitung tinggi bangunan air di bangunan sadap tersier
2.Hitung seluruh kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan
3.Hitung tinggi muka air di petak tersier dengan menjumlahkan no 1 + no 2 + ∆Ha dibangunan sadap tersier ,dengan ilustrasi sebagai berikut ;
P = A+a+b+c+d+e+f+g+∆h+Z Keterangan:
P = muka air di saluran sekunder A = elevasi tertinggi di sawah
a = lapisan air di sawah=10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah = 5cm c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5cm/boks d = kehilangan tinggi energi slm pengaliran di saluran irigasi=
IxL
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier = 10 cm f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong =5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
∆h= variasi tinggi muka air = 0.18 h100%
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lainnya
DIMENSI SALURAN
Setelah diketahui kebutuhan air disawah , kita akan menghitung besarnya debit disaluran tersier,
sekunder dan saluran primer, kemudian menghitung dimensi saluran dengan cara coba-coba dengan
memakai rumus keseimbangan seperti dibawah ini : Q = V x A
V = k R 2/3 I ½ A = ( b + mh) h
P = b + 2 h V 1 + m2 R = A/P
Dimana :
Q = debit rencana , m3/det
V = kecepatan saluran (m/det), dengan memakai rumus Strikler
k = kekasaran saluran dari Strikler, m 1/2/det R = jari – jari hidrolis, m
I = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran, m2
P = luas penampang basah saluran, m2 b = lebar dasar saluran, m
h = tinggi air disaluran ,m m = kemiringan talud
PENAMPANG/PROFIL MEMANJANG SALURAN
Penampang memanjang saluran dibuat pada
tampang memanjang yang telah dibuat dari hasil pengukuran lapangan dan setelah mendapatkan data :
Elevasi muka air rencana
Dimensi saluran
Elevasi Bangunan Sadap, Bangunan Bagi, dan Bangunan Pelengkap