• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KOMPETENSI MANAJERIAL

N/A
N/A
UMI SALAMAH

Academic year: 2024

Membagikan "MATERI KOMPETENSI MANAJERIAL "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI

MANSOSWAN

#SUKSES PPPK

(2)

1 | M a t e r i M a n s o s w a n

MATERI KOMPETENSI MANAJERIAL

Terdapat delapan Indikator yang diujikan dalam tes kompetensi Manajerial PPPK, kedelapan indikator tersebut yaitu:

1. Integritas

Integritas adalah sikap konsisten antara perkataan dan perbuatan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, seperti kode etik, nilai masyarakat, atau nilai moral pribadi.

Integritas menggambarkan kepribadian yang jujur dan kuat. Hal ini berarti seseorang tidak hanya menghindari korupsi tetapi juga memegang prinsip sebagai dasar dalam berhubungan dengan diri sendiri, menjadikan integritas sebagai nilai moral yang penting.

Integritas mencerminkan kesatuan utuh yang menggabungkan otoritas, kewibawaan, dan kejujuran. Kejujuran bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan, yang penting terutama bagi pemimpin. Integritas pribadi menciptakan rasa percaya diri dan ketahanan terhadap godaan sementara. Integritas adalah kebalikan dari kemunafikan dan menjadi syarat utama untuk memimpin orang lain. Integritas juga mencakup keutuhan dan efektivitas seseorang dalam menjalankan tugas sesuai dengan rencana awal. Menurut KBBI, integritas menyoroti moral, kejujuran, dan reputasi kredibel yang penting dalam konteks organisasi.

2. Kerjasama

Kerja sama (kolaborasi) adalah interaksi penting dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Manfaat kerja sama termasuk:

a. Pekerjaan Lebih Ringan: Kolaborasi membuat pekerjaan menjadi lebih efisien dan hemat tenaga serta waktu.

b. Inovasi: Kerja sama membuka peluang untuk menciptakan ide dan metode baru dalam menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan.

c. Pembangunan Jiwa Sosial: Kerja sama memperkuat jiwa sosial dengan memahami satu sama lain dan berusaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.

d. Pengembangan Emosi: Kerja sama melatih emosional dengan meningkatkan empati dan simpati, membuat penyelesaian konflik menjadi lebih mudah.

e. Partisipasi Positif: Melalui kerja sama, individu berpartisipasi secara aktif, bahkan kontribusi kecil pun memiliki dampak positif dalam menciptakan kolaborasi.

Kerja sama adalah inti dari kehidupan sosial manusia dan membawa manfaat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

(3)

2 | M a t e r i M a n s o s w a n

3. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan dan dampak tertentu. Dalam bahasa, komunikasi mengacu pada pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih untuk memastikan pemahaman bersama. Secara etimologis, kata "komunikasi" berasal dari bahasa Latin "comunicare," yang berarti membuat kesamaan pemahaman. Pengertian komunikasi dapat bervariasi, termasuk pengalihan informasi, koordinasi makna, dan saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap.

Definisi yang paling komprehensif oleh Harold Lasswell adalah "Who says what in which channel to whom and with what effects," yang mencakup elemen-elemen utama dalam proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan dampak.

4. Orientasi pada Hasil

Orientasi pada hasil adalah kemampuan mempertahankan komitmen pribadi yang tinggi terhadap menyelesaikan tugas, bertanggung jawab, dan mampu mengidentifikasi risiko dan peluang secara sistematis dengan fokus pada keterhubungan antara perencanaan dan hasil. Ini sangat penting untuk keberhasilan organisasi.

Orientasi pada hasil memfokuskan perhatian pada hasil daripada teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai tujuan. Selain itu, orientasi individu mempertimbangkan efek hasil pada anggota organisasi, sementara orientasi terhadap tim mengorganisasi aktivitas kerja di sekitar tim daripada individu.

5. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kemampuan untuk menjalankan tugas pemerintahan, pembangunan, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara profesional, transparan, dan sesuai dengan standar pelayanan yang objektif, netral, dan tidak diskriminatif. Ini melibatkan pemberian layanan yang tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, kelompok, atau partai politik.

Pelayanan publik adalah esensi dari fungsi pemerintahan yang juga bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pelayanan publik yang profesional mencakup akuntabilitas dan tanggung jawab pemberi layanan pemerintah, dengan ciri-ciri efektif dan sederhana.

Pemerintah memiliki tiga fungsi utama, yaitu pelayanan masyarakat, pembangunan, dan perlindungan. Pemerintah harus mengelola fungsi-fungsi ini dengan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas serta menerapkan prinsip persamaan (equity) dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Pemerintah juga bisa melibatkan sektor swasta atau kemitraan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.

(4)

3 | M a t e r i M a n s o s w a n

6. Pengembangan Diri dan Orang Lain

Pengembangan diri melibatkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pribadi, serta memberikan dorongan kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini mencakup kemauan untuk terus belajar sepanjang hidup, memberikan saran, umpan balik, dan bimbingan kepada orang lain untuk mengembangkan potensi mereka.

Konsep pengembangan diri pertama kali dikemukakan oleh Carl Jung dan Alfred Adler dalam dunia psikologi. Ini berkaitan dengan identitas, pengembangan bakat, dan potensi seseorang. Pengembangan diri mencakup kesadaran diri, peningkatan pengetahuan, pengenalan potensi, pengembangan bakat, pembangunan harga diri, serta peningkatan kualitas hidup, sosial, dan kesehatan.

Konsep diri dalam psikologi mencakup tiga jenis, yaitu konsep diri akademik, terkait perbedaan budaya, dan terkait gender. Pengembangan diri dimulai sejak usia anak- anak dan sangat mempengaruhi perilaku, ekspresi kognitif, emosi, dan kepuasan hidup seseorang. Konsep diri positif dapat berkontribusi pada harga diri, integrasi sosial, kebahagiaan, dan kepuasan hidup.

7. Mengelola Perubahan

Mengelola perubahan dalam sebuah organisasi adalah suatu tantangan yang sering kali dihadapi oleh para pemimpin. Penolakan terhadap perubahan dapat muncul karena beberapa alasan, seperti ketidakpercayaan terhadap yang mengusulkan perubahan, pandangan bahwa perubahan tidak diperlukan, biaya yang tinggi, dan ketakutan akan kegagalan.

Untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, para pemimpin perlu memotivasi karyawan, berkomunikasi dengan baik, melibatkan karyawan dalam proses perubahan, mengelola masa transisi, dan mempertahankan momentum perubahan. Ini memerlukan komitmen tinggi dari seluruh anggota organisasi dan tindakan yang mendukung implementasi perubahan dengan efektif.

Pengelolaan perubahan melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah, mengambil tindakan untuk mendukung perubahan, memimpin inisiatif perubahan, dan bertanggung jawab untuk memastikan keberhasilan implementasi perubahan.

(5)

4 | M a t e r i M a n s o s w a n

8. Pengambilan Keputusan

Perubahan adalah bagian alami dari kehidupan, dan tidak ada yang dapat menghindarinya. Terlepas dari apakah seseorang ingin berubah atau tidak, perubahan terus berjalan. Terutama dalam konteks pendidikan, perubahan terjadi dalam kurikulum, sarana pembelajaran, metode pembelajaran, dan tuntutan kompetensi yang lebih kreatif dan inovatif bagi individu.

Perubahan dalam pendidikan juga bertujuan untuk menjawab kebutuhan dunia kerja.

Para individu di dalam proses pendidikan perlu menyadari bahwa berubah adalah suatu keharusan, dan lulusan pendidikan seharusnya memiliki kualitas yang dapat menjawab kebutuhan industri kerja.

Namun, banyak orang yang enggan berubah dan lebih suka tetap dalam zona nyaman mereka. Mereka cenderung menolak perubahan dan mungkin mempertahankan metode, sistem, atau pola pikir lama yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

Pengelolaan perubahan memerlukan pembangunan mentalitas yang kuat, dukungan moril, dan kesiapan untuk beradaptasi. Tiga sikap yang mungkin muncul saat menghadapi perubahan adalah menolak, menunggu, dan menerima. Sikap menolak dan menunggu biasanya muncul karena ketidakpastian dan ketakutan terhadap perubahan. Sikap menerima, di sisi lain, muncul dari sikap mental yang mendukung perubahan.

Kotter mengidentifikasi delapan langkah penting dalam proses perubahan, termasuk menciptakan suasana mendesak, membentuk koalisi, merumuskan visi dan inisiatif strategis, melibatkan relawan, menghapus hambatan, meraih kemenangan jangka pendek, menjaga akselerasi, dan melaksanakan perubahan.

Dalam menghadapi perubahan, kemampuan untuk membuat keputusan yang baik adalah kunci, dengan mempertimbangkan berbagai informasi, alternatif pemecahan masalah, dan konsekuensinya, serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.

(6)

5 | M a t e r i M a n s o s w a n

MATERI KOMPETENSI SOSIO KULTURAL

Terdapat empat Indikator yang diujikan dalam tes kompetensi Sosiokultural PPPK, keempat indikator tersebut yaitu:

1. Kepekaan Terhadap Perbedaan

Gaya kepemimpinan lintas budaya dipengaruhi oleh kemampuan belajar dari pengalaman, kemampuan interpersonal, dan nilai-nilai budaya. Ada dua model penyesuaian dalam kepemimpinan lintas budaya: model reaksi dan model integrasi.

Kendala seringkali muncul karena stereotipe negatif terhadap karyawan lokal dan etnosentrisme pegawai pendatang.

Stereotipe adalah penilaian berdasarkan persepsi tanpa konfirmasi, sementara etnosentrisme adalah penilaian atas kebudayaan lain berdasarkan nilai budaya sendiri.

Pengelolaan perbedaan budaya memerlukan kemampuan cross-cultural competence dan cultural sensitivity.

Beberapa kompetensi inti kepemimpinan lintas budaya meliputi kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, keterbukaan, dan pemahaman budaya orang lain. Memahami budaya orang lain merupakan langkah pertama dalam memanfaatkan perbedaan budaya sebagai keuntungan strategis. Kesalahan dalam mengelola perbedaan budaya dapat mengakibatkan kinerja rendah, perpindahan pegawai kompeten, dan produktivitas rendah.

Kemampuan kepemimpinan lintas budaya menjadi penting dalam era globalisasi, dan organisasi perlu mempersiapkan pemimpin yang mampu beradaptasi dan berinteraksi harmonis dengan budaya setempat. Keberhasilan kepemimpinan lintas budaya tergantung pada saling pengertian dan interpretasi makna di antara pemimpin dan pegawai lokal.

2. Kemampuan Berhubungan Sosial

Kemampuan berhubungan sosial atau social skill adalah keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Social skill mencakup berbagai aspek penting dalam berhubungan dengan orang lain, dan memiliki dampak besar pada keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan.

Beberapa aspek penting dari social skill meliputi:

a. Empati: Kemampuan untuk memahami perasaan dan pandangan orang lain, sehingga kita dapat menunjukkan kepedulian dan membantu mereka dengan lebih baik. Ini sangat penting dalam situasi seperti memberikan dukungan kepada klien atau rekan kerja yang memiliki masalah.

(7)

6 | M a t e r i M a n s o s w a n

b. Komunikasi Verbal: Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara jelas dan efektif melalui kata-kata. Ini mencakup berbicara dengan baik dan mudah dipahami, yang sangat penting dalam berinteraksi secara langsung atau melalui komunikasi tertulis.

c. Komunikasi Nonverbal: Penggunaan bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata yang tepat untuk menyampaikan pesan dan empati kepada orang lain. Komunikasi nonverbal dapat memperkuat atau melemahkan pesan yang disampaikan.

d. Fleksibilitas: Kemampuan untuk menerima kritik dan saran dengan terbuka, dan bersedia untuk mempertimbangkan perspektif orang lain. Ini penting untuk pengembangan diri dan pemecahan masalah yang lebih baik.

e. Active Listening: Kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian dan fokus saat seseorang berbicara. Ini memungkinkan lawan bicara merasa dihargai dan didengar.

f. Conflict Resolution: Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber konflik dan mencari solusi yang efektif. Ini berguna dalam mengatasi ketidaksepakatan dan masalah dalam berbagai konteks, termasuk di lingkungan kerja.

g. Relationship Management: Kemampuan untuk memelihara hubungan yang sehat dan membangun koneksi dengan orang lain. Ini penting untuk membangun jaringan, menjalin hubungan dengan rekan kerja, pelanggan, atau mitra bisnis.

Kemampuan-kemampuan ini sangat dicari oleh recruiter dan organisasi, karena mereka memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan baik, memecahkan masalah, dan membangun hubungan yang kuat. Social skill adalah suatu keterampilan yang sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di lingkungan kerja, hubungan pribadi, dan situasi sosial lainnya.

3. Kepekaan Terhadap Konflik

Konflik adalah pertikaian antara pihak-pihak yang berusaha memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, otoritas, status, kekuasaan, dan lainnya. Tujuan dari konflik bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk mendominasi pesaing dengan ancaman atau kekerasan. Penyebab konflik melibatkan perbedaan keyakinan, budaya, dan kepentingan. Tahapan konflik melibatkan:

a. Pra-konflik: Ketidaksesuaian tujuan antara pihak-pihak menyebabkan ketegangan dan keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain.

b. Konfrontasi: Konflik semakin terbuka, dan pendukung pihak yang terlibat mungkin melakukan aksi konfrontatif.

c. Krisis: Puncak konflik dengan tingkat ketegangan dan/atau kekerasan yang tinggi, dan komunikasi yang terganggu.

(8)

7 | M a t e r i M a n s o s w a n

atau mencapai penyelesaian.

e. Pasca-konflik: Konflik usai dengan berkurangnya ketegangan dan normalisasi hubungan antara pihak-pihak.

Penyelesaian konflik dapat melibatkan berbagai metode:

a. Avoidance or Exit: Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya karena keterbatasan kekuatan.

b. Coercion: Menerapkan keinginan pihak yang bersengketa pada pihak lain.

c. Negotiation: Pihak-pihak menyelesaikan konflik bersama tanpa melibatkan pihak ketiga.

d. Conciliation: Menyatukan pihak yang bersengketa untuk bersama-sama menilai konflik dengan tujuan penyelesaian.

e. Mediation: Pihak ketiga membantu pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.

Pengetahuan tentang tahapan konflik dan metode penyelesaiannya membantu menganalisis dan mengatasi dinamika konflik dengan lebih efektif.

4. Empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan dapat mendorong tindakan yang sesuai. Penelitian di bidang empati menyoroti beberapa variasi istilah, termasuk:

a. Kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka mental orang lain sehingga dapat memahami emosi dan perasaan mereka.

b. Suatu bentuk inferensi psikologis yang kompleks, yang melibatkan pengamatan, ingatan, pengetahuan, dan penalaran untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

c. Respon afektif yang lebih tepat terhadap situasi orang lain daripada diri sendiri.

d. Respon emosional yang berorientasi pada orang lain, sejalan dengan kesejahteraan orang tersebut.

e. Respon afektif yang berasal dari kekhawatiran atau pemahaman tentang kondisi emosi orang lain, mirip dengan apa yang dirasakan orang lain dalam situasi tertentu.

Empati memiliki aspek kognitif dan afektif. Empati kognitif terkait dengan pemahaman tentang keadaan mental orang lain yang mungkin tidak langsung diamati, serta kemampuan untuk menarik kesimpulan tentang perilaku dan reaksi orang lain. Empati afektif berkaitan dengan bagaimana emosi muncul karena persepsi dari orang lain, baik itu disadari atau tidak (contagion emosional).

Perbedaan kunci antara kedua jenis empati ini adalah bahwa empati kognitif melibatkan pemahaman dari sudut pandang orang lain, sementara empati afektif tidak hanya melibatkan pemahaman tetapi juga berbagi perasaan.

(9)

8 | M a t e r i M a n s o s w a n

MATERI WAWANCARA

Dalam proses seleksi PPPK, tes wawancara merupakan komponen yang digunakan untuk menilai kualitas moral dan etika peserta seleksi PPPK. Wawancara tertulis dirancang untuk mengukur lima aspek kunci:

a. Kejujuran: Mengacu pada kemampuan seseorang untuk berbicara dan bertindak dengan jujur, tanpa menyembunyikan fakta atau memberikan informasi yang menyesatkan.

b. Komitmen: Menilai sejauh mana seseorang memiliki keterikatan dan dedikasi terhadap nilai-nilai atau tujuan tertentu, serta sejauh mana mereka bersedia berinvestasi waktu dan upaya untuk mencapainya.

c. Keadilan: Mengukur pandangan seseorang terkait dengan prinsip keadilan dan kesetaraan, serta bagaimana mereka mengambil keputusan dalam konteks moral yang melibatkan pilihan-pilihan yang adil.

d. Etika: Mengevaluasi kesadaran individu terhadap prinsip-prinsip etika dan apakah mereka menerapkannya dalam perilaku sehari-hari, terutama dalam konteks profesional atau organisasional.

e. Kepatuhan: Melibatkan penilaian terhadap tingkat ketaatan seseorang terhadap norma- norma, aturan, atau nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka, serta sejauh mana mereka mematuhi kode etik atau peraturan yang berlaku.

Wawancara semacam ini akan membantu pemerintah untuk mendapatkan gambaran holistik tentang karakter moral dan integritas peserta seleksi PPPK.

(10)

VISI

Menuju generasi masa depan yang memiliki kualitas diri, kualitas kerja, dan kualitas hidup

bermasyarakat yang baik

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

Kalau yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama

Menggunakan keterampilan dan pemahaman lintas organisasi untuk secara efektif memfasilitasi kebutuhan kelompok yang lebih besar dengan cara-cara yang mengikuti standar

(1999) menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan, kecakapan, atau keterampilan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan, dan memberi

Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik,

C.Kerangka Berfikir Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan lingkungannya baik itu

Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan

Kompetensi sosial Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi : Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan