MEDIA DALAM PEMBELAJARAN A. Pengertian Media Dalam Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran.
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010: 3).
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123). Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.
Pendapat dari beberapa ahli lainnya: Gagne dalam Yusufhadi Miarso (2007: 457) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa/mahasiswa yan g dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs dalam Yusufhadi Miarso (2007:457) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi. Media pendidikan/pembelajaran berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan dari media visual, audio visual, televisi, komputer hingga teknologi modern lainnya.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap hal ini diungkapkan oleh Gerlach dan Ely yang dikutip Azhar Arsyad (2006: 3).
Sementara Sri Anitah (2008: 2) mendefinisikan media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Lebih lanjut Azhar Arsyad (1997: 6-7) mengemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam batasan media, sebagai berikut; (1) media pendidikan memiliki pengertian fisik (hardware) yang dapat dilihat, diraba dan didengar dengan panca indera, (2) media pendidikan memiliki pengertian non fisik (software) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat hardware merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa, (3), penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan video, (4) media pendidikan dapat diartikan sebagai alat bantu proses belajar, (5) media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, (6)media pendidikan dapat digunakan secara masal.
Secara sederhana, media dapat diartikan sebagai alat yang berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari sumber informasi kepada penerima informasi. Pembelajaran sebagai suatu bentuk komunikasi membutuhkan media untuk membantu menyampaikan pesan-pesan belajar kepada peserta didik. Penggunaan media dalam pembelajaran juga dapat mencegah agar tidak terjadi kekeliruan persepsi dalam memahami pesan. Lebih jauh, penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan atensi peserta didik karena media dapat membawa nuansa yang menarik dalam pengalaman belajar peserta didik.
Media dalam arti sempit berarti komponen bahan dan komponen alat dalam sistem pembelajaran. Dalam arti luas media berarti pemanfaatan secara maksimum semua komponen sistem dan sumber belajar di atas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut Hamidjojo yang dimaksud media ialah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga gagasan itu sampai kepada penerima. Sedangkan, McLuhan memberikan batasan yang intinya bahwa media sarana yang disebut saluran, karena pada hakekatnya media telah memperluas dan memperpanjang ke- mampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas jarak dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batasbatas itu hampir menjadi tidak ada. Dan selanjutnya Blacks dan Horalsen berpendapat, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan, di mana medium itu merupakan jalan atau alat dengan mana suatu pesan berjalan antara komunikator ke komunikan.
Berdasarkan pada batasan-batasan di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan pesan) antara komunikator (penyapai pesan) dan komunikan (penerima pe- san).
Sedangkan, istilah pembelajaran atau pengajaran (ungkapan yang lebih banyak dikenal sebelumnya), adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar. Membelajarkan berarti usaha membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar
(siswa) dengan guru, pembelajar atau pengajar (ungkapan yang lebih umum digunakan sebelumnya), sehingga proses pembelajaran seperti ini adalah sebagai bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini yaitu antara pembelajar dan pebelajar ). Meskipun dapat saja terjadi komunikasi langsung antara pebelajar dengan bahan pembelajaran, di sana ada pe- ranan media pembelajaran.
Batasan pembelajaran secara implisit terdapat beberapa kegiatan, yaitu meliputi; kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam upaya bagaimana membelajarkan pebelajar itulah pe- ranan media tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dalam hal ini dipandang sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran atau lebih dikenal sebagai sistem instruksional.
Sebagai suatu sistem pembelajaran meliputi komponen-komponen yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, melainkan saling berkaitan dan memiliki efek sinergi (nilai lebih).
Komponen itu meliputi tujuan, isi, metode atau strategi pembelajaran, media dan sumber belajar serta evaluasi hasil belajar.
B. Landasan dan Urgensi Media Pembelajaran 1. Landasan Media Pembelajaran
a. Landasan Psikologis
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran dipergunakan ditinjau dari kondisi belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi. Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, pemakaian media dalam pendidikan sangat berkaitan dengan perkembangan psikologi belajar siswa.
Pada hakikatnya, tujuan pendidikan, termasuk pengajaran adalah diperolehnya perubahan tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku itu wujud dari hasil belajar.
Yang terpenting dalam proses belajar siswa dilihat dari psikologis tentunya adanya keinginan atau motivasi dan kebutuhan dari siswa itu sendiri. Selain, keinginan yang kuat, motivasi dalam diri sendiri dan lingkunganya tentu akan menambah semangat peserta didik, serta dengan adanya kesadaran kebutuhan bahwa pendidikan dalam hidup itu diperlukan.
Ciri tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar diantaranya adalah terbentuknya tingkah laku berupa kemampuan aktual dan potensial serta kemampuan baru yang yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Studi yang mempelajari tingkah laku adalah psikologi. Dan ada banyak cabang ilmu psikologi diantaranya adalah psikologi belajar. Oleh karena itu, media pembelajaran sebagai upaya membantu siswa mencapai tujuan- tujuan pendidikan dan pengajaran melalui psikologi belajar.
Dalam perkembangannya, belajar tidak bisa dipisahkan dari aspek psikologis. Aspek inilah yang akan sangat mempengaruhi belajar peserta didik secara intern, karena meskipun faktor intern sangat mempengaruhi, namun dominasinya akan kembali pada internal individu yang terlibat langsung proses tersebut.
Sudah menjadi mafhum mukhalafah ketika teori- teori belajar bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu. Karena belajar merupakan bagian dari pendidikan maka psikologi pendidikan pun menjadi teori belajar yang dapat diterapkan.
Ada beberapa aliran psikologi pendidikan yang cukup populer antara lain ; 1) Psikologi Behavioristik, Tokoh- tokoh yang termasuk aliran ini antara lain J.B.
Watson, E.L Torndike dan B F. Skinner. Dalam eksperimenya terhadap tingkah laku binatang berhasil merumuskan teori dengan menggeneralisasikan bahwa perilaku atau tingkah laku menjadi indikator utama bagi seseorang melakukan kegiatan (belajar). Ia tidak memperhatikan keadaan “dalam” seseorang ketika melakukan kegiatan tersebut. Para behaviorist memandang orang yang memberikan responsnya terhadap lingkunganya.
Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Perilaku binatang yang menjadi parameter dalam teorinya seolaholah manusia memiliki sifat seperti binatang, yang gampang terangsang dan mengumbar hawa nafsunya. Oleh karena itu, karena teori ini hanya mengedepankan tingkah laku sebagai indikator dalam belajar, maka muncullah teori baru yang menolak, yaitu cognitifisme.
2) Psikologi Cognitifisme, Pendukung teori ini antara lain adalah J.Bunner, d. Ausubel dan Jean Piaget. Dalam teori ini ranah kognitif lebih merupakan faktor penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Faktor penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Memang kebanyakan orang mengandalkan rasionalitasnya ketika berhadapan dengan kegiatan belajar. Tidak salah ketika ada keluhan bahwa pelajaran tertentu telah menguras otak. Juga tidak keliru ketika nilai matematika seseorang siswa sembilan dikatakan cerdas, otak encer (orang yang intelejensinya tinggi). Namun kemudian tingkat kecerdasan seseorang tidak bias hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Orang sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan kemampuan kognitifnya saja untuk bisa menjadi lebih cerdas dalam dimensi yang lain.
3) Psikoogi Humanistik, Teori ini merupakan gabungan dari teori Behaviorisme dan cognitifistime.Tokohnya diantaranya maslow, JJ. Rousseau dan Carl Rogers. Psikologi yang lebih tepat disebut sebagai gerakan, atau dalam bahasa Maslow “ a third force ” (dimensi ketiga) ini mengakar pada satu aliran filsafat modern, yakni eksistensialisme yaitu menolak paham yang menempatkan manusia semata- mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan.
Mereka percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan,
menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaanya,serta tanggung jawab atas pilihan dan keberadaanya itu.
b. Landasan Sosiologis
Pesatnya penggunaan teknologi di dalam dunia pendidikan pada tahun 1950-an dikarenakan timbulnya kepercayaan terhadaap ilmu pengetahuan sebagai cara untuk memperbaiki mutu kehidupan dan karena ledakan penduduk usia sekolah yang makin banyak. Tantangan tersebut segera memperoleh jawaban dari dunia perekonomian dengan menciptakan pelbagai perangkat keras sebagai bantuan teknologis yang dirancang untuk tujuan pengajaran yang lebih efektif serta ekonomis.
Sekalipun demikian, timbul sedikit keragu-raguan terhadap kemungkinan pendayagunaan dalam jangka panjang dari peralatan teknologi secara luas di kelaskelas dan berbagai bentuk multimedia.
Dalam proses tersebut peranan komunikasi sangat penting, sebab hakikat teknologi pengajaran adalah upaya guru mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan penddikan . Oleh sebab itu, landasan sosial teknologi pengajaran ada pada komunikasi insani.
Berkomunikasi merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan naluriahnya yang selalu ingin berhubungan satu sama lain, saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian hakiki dari kehidupanya yang senantiasa hidup bermasyarakat.
Dengan kata lain, manusia akan kehilangan hakekatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi dengan sesamanya.
Dalam Proses belajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen komponen komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada di kurikulum, sumber pesan bisa guru, siswa, orang lain atau penulis buku dan produser media, saluranya adalah media pendidikan dan penerima pesan adalah siswa atau juga guru.
Proses pengoperan dan penerimaan lambang- lambang yang mengandung makna dimaksudkan bahwa makna lambang dalam perjanjian umum, baik oleh pihak pemakai lambang (komunikator) maupun oleh penerima lambang (komunikan), diartikan sama. Dalam hubungan ini Wilbur Schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi itu ke dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah yaitu ;
1) Enconder, yaitu komunikator, guru yang mempunyai informasi tertentu dan benar, mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal, dan sampai kepada penerima informasi, yaitu para siswanya.
2) Sign/signal, yaitu pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima.
3) Decoder, yaitu komunikan yang dalam konteks pendidikan adalah siswa yang menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesanya yang diterima.
c. Landasan Teknologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi komunikasi dan informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat untuk selanjutnya berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan pola tradisional, karena cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Hasil teknologi telah sejak lama dimanfaatkan dalam pendidikan. Banyak yang diharapkan dari alat- alat teknologi pendidikan yang membantu mengatasi berbagai masalah pendidikan sehingga dapat membantu siswa belajar secara individual dengan efektif dan efisien.
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan penerapan, dan penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia.
Dengan demikian, aspek- aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software.
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan siswa belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknologi berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan disaignnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi.
Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknologi dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap siswa akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
d. Landasan Filosofis
Konsep model pendidikan secara filosofis mirip dengan model pendidikan klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan. Dengan demikian, maka dalam konteks masyarakat yang lebih luas titik berat penekanannya ditujukan kepada dimensi- dimensi, kecenderungan-kecenderungan untuk timbulnya masyarakat teknologi.
Dalam kenyatannya, perubahan ke masa datang itu terlalu cepat sehinggan dengan cepat pula mempengaruhi kebudayaan dewasa ini. Perubahan tersebut terjadi karena dipicu oleh kemampuan teknologi modern. Manusia dalam anggapan pendidikan teknologis dipandang sebagai makhluk yang berperilaku lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk lainya.
Manusia hidupnya diliputi oleh pelbagai pemikiran ilmiah dari keinginan serta tanggung jawabnya bisa terbebas dari tindakan serta akibatnya. Segala perilakunya dipengaruhi oleh lingkungannya.Begitupun dengan pengetahuan, tidak bisa diperoleh begitu saja, harus melalui pengamatan dan data yang empiris dan dapat diukur dan dibuktikan secara shahih.
Pendidikan adalah modifikasi dari perilaku yang dicapai melalui aplikasi kondisi yang diperkuat, melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajarn menggantikan peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data dan ketrampilan yang berguna bagi jabatan atau kedudukannya di bidang teknologi di masa yang akan datang.
Bantuan-bantuan teknologi kepada manusia, memungkinkan manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologis yang sangat kompleks. Teknologi di pandang sebagai suatu alat atau sarana yang bebas nilai, bisa dipakai untuk kesejahteraan, atau sebaliknya bisa juga dipergunakan untuk kebinasaan.
Kurikulum teknologis berorientasi ke masa depan, yang mengandung teknologi sebagai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu, dalam pendidikan lebih mengutamakan penampilan lahiriyah atau eksternal denagn penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah yang secara karakteristik menuju kearah komputerisasi program pengajaran ideal, sesuai dengan prinsip- prinsip cybernetic.
Dalam proses belajar mengajar, model pendidikan teknologis lebih menitikberatkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran disusun ke tingkat kesiapan siswa sehinggan siswa mampu mempertunjukan perilaku tertentu yang diharapkan.
Manfaatnya yang sangat besar dari model kurikulum teknologis ini adalah materi pelajaran dapat di sajikan kepada siswa dalam pelbagai bentuk multimedia. Para siswa meneriama karena pelajaran karena penyajian pelajaran seperti pada model Pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam menangkap pelajaranya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistis, serta lebih impresif. Para siswa menyerap sejumlah besar pola pikir dan materi pelajaran yang kompleks secara efisien karena ketrampilan baru yang diperolehnya akan segera bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat yang lebih luas.
e. Landasan Historis
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran ialah rasional penggunaan media pembelajaran yang ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui latar belakang sejarah penggunaan konsep media pembelajaran marilah kita ikuti penjelasan berikut ini.
Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923.Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada siswa.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau
“audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”.
Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman siswa melalui mata dan telinga. Pemanfaatan konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut
Pengalaman” dari Edgar Dale. Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an.
Dengan diterapkannya konsep komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi atau bahan) kepada penerima (siswa).
Gerakan komunikasi audio visual memberikan penekanan kepada proses komunikasi yang lengkap dengan menggunakan sistem pembelajaran yang utuh. Jadi konsepsi audio visual berusaha mengaplikasikan konsep komunikasi, sistem, disaign sistem pembelajaran dan teori belajar dalam kegiatan pembelajaran Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya.
Karena pada intinya konsepsi ini ialah mengaplikasikan proses komunikasi dan sistem dalam merencanakan dan mengembangkan materi pembelajaran. Beberapa istilah merupakan variasi penggunaan penggunaan konsepsi “intruksional materials” adalah “teaching learning materials” dan “learning resources”.
Dalam tahun 1952 ini juga telah digunakan istilah “educational media” dan “instructional media”, yang sebenarnya secara konsepsional tidak mengalami perubahan dari konsepsi sebelumnya, karena di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kegiatan komunikasi pendidikan yang ditimbulkan dengan penggunaan media tersebut.
Puncak perkembangan konsepsi ini terjadi sekitar tahun 1960-an. Dengan mengaplikasikan pendekatan sistem, teori komunikasi, pengembangan sistem pembelajaran, dan pengaruh psikologi Behaviorisme, maka muncullah konsep “educational technology” dan atau
“instructional technology” di mana media pendidikan atau media pembelajaran merupakan bagian dari padanya.
f. Landasan Empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
2. Urgensi Media Pembelajaran
Dengan memahami konsep media dan peranannya sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, maka kedudukan media dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tidak dapat dipandang hanya sebatas sebagai alat bantu yang boleh diabaikan manakala media tersebut tidak tersedia. Perlu dipahami bahwa kedudukan media pembelajaran dapat memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dengan demikian fungsi media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pembelajaran dan bertumpu pada tujuan, materi, pendekatan, metode dan evaluasi pembelajaran. Asyhar (2011:12) menjabarkan empat alasan rasional mengapa mediapembelajaran itu penting untuk digunakan dalam pembelajaran, yakni (1) meningkatkan mutu pembelajaran, (2) tuntutan paradigma baru, (3) kebutuhan pasar, (4) visi pendidikan global.
Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Salah satu faktor penting dalam membangun kualitas pendidikan adalah kualitas tenaga pendidik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Guru seharusnya memiliki keterampilan yang memadai untuk mendesain, mengembangkan, dan memanfaatkan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi belajar peserta didik. Dengan meningkatnya motivasi dan minat belajar diharapkan dapat mencerna dan menerima pembelajaran dengan mudah. Namun, keterampilan guru di Indonesia pada umumnya masih rendah dan cenderung lebih senang menggunakan pendekatan yang berbasis pada guru dengan menerapkan metode ceramah dari pada menggunakan pendekatan pada peserta didik dengan menerapkan aktivitas pembelajaran.
Rapidbe (2012) menjabarkan dampak aktivitas pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan peserta didik seperti di bawah ini:
10% dari apa yang dibaca
20% dari apa yang didengar
30% dari apa yang dilihat
50% dari apa yang dilihat dan didengar
70% dari apa yang ditulis dan katakan
90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.
Dari persentase perbedaan pemahaman yang diperoleh melalui berbagai indera seperti disebutkan di atas, maka rancangan media dapat diarahkan untuk mendorong optimalisasi pemanfatan media pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas-aktivitas membaca, mendengar, melihat, menulis, mengucapkan dan melaksanakan. Artinya, media audio, visual, vedeo, dan media interaktif seperti yang dijelaskan sebelumnya perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan daya kreativitas peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Tuntutan Paradigma Baru
Paradigma baru pendidikan mengharuskan tenaga pendidik berperan bukan hanya sekedar memindahkan pengetahuan kepada peserta didik atau sekedar memberi hafalan, melainkan juga harus menjadi fasilitator, perancang pembelajaran, mediator, dan bahkan sebagai manager dalam ruang kelas. Peserta didik diharapkan bukan sekedar menghafal, mengerti, dan menguasai isi pembelajaran, melainkan juga mampu menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan bahkan menciptakan sesuatu yang dibutuhkan dalam dunia nyata. Prinsip pembelajaran Merrill yang mencakup demonstrasi, aplikasi, prinsip berbasis pada tugas, aktivasi, dan integrasi perlu dijadikan pijakan untuk membangun pengetahuan yang sesuai dengan dunia nyata, seperti dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Merrill
Kelima fase tersebut dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip, seperti (1) belajar difasilitasi bila peserta didik terlibat dalam strategi pembelajaran yang berpusat pada tugas, (2) belajar difasilitasi ketika pengetahuan diaktifkan sebagai dasar untuk mendapatkan pengetahuan baru, (3) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru didemonstrasikan pada peserta didik, (4) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru diterapkan oleh peserta didik, (5) belajar difasilitasi ketika pengetahuan baru terintegrasi ke dalam dunia peserta didik. Artinya, media pembelajaran harus disesuaikan dengan tugas sehingga mudah untuk diaktivasi, dilakukan, diintegrasikan, dan didemosntrasikan.
Kebutuhan Pasar
Penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pasar agar lulusan yang dihasilkan dapat mengikuti perkembangan zaman. Lembaga pendidikan seharusnya merancang media pembelajaran dengan mengkaji dan memahami perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini. Sering terjadi, tenaga pendidik pada institusi pendidikan kalah cepat dengan derasnya arus kemajuan teknologi, akibatnya alumni yang
dihasilkan tidak mampu berkompetisi dengan pasar kerja yang menyebabkan mereka lebih banyak yang menganggur. Di sinilah pentingnya peserta didik dibekali dengan pembelajaran yang memanfaatkan aneka sumber belajar, alat peraga, dan media pembelajaran mutakhir.
Visi Pendidikan Global
Memasuki abad ke-21 sekarang ini, berbagai model pendidikan tradisional yang mengandalkan pertemuan face to face memperlihatkan pergeseran yang hebat, di mana pendidikan online (jejaring) telah membawa dampak pada perubahan-perubahan yang menantang. Lahirnya kecenderungan baru seperti bersekolah di rumah (home schooling), belajar mandiri (self-study), dan pendidikan jarak jauh (distant learning) telah menjadi kebanggaan tersendiri dan dipandang sebagai model pendidikan paling bergensi saat ini.
Media facebook, twitter, blog, youtube, dan berbagai fasilitas permainan seolah menjadi tradisi baru dalam dunia anak-anak usia sekolah saat ini. Rumah yang berfungsi sebagai sekolah menjadi tren baru pada kebanyakan Negara dan bahkan sudah terasa di beberapa kota di Indonesia saat ini.
Pembiayaan pendidikan seperti buku dan peralatan lain, pakaian seragam, biaya transportasi, biaya kursus atau les privat yang semakin tinggi serta politisasi pendidikan yang kurang berpihak pada masyarakat plus beban tugas seperti pekerjaan rumah, ujian lokal dan nasional, ketidakadilan penilaian dan berbagai permasalahan pendidikan lainnya membawa kejenuhan tersendiri bagi masyarakat. Di sisi lain, fasilitas Internet seperti tumbuhnya warnet, café net, dan bahkan RT-net telah memberi kemudahan tersendiri bagi masyarakat, di mana pembiayaan amat sangat terjangkau bagi semua kalangan. Di sini homeschooling, self study, dan distance learning menjadi pilihan tepat bagi sebagian masyarakat saat ini. Di samping itu, kurikulum, materi ajar, dan ujian berstandar internasional yang didesain khusus bagi anak yang memilih bersekolah di rumah telah tersedia di berbagai situs Internet dan bahkan untuk mendapatkan pengakuan internasional pun menjadi lebih mudah.
Teknologi mutakhir harus dirancang sedemikian mudah bagi guru, pengetahuan dan keterampilan guru harus selalu ditingkatkan, dan berbagai fasilitas belajar dengan memanfaatkan aneka sumber harus selalu tersedia untuk menghindari rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah.
Proses pembelajaran efektif terjadi jika media pembelajaran yang digunakan memiliki kesan pada peserta didik, kesan pada media yang digunakan menggambarkan urgensi media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Secara garis besar urgensi media dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas shingga mempermudah siswa dalam memahami pesan yang disampaikan.
2. Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera.
3. Menarik minat perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
4. Meninmbulkan gairah belajar siswa.
5. Memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih lansung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
6. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minantnya.
7. Mempersamakan pengalaman dan persepsi antar siswa dalam menerima pesan (Syaffruddin Nurdin, 2016).
Dengan demikian, urgensi media dalam proses pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan. Bahkan boleh dikatakan sejajar dengan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sebab antara metode dan media memiliki sinergitas dalam mendukung proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Oleh karena itu, sangatlah penting adanya media dalam proses pembelajaran.
Jika media memiliki urgensi dalam pembelajaran, setidaknya alur pemanfaatan media adalah sebagai berikut:
Alur Penggunaan Media Pembelajaran
Secara deskriptif, alur penggunaan media pembelajaran dimulai dari sumber pesan yakni seorang guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dengan menggunakan media, di dalam media berisi tentang pesan. Adapun pesan dalam media berisikan tentang materi yang akan disampaikan pada proses pembelajaran saat di dalam kelas, kemudian pesan di dalam media disampaikan kepada penerima pesan dalam hal ini adalah peserta didik.
Dengan demikian media pembelajaran yang digunakan, memiliki beberapa urgensi dalam proses pembelajaran bagi guru atau tenaga pengajar diantaranya:
1. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
2. Memudahkan guru dalam mengefektifkan waktu.
3. Mempermudah guru menyampaikan pesan secara jelas kepada peserta didik/siswa.
4. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran
5. Mempermudah siswa dalam memahami proses pembelajaran yang disampaikan.
C. Peran dan Fungsi Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek yang lain harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik dalam bukunya Azhar Arsyad mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.
Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi (kesan- kesan yang masih tersimpan dalam ingatan) anak terhadap materi pelajaran. Sejalan dengan perkembangan zaman, fungsi media belajar tidak lagi hanya sebagai alat peraga/alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pengajaran terhadap siswa. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar, media secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasai hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan mereka.
Menurut Asnawir dan Basyirudin Usman, saat ini media belajar mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi kongkrit).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).
d. Semua indera siswa dapat diaktifkan, kelemahan satu indera dapat diimbangi oleh kekuatan indera lainnya.
e. Lebih manarik perhatian dan minat belajar siswa dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.
Sedangkan dalam buku Media Instruksional Edukatif, menurut Rohani Derek Rowentree mengemukakan fungsi media belajar sebagai berikut: (a) Membangkitkan motivasi belajar (b) Mengulang apa yang telah dipelajari (c) Menyediakan stimulasi belajar (d) Mengaktifkan respon peserta didik (e) Memberikan balikan yang segera (f) Menggalakkan latihan yang serasi.
Ada beberapa pendapat tentang fungsi media pembelajaran. Peranan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang sangat menentukan efektivitas dan efisiensi pencapain tujuan pembelajaran. McKown dalam bukunya “Audio Visual Aids To Instruction”
mengemukakan empat fungsi media. Keempat fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media pembelajaran yang tadinya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang tadinya teoritis menjadi fungsional praktis. Kedua, membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini media menjadi motivasi ekstrinsik bagi pebelajar, sebab penggunaan media pembelajaran menjadi lebih menarik dan memusatkan perhatian pebelajar. Ketiga, memberikan kejelasan, agar pengetahuan dan pengalaman pebelajar dapat lebih jelas dan mudah dimengerti maka media dapat memperjelas hal itu. Terakhir, keempat, yaitu memberikan stimulasi belajar, terutama rasa ingin tahu pebelajar. Daya ingin tahu perlu dirangsang agar selalu timbul rasa keingintahuan yang harus penuhi melalui penyediaan media
Fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini.
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
b. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan komponen yang ingin dicapai dan pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
d. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan. Dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian peserta didik semata.
e. Media pembelajaran bias berfungsi untuk mempercepat proses belajar.
Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran pesrta didik dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
f. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pada umumnya hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
g. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Selain fungsi-fungsi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, media pembelajaran ini juga memiliki peran dan manfaat sebagai berikut.
a. Peranan media pembelajaran menurut Ahmad Rohani (1997), diantaranya adalah:
Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
Media pembelajaran mengatasi batas-batas ruang kelas.
Mengamati benda yang terlalu kecil.
Mengamati benda yang bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Mengamati suara yang halus untuk didengar.
Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
Media pembelajaran berperan membangkitkan minat belajar yang baru.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran berperan untuk membantu mewujudkan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat mengatasi permasalahan- permasalahan yang menyangkut pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana (2005) bahwa media pembelajaran berperan untuk mengatasi kesulitan proses pembelajaran.
b. Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak, Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada peserta didik bisa dikonkretkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin bisa menggunakan media gambar atau bagan sederhana.
c. Menghadirkan obyek-obyek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya, guru menjelaskan dengan menggunakan harimau dan beruang atau hewan-hewan lainnya, seperti gajah, jerapah, dinasaurus.
d. Menampilkan obyek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya, guru akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, atau menampilkan obyek-obyek yang terlalu kecil, seperti bakteri, virus, semut, nyamuk atau hewan/benda kecil lainnya.
e. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) dalam media film kita memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya anak panah atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah.
Selain peran dan manfaat di atas, masih banyak peran manfaat media pembelajaran yang lainnya. Kali ini, coba Anda deskripsikan penjelasan mengenai peran dan manfaat media pembelajaran di bawah ini dengan menggunakan bahasa anda sendiri!
Dengan menggunakan media pembelajaran
a. Memungkinkan peserta didik berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing- masing peserta didik
c. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
e. Menyajikan pesan atau bahan ajar/informasi belajar secara serempak bagi seluruh peserta didik.
f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar peserta didik.
D. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat dan kegunaan media pembelajaran adalah membuat kongkrit konsep-konsep yang abstrak, menghadirkan obyek-obyek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, menampilkan obyek yang terlalu besar atau kecil, dan memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Secara umum manfaat media pembelajaran dan sumber belajar sebagai berikut:
a. Manfaat media pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus manfaat media pembelajaran seperti dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2) Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beraneka ini dapat direduksi, sehingga materi tersampaikan secara seragam.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
4) Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.
5) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
6) Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada siswa.
7) Jumlah waktu belajar dapat dikurangi.
8) Seringkali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar.
Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media dengan baik.
9) Kualitas belajar siswa dapat lebih ditingkatkan
10) Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efesien, tetapi juga membanu siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh.
11) Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
12) Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa bergantung pada keberadaan guru.
13) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
14) Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu.
15) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
16) Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya.
b. Manfaat sumber belajar
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:
(a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa di SD.