127 BAB XIV
MEMBAYAR PAJAK WUJUD PENGAMALAN SILA SILA PANCASILA.
14.1 Membayar Pajak Wujud Pengamalan Pancasila.
a. Pancasila sebagai Dasar Pembentukan Pribadi Bermartabat.
Manusia selain sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial merupakan ciptaan Allah SWT yang memberikan kehidupan dan rejeki. Manusia hanya akan menjadi insan bermartabat, apabila selalu ingat dan menyadari bahwa ia harus mampu mengharmoniskan hubungannya dengan sesama (hablu minan nas) dan juga dengan Tuhan (hablu minallah).
Pancasila sebagai pembentuk pribadi yang bermartabat dengan rincian sebagai berikut : a). Nilai-nilai dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang meliputi dua hal, yaitu rasa syukur dan nilai toleransi.
1) Rasa Syukur
Syukur adalah rasa terima kasih atas segala kenikmatan yang diterima dari Sang Maha Kuasa Pemberi Rizki yang meliputi:
(1) Secara lisan dalam bentuk ucapan yang lahir dari kesadaran berterima kasih atas segala nikmat yang diperoleh, dan
(2) Secara tindakan dalam bentuk menyalurkan sebagian rizki yang diterima kepada pihak lain yang membutuhkan. Salah satu bentuknya adalah kepatuhan membayar pajak.
2) Nilai Toleransi
Toleransi adalah semangat saling memahami perbedaan, dalam konteks kehidupan beragama adalah semangat memahami perbedaan keyakinan sehingga dapat menghindarkan konflik antar umat beragama. Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah semangat untuk saling berbagi antara yang mampu dengan yang kurang mampu. Bentuk kewajiban antara lain membayar pajak bagi para wajib pajak yang nominal
128 besarannya tidak sama. Tentunya sesuai dengan hitungan standar yang telah di tentukan oleh aturan perpajakan.
Fungsi utama toleransi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setidaknya ada dua, yaitu :
(1) Mencegah konflik yang ditimbulkan adanya kecemburuan sosial dari kaum yang tidak mampu (secara materiil) terhadap komunitas yang mampu (secara materiil), dan
(2) Menciptakan kehidupan harmonis sesama warga negara, baik yang mampu maupun yang kurang mampu.
Nilai toleransi bertujuan mencegah terjadinya konflik dan menciptakan kehidupan harmonis. Wujud kesadaran sosial antara lain patuh melakukan pembayaran pajak penghasilan sebagai wujud toleransi bagi sesama dan dapat meredam sikap ego sentris dimana harta hanya untuk diri dan keluarga atau kelompoknya saja. Bentuk kepatuhan pembayaran pajak lain dapat berupa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (Pph) dan sebagainya.
b). Nilai Kedermawanan
Kedermawanan adalah sikap suka berbagi terhadap sesama dengan cara menyisihkan sebagian rizkinya kepada pihak lain, antara lain dengan cara menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membayar pajak seperti hal-hal di atas. Negara dalam hal ini berperan sebagai mediator antara komunitas yang mampu dan mereka yang membutuhkan, dan peran serta pemerintah mengatur pembangunan negara
Fungsi utama kedermawanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setidaknya ada dua, yaitu:
(1) Mengungkapkan kemurahan hati antar sesama warga negara, sehingga melahirkan kehidupan bermasyarakat yang sehat yang dapat menimbulkan ketenteraman dan kebahagiaan, dan
(2) Menciptakan rasa aman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena komunitas yang kurang mampu merasa diperhatikan sehingga mereka tidak terjerumus kedalam tindakan kejahatan dan anarkhis.
129 c). Nilai Kerendahan Hati.
Adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri agar tidak bergaya hidup mewah, yang dapat memancing kecemburuan sosial dalam kehidupan bersama.
Fungsi utama kerendahan hati, ada dua, yaitu:
(1) Melahirkan suasana kedamaian dalam kehidupan bersama, karena pihak yang mampu tidak memamerkan kekayaannya secara berlebihan kepada lingkungan sekitarnya, dan
(2) Menciptakan perasaan simpati dan empati dari kedua belah pihak dalam bentuk hubungan dan semangat kekeluargaan.
d). Nilai Keikhlasan
Keikhlasan adalah suatu perasaan rela berbagi kepada pihak lain tanpa mengharapkan balasan atau melakukan perbuatan baik tanpa syarat dan dilakukan dengan tulus.
Fungsi utama keikhlasan ada dua macam, Pertama adalah melahirkan suasana kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang alamiah. Pihak yang mampu merasa bahwa kewajiban mereka adalah membantu sesama dan dilakukan secara tulus sesuai dengan hati nuraninya. Kedua adalah melahirkan ketenangan batin bagi yang mampu, karena telah menunaikan kewajibannya.
2). Nilai-nilai dalam Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila kemanusiaan mengandung nilai atas pentingnya sikap saling menghormati dalam hidup bersama dan tidak saling mencederai perasaan pihak lain, mampu menjalin kehidupan bersama secara harmonis dalam wujud persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan.
a). Nilai Kemanusiaan Universal Nilai ini terwujud dalam dua fungsi
(1) Fungsi utama nilai hidup untuk sesama adalah kesadaran sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Artinya sebagai individu manusia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, namun dalam waktu yang bersamaan manusia membutuhkan orang lain untuk mendukung segala aktivitasnya.
130 (2) Tidak boleh ada perbedaan antara yang mampu dan tidak mampu, karena pada hakikatnya semua orang membutuhkan perhatian, selalu ingin dihormati, dihargai, dikasihi dan diketahui keberadaannya.
b). Nilai Keadilan
Dalam nilai keadilan ada tiga hal, yaitu
(1) Nilai kesetiakawanan, orang yang mampu harus memiliki sikap solidaritas terhadap orang yang tidak mampu,
(2) Nilai skandal sosial, kalau sampai ada orang yang mampu tidak mau berbagi, maka hal tersebut merupakan perbuatan yang dapat menurunkan / merendahkan harkat dan martabat orang yang mampu tersebut, dan
(3) Kemiskinan sifatnya tidak alamiah, artinya setiap manusia dapat memperjuangkan haknya untuk hidup layak dan bermartabat.
c). Nilai Keadaban
Nilai keadaban mengacu pada kehalusan dan kebaikan budi pekerti, sopan santun dan akhlak yang baik.
3). Nilai nilai dalam Sila Persatuan.
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai solidaritas senasib sepenanggungan dan rasa cinta tanah air. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ini ada beberapa.
Berikut ini diuraikan nilai-nilai yang dimaksud:
a). Rasa Memiliki
Rasa memiliki adalah kesadaran untuk terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ada beberapa aspek yang terkandung dalam rasa memiliki, antara lain adalah :
- Kesadaran atas hak sebagai warga negara dan - Kesadaran atas kewajiban sebagai warga negara.
b). Cinta Tanah Air.
Berkaitan dengan nilai cinta tanah air Daoed Joesoef (mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1987) mengatakan bahwa :
131 (1) Cinta Tanah Air dalam arti riil, yaitu rasa cinta terhadap negara dalam arti
fisik seperti cinta tanah kelahiran.
(2) Cinta Tanah Air dalam arti formal, yaitu kesadaran atas hak dan kewajiban dalam konteks hukum, misalnya ketaatan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan kewajiban kenegaraan melalui kepatuhan membayar pajak sebagai salah satu wujud bela negara.
(3) Cinta Tanah Air secara mental, yaitu seperangkat nilai ideologis yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Cinta Tanah Air menurut Lembaga Ketahanan Nasional mencakup tiga aspek, yaitu :
(1) Mensyukuri apa yang diperoleh dalam hidup dan kehidupan, (2) Menjaga agar negaranya tetap aman, dan
(3) Waspada akan segala sesuatu yang membahayakan kehidupan bangsa.
c). Nasionalisme
Nasionalisme saebagai rasa syukur, terdiri dari dua aspek, yaitu Negatif Defensif dan Positif Progresif :
Negatif Defensif berarti Nasionalisme sebagai rasa syukur yang bersifat negatif defensif adalah kemampuan setiap warga negara melawan musuh negara dan keburukan yang dilakukan oleh orang terhadap negara, seperti korupsi, dan orang yang hanya menikmati hasil pembangunan tanpa ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam proses pembangunan tersebut. Adapun Positif Progresif Adalah kemampuan setiap warga negara mengolah potensi dan sumberdaya yang dimiliki untuk kemakmuran dan kejayaan bangsa. Sebagai contoh adalah kontribusi warga negara dalam kepatuhan membayar pajak sehingga negara memiliki sumberdaya yang cukup untuk dapat melaksanakan kemakmuran dan kejayaan bangsa.
132 4). Nilai-nilai dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Sila keempat mengandung nilai yang berkaitan dengan kesediaan untuk menerima pendapat orang lain dan menerima keputusan yang telah disepakati bersama. Nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk antara lain, berupa:
(1) Memadukan pendapat pribadi dengan pendapat orang lain sebagai contoh : sikap mengalah atau sikap diam untuk menghindari konflik,
(2) Menciptakan suasana dialogis dalam berkomunikasi sehingga melahirkan rasa kebersamaan, dan
(3) Semangat musyawarah untuk mencapai mufakat dengan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan.
5). Nilai-nilai dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai Sila kelima diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga). Ketiga segitiga yang dimaksud adalah :
(1) Keadilan distributif, yaitu hubungan keadilan antara negara dengan warganya. Negara wajib memenuhi keadilan dengan cara membagikan hak bagi warganya dengan adil. Adil dalam hal ini adalah sesuai dengan haknya, dengan aturannya, dengan apa yang telah disepakati.
(2) Keadilan legal, yaitu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara. Dalam hal ini warga negara wajib memenuhi keadilan terhadap negaranya. Sebagai contoh, hak warga negara dalam bela negara.
(3) Keadilan komutatif yaitu keadilan antar sesama warga negara. Secara kejiwaan cita-cita keadilan meliputi seluruh unsur manusia dan bersifat monopluralis. Hakikat mutlak manusia adalah memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidup dan kehidupannya, baik fisik maupun psikis, baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Semua hal di atas merupakan realisasi hubungan kemanusiaan yang utuh yaitu hubungan manusia dengan dirinya, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
133 14.2 Pentingnya Perwujudan Pancasila dalam Kesadaran Pajak
Ada beberapa hal yang masih perlu terus dibangun, berupa kecerdasan ideologis, yaitu cara pandang masyarakat dalam memperluas pemikiran dan pemahaman terhadap ideologi bangsa dan negara.
Pertama adalah kesadaran terkait hak dan kewajiban sebagai warga negara perlu dilakukan sedini mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Namun harus diimbangi dengan keteladanan dalam bentuk nyata di bidang hukum, ekonomi dan politik.
Kedua adalah kesadaran terkait Penanaman nilai toleransi perlu dikembangkan lebih luas lagi untuk mengantisipasi semangat fanatisme daerah, kelompok bahkan agama yang cenderung memprihatinkan. Aturan tegas diperlukan untuk menindak perilaku dari sikap intoleransi yang dapat memecah belah bangsa Indonesia.
Ketiga adalah norma kolektif perlu diinterpretasikan sesuai dengan semangat perkembangan jaman. Hal ini bertujuan agar generasi muda tidak menganggap nilai- nilai lama itu hanya merupakan bentuk pengulangan yang menghambat kemajuan sehingga nilai modern diterapkan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
Keempat adalah nilai ideal sebagai tuntunan perlu ditanamkan secara optimal dalam Pendidikan formal, informal dan non formal melalui strategi dan metode pengajaran yang sesuai dengan problem aktual yang berkembang di masyarakat.
Hal kelima mencakup lima hal, yaitu :
1. Keyakinan akan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui budi pekerti, tata krama, sopan santun dan aturan aturan lain untuk saling menghormati dan menghargai sesama serta dan toleransi antar umat beragama.
2. Kemampuan menghargai perbedaan dan mampu melakukan pengendalian diri dalam ruang publik melalui komunikasi dan dialog berdasarkan atas moralitas kemanusiaan universal.
3. Kemampuan memprioritaskan kepentingan bangsa dan negara serta memiliki semangat pengorbanan yang terbina dari setiap warga negara dengan cara menyelaraskan antara kepentingan politik, kepentingan bangsa dan negara
134 disertai dengan kemampuan memahami symbol-simbol negara sebagai konsensus hidup bersama.
4. Kemampuan berkomunikasi dengan semangat musyawarah dalam pengambilan keputusan.
5. Kemampuan memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri dan menemukan keseimbangan antara nilai ideal yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa dengan nilai kenyataan dalam hidup dan kehidupan.
Kepatuhan membayar pajak bagi warga negara yang mampu merupakan wujud pengamalan nilai nilai Pancasila. Seseorang yang memiliki kewajiban dalam membayar pajak, ketika yang bersangkutan patuh, dengan sendirinya telah mengamalkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengamalan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bagi wajib pajak berupa wujud toleransi antara warga yang mampu kepada warga yang tidak mampu.
Pengamalan Sila Persatuan Indonesia berupa rasa kebersamaan atau solidaritas antar warga negara.
Pengamalan Sila Kerakyatan yasng dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan merupakan perwujudan sikap bijaksana dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pengamalan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan perwujudan keadilan legalitas, yaitu ketaatan negara dalam melaksanakan hukum yang berlaku dalam hal ini ketentuan membayar pajak bagi wajib pajak.
Mengacu panduan pembelajaran Kesadaran Pajak untuk Pendidikan Tinggi dari Dirtjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristek Dikti Cetakan 1 tahun 2017 disebutkan bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila membelajarkan kesadaran pajak dalam konteks :
1. Membayar pajak sebagai perwujudan pengamalan sila keTuhanan Y.M.E.
2. Membayar pajak sebagai perwujudan pengamalan sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Membayar pajak sebagai perwujudan pengamalan sila Persatuan Indonesia.
135 4. Membayar pajak sebagai perwujudan pengamalan sila Kerakyatan.yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan Perwakilan.
5. Membayar pajak sebagai perwujudan pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.