• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMALAN PANCASILA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMALAN PANCASILA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i Oleh :

R. Muhammad Taufiq sujatmikanto

11.01.2893

Kelompok B

11/D3TI/02

Pendidikan Pancasila

Irton, SE, M. SI

STIMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl. Ring Road Utara Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta

PENGAMALAN

(2)

ii Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya makalah berjudul “Pengamalan Pancasila” ini dapat dibuat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Pancasila. Terima kasih juga kepada orangtua penulis yang telah memberikan dukungan spirtual dan materi, begitupun penulis mengucapkan terimakasih atas peran serta seorang pendidik pendidikan pancasila di STIMIK AMIKOM Yogyakarta, Irton, SE, M. SI. Dan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam memberikan semangat.

Diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi bahan referensi untuk materi pendidikan Pancasila kedepannya. Diharapkan juga kritik dan saran untuk penulisan agar dapat memberikan yang terbaik ke depannya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2011 Penulis

(3)

iii Daftar Isi

Kata pengantar... ii

Daftar isi... iii

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang... 1 b. Rumusan Masalah... 1 c. Tujuan... 2 d. Manfaat ... 2 e. Ruang lingkup ... 2 BAB II PENDEKATAN 1. Landasan Historis ... 3 2. Landasan Sosiologis ... 4 3. Landasan Yuridis ... 5

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Pancasila ... 6

B. Makna sila-sila pancasila ... 7

C. Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila.... 11

D. Pengamalan pancasila secara subjektif dan objektif ... 13

E. Realisasi pengalaman Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan Iptek ... 17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

(4)

iv BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai warga yang baik, setia kepada nusa dan bangsa, seharusnyalah mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang selakigus sebagai dasar filsafat negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan bersama bangsa Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam kondisi negara yang terancam. Hal ini terbukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadipegangan ketika terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksitensi bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan cerminan dari karekter bangsa dan negara Indonesia yang beragam. Semua itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, yakni sebagai; jiwa bangsa Indonesia, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa Indonesia, dan pedoman hidup bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting dan mendasar oleh setiap warga negara, dalam segala aspek kenegaraan dan hukum di Indonesia. Pengalaman pancasila yang baik akan mempermudah terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah ini dibuat berdasarkan masalah-masalah yang dihimpun dan dijadikan patokan dalam penulisan makalah ini, adapun masalah pokok di dalam makalah ini adalah

1. Pengertian dari Pancasila 2. Makna dari sila-sila pancasila

(5)

v 4. Pengamalan pancasila secara subjektif dan Objektif

5. Realisasi pengalaman Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan Iptek

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah : 1. Pemenuhan tugas Pendidikan Pancasila

2. Dapat mengerti akan suatu hal yang berupa landasan paham berbangsa dan bernegara

3. Dapat mengerti tentang pengamalan Pancasila

D. Manfaat

Adapun manfaat setelah mebuat makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengerti akan paham yang terkandung di dalam pancasila

2. Mahasiswa dapat mengerti akan pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila

3. Mahasiswa dapat mengerti akan pengamalan pancasila secara subjektifdan objektif

4. Mahasiswa dapat mengerti akan realisasi pengalaman Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan Iptek

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang menjadi pembatas poko di dalam makalah ini berupa Pengertian dari Pancasila, Makna dari sila-sila pancasila, Pola pelaksanaan pedoman pelasanaan pengamalan pancasila, Pengamalan pancasila secara subjektif dan Objektif, Realisasi pengalaman Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan Iptek

(6)

vi BAB II

PENDEKATAN

A. Landasan Historis

Pancasila di lahir tanggal 1 Juni 1945. Pada mulanya, pada sidang BPUPKI tampil beberapa tokoh untuk berpidato menyampaikan pandangannya. Dari sekian banyak pembicara, ada tiga tokoh yang paling dipertimbangkan pandangan-pandangannya. Mereka adalah Mr. Moh Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

Pidato Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan lima dasar negara kebangsaan Indonesia, yakni sebagai berikut.

a. Peri Kebangsaan. b. Peri Kemanusiaan. c. Peri Ketuhanan. d. Peri Kerakyatan. e. Kesejahteraan Rakyat.

Mr. Supomo dalam pidatonya tanggal 31 Mei 1945 menyampaikan dasar-dasar negara yang diajukan sebagai berikut.

a. Persatuan. b. Kekeluargaan.

c. Keseimbangan lahir dan batin. d. Musyawarah.

e. Keadilan Rakyat.

Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengajukan usulan nama lima asas yang disebut dengan Pancasila. Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945 sering disebut sebagai hari lahirnya Pancasila. Sila-sila yang diusukan Ir. Soekarno sebagai berikut.

a. Kebangsaan Indonesia.

b. Internasionalisme atau perikemanusiaan. c. Mufakat atau demokrasi.

(7)

vii e. Ketuhanan Yang Maha Esa.

BPUPKI membentuk panitia kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini dikenal sebagai panitia sembilan yang anggota-anggotanya adalah Drs. Moh Hatta, Mr. Moh Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wakhid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan melahirkan rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta(Jakarta Charter). Rumusan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemuluk-pemeluknya.

b. Dasar Kemanusiaan yang adil dan beradap. c. Persatuan Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarakatan/perwakilan.

e. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Landasan sosoilogis

Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur berdasarkan etnis dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya, betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan bangsa.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan kesadaran moral dan hukum.

Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air, kesadaran bela negara, persatuan nasional dalam suasana saling menghargai keberagaman.

(8)

viii Persatuan dalam keberagaman budaya, adat istiadat, tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan terus-menerus.

C. Landasan Yuridis

Pendidikan kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Rasa ini diwujudkan dalam bentuk bela negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 hasil Amandemen, yaitu pasal 27 ayat 3, Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Ditegaskan kembali pada pasal 30 ayat 1, bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan negara

(9)

ix BAB III

PEMBAHASAN A. Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta,yaitu panca yang berarti lima dan syila dengan vokal i pendek artinya batu sendi,alas , atau dasar. Sedangkan syiila dengan vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting.

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa jawa diartikan menjadi “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yaang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”.

Perkataan pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budha India. Ajaran budha bersumber ada kitab suci Tripitaka dan Vinaya pitaka, yang kesemuanya itu merupakan ajaran moral untuk maencapai surga. Ajaran pancausila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para panganutnya. Adapun isi lengkap larangan itu adalah :

Panatipada veramani sikhapadam samadiyani,artinya “jangan mencabut nyawa mahluk hidup” atau dilarang membunuh.

Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan mengambil barang yang tidak diberikan.” Maksudnya dilarang mencuri.

Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani,artinya “jangan berbuat zina.”

(10)

x Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan berkata bohong” atau dilarang berdusta.

Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya “janganlah minum – minuman yang memabukkan.”

Nilai-nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis,dan di dalam kehidupan myarakat Indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup(pandangan hidup). Nilai dan fungsi filsafat pancasila telah ada jauh sebelum indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit(1293). Pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Emp prapanca menulis “negara kertagama”(1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “pancasila”.

Empu tantular yang mengarang buku “sotasoma” yang di dalamnya membuata seloka yang berbunyi: “Bhineka Tunggal ika tan Hana Drama Mangrua”, artinya walaupun berbeda-beda namun satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu kerajaan yang enja di kekuasaannya yaitu pasai justru telah memeluk agama Islam.

Sumpah palapa yang diucapkan Majapahit Gdjahmada dalam ratu dan para menteri di pasembahan keprabuan Mahapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukanseluruh nusantara raya sebagai berikut: “ Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa,jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, tumasik telah dikalahkan”.

B. Makna Sila-sila Pancasila 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(11)

xi  Manusia indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan berkerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepaercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah asalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap.

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.  Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.  Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.  Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.  Berani membela kebenaran dan keadilan.

(12)

xii  Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.

 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan orang lain.

3. Persatuan Indonesia.

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa jika diperlukan.

 Mengaembangkan rasa cinta kepada tanah airdan bangsa.

 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

 mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Kerakyaktan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijasanaan dalam

permusyawarakatan/perwakilan

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.  Mengutamakan musyawarakatan dalam mengambil keputusan

untuk kepentingan bersama.

 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagian hasil musyawarah.

(13)

xiii  Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan

melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hat nurani yang luhur.

 Keputusan yang diambil harus dapat dipertnggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan semi kepentingan bersama.

 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.  Menjaga keseimbangan antara hak dan kuwajiban.  Menghormati hak orang lain.

 Tidak mengginakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

 Suka bekerja keras.

 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

(14)

xiv C. Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila

Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakat. Oleh karena itu, diharapkan terarah usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.

1. Jalur-jalur yang digunakan Jalur pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sanagat penting dalam pengamalan pancasila, baik pendidikan formal (sekolah) maupun nonformal(di lingkungan keluarga dan masyarakat), keduanya sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia.

Dalam pendidikan formal semua tindak-perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga yang mendukung. Lingkungan masyarakat juga turut menentukansehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.

Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan melalui pemahaman dari pemikiran dan dan pengamalan secara pribadi. Sasaran pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah perorangan, keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal masing-masing, maupun di lingkungan tempat bekerja.

(15)

xv Jalur media massa

Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari dahulu sampai sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter yang positif maupun karakter yang negatif, sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sosialisasi melalui media massa begitu cepat dan menarik sehingga semua kalangan bisa menikmati baik melalui pers, radio, televisi dan internet. Hal itu membuka peluang besar golongan tertentu menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya mereka terima dan juga masuknya sosialisasi yang tidak bersifat membangun. Media massa adalah jalur pendidikan dalam arti luas dan peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat penonjolan tersendiri sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam menggunakan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak mental bangsa dan harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk sosialisasi pembentukan kepribadian bangsa yang pancasilais. Jadi, untuk sosialisasi-sosialisasi yang mengancam penanaman pengamalan Pancasila harus disensor.

Jalur organisasi sosial politik

Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan negara Indonesia. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengmalan Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, abdi masyarakat juga sebagai abdi masyarakat, dengan

(16)

xvi begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.

2. Penciptaan suasana yang menunjang

Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan Penjabaran kebijaksanaan pemerintah dan perundang-undangan merupakan salah satu jalur yang dapat memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila dimana aspek sanksi atau penegakan hukm mendpat penekanan khusus.

Aparatur negara

Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan keadaan yang mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila. Dan aparatur pemerintah sebagai pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pengamalan Pacasila perlu disediakan dan memfungsikan lembaga-lembaga kenegaraan, khususnya lembaga penegak hukum dalam menjamin hak-hak warga negaranya dan melindungi dari perbutan-perbuatan tercela.

Kepemimpinan dan pemimpin rakyat

Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpin formal maupun informal sangat penting dalam pelaksanaan pedoman pengamalan. Mereka dapat menyampaikan bagaimana pola pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila dan menyuruh bawahan atau umatnya untuk mengikuti pola pedoman pelaksanaan Pancasila. begitu Pengamalan pancasila akan tetep lestari.

(17)

xvii D. Pengamalan Pancasila secara Subjektif dan Objektif

1. Pengalaman secara objektif

Pengamalan pancasila yang obyektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap penyelengaraan negara, baik di bidang legislatif,eksekutif, maupun yudikatif. Dan semua bidang kenegaraan terutama realisasinya dalam bentuk peraturan perudang-undangan negara Indonesia antara lain sebagai berikut :

Tafsiran UUD 1945, harus dapat dilihat dari sudut dasar filsafat negara pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV

Pelaksanaan UUD 1945 dalam undang-undang harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran tercantum dalam dasar filsafat negara Indonesia

Tanpa mengurangi sifat undang-undang yang tidak dapat diganggu gugat, iterprestasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dassaar filsafat negara. Interprestasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan dibawah undang-undang dan keputusan-keputusan administratif dari tingkat penguasa penguasa negara, mulai dari pemerintah pusat sampai dengan dengan alat-alat perlengkapan negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan serta alat perlengkapnya,begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan ermasuk rakyat.

Dengan demikian seluruh hidup kenegaraan dan tertip hukum Indonesia didasarkan atas dan diliputi oleh asas filsafat, politik dan tujuan negara didasarkan atas asas kerohanian Pancasila.

Hal ini termasuk pokok kaidah negara serta pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Dalam realisasi

(18)

xviii pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan kebijakan dibidang kenegaraan antara lain :

a. Garis besar haluan negara

b. Hukum, perundang-undangan, dan peradilan c. Pemerintah

d. Politik dalam dalam luar negeri

e. Keselamatan, keamanan, dan pertahana f. Kesejahteraan

g. Kebudayaan h. Pendidikan 2. Pengamalan secara subjektif

Pengamalan pancasila pengamalan pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam pribadi seseorang,warga negara, individu, penduduk, penguasa, dan orang Indonesia. Pengamalan pancasila yang subyektif ini justru lebih penting dari pengamalan yang karena pengamalan yang subyektif merupakan syarat pengamalan pancasila yang obyektif. Dengan demikian pelaksanaan pancasila yang subyektif ini berkaitan dengan kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan pancasila. Dalam pengertian inilah akan terwujud jika suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah berpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib melaksanakan pancasila.

Dalam pengamalan pancasila yang subyektif ini bilamana nilai-nilai pancasila telah dipahami,diresapi, dan dihayati oleh seseorang maka orang itu telah memiliki moral pancasila dan jika berlansung terus menerus sehingga melekat dalam hati maka disebut dengan kepribadian pancasila. Pengertian kepribadian bangsa Indonseia dapat dikembalikan kepada

(19)

xix hakikat manusia.Telah diketahui bahwa segala sesuatu itu memiliki tiga macam hakikat yaitu :

Hakikat abstrak, yaitu terdiri atas unsur-unsur yang bersama-sama menjadikan hal itu ada, dan menyebabkan sesuatu yang sama jenis menjadi berbeda dengan jenis lain sehingga hakikat ini disebut dengan hakikat universal. Contoh; jenis manusia, hewan, tumbuhan.

Hakikat pribadi yaitu ciri khusus yang melekat sehingga membedakan dengan sesuatu yang lain. Bagi bangsa Indonesia hakikat pribadi ini disebut dengan kepribadian.Dan hakikat pribadi ini merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak.

Hakikat kongkrit yaitu hakikat segala sesuatu dalam menyatakan kongkrit, dan hakikat ini merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak dan hakikat kongkrit.

Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia, pengertian kepribadian Indonsesia ini memiliki tingkatan yaitu :

a. Kepribadian yang berupa sifat-sifat hakikat kemanusiaan ”monupluralis”jadi sifat-sifat kemanusiaan yang abstrak umum universal. Dalam pengertian ini disebut kepribadian kemanusiaan, karena termasuk jenis manusia, dan memiliki sifat kemanusiaan. b. Kepribadian yang mengandung sifat kemanusiaan, yang telah terjelma

dalam sifat khas kepribadian bangsa Indonesia (pancasila) dan ditambah dengan sifat-sifat tetap yang terdapat pada bangsa Indonesia, ciri khas, karakter, kebudayaan dan lain sebagainya.

c. Kepribadian kemanusiaan, kepribadian Indonesia dalam realisasi kongkritnya, setiap orang, suku bangsa, memiliki sifat yang tidak tetap, dinamis tergantung pada keadaan manusia(Indonesia) perorangan secara kongkrit.

(20)

xx Berdasarkan uraian diatas maka pengamalan pancasila subyektif dari pancasila meliputi pelaksanaan, pandangan hidup, telah dirumuskan dalam P4(Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila).

E. Realisasi pengalaman Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan Iptek

1. Bidang Ekonomi

Ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau turut campur. Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan (Kaelan, 1996: 193). Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil dapat berkembang dan mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.

2. Bidang budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 172). Begitu luas cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah

(21)

xxi budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain. Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan yang masih sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia. Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia (Kaelan, 1996: 193).

3. Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Maka dari itu pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai diperhatikan. Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasiona, yang menjadi dasar tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan begitu diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

(22)

xxii Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila bilamana dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah sebagai berikut:

Hormat terhadap hayat, karena semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila satu). Persetujuan suka rela untuk eksperimen dengan penerangan yang cukup dan benar tentang guna akibatnya, karena ilmu pengetahuan dan teknologi adalah demi kemanusiaan (sila II,IV). Tanggung jawab sosial ilmu pengetahuan dan teknologi harus lebih penting dari pada mengejar pemecahan persoalan ilmiah namun mengorbankan kemanusiaan (sila II, V).

Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya (sila III). Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.

Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya (sila III, V).

Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu pengetahuan, yaitu penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya (sila II, III, V).

Pelestarian lingkungan dengan memperhitungkan generasi mendatang (sila I, II, V).

Hak untuk berbeda dan kewajiban untuk bersatu (semua sila). Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mengakibatkan terpisahnya jasmani dan rokhani bagi hayat (semua sila).

(23)

xxiii BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangsa Indonesia mempunyai pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan keinginan dari bangsa Indonesia yang harus di amalkan. Pengamalan Pancasila secara subjektif akan memperkuat pengamalan Pancasila secara objektif. Pengamalan Pancasila ini harus di lakukan dalam berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila benar-benar berperan sebagaimana Fungsi dan kedudukannya dan supaya tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia mudah terwujud. B. Saran

Dewasa ini pengamalan pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di era globalisasi, sehingga mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini harus segera ditangani dengan cara meningkatkan penanaman pengamalan Pancasila melalui pendidikan yang seutuhnya, jadi tidak sebatas teori tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dari setiap warga negara akan pentingya pengamalan pancasila dan mempertahankannya.

DAFTAR PUSTAKA Kaelan.1996.Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradima.

Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : raja Grafindo Prsada.

(24)

xxiv Sumber lain :

Referensi

Dokumen terkait

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila..

Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila

Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam urutan luas (kuantitas) dan

Dengan pemahaman, perasaan dan pengamalan siswa mengenai sila ke- 2 Pancasila diharapkan siswa dapat mengerti bahwa perbedaan suku tidak lantas menjadikan mereka

Dengan pemahaman, perasaan dan pengamalan siswa mengenai sila ke- 2 Pancasila diharapkan siswa dapat mengerti bahwa perbedaan suku tidak lantas menjadikan mereka

Nilai setiap sila dalam pancasila yang berhubungan dengan pengembangan ilmu yaitu sila pertama mengandung makna ilmu pengetahuan tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan,

Jadi sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang

Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila