• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR SISWA "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 03. Nomor 01. Juni 2022

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

1

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL):

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Contextual Teaching And Learning (Ctl) Approach: Improving Mathematical Reasoning Ability and Student Learning Outcomes

Muhammad Nurhusain1*, Abdul Hamid2, Krisna Sriwardani3, Rezki Novianti4, Irfan Arsid5

1*Pendidikan Matematika

STKIP YPUP Makassar, email: [email protected]

2 Pendidikan Matematika

STKIP YPUP Makassar, email: [email protected]

3 Pendidikan Matematika

STKIP YPUP Makassar, email: [email protected]

4 Manajemen

Universitas Muhammadiyah Mamuju, Email: [email protected]

5 Pendidikan Matematika

Universitas Pancasakti, email: [email protected]

Abstrak

This study aims to improve students' mathematical reasoning abilities and learning outcomes through the application of the Contextual Teaching and Learning (CTL) approach to seventh grade students of SMP Tunas Harapan. This research was carried out in 2 cycles, the first cycle consisted of 4 meetings and the second cycle consisted of 4 meetings. The instrument used in this research is a test instrument to measure mathematical reasoning ability and student learning outcomes, as well as student response questionnaires. Data were analyzed using descriptive statistical analysis. The results showed that the average score of the overall indicators of students' mathematical reasoning in the first cycle was 56.41% and increased in the second cycle to 86.74%, the average value of student learning outcomes in the first cycle reached 49.38 with a standard deviation of 17 .64 and increased in the second cycle that is 87.46 with a standard deviation of 10.42. Completeness obtained by students in the first cycle with a percentage of 23.07% then increased in the second cycle with the percentage of students who completed 92.3% so that classical completeness was met. In this study, it was concluded that learning activities with the CTL approach could improve the reasoning abilities of seventh grade students of SMP Tunas Harapan.

Keywords: Mathematical reasoning ability, learning outcomes, Contextual teaching and learning

(Received: 03-04-2022; Reviewed: 15-04-2022; Revised: 23-04-2022; Accepted: 07-05-2022; Published: 03-06-2022)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

2 Pendahuluan

Pembelajaran harus membuat siswa dapat mengenal dan menggunakan dalam konteks diluar matematika.Hal ini berarti guru membutuhkan kemampuan untuk mengembangkan model dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam proses pembelajaran.Pendidikan matematika disekolah diharapkan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah melalui pengalaman belajar, agar mampu : (1) memahami konsep dan penerapan prosedur matmatika dalam kehidupan sehari-hari, (2) Melakukan operasi matematika untuk menyederhanakan dan analisis komponen yang ada, (3) Melakukan Penalaran yang meliputi membuat generalisasi berdasarka pola, fakta, fenomena atau data yang ada, membuat dugaan dan memverifikasinya (Anggaraena, 2019).

Kemampuan penalaran matematis sangat berperan penting untuk mengetahui dan mengerjakan matematika. Kemampuan bernalar menjadikan siswa dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam maupun diluar sekolah (Sari, 2016). Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi antara lain tanpak dari kemampuan berpikir secara logis, baik secara deduktif maupun indukstif. Misalnya siswa mampu menyelesaikan soal-soal matematika dengan menggunaan pola untuk mendapatkan suatu kesimpulan, serta mampu berpikir analitik yaitu suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu (Sa’dah, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru SMP Tunas Harapan Burana, penelitih menemukan beberapa masalah yaitu terdapat sebagian besar siswa yang masih kesulitan dalam bernalar atau kemampuan penalarannya kurang seperti ada beberapa siswa kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan serta masih kesulitan dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran yang lama dan hanya berkonsentrasi pada hasil belajar bukan proses belajarnya, sehingga siswa cenderung menghafalkan rumus dan langkah-langkah pengerjaan soal tanpa melibatkan daya nalar. Karena itu, masalah yang dialami dalam proses belajar mengajar di sekolah merupakan tantangan bagi guru untuk memilih model atau pndekatan pembelajaran yang tepat.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematika adalah pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau yang dikelan dengan singkatan CTL. Pendekatan pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu siswa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat medorong siswa membuat hubungan dalam kehisupan sehari-hari. Hasil penelitian Sholikah dan Sutami (2013) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan pemahaman siswa hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan pada indikator kemampuan penalaran siswa. Selain itu, hasil penelitian Nurhusain & Indriani (2016) menunjukkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui pendekatan pembelajaran CTL maka siswa akan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru siswa semata. Sehingga penalaran diperoleh dari proses penemuan sendiri, bukan dari kata guru semata (Ikhwanuddin, dkk, 2019).

Pembelajaran kontekstual pada awalnya dikembangkan oleh John Dewey dari pengalaman pembelajaran tradisionalnya. Kata kontekstual (Contextual) berasal dari kata context yang berarti

“hubungan, konteks, suasana dan keadaan”. Adapun pengertian menurut Tim Penulis Depdiknas adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi duania nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Hasibuan, 2014).

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pembelajaran lainnya. Johnson (2002) mengidentifikasi delapan karakteristik CTL yaitu (1) Making meaningful connection, siswa dapat mengetur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

3 pengembangan minat secara individual. (2) Doing significant work, siswa membuat hubungan-

hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. (3) Self-regulated learning atau siswa belajar mengatur sendiri (4) Collaborating atau siswa dapat bekerja sama (5) Critical and creative thingking, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif. (6) Nurturing the individual, siswa memelihara pribadinya (7) Reaching high standards atau mencapai standar tinggi (8) Using authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya (Komalasari, 2017).

Adapun langkah- langkah atau komponen pendekatan pembelajaran CTL menurut Hamdayama dalam (Sari, 2016) pada penelitian ini yaitu: (1) Kontruktivisme, menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif; (2) Inqury, terhadap sesuatu topik dilanjutkan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri; (3) Bertanya, guru mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu atau mendapatkan informasi; (4) Masyarakat belajar, membentuk kelompok belajar yang heterogen untuk hasil belajar lebih efektif diperoleh dari kerja sama; (5) Pemodelan, mempresentasikan atau menunjukkan hasil karya kelompok di depan kelas; (6) Refleksi, menuliskan apa saja yang dirasakan oleh proses pembelajaran; dan (7) Penilain autentik, pemberian soal untuk mengetahui hasil pencapaian belajar.

Metode

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan selama 2 siklus.

Setiap siklus berisi kegiatan sebagai berikut: (1) perencanaan, dimana perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dikembangkan; (2) implementasi, dimana pembelajaran dilakukan sesuai dengan pembelajaran kontekstual (sintaksnya dinyatakan dengan jelas dalam RPP); (3) mengamati, yang meliputi mengamati aktivitas siswa dan penerapan model serta melakukan evaluasi terhadap kemampuan penalaran matematis siswa; (4) refleksi, yaitu mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran untuk memutuskan apakah akan berhenti pada satu siklus atau melanjutkan ke siklus yang lain (Cintia, dkk, 2018; Nurhusain, 2013; Arikunto, 2006).

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022, bertempat di SMP Tunas Harapan Burana yang terdapat di Desa Burana, Kec. Tabulahan, Kab. Mamasa. Subjek dari penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Burana sebanyak 13 orang.

Instrumen penelitian terdiri dari: (1) angket siswa dan pediman wawancara yang digunakan untuk memperoleh perspektif siswa tentang penerapan pembelajaran kontekstual. (2) tes kemampuan penalaran matematis dan tes hasil belajar, masing-masing berupa tes essai yang diberikan pada setiap akhir siklus dan. Tes kemampuan penalaran matematis dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan penalaran matematis, Yaitu: (1) Kemampuan menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa atau diagram; (2) Kemampuan mengajukan dugaan; (3) Kemampuan melakukan manipulasi matematika; dan (4) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan penelitian ini adalah (1) rata-rata persentase kemampuan penalaran matematis siswa melalui pendekatan CTL mencapai 85%; (2) Rata-rata hasil belajar siswa melalui pendekatan CTL mencapai nilai KKM berdasarkan nilai ketuntasan minimal di SMP Tunas Harapan Burana yaitu 65; dan (3) Ketuntasan klasikal terpenuhi yaitu minimal 85% siswa tuntas secara individu dengan memperoleh nilai ≥65 (Nurhusain, 2017, 2021a, 2021b; Nurhusain &

Hadi, 2021; Trianto, 2009).

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

4 Hasil dan Pembahasan

Hasil

Hasil analisis kemampuan penalaran matematis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Kemampuan Penalaran Matematis Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II

Kemampuan menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa atau diagram

60,95% 88,84%

Kemampuan mengajukan dugaan 42,3% 87,01%

Kemampuan melakukan manipulasi matematika 69,22% 85,35%

Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi

53,2% 85,76%

Rata-rata keseluruhan indikator 56,41% 86,74%

Dari Tabel 1 di atas, untuk Siklus I terlihat persentase pada setiap indikator yang diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran yaitu kemampuan menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa atau diagram 60,95%, kemampuan mengajukan dugaan 42,3%, kemampuan melakukan manipulasi matematika 69,22% dan Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi 53,2%. Sehingga rata-rata dari keseluruhan indikator yaitu 56,41%.

Sedangkan pada Siklus II, terlihat persentase pada setiap indikator yang diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran pada siklus II yaitu kemampuan menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa atau diagram 88,84%, kemampuan mengajukan dugaan 87,01%, kemampuan melakukan manipulasi matematika 85,76% dan Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi 85,76%. Sehingga rata-rata dari keseluruhan indikator yaitu 86,74%. Adapun hasil analisis nilai siswa dari tes hasil belajar siswa tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Statistik Siklus I Siklus II

Subjek 13 13

Skor Ideal 100 100

Maksimum 79 98

Minimum 29 61

Rantang Skor 50 37

Mean 49,38 87,46

Median 46 89

Modus 35 89

Variansi 311,25 108,602

Standar Deviasi 17,64 10,42

Berdasarkan Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 49,38 dengan standar deviasi 17,64 yang menunjukkan bahwa penyimpanan data dari nilai rata-rata sebesar 17,64. Sedangkan rata-rata hasil belajar pada siklus II adalah 87,46 dengan standar deviasi 10,42 yang menunjukkan bahwa penyimpangan data dari nilai rata-rata sebesar 10,42. Selain itu, persentase ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

5 Tabel 3. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Skor Kriteria Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

< 65 Tidak Tuntas 10 76,92 1 7,69

65 – 100 Tuntas 3 23,08 12 92,31

Jumlah 13 100 13 100

Berdasarkan Tabel 3, deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan bahawa persentase siswa yang tuntas hanya 23,08% yaitu 3 orang siswa. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang siswa dengan persentase 76,92%. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Burana dengan pendekatan CTL pada siklus I belum berhasil karena dari persentase pada setiap indikator kemampuan penalaran siswa belum mencapai standar ketuntasan yakni secara klasikal 85% dari 13 orang siswa mencapai ketuntasan.

Sedangkan deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II diatas maka diperoleh persentase siswa pada kategori tuntas yaitu 92,31% yaitu 12 siswa sedangkan persentase siswa yang ada pada kategori tidak tuntas yaitu 7,69% yaitu 1 siswa sehingga pada siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan CTL dikatakan berhasil karena persentase pada perindikator kemampuan penalaran telah mencapai standar ketuntasan kemampuan penalaran yaitu secara klasikal 85% dari 13 oarang siswa yang harus berada pada kategori tuntas.

Pembahasan

Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan pembelajaran CTL dapat menjadikan siswa lebih mandiri artinya siswa mencari tau sendiri materi yang diberikan sehingga dapat memahaminya sendiri, lebih menjdikan siswa berani untuk mengemukakan pendapat tenang materi yang dipelajari serta menimbulkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya kepada guru (Sari, 2016).

Pada penelitian pendekatan kelas ini peneliti melakukan pembelajaran dalam dua siklus yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Cintia, dkk, 2018).

Pada siklus I, disiapkan rencana pembelajaran, materi ajar serta lembar kerja siswa. peneliti juga menyiapkan tes kemampuan penalaran yang terdiri dari 5 butir soal serta lembar observasi kegiatan siswa dan guru yang disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat. Kemudian, pada tahap tindakan, peneliti melaksanakan proses pembelajaran susuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.

Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I berjumlah 4 kali pertemuan yang dimana 3 pertemuan pemberian materi dan pada pertemuan ke-4 diadakan tes, yaitu tes kemampuan penalaran dan tes hasil belajar.

Pada siklus II, disusun pula persiapan pembelajaran yang disesuaikan dari hasil refleksi pada siklus I.

Selanjutnya pada siklus II, proses pembelajaran yang dilakukan sama dengan pembelajaran yang dilakukan di siklus I namun pada siklus II terdapat penambahan kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan penalaran pada siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan perindikator kemampuan penalaran yaitu pada kemamapuan menyajikan penyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa, atau diagram meningkat dari 60,95% pada siklus I menjadi 88,84% di siklus II, kemampuan mengajukan dugaan meningkat dari 42,3% pada siklus I menjadi 87,01% di siklus II, kemampuan memanipulasi matematika dari 69,22% pada siklus I menjadi 85,38%

di siklus II dan kemampuan menarik kesimpulan dan generalisasi meningkat dari 53,2% pada siklus I menjadi 85,76% di siklus II. Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan indikator kemampuan penalaran matematika siswa adalah 56,41% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 86,74%. Hasil analisis data deskriptif, menunjukkan perubahan dari siklus 1 ke siklus II yaitu skor rata-rata hasil belajar pada siklus I diperoleh 49,38 dan meningkat pada siklus II dengan skor rata-rata 87,46. Ketuntasan yang diperoleh siswa pada siklus I dengan persentase 23,08% kemudian meningkat

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

6 pada siklus II dengan persentase siswa yang tuntas 92,31% dengan demikian ketuntasan klasikal

terpenuhi.

Penelitian ini sejalan dengan Untari (2013) yang menyatakan dengan penerapan pembelajaran CTL kemampuan penalaran matematika pada siswa mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan meningkatnya kemampuan penalaran matematika. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sholikah dan Sutami menunjukkan adanya peningkatan penalaran dan pemahaman konsep matematika siswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Untari (2013) dan Sholikah dan Sutami (2013) adalah pada penelitian ini hanya menggunakan 4 indikator kemampuan penalaran dan menggunakan analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengukur peningkatan kemampuan penalaran. Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Untari (2013) dan Sholikah dan Sutami (2013), pada penelitiannya peneliti menggunakan 6 indikator penalaran serta dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis data deskriptif kualitatif untuk mengukur peningkatan kemampuan matematis siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan penelitian yang dilakukan dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Tunas Harapan Burana. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh dari siklus I dan siklus II.

Pendekatan CTL bisa menjadi salah satu alternative dalam pembelajaran matematis karena dapat menjadikan siswa lebih aktif dan menarik siswa dalam belajar, sehingga diharapkan kepada guru untuk selalu bisa merancang model atau pendekatan pembelajaran agar siswa tidak cepat bosan sehingga pelajaran dapat diterima dengan baik.

Referensi

Anggraena, Y. (2019). Pengembangan Kurikulum Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Penalaran dan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Pembelajaran Matematika, 1(1), 17-27.

Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Askara.

Cintia, N. I., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 32(1), 69–77. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.21009/PIP.321.8

Hasibuan, I. (2014). Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Jurnal Logaritma, 2(1), 2-12

Ikhanuddin, dkk. (2019). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Melalui Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Materi Logika Siswa SMAN 7 Aceh Barat Daya. Jurnal Peluang, 7(1), 178-184.

Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nurhusain, M. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan Mengintensifkan Scaffolding pada Siswa Kelas VII.2 SMP Negeri 1 Bontoramba. Jurnal Panrita, 8(3), 266-274.

Nurhusain, M., & Indriani, Y. (2016). Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Implementation Contextual

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

7 Approach by Intensifying Scaffolding to Improve Learning Outcomes of Mathematics.

Sainsmat, 5(1), 30–41. https://ojs.unm.ac.id/sainsmat/article/view/3046/1682

Nurhusain, M. (2017). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Bajiminasa Makassar.

Jurnal Panrita, 12(2), 279–289.

Nurhusain, M. (2021a). Efektivitas Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Dalam Pembelajaran Logaritma. Journal of Honai Math, 4(1), 19–34.

https://doi.org/10.30862/jhm.v4i1.164

Nurhusain, M. (2021b). Penelitian Tindakan: Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Model Eliciting Activities (Mea). ELIPS: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 16–23.

https://doi.org/10.47650/elips.v2i1.188

Nurhusain, M., & Hadi, A. (2021). Desain Pembelajaran Statistika Terapan Berbasis Kasus Berkualitas Baik (Valid, Praktis, dan Efektif) untuk Mahasiswa Pendidikan Matematika.

Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 03(02), 105–119.

https://doi.org/https://doi.org/10.31605/ijes.v3i2.951

Sa’dah, N.W. (2010). Peningktan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Sari, P.I. dkk. (2016). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 23-32.

Sholikah, A. & Sutami, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pokok Bahasan SPLDV dengan Strategi CTL Bagi Siswa Kelas VIII D Semester 1 SMP Negeri 3 Sawit.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group.

Untari, D.R. (2013). Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa dengan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pokok Bahasan Bangun Datar bagi Siswa Kelas VII SMPN 2 Giritontro.

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Bisa juga hal itu dijadikan celah pidana terhadap Notaris Abdul Ghofur, 2009.Adanya sebuah wewenang yakni dimuat dalam ayat 1, Notaris memiliki wewenang dalam melakukan pengesahan tanda

Karakteristik pH dan Suhu dalam Proses Pembuatan Biogas dari Substrat Limbah Rumah Makan, Limbah Cair Tahu dan Kotoran Sapi.. Analisa Reaktor Biogas Campuran Limbah Kotoran Kambing