Penilaian Persediaan Barang
Terdapat 3 metode penilaian persediaan yaitu:
1. Metode harga pokok
Pada metode ini harga pokok persediaan akan dicantumkan dalam neraca, yang mana tidak ada perbedaan antara harga pokok persediaan dan nilai persediaan. Harga pokok persediaan dapat ditentukan dengan cara MPKP (FIFO), rata-rata tertimbang, MTKP (LIFO), atau lainnya dan hasilnya dicantumkan dalam neraca tanpa perubahan.
Dalam PSAK No. 14 tidak membenarkan digunakannya metode harga pokok untuk menentukan nilai persediaan dalam neraca.
2. Metode harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah
PSAK No. 14 menyatakan bahwa persediaan barang akan dicantumkan dalam neraca dengan nilai sebesar harga pokoknya atau nilai realisasi bersihnya, yang lebih rendah. Nilai realisasi bersin (net realizable value) adalah taksiran harga biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Dalam kondisi tertentu, nilai realisasi bersih diukur dengan nilai pengganti atau nilai mereproduksi persediaan (replacement cost). Untuk menentukan besarnya harga pokok persediaan, dalam PSAK No. 14 disebut biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lainnya yang timbul sampai persediaan siap untuk dijual/dipakai (present location and condition).
Ketentuan dalam penerapan standar biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah adalah sebagai berikut
a) Taksiran harga jual dalam kegiatan usaha sehari hari dikurangi biaya-biaya yang dapat diperkirakan terlebih dahulu untuk penyelesaiannya atau penjualannya
b) Tidak boleh lebih rendah dari nilai realisasi bersih sesudah dikurangi dengan laba normal
Nilai realisasi bersih atau batas atas merupakan batas maksimum yang diperkenankan untuk mencantumkan persediaan. Nilai realisasi bersih dikurangi laba normal merupakan batas minimum, di mana nilai persediaan barang tidak boleh lebih rendah. Untuk menentukan nilai persediaan yang akan dicantumkan dalam neraca
perlu membandingkan antara harga pokok dengan nilai realisasi bersih dan dipilih yang lebih rendah. Jimlah yang lebih rendah tersebut dibandingkan degnan batas atas dan batas bawahnya. Apabila jumlah yang lebih rendah masih dalam batas atas dan bawah maka nilai persediaan dalam neraca adalah jumlah yang lebih rendah. Apabila jumlah yang lebih rendah tersebut di luar batas atas atau di bawah batas bawah, maka persediaan akan dinilai dengan batas atas atau batas bawah.
Penerapan metode harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah dapat dilakukan pada masing masing jenis persediaan, masing masing kelompok persediaan, atau kepada jumlah keseluruhan persediaan.
Pembelian barang barang dicatat pada saat terjadinya berdasar harga pokok. Oleh karena itu persediaan akan dicatat si bawah harga pokoknya, maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Harga pokok penjualan/harga pokok barang barang yang dipakai.
Kerugian karena turunnya harga persediaan.
Ada 3 prosedur dalam mencatat harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah yaitu:
a) Metode pengurangan persediaan langsung, di mana kerugian penurunan harga persediaan tidak dilaporkan tersendiri.
b) Metode pengurangan persediaan langsung, di mana hanya kerugian penurunan harga persediaan akhir yang dilaporkan tersendiri.
c) Metode cadangan persediaan, di mana kerugian penurunan harga persediaan awal dan akhir dilaporkan tersendiri
Cara pencatatan dan akibat penggunaan ketiga metode di atas terhadap laporan laba rugi sebagai berikut:
a) Metode pengurangan persediaan langsung (kerugian tidak disendirikan) Dalam metode ini harga pokok penjualan dan persediaan barang awal dan akhir dicatat dengan jumlah harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah. Apabila nilai realisasi bersih lebih rendah dari harga pokok, maka rekening harga pokok, maka rekening harga pokok penjualan mengandung 2 elemen yaitu:
Harga pokok penjualan barang barang yang dijual berdasarkan harga pokok
Kerugian penurunan harga persediaan barang
Metode ini sederhana tetapi tidak memisahkan harga pokok penjualan dan kerugian penurunan harga persediaan. Apabila dipakai metode buku, harus dibuat penyesuaian terhadap buku pembantu persediaan barang.
b) Metode pengurangan persediaan langsung (kerugian penurunan harga persediaan akhir disendirikan)
Dalam metode ini persediaan awal dan akhir dicatat dengan harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah, tetapi laba rugi dikredit dengan persediaan barang akhir sebesar harga pokoknya. Selisihnya merupakan kerugian penurunan harga persediaan yang dicatat tersendiri.
Rekening harga pokok penjualan mengandung 2 elemen yaitu harga pokok barang yang dijual berdasar harga pokok dan penurunan harga persediaan barang awal periode.
c) Metode cadangan persediaan (kerugian penurunan harga persediaan awal dan akhir disendirikan)
Dalam metode ini rekening harga pokok penjualan dan persediaan awal dan akhir dicatat dengan harga pokok. Apabila nilai realisasi bersih lebih rendah maka kerugian penurunan persediaan awal periode dicatat tersendiri dan dikreditkan ke rekening cadangan.
Rekening cadangan setiap periode sesuaikan dengan jumlah kerugian penurunan harga pada saat itu. Apabila kerugian penurunan harga persediaan akhir lebih besar daripada kerugian penurunan harga persediaan awal periode, maka rekening cadangan ditambah dan dibebankan sebagai kerugian. Namum apabila rugi penurunan harga persediaan akhir lebih kecil dari rugi penurunan harga persediaan awal maka rekening cadangan dikurangi dan dicatat sebagai laba.
Kerugian dalam kontrak pembelian barang.
Seringkali perusahaan mengadakan kontrak pembelian dengan pembelian barang dengan pemasok. Kontrak pembelian dapat diubah dengan persetujuan kedua belah pihak, tetapi ada juga tidak dapat diubah. Apabila terjadi penurunan harga sesusah dibuatnya kontrak sebelum pengiriman barang maka dalam hal kontrak tidak dapat diubah, kerugian penurunan harga diakui pada periode tersebut. Pencatatan kerugian dilakukan dengan cara mendebitkan rekening kerugian dan mengkreditkan taksiran kerugian.
Rekening rugi penurunan harga ini adalah rekening nominal dan dicantumkan dalam laporan laba rugi, sedangkan rekening taksiran kerugian kontrak pembelian adalah akun rekening utang yang akan dicantumkan dalam neraca.
3. Metode harga jual (nilai realisasi bersih)
Penyimpangan dari prinsip harga pokok untuk penilaian persediaan yaitu dengan mencantumkan persediaan dengan harga jual bersihnya dapat diterima asalkan memenuhi syarat. Syaratnya yaitu:
a) Adanya kepastian bahwa barang-barang itu dapat segera dijual dengan harga yang telah ditetapkan
b) Merupakan produk standar, yang pasarnya mampu menampung serta sulit untuk menentukan harga pokoknya
Penilaian persediaan dalam kontrak panjang
Dalam pekerjaan pembangunan jangka panjang, pada akhir periode masalah penilaian persediaan dan penentuan laba atau rugi untuk periode tersebut. Apabila perkerjaan yang belum selsesai pada akhir periode tetap dicatat berdasar harga pokoknya, maka laba baru akan diakui pada saat pembangunan selesai. Metode ini disebut kontrak selesai (completed contract method). Tetapi bila pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan laba rugi atas pekerjaan yang belum selesai, makakk pekerjaan yang belum selesai dicatat di atas/di bawah harga pokoknya. Metode ini disebut metode persentase penyelesaian (percentage of completion method).
1. Metode kontrak selesai
Dalam metode ini semua biaya yang dikeluarkan dalam kontrak pembangunan dikumpulkan dalam rekening pembangunan dalam pelaksanaan. Uang yang diterima
dari pemesan dikreditkan ke rekening uang muka pesanan. Sebelum bangunan selesai tidak ada pendapatan yang diakui
2. Metode persentase penyelesaian
Dalam metode ini biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dicatat dalam rekening bangunan dalam pelaksanaan. Penerimaan uang dari pemesanan dikreditkan ke rekening uang muka pesanan. Setiap akhir periode dilakukan perhitungan lana atau rugi berdasar persentase penyelesaian. Taksiran laba dicatat dengan mendebitkan rekening bangunan dalam pelaksanaan dan mengkredit rekening pengakuan laba kontrak jangka panjang.
Pencatatan transaksi dalam hubungannya dengan proses penagihan uang muka pesanan dapat dilakukan dengan memakai piutang dagang dan tagihan kontrak jangka pajang, sehingga rekening uang muka pesanan tidak ada diganti dengan rekening tagihan kontrak jangka panjang. Rekening ini digunakan untuk mencatat jumlah yang ditagih kepada pemesanan sebesar kemajuan dalam pembangunan dan mendebitkan rekening piutang dagang. Pada akhir masa pembangunan rekening tagihan kontrak jangka panjang ditutup bersama dengan rekening bangunan dalam pelaksanaan.
Di dalam neraca rekening tagihan kontrak jangka panjang dilaporkan mengurangi rekening bangunan dalam pelaksanaan. Rekening-rekening disajikan dalam kelompok aktiva lancar setara dengan persediaan barang.
Metode metode taksiran
Ada 2 cara untukk menaksirkan julah persediaan pada tangal tertentu, yaitu:
1. Metode laba bruto
Menentukan jumlah persediaan dengan metode ini biasanya dilakukan dengan keadaan sebagai berikut:
a. Untuk menaksir jumlah persediaan yang diperlukan untuk menyusun laporan jangka pendek yang mana perhitungan fisik tidak dapat dijalankan b. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang rusak dan menentukan
jumlah barang sebelum rusak sehingga dapat menentukan besarnya klaim terhadap perusahaan asuransi.
c. Untuk memeriksa jumlah persediaan yang dihitung dengan cara lain (test laba bruto)
d. Untuk menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba bruto sesudah dibuat anggaran belanja.
Dalam metode laba bruto pertama kali harus menentukan besarnya persentase laba bruto. Persentase bisa didasarkan pada penjualan atau harga pokok penjualan tahun lalu. Setelah diketahuinya persentase laba bruto, kemudian kalikan pada penjualan dan hasilnya dikurangi pada penjualan sehingga ditemukannya jumlah harga pokok penjualan. Selisih antara harga pokok penjualan dengan barang yang tersedia untuk dijual disebut persediaan akhir
Apabila barang-barang yang dijual bermacam macam dan persentase laba brutonya berbeda, maka perhitungan taksiran persediaan dilakukan untuk masing- masing kelompok barang yang persentase laba brutonya sama sehingga hasil perhitungan akan lebih mendekati kenyataan dibandingkan dengan perhitungan seluruh persediaan barang.
2. Metode harga eceran (Retail Inventory Method)
Metode ini biasanya digunakan oleh toko yang menjual berbagai barang dagangan secara eceran. Perusahaan akan menggunakan metode fisik untuk pencatatan persediaan. Metode ini memungkinkan dihitungnya jumlah persediaan akhir tanpa mengadakan perhitungan fisik. Metode harga eceran bisa digunakan untuk:
a. Menaksir jumlah persediaan untuk menyusun laporan keuangan jangka pendek.
b. Mempercepat perhitungan fisik.
c. mutasi barang dapat diawasi dengan membandingkan hasil perhitungan fisik yang dinilai dengan harga jual dengan hasil perhitungan metode harga eceran.
Dalam metode harga eceran, persentase harga pokok yang dihitung merupakan harga pokok periode yang bersangkutan. Cara untuk menentukan persentase harga pokok yaitu perbandingan barang-barang tersedia untuk dijual pada harga pokok dan harga eceran.
Untuk menentukan jumlah persediaan akhir pertama kali menghitung persentase harga pokok. Kemudian barang yang tersedia untuk dijual pada harga pokok dikurangi jumlah penjualan akan menunjukkan persediaan akhir menurut harga jual.
Persediaan akhir dengan harga pokok dihitung dengan mengalikan persentase harga pokok dengan persediaan akhir menurut harga jual.
Metode harga eceran menghasilkan jumlah taksiran persediaan barang akhir sehingga paling sedikit setahun sekali harus diadakan perhitungan fisik dari barang untuk memeriksa apakah ada perbedaan hasil atau tidak. Apabila terdapat perbedaan hasil perhitungan dalam jumlah besar perlu diadakan analisa lebih lanjut untuk menentukan sebabnya.
Metode harga eceran dapat digunakan dengan menggunakan dasar yang berbeda yaitu MPKP, rata-rata tertimbang, harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah, dan MTKP.
Kenaikan dan penurunan harga
Perubahan harga jual dapat terjadi sewaktu waktu karena beberapa hal. Hal ini perlu diperhatikan dalam perhitungan akhir persediaan dengan metode harga eceran. Perubahan harga jual adalah untuk setiap unit barang. Sehingga untuk mengetahui jumlah perubahan perlu dipertimbangkan jumlah persediaan barang pada saat waktu terjadinya perubahan.
Dalam penggunaan metode harga eceran dengan dasar yang ada perlu mengetahui sifat khusus dari masing-masing dasar yang digunakan dan pengaruhnya terhadap perhitungan persentase harga pokok.
a. Pada dasar pembebanan harga pokok MPKP (FIFO), menghitung persentase harga pokok dihitung dari perbandingan harga beli dengan harga jual untuk barang yang dibeli dalam periode tersebut dan persediaan awal tidak dimasukkan dalam perhitungan. Sehingga persentase merupakan persentase dari harga terakhir dan akibatnya persediaan akhir akan mendekati hasil perhitungan metode MPKP.
b. Pada dasar pembebanan harga pokok rata-rata (average), menghitung persentase harga pokok persediaan awal dimasukkan dalam perhitungan sehingga persentase harga pokok merupakan hasil rata-rata dari persediaan awal dan pembelian selama periode bersangkutan.
c. Pada dasar pembebanan harga pokok harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah, persediaan akan dicantumkan dengan nilai yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar. Untuk mencapai tujuan maka menghitung persentase harga pokok tidak diperhitungkan penurunan harga dan potongan pegawai. Jumlah-jumlah yang mengurangi harga jual atau mengurangi persediaan seperti penurunan harga, potongan untuk pegawai, barang-barang rusak dan lain-lain akan diperlakukan menambah jumlah penjualan. Dasar harga pokok yang lebih rendah dapat diterapkan dalam metode MPKP maupun rata-rata.
Dalam penurunan harga tidak dimasukkan dalam perhitungan persentase harga pokok akan memberikan hasil yang lebih konservatif. Bila ada penurunan harga pokok yang mempengaruhi harga jual eceran, maka persentase harga pokok dihitung tanpa memasukkan penurunan harga, kemudian akan menghasilkan nilai persediaan akhir dengan harga pokok atau harga pasar yang rendah. Tetapi jika penurunan harga tersebut untuk barang-barang tertentu saja dan bukan akibat dari penurunan harga maka persediaan akhir dihitung dengan cara menunjukkan jumlah sebesar harga pokoknya.
d. Pada dasar pembebanan harga pokok MTKP (LIFO) dengan harga stabil, kenaikan dan penurunan harga hanya diperhitungkan pada barang yang dibeli dalam periode sekarang, dan tidak diperhitungkan pada persediaan awal.
Harga eceran akan menghasilkan persediaan akhir yang mendekati harga yang diperolehnya. Untuk menghitung persentase harga pokok, ada 2 ketentuan:
1. Kenaikan dan penurunan harga bersih dimasukkan dalam perhitungan persentase harga pokok.
2. Kenaikan dan penurunan harga bersih diperhitungkan hanya pada barang yang dibeli dalam periode itu, sehingga persediaan awalnya tidak memperhitungkan perubahan harga ini.
Harga barang berubah-ubah, jika diinginkan harga pokok persediaan dihitung dengan metode harga eceran itu mendekati hasil perhitungan dengan cara MTKP dalam nilai rupiah. Untuk menentukan nilai persediaan dengan cara mengalikan indeks harga dengan nilai persediaan yang dicantumkan dengan harga jual. Jika perubahan jumlah kuantitas ini sudah diketahui, menghitung nilai persediaan akhir dengan menggunakan harga jual dasar dan kenaikan persediaan dengan indeks yang timbul dan persentase harga pokok akan memperhitungkan jumlah.
Perhitungan persentase harga pokok dan kenaikan persediaan barang indeks dilakukan sebagai berikut:
a. Persediaan barang awal tidak diperhitungkan sehingga persediaan dan persentase harga pokok akan terdiri dari harga-harga sekarang. Nilai persediaan akan terdiri dari jumlah dasar ditambah dengan harga pokok kainkan persediaan dengan indeks berikutnya.
b. Kenaikan harga dan penurunan harga akan diperhitungkan dalam perhitungan persentase harga pokok. Persentase harga pokok ini hanya diperhitungkan jika terjadi kenaikan atau penurunan persentase.