• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian Sejarah dalam Kajian Tasawuf

N/A
N/A
Irfan Muhammad

Academic year: 2024

Membagikan "Metode Penelitian Sejarah dalam Kajian Tasawuf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU Metode Penelitian Tasawuf Dr. Zainal Abidin, M. Ag

Dr. Halimatu Sa’diyah, M, Si

Kajian Sejarah

Oleh : Muhammad Irfan

PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN 2023

(2)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarah adalah disiplin ilmu yang memungkinkan kita untuk memahami masa lalu, menggali akar budaya, peristiwa, dan tindakan yang membentuk dunia kita saat ini. Metode sejarah adalah alat yang digunakan untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan berbagai sumber sejarah agar kita dapat menghasilkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang peristiwa-peristiwa masa lalu.

Metode sejarah dalam penelitian didasarkan pada analisis sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber-sumber primer melibatkan dokumen-dokumen asli dari masa lalu, seperti surat-surat, catatan-catatan, dokumen resmi, dan arsip-arsip sejarah. Sedangkan sumber-sumber sekunder melibatkan kajian literatur dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh sejarawan dan peneliti lain.

Dalam mencermati bias dan interpretasi dalam penelitian sejarah ini dan berupaya untuk memahami perspektif-perspektif yang berbeda dalam interpretasi sejarah. Hal ini penting untuk menjaga objektivitas dalam penelitian. Dengan makalah ini, berharap dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang metodologi penelitian sejarah dan melalui penggunaan metode sejarah yang ketat, diharapkan dapat membuat kontribusi berarti terhadap pemahaman tentang sejarah dan warisan masa lalu.

(3)

2

PEMBAHASAN A. Pengertian Sejarah

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.1 Dalam arti yang lebih teliti, sejarah adalah narasi dan rekaman peristiwa masa lalu yang melibatkan umat manusia.

Konsep sejarah sebagai narasi atau cerita memiliki sifat subjektif, sementara peristiwa sejarah dianggap sebagai realitas objektif. Dengan landasan pemahaman ini, sejarah mencakup semua aspek yang melibatkan pemikiran, ucapan, perasaan, dan pengalaman manusia untuk mengungkapkan fakta mengenai apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana suatu kejadian itu terjadi.2

Secara bahasa, “Sejarah” berasal dari kata Arab “syajarah” yang berarti pohon. sejarah dimaknai juga sebagai suatu silsilah, akan tetapi, pengertian yang terkandung dalam sejarah sesungguhnya diadopsi dari kata bahasa Yunani “Istoria”, yang merupakan kata asal dari bahasa Latin “historia” dan bahasa Inggris “history

yang mulanya berarti: pencarian, penyelidikan, penelitian (inquiry, investigation, research). Berdasarkan pengertian itu, maka sejarah mengandung arti: kejadian- kejadian yang dibuat manusia atau yang memengaruhi manusia, perubahan atau kejadian yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lainnya.3

Istilah sejarah, dalam pengertian terminologis memiliki beberapa variasi misalnya, Menurut Noruzzaman Shiddiqie, sejarah bukan hanya mencatat peristiwa masa lalu, tetapi juga memberikan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa tersebut dengan melihat hubungan sebab-akibat yang ada di antara mereka. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan mengenai perkembangan masyarakat manusia atau peradaban dunia. Ini mencakup perubahan-perubahan yang terjadi dalam karakter masyarakat, seperti kelahiran, keramahan, dan solidaritas kelompok, yang diakibatkan oleh munculnya berbagai kerajaan dan negara dengan berbagai tingkat aktivitas dan struktur sosial. Definisi Ibnu Khaldun juga menyoroti

1 Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah” (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hal. 14

2 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah” (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 1

3 Wasino dan Endah Sri Hartatik, “Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan” (Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018), hal. 2

(4)

3

peran penting masyarakat itu sendiri dalam mencapai kemajuan, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan mengalami berbagai transformasi yang terjadi dalam masyarakat.4

Dalam perkembangan awalnya sejarah hanya terbatas pada aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik) yang disusun secara kronologis. Hingga sejarah menjadi ilmu yang berusaha menentukan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu.5

B. Metode Penelitian Sejarah

Metode penelitian sejarah, sering disebut juga sebagai metode sejarah, merujuk pada pendekatan atau teknik yang digunakan dalam penyelidikan masalah sejarah. Metode mengacu pada cara, proses, atau pedoman teknis yang digunakan untuk menjalankan investigasi dengan perspektif sejarah. Secara umum, metode sejarah melibatkan penyelidikan suatu masalah dengan menerapkan pendekatan historis. Dalam pengertian yang lebih khusus, metode penelitian sejarah mencakup seperangkat aturan dan prinsip sistematis yang digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah dengan efektif, menilainya secara kritis, dan menyusun sintesis dari temuan-temuan tersebut dalam bentuk tertulis. Metode ini membantu peneliti sejarah dalam menggali, memahami, dan menyampaikan informasi yang relevan tentang masa lalu.6

Secara singkat, metode penelitian sejarah dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan penulisan.7

1. Pemilihan Topik

Penentuan topik penelitian adalah langkah awal yang sangat penting dalam perencanaan penelitian ilmiah. Topik penelitian seharusnya bukan hanya tentang

4 Suhartono W. Pranoto, “Teori Dan Metodologi Sejarah” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 14

5 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal, 2

6 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal, 43-44

7 Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah”, hal. 69

(5)

4

penyajian informasi yang telah ada sebelumnya, melainkan juga harus mampu memberikan kontribusi baru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan menyajikan fakta baru yang ditemukan melalui penelitian, atau dengan memberikan interpretasi yang baru terhadap data yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, pemilihan topik penelitian seharusnya membawa pemahaman yang lebih dalam, sudut pandang baru, atau pengetahuan tambahan yang dapat membantu memecahkan masalah atau menyumbang pada pemahaman yang lebih baik tentang suatu bidang ilmu. Peneliti harus mampu menjadikan penelitian mereka sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menghasilkan penemuan yang bermanfaat.8

Topik sebaiknya dipilih berdasarkan: kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu, subjektif dan objektif, sangat penting karena orang hanya akan bekerja dengan baik kalau dia senang dan mampu.9

2. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik berasal dari bahasa Yunani Kuno heuriskein, yang berarti mencari tahu atau menemukan. Pengertian heuristik dalam konteks metode sejarah adalah kegiatan mencari sumber-sumber, mendapatkan data, atau materi sejarah.10 Menurut G.J. Renier (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memperinci bibiliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.11

Suatu prinsip di dalam heuristik ialah sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber tertulis bisa dalam bentuk dokumen, misalnya catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip lapora pemerintah atau organisasi massa.

Sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap primer ialah wawancara langsung

8 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal, 45

9 Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah”, hal. 70

10 Joko Sayono, “Langkah-Langkah Heuristik Dalam Metode Sejarah Di Era Digital”

Jurnal: Sejarah Dan Budaya, Vol. 15, No. 2, 2021, hal. 370

11 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal 55

(6)

5

dengan pelaku peristiwa atau saksi mata. Adapun kebanyakan berita di koran, majalah, dan buku adalah sumber sekunder, karena disampaikan oleh bukan saksi mata.12

3. Teknik Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber adalah langkah penting dalam penelitian sejarah yang bertujuan untuk menguji otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian. Ini melibatkan proses analisis yang melibatkan kerja intelektual dan rasional sesuai dengan prinsip-prinsip metodologi sejarah. Dengan melakukan kritik sumber, sejarawan berupaya untuk memastikan bahwa sumber- sumber yang mereka gunakan dapat dipercaya dan objektif dalam menyajikan informasi tentang suatu peristiwa sejarah.13 Teknik kritik sumber tersebut diantaranya adalah:

a. Keaslian Sumber

Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Jika sumber tersebut berupa dokumen tertulis, seperti surat, naskah, atau catatan, peneliti perlu memeriksa berbagai aspek, termasuk kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan faktor-faktor penampilan lainnya. Otentisitas semuanya ini minimal dapat diuji berdasarkan lima pertanyaan pokok sebagai berikut:14

1) Kapan sumber itu dibuat?

2) Di mana sumber itu dibuat?

3) Siapa yang membuat?

4) Dari bahan apa sumber itu dibuat?

5) Apakah sumber itu dalam bentuk asli?

12 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal 56

13 Suhartono W. Pranoto, “Teori Dan Metodologi Sejarah” hal. 34

14 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal. 58-60

(7)

6 b. Kesahihan Sumber

Kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri. kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri.

1) Syarat umum.

Sumber lisan (tradisi) harus didukung oleh saksi yang berantai dan disampaikan oleh pelapor pertama yang terdekat. Sejumlah saksi itu harus sejajar dan bebas serta mampu mengungakpkan fakta yang teruji kebenerannya.

2) Syarat-syarat khusus.

Sumber lisan mengandung kejadian penting yang diketahui umum, telah terjadi kepercayaan umum pada masa tertentu, selama masa tertentu itu tradisi dapat berlanjut tanpa protes atau penolakan perseorangan.15

4. Metode Interpretasi (Analisis Fakta Sejarah)

Interpretasi atau penafsiran dalam penelitian sejarah memang memiliki peran penting. Tanpa interpretasi, data-data sejarah mungkin akan sulit dimengerti dan tidak akan memiliki makna yang dalam. Sejarawan bertugas untuk menyusun fakta-fakta yang ditemukan dalam sumber-sumber sejarah menjadi narasi yang lebih lengkap dan bermakna. Namun interpretasi juga membawa unsur subjektivitas. Sejarawan memiliki sudut pandang dan pemahaman yang dapat memengaruhi cara mereka menafsirkan data sejarah. Oleh karena itu, sejarawan yang jujur harus selalu mencantumkan data-data yang mereka gunakan dan keterangan tentang asal-usul data tersebut. Hal ini penting agar orang lain dapat memeriksa ulang dan melakukan penafsiran ulang atas data tersebut, yang merupakan bagian dari metode sejarah yang transparan dan ilmiah.16

Dalam interpretasi, sejarawan juga harus mempertimbangkan konteks historis, budaya, sosial, dan politik dari masa lalu. Ini membantu mereka dalam

15 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal. 63

16 Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah”, hal. 78

(8)

7

menyajikan interpretasi yang lebih akurat dan mendalam tentang peristiwa dan fenomena sejarah. Sejarawan yang berpengetahuan dan beretika harus selalu berusaha untuk menghasilkan penafsiran yang obyektif sebisa mungkin, sambil tetap mengakui bahwa ada beragam sudut pandang dalam sejarah yang dapat menghasilkan berbagai penafsiran yang sah.17

5. Metode Historiografi (Penulisan Sejarah)

Dalam historiografi, aspek kronologi sangat penting. Di sisi lain, ilmu sosial, seperti sosiologi, sering lebih berfokus pada analisis masalah kontemporer dan struktur sosial, dan kurang pada aspek kronologi. Masalah sosial, struktur masyarakat, dan konsep-konsep sosiologis sering kali didekati dari berbagai sudut pandang, dengan penekanan pada pemahaman dan analisis, dan sering kali tanpa ketergantungan pada urutan kronologis yang ketat.18 Hal ini yang membedakan penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah bidang lain adalah penekanannya pada aspek kronologis. Karena itu, alur pemaparan data harus selalu diurutkan kronologisnya, sekalipun yang ditunjukkan di dalam pokok setiap pembahasan adalah tema tertentu pula.19

Berdasarkan penulisan sejarah itu juga akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang dipergunakannya tepat ataukah tidak, apakah sumber atau data yang mendukung penarikan kesimpulannya memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai ataukah tidak dan sebagainya.

Jadi, dengan penulisan itu akan dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu sendiri.20

Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan secara garis besar terdiri atas tiga bagian: pengantar, hasil penelitian, dan simpulan.

17 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal. 65

18 Kuntowijoyo, “Pengantar Ilmu Sejarah”, hal. 80

19 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal. 68

20 Dudung Abdurrahman, “Metode Penelitian Sejarah”, hal. 67

(9)

8

KESIMPULAN A. Penutup

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu yang mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia untuk mengungkapkan fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu itu telah terjadi.

Sejarah dikatakan objektif tetapi disatu sisi juga bisa dikatakan subyektif. Dalam perkembangan awalnya sejarah hanya terbatas pada aktifitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik) yang disusun secara kronologis. Hingga sejarah menjadi ilmu yang berusaha menentukan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu.

Metode penelitian sejarah adalah bagian yang penting dalam sebuah karya penelitian sejarah karena dengan metode penelitian sejarah seperangkat aturan dan prinsip sistematis diterapkan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.

Dalam metode penelitian sejarah ini mempunyai lima tahapan yaitu:

pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan penulisan.

(10)

9

DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. “Pengantar Ilmu Sejarah” Yogyakarta: Tiara Wacana. 2013.

Abdurrahman, Dudung. “Metode Penelitian Sejarah” Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.

Wasino dan Endah Sri Hartatik. “Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan”

Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama. 2018.

Pranoto, Suhartono W. “Teori Dan Metodologi Sejarah” Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Sayono, Joko. “Langkah-Langkah Heuristik Dalam Metode Sejarah Di Era Digital” Jurnal: Sejarah Dan Budaya. Vol. 15. No. 2. 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Di dalam penelitian ini penulis mencoba membahas Penerapan model

Dokumen tersebut membahas tentang jenis penelitian kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian

Dokumen ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam sebuah

Kembangkan laporan penelitain Dari prosedur proses atau langkah metode eksperimen di aplikasikan dalam penelitian Pendidikan sejarah dapat diperjelas atau di buktikan dengan salah satu

Buku ini membahas metode penelitian kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisis data secara

Dokumen ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang hubungan antara family life satisfaction, subjective invulnerability, dan kenakalan remaja di Kota

Dokumen ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian karyawan di PT. Sinar Niaga

Dokumen ini membahas metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian tentang pembuatan masker dari daun pegagan untuk perawatan