• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minyak sereh dan ikan mas

N/A
N/A
Afidatul Aulia

Academic year: 2024

Membagikan "Minyak sereh dan ikan mas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus) TERHADAP LAMA WAKTU

PEMBIUSAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Syaifuddin

Prodi. Teknologi Pengolahan Hasil Laut, Politeknik Palu Email : [email protected]

Abstrak

Pengangkutan benih seringkali menimbulkan mortalitas ikan selama pengangkutan yang disebabkan oleh kondisinya menurun, sehingga menyebabkan benih yang ditebar ke kolam menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.

Dalam hal kegiatan pengangkutan ikan, maka perlu penanganan yang tepat, salah satu yang dilakukan yaitu dengan cara pembiusan. Jenis bahan yang dapat digunakan adalah minyak sereh wangi (Cymboogon nardus) sebagai obat bius.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus) terhadap durasi pembiusan benih ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembudidaya ikan tentang pengangkutan benih dengan cara pembiusan ikan.

Selain itu juga sebagai salah satu referensi bagi semua pihak yang ingin mendalami bidang pembudidayaan ikan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 – 22 Agustus 2010, bertempat di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan tiga kali perlakuan ( 0,8 ml, 1 ml dan 1,2 ml) dan tiga kali ulangan. Wadah yang digunakan berupa kantong plastik berukuran panjang 50 cm dan lebar 35 cm. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian dosis minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus) yang berbeda memberi pengaruh nyata terhadap durasi bius benih ikan mas. Dosis minyak sereh 1,2 ml mempunyai durasi bius yang terlama yaitu 200,64 menit, masih aman bagi benih ikan mas dan dapat digunakan untuk pengangkutan dengan memperhatikan jarak serta lama waktu perjalanan.

Kata kunci : minyak sereh, pembiusan benih

I. PENDAHULUAN

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan konsumsi yang telah lama dibudidayakan di Indonesia terutama di Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta. Perkembangan kegiatan budidaya ikan mas meliputi kegiatan pembenihan dan pembesaran (Susanto dan Rochdianto, 1997).

Perkembangan usaha budidaya ikan mas disertai dengan meningkatnya permintaan pasar akan ikan mas konsumsi, sehingga para pembudidaya ikan mas yang terlibat dalam kegiatan pembesaran membutuhkan benih ikan mas yang

(2)

berkualitas baik. Pembudidaya ikan mendapatkan benih dari unit pembenihan, namun dalam pengangkutan benih dari unit pembenihan ke pembudidaya ikan seringkali menimbulkan permasalahan, terutama bagi pembudidaya ikan yang lokasinya cukup jauh (Basyarie, 1990).

Ikan mas seringkali dipasarkan dalam keadaan hidup. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus pascapanen sehingga produk ikan mas tetap hidup dan bermutu tinggi ketika sampai ke tangan konsumen. Pengangkutan ikan hidup adalah memindahkan ikan dari suatu daerah ke daerah lain dengan kepadatan setinggi-tingginya, dan biaya serendah-rendahnya serta ikan yang diangkut memiliki mortalitas yang rendah dan dalam kondisi sehat sampai di tempat tujuan.

Berbeda dengan hewan darat, pengangkutan ikan hidup harus menyertakan air sebagai habitat hidup ikan. Hal ini menyebabkan pengangkutan ikan baik berukuran konsumsi maupun ukuran benih membutuhkan wadah pengangkutan yang berukuran besar dan dalam jumlah banyak, sehingga menjadi mahal dan berisiko (Effendi, 2004).

Pengangkutan benih seringkali menimbulkan mortalitas benih ikan selama pengangkutan yang disebabkan oleh kondisi benih ikan menurun, sehingga menyebabkan benih ikan yang ditebar ke kolam menjadi lemah dan mudah terserang penyakit. Faktor utama dalam penentuan keselamatan benih ikan dalam pengangkutan adalah media air. Kondisi air dalam pengangkutan benih ikan harus tetap keadaan normal, baik suhu, pH, maupun kandungan oksigen terlarutnya (Murtidjo, 2005).

Dalam hal kegiatan pengangkutan benih ikan, maka perlu penanganan yang tepat. Salah satu yang dilakukan yaitu dengan cara pembiusan yang bertujuan untuk menenangkan ikan, mengurangi aktifitas dan laju metabolisme.

Jenis bahan yang dapat digunakan adalah minyak sereh wangi (Cymboogon nardus) sebagai obat bius.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 – 22 Agustus 2010, bertempat di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan mas ( Cyprinus carpio ) strain majalaya, berjumlah 90 ekor, umur 3 minggu, bobot tubuh berkisar 2,5 sampai dengan 4 gram. Benih ikan mas diperoleh dari Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Tulo Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termometer, pH meter, DO meter, Stopwatch, timbangan Ohaus, suntikan ukuran 1 ml dan 3 ml, kantongan plastik berukuran panjang 35 cm dengan diameter 50 cm. Bahan yang digunakan sebagai obat bius adalah minyak sereh wangi (Cymbopogon nardus) yang diperdagangkan.

(3)

Langkah kerja yang dilakukan yaitu menyiapkan wadah dan peralatan yang akan digunakan. Wadah yang digunakan berupa kantong plastik berukuran panjang 35 cm dengan diameter 50 cm. Wadah diisi dengan air sebanyak 5 L untuk setiap kantong. Setelah itu memasukkan minyak sereh wangi sesuai dengan dosis yang diinginkan. Dosis minyak sereh wangi diperoleh melalui studi pendahuluan. Cara mendapatkan dosis minyak sereh wangi dengan menggunakan suntik sesuai dengan dosis yang diinginkan, selanjutnya mengencerkan minyak sereh wangi kedalam 5 liter air yang ada di dalam wadah. Kemudian memasukkan benih-benih ikan mas ke dalam wadah berjumlah 10 ekor/kantongan dan memasukkan oksigen murni ke dalam wadah.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan 3 ulangan, sehingga banyaknya satuan percobaan adalah 9 unit. Adapun perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Perlakuan A = Penambahan minyak sereh wangi dengan dosis 0,8 ml/5 liter air.

Perlakuan B = Penambahan minyak sereh wangi dengan dosis 1 ml/5 liter air.

Perlakuan C = Penambahan minyak sereh wangi dengan dosis 1,2 ml/5 liter air.

Parameter yang akan diamati ialah waktu mulai terbius. Penghitungan lama waktu mulai terbius benih ikan mas dimulai saat benih ikan mas dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi air dan obat bius sesuai dengan perlakuan, hingga benih ikan kehilangan keseimbangan tubuh dan aktifitas benih ikan mulai berkurang.

Penghitungan durasi bius benih ikan mas dimulai saat benih kehilangan keseimbangan tubuh dan aktifitas benih ikan mulai berkurang akibat pengaruh obat bius, hingga benih ikan sadar kembali ( keseimbangan tubuh dan aktifitas benih mulai pulih).

Sintasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1997) :

S = (Nt / No) x 100%

Keterangan :

S = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah benih ikan mas pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah benih ikan mas pada awal penelitian (ekor)

Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu yang diukur dengan menggunakan Thermometer, pH yang diukur dengan menggunakan pH meter, dan oksigen terlarut yang diukur dengan menggunakan DO meter .

(4)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Mulai Terbius

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata waktu mulai terbius dari benih ikan mas dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Waktu Mulai Terbius Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Selama Penelitian.

Perlakuan Waktu Mulai Terbius ( Menit )

A 43,46a

B 42,53a

C 38,63b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan adanya perbedaan nyata (P < 0,05).

Pada tabel 1 di atas menunjukkan waktu mulai terbius benih ikan mas tercepat terdapat pada perlakuan C (1,2 ml) dengan rata-rata waktu mulai terbius yaitu 38,63 menit, kemudian diikuti perlakuan B (1 ml) dengan rata-rata waktu mulai terbius 42,53 menit dan waktu mulai terbius terlama terdapat pada perlakuan A (0,8 ml) dengan rata-rata waktu mulai terbius 43,46 menit.

Cepatnya waktu mulai terbius pada perlakuan C (1,2 ml) diduga karena tingginya dosis minyak sereh wangi, dimana insang lebih banyak menyerap senyawa aktif (Geraniol dan Citronella) yang terkandung pada minyak sereh wangi dan menyebar keseluruh tubuh ikan bersama oksigen, dan mempengaruhi saraf-saraf, proses metabolisme dan proses pernapasan ikan. Menurut Harms (2010), pembiusan ikan umumnya dilaksanakan melalui media air, karena pada dasarnya obat bius ikan mempunyai prinsip kerja yang sama dengan gas bius yaitu diserap oleh alat pernapasan (insang), kemudian terakumulasi di dalam tubuh sehingga memberikan pengaruh pada ikan.

Waktu mulai terbius benih ikan mas terlama terdapat pada perlakuan A (0,8 ml). Hal ini diduga karena rendahnya dosis minyak sereh wangi sehingga senyawa aktif dari minyak sereh wangi tidak banyak terserap insang dan membutuhkan waktu yang lebih lama hingga senyawa aktif minyak sereh wangi terakumulasi didalam tubuh dan mempengaruhi benih ikan.

Menurut Coyle et al. (2004), sebagian besar obat bius menghasilkan tahap pembiusan meliputi mulai terbius, setengah terbius, terbius total, dan kematian.

Tahap pembiusan yang diinginkan dapat dicapai tergantung pada jumlah dosis yang diberikan dan lama waktu pembiusan. Ketika obat bius diberikan, awalnya ikan akan hiperaktif selama beberapa detik dan akan tenang saat obat bius terakumulasi di dalam tubuh ikan.

Pengaruh minyak sereh wangi terhadap benih ikan mas adalah gerakan benih ikan mas yang awalnya gesit, kemudian perlahan-lahan melambat, namun sekali-sekali berenang kepermukaan dengan maksud mencari udara segar dan akhirnya hewan uji tenang atau diam (terbius). Selain itu, juga memberi pengaruh pada sistem metabolisme tubuh ikan, dimana benih ikan mas sebelum diberi

(5)

perlakuan sering mengeluarkan feses (kotoran) dan pernapasan benih ikan mas baik (dilihat dari gerak operculum yang cepat). Setelah diberi perlakuan, aktifitas dan laju metabolisme semakin berkurang.

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi dosis minyak sereh wangi yang diberikan, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan benih ikan mas untuk terbius.

Durasi Bius

Benih ikan mas yang terbius ditandai dengan berkurangnya atau terhentinya aktifitas gerak ( diam di dasar wadah), laju metabolisme berkurang, dan benih ikan mas lambat merespon atau tidak merespon sama sekali saat diberi gangguan pada wadah (memukul dinding dan menggerakkan wadah). Benih ikan mas akan sadar setelah senyawa aktif dari minyak sereh wangi berkurang. Dilihat dari hewan uji mulai beraktifitas, merespon, dan aroma dari bahan aktif minyak sereh wangi berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata durasi bius dari benih ikan mas yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Durasi Bius Benih Ikan Mas Selama Penelitian Perlakuan Durasi Bius ( Menit )

A 39,63a

B 167,89b

C 200,64b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan adanya perbedaan nyata (P < 0,05).

Pada tabel 2 di atas menunjukan nilai rata-rata durasi bius benih ikan mas terlama terdapat pada perlakuan C (1,2 ml) dengan rata-rata durasi bius 200,64 menit, kemudian diikuti perlakuan B (1 ml) dengan rata-rata durasi bius 167,89 menit, dan perlakuan A (0,8 ml) dengan rata-rata durasi bius 39,63 menit.

Lamanya durasi bius benih ikan mas pada perlakuan C (1,2 ml) diduga karena tingginya dosis minyak sereh wangi di dalam air sehingga senyawa aktif minyak sereh wangi terakumulasi lebih lama di dalam tubuh hewan uji, dimana insang menyerap lebih banyak air yang mengandung senyawa aktif dan terbawa bersama oksigen keseluruh tubuh, dan menyebabkan minyak sereh wangi lebih lama mempengaruhi saraf-saraf benih ikan mas.

Menurut Molinero and Gonzalez (1995), pada pembiusan ikan, lama waktu ikan terbius disebabkan tingginya kadar bahan aktif obat bius dalam tubuh ikan sehingga mengakibatkan pengaruh obat bius pada ikan lebih lama. Bahan aktif yang tetap terakumulasi dalam tubuh ikan dapat menyebabkan overdosis dan kematian pada ikan.

Cepatnya durasi bius benih ikan mas pada perlakuan A (0,8 ml) diduga karena senyawa aktif di dalam tubuh benih ikan telah berkurang, dimana insang menyerap air yang kandungan senyawa aktifnya telah berkurang bahkan telah hilang karena sesuai dengan sifatnya yang mudah menguap, dan menyebarkan

(6)

oksigen keseluruh tubuh, sehingga senyawa aktif minyak sereh wangi yang mempengaruhi saraf-saraf benih ikan mas sedikit demi sedikit akan berkurang.

Menurut Coyle et al. (2004), selama tahap pemulihan, kandungan obat bius akan keluar dari tubuh ikan. Pemulihan ikan membutuhkan waktu tergantung jumlah bahan senyawa aktif pada obat bius yang terkandung di dalam tubuh ikan. Ikan mampu menyadarkan diri sendiri dan akan menanggapi kebisingan dan rangsangan.

Pengaruh minyak sereh wangi terhadap hewan uji mulai hilang dapat dilihat dari hewan uji yang mulai bergerak dan menerima rangsangan dari luar wadah seperti memukul dinding wadah penelitian. Selain itu sistem pernapasan hewan uji mulai membaik yang pada awalnya saat terbius sistem pernapasan hewan uji melambat (dilihat dari gerak operculumnya).

Menurut Manandai (1985), pembiusan ikan terbagi atas 4 tahap yaitu tahap I, dimana pernapasan hewan uji mulai berkurang. Tahap II, dimana hewan uji kehilangan sebagian keseimbangannya dan reaktif terhadap rangsangan sentuhan. Pada tahap ini sebagian hewan uji akan berusaha menyadarkan diri.

Tahap III, dimana hewan uji kehilangan total keseimbangannya dan tidak bereaksi terhadap rangsangan sentuhan. Pada tahap ini hewan uji akan berusaha menyadarkan diri, namun jika kandungan senyawa aktif obat bius tetap terakumulasi di dalam tubuh hewan uji maka tahap pemulihan dapat dilakukan untuk mencegah stress dan kematian. Tahap IV dimana hewan uji tidak bernapas dan detak jantungnya berhenti sehingga hewan uji overdosis dan akhirnya mati.

Berdasarkan dari hasil pengamatan durasi bius, menunjukan bahwa dengan semakin tingginya dosis minyak sereh wangi yang diberikan maka durasi bius benih ikan mas akan semakin lama, dan sebaliknya jika semakin rendah dosis minyak sereh yang diberikan, maka durasi bius benih ikan mas tidak akan lama.

Sintasan

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata sintasan dari benih ikan mas yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sintasan Benih Ikan Mas Selama Penelitian

Perlakuan Sintasan (%)

A 100

B 93,33

C 83,33

Sintasan atau kelangsungan hidup benih ikan mas selama penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan A (0,8 ml) yaitu sebesar 100 %, kemudian diikuti oleh perlakuan B (1 ml) yaitu sebesar 93,33 %, dan perlakuan C (1,2 ml) sebesar 83,33 %. Perbedaan sintasan pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh keadaan fisik benih yang lemah, dan dosis obat bius yang tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Ackerman et al.

(2010), bahwa faktor pendukung dalam pembiusan ikan adalah bobot tubuh,

(7)

jenis ikan, keadaan fisik ikan, kualitas air dan dosis dari obat bius itu sendiri.

Pembiusan umumnya melibatkan penurunan pernapasan yang pada akhirnya mengurangi transfer gas yang menyebabkan penurunan pemasukan oksigen kejaringan tubuh (hipoksia) dan peningkatan asam dalam darah (asidosis) karena kurangnya oksigen dan naiknya karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari kurangnya respirasi, dan peningkatan konsentarasi adrenalin dalam darah. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan kematian.

Walaupun kelangsungan hidup benih ikan mas tidak seratus persen pada perlakuan B dan C, namun dosis keduanya masih dianggap aman bagi kehidupan benih ikan mas. Hal ini disebabkan jumlah mortalitas dari perlakuan B dan C sangat rendah.

Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang teramati selama penelitian masih berada dalam kisaran layak, untuk data hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisaran Parameter Kualitas Air yang Teramati Selama Penelitian

Perlakuan Parameter kualitas air

Oksigen (ppm) pH Suhu (oC)

A 6,3 -6 6,5 - 7 28

B 6,3 – 6,2 6,5 – 6,8 28

C 6,3 – 6,2 6,5 - 6,7 28

Selama penelitian kisaran oksigen terlarut 6 – 6,3 ppm, dimana oksigen masih dalam kisaran baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Santoso (2002), bahwa ikan mas dapat hidup pada kisaran kandungan oksigen terlarut 4 – 8 ppm.

Selama penelitian kisaran pH 6,5 - 7, menurut Swingle (1963) dalam Murtidjo (2005), bahwa pH perairan yang produktif dan ideal bagi kehidupan ikan berkisar 6 – 8.

Suhu media selama penelitian yaitu 28oC. Lingkungan perairan ideal yang diinginkan ikan mas adalah daerah yang berketinggian 150 – 600 m di atas permukaan laut dengan suhu air berkisar antara 25– 30o C (Susanto dan Rochdianto, 1997).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(8)

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian dosis minyak sereh wangi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap waktu mulai bius dan durasi bius benih ikan mas.

2. Dosis minyak sereh wangi 1,2 ml mempunyai durasi bius yang terlama yaitu 200,64 menit, dosis 1 ml mempunyai durasi bius yaitu 167,89 menit, sedangkan dosis 0,8 ml mempunyai durasi bius yang singkat yaitu 39,63 menit.

3. Semakin tinggi dosis minyak sereh wangi yang diberikan, maka semakin cepat waktu mulai terbius dan semakin lama durasi bius benih ikan mas.

4. Parameter kualitas air selama penelitian masih berada dalam kisaran yang layak bagi kelangsungan hidup benih ikan mas.

Saran

Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai pembiusan benih ikan dengan jenis ikan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Morgan and Iwama. Anestesi.

http://www.ccac.ca/en/CCAC_Programs/ Guidelines_Policies/GDLINES/

Fish/Fish %20Anesthetics%20-%20ENG. pdf. diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.

Basyarie, A. 1990. Transportasi ikan hidup. Training Penangkapan. Aklimatisasi dan Transportasi Ikan Hias Laut. Jakarta

Coyle S, Robert M. Durborow dan James Tidwell .H 2004. Anestesia Dalam Akuakultur. Kentucky State University Aquaculture, Amerika serikat.

http://aquanic.org/management

%20practices/transportation/documents/asthetics.pdf

Effendie, M.I.,1997. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Effendi I., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Harms C. Anestesi Ikan. Diakses 30 Agustus 2010.http://www.petplace.com/fish/

anesthesia-in-fish/page1.aspx

Menandai, LL and Meyer FP. 1985. Are better anesthetics needed in fisheries?

http://aquanic.org/management

%20practices/transportation/documents/asthetics.pdf

Molinero A. & Gonzalez J. 1995. Comparative effects of MS 222 and 2- phenoxyethanol on gilthead sea bream ( Sparus aurata L. ) during confinement. Comparative Biochemistry & Physiology A-Comparative

(9)

Physiology.

http://www.ccac.ca/en/CCAC_Programs/Guidelines_Policies/GDLINES/F ish/Fish%20Anesthetics%20-%20ENG.pdf

Murtidjo, B.A., 2005. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso H.B., 2002. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta Susanto H., dan Rochdianto A., 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Apakah kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya repelen yang setara dengan DEET 12,5% terhadap nyamuk Aedes sp.. 1.3 Maksud

minyak sereh terhadap pertumbuhan cendawan patogen secara in vitro , dan (5) menentukan konsentrasi minyak sereh yang akan digunakan dalam

Sereh wangi diproses, dan diolah menjadi minyak atsiri, maka akan mendapatkan nilai jual yang tinggi, maka dilakukan penelitian identifikasi GC-MS ekstrak minyak

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas lotion antinyamuk Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L) Rendle) setelah satu minggu kemudian menunjukkan sediaan lotion

Hal ini dapat dibuktikan dengan rata-ma persentase mortalitas yang lebih besar dari dosis 7,5 gram bubuk sereh wangi, dimma diduga bahwa semakin besar dosis yang

Kenaikkan kadar sitronellal disebabkan oleh semkin banyaknya panas yang diterima oleh sereh wangi untuk menguapkan minyak dari sereh wangi tersebut, sehingga kadar sitronellal

Dalam melakukan kajian dalam rangka melihat pengaruh minyak atsiri sereh wangi sebagai bahan insektisida atau pembunuh serangga perusak kertas yaitu rayap kayu kering adalah

Pada tahap ini dirancang sebuah sistem yaitu sistem industri penyulingan minyak sereh wangi dengan terlebih dahulu mengidentifikasi teknologi yang akan