• Tidak ada hasil yang ditemukan

model GI - Hasil Belajar

N/A
N/A
Salsa Nurhabibah

Academic year: 2025

Membagikan "model GI - Hasil Belajar"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 11 DALAM MATA

PELAJARAN EKONOMI SMAN 15 PEKANBARU

OLEH:

NABILLA AYU KHAIRUNNISA NIM. 12010623573

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1446 H/2024 M

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 11 DALAM MATA

PELAJARAN EKONOMI SMAN 15 PEKANBARU

Skripsi

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

NABILLA AYU KHAIRUNNISA NIM. 12010623573

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1446 H/2024 M

(3)

i

Negeri 15 Pekanbaru, yang ditulis oleh Nabilla Ayu Khairunnisa NIM 12010623573 dapat diterima dan di setujui untuk di ujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultam Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru, 20 Jumadil Awal 1446 H 22 November 2024 M

Menyetujui, Ketua Jurusan

Pendidikan Ekonomi Pembimbing

Ansharullah, S.P.,M.Ec Ansharullah, S.P.,M.Ec

NIP. 197907072008011017 NIP. 197907072008011017

(4)

ii

Skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 11 Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Sman 15 Pekanbaru yang ditulis oleh Nabilla Ayu Khairunnisa dengan NIM. 12010623573 dapat diterima dan disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tanggal 2024. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Pekanbaru, 18 Jumadil Akhir 1446 H 20 Desember 2024 M Mengesahkan

Sidang Munaqasyah

Penguji I Penguji II

Yulia Novita, S.Pd.i., M.Par Mahdar Ernita, M.Ed., P.hD

Penguji III Penguji IV

Darni, SP., MBA Dr. Dicki Hartanto, MM

Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Kadar, M.Ag NIP. 19650521 199402 1 001

(5)
(6)

iv

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur senantiasa kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa juga untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari jahiliyah menuju alam yang penuh Cahaya keimanan dan ilmu pengentahuan. Semoga dengan bershalawat kepadanya penulis akan mendapat syafaatnya di akhirat kelak, aamiin ya rabbal’alamin. Atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 15 Pekanbaru” merupakan hasil karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan uluran tangan dan kemurahan hati kepada penulis. Selain itu, penulis banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, masukan, arahan, bantuan dan hal lainnya dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang saya hormati:

1. Bapak Prof. Dr. Hairunnas Rajab, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Ibu Prof. Dr. Hj. Helmiati, M.Ag selaku Wakil Rektor I. Bapak Prof. Dr. H. Mas’ud Zein, M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Prof.

Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku Wakil Rektor III Univesitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Dr. H. Kadar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Bapak Dr. H. Zarkasih, M.Ag selaku Wakil Dekan I. Ibu Prof. Dr. Zubaidah Amir MZ, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Amira Diniaty, M.Pd., Kons selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Ansharullah, S.P., M.Ec selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan sabar menghadapi penulis dalam menyusun skripsi ini., serta Ibu Yulia Novita, S.Pd.i., M.Par selaku

(7)

v

penguji IV yang telah memberi masukan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau khususnya di Prodi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Bapak Selamet, S.Pd selaku Kepala Sekolah di SMA Negeri 15 Pekanbaru beserta staff yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

7. Ibu Dra. Ernalida selaku guru ekonomi di SMA Negeri 15 Pekanbaru yang telah membantu dalam bekerja sama untuk penulis melakukan pengambilan data penelitian.

8. Terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Ramdes yang selalu berjuang untuk kehidupan penulis, beliau mampu mendidik dan memberi dukungan sebagai ayah yang baik. Dan Ibunda Mirfa Yanti yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang dengan penuh cinta serta melangitkan doa-doanya demi kemudahan dan kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi ini dari awal hingga akhir.

9. Terima kasih untuk seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara moral.

10. Kepada kakak dan adikku tersayang, Destia Khasanah Putri dan Muhammad Ghaly Fairus Azimi yang turut membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

11. Terimakasih kepada diri sendiri karena telah berusaha dan berjuang sampai saat ini. Mampu mengendalikan diri dari berbagai tekanan dan tak pernah menyerah sesulit apapun proses penyusunan skripsi ini, peneliti mampu menyelesaikan dengan sebaik mungkin.

12. Teman seperjuangan Faradilla hammadi dan aliya triliani yang telah berjuang bersama hingga sekarang dan memberikan dukungan selama peneliti menjalani perkuliahan.

13. Seluruh teman-teman angkatan 2020 khususnya kelas A Akuntasi yang tidak bisa namanya disebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan warna-warni masa perkuliahan dan semoga sukses selalu.

(8)

vi

ini, penulis ucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini ke arah yang lebih baik. Doa dan harapan penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dengan kebaikan yang melimpah serta seluruh pihak yang telah banyak membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb

Pekanbaru, 22 November 2024 Penulis

Nabilla Ayu Khairunnisa NIM.12010623573

(9)

vii 15 Pekanbaru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa terdapat pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap Hasil Belajar. Penelitian ini mengunakan Eksperimen dan Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI sebanyak 258 siswa yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian ini berjumlah 76 siswa yang terdiri 38 siswa kelas XI D sebagai kelas eksperimen dan 38 siswa kelas XI C sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil Post-test kelas eksperimen sebesar 71,36 dan kelas kontrol sebesar 50,52. Adapun hasil uji tes-t didapatkan bahwa nilai > taraf signifikan 5% (1,665) dan 1% (2,376) atau 1,665 < 5,224 > 2,380, maka dapat disimpulkan bawa Ho ditolak dan Ha diterima.

Kata kunci : Group Investigation, Hasil Belajar

(10)

viii

Grade of State Senior High School 15 Pekanbaru

This research aimed at finding out whether there was an effect of Group Investigation (GI) learning model toward learning achievement. It was experimental research with pretest posttest control group design. 258 the eleventh- grade students consisting of 6 classes were the population of this research. The samples were 76 students consisting of 38 the eleventh-grade students of class Das the experimental group and 38 students of class C as the control group. Observation, test, and documentation were the techniques of collecting data. Based on the research findings, the experimental group posttest mean score was 71.36, and the control group was 50.52. The results of t-test showed that observed was higher than luate at 5% (1.665) and 1% (2376) significant levels, 1.665-5.224-2.380. So, it could be concluded that He was rejected and H. was accepted.

Keywords: Group Investigation (GI), Learning Achievement

(11)

ix

دئفاقلال ةدئم ي رشة يدئلحل لمبا

ةةونئاطل ةةردر ةيموكلحل

51 بنكب ئ ور

لعت جذومنل يرثتأ كانه ناك اذإ ام ةفرعم لىإ ةساردلا هذه فدته ي

م تح جاات لة ةةوممجما يقي

ةةوممج ميمصت مادخاسبا يدعبو يلبق راباخا عم ةبرجالا ميمصت ةساردلا تمدخاسا .ملعالا ةطباض مهددةو رشة يدالحا فصلا في بلاطلا عيجم ةساردلا تلشم . لىإ ينمسقيم اًبلاط 858

6 نم ثحبلا ةنية راياخا تم .لوصف نّمضت ثيح ،اًبلاط 76

فصلا نم اًبلاط 88 يدالحا

رشة د و بييرتج فصك رشة يدالحا فصلا نم اًبلاط 88

ج فصك طباض

تناايبلا عجم تم .

،ةظحلالما مادخاسبا و

راباخلاا جاات طسوام نأ ثحبلا جاات ترهظأ . يثوالاو ،راباخلاا

ناك بييرجالا فصلل يجاهنلا 73.86

ناك امنيب 55.58

فصلا في طباضلا

جاات ترهظأو .

راباخا ت ةميق نأ ت باسح

لودج نم بركأ ت

ةللاد ىواسم دنة 5

( % 3.665 و )

3 %

( 8.876 نأ يأ )

3.665

>

5.885

<

8.885 ةيرفصلا ةيضرفلا ضفر تم لياالباو ،

لوبقو

ةليدبلا ةيضرفلا .

تئولكطل :ةيةئةلأل

ملعاطل جئان ،ةةوومجمل يقيتح

(12)

x

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 6

C. Permasalahan ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 10

A. Hasil Pembelajaran ... 10

B. Model Pembelajaran GROUP INVESTIGATION ... 25

C. Materi Pembelajaran (Ketenagakerjaan) ... 33

D. Penelitian Relevan ... 44

E. Konsep Oprasional ... 46

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 50

A. Rancangan Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 54

(13)

xi

...

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70

C. Analisis Data ... 89

D. Pembahasan ... 93

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 102

(14)

xii

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas Xi Sman 15 Pekanbaru ... 51

Tabel 3.3 Skala Likert ... 53

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Soal ... 55

Tabel 3.5 Kriteria Besarnya Koefisien Reabilitas ... 57

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal... 58

Tabel 3.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal... 58

Tabel 3.9 Interprestasi Daya Pembeda ... 60

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda ... 60

Tabel 3.11 Perolehan Skor ... 65

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Sman 15 Pekanbaru... 69

Tabel 4.2 Sarana Dan Prasarana Sman 15 Pekanbaru ... 70

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 72

Tabel 4.5 Aktivitas Guru Dalam Pelaksanan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint Pada Pertemuan Pertama ... 74

Tabel 4.6 Aktivitas Guru Dalam Pelaksanan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint Pada Pertemuan Kedua ... 78

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Dalam Pelaksanan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint Pada Pertemuan Ketiga ... 79

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Obesrvasi Aktivitas Guru Dalam Menggunaka Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint ... 81

Tabel 4.9 Aktivitas Siswa Dalam Pelaksanan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint Pada Pertemuan Pertama ... 83

Tabel 4.10 Aktivitas Siswa Dalam Pelaksanan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint Pada Pertemuan Kedua ... 84

(15)

xiii

Menggunaka Model Pembelajaran Group Investigation

Berbasis Powerpoint ... 88

Tabel 4.13 Output Analisis Uji Normalitas ... 89

Tabel 4.14 Output Analisis Homogenitas ... 90

Tabel 4.15 Output Hasil Uji T Tes Kemampuan Awal ... 91

Tabel 4.16 Output Hasil Uji T Tes Kemampuan Akhir ... 92

Tabel 4.17 Hasil Koefisien Determinasi ... 93

(16)

xiv

Investigation Berbasis Powerpoint ... 82 Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran

Ekonomi Mengunnakan Model Pembelajaran Group

Investigation Berbasis Powerpoint ... 89 Gamabr 4.3 Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa

Antara Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 93

(17)

xv

Lampiran 3 Modul Ajar Kelas Eksperimen ... 126

Lampiran 4 Lembar Obesrvasi Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint ... 146

Lampiran 5 Lembar Obesrvasi Aktivitas Siswa Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Powerpoint ... 147

Lampiran 6 Output Spss Hasil Belajar Sisswa ... 146

Lampiran 7 Dokumentasi ... 160

Lampiran 8 Surat-Surat Penelitian... 161

(18)

1

Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh hasil akademik sesuai dengan target yang ditentukan.

Berdasarkan dengan masalah ketuntasan belajar dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah lama dikenal dengan memakai belajar tuntas dengan belajar sampai habis dengan demikian, belajar tuntas semestinya terarah pada upaya yang diharapkan dapat mengoptimalisasi hasil pembelajaran peserta didik.1

Untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran, maka setiap guru mata pelajaran baik pada tingkat Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus menetapkan terlebih dahulu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk semua mata pelajaran yang di ajarkan.2

Belajar adalah tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan prestasi belajar merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.3

1 Mas’ud Zein, Mastery Learning, (Yogyakarta: Aswijaya Presindo, 2014), h, 3

2 Ibid, 4

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 141

(19)

Berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan dengan guru bidang studi ekonomi di SMA Negeri 15 Pekanbaru. Hasil belajar siswa dalam pelajaran ekonomi masih rendah. Semua itu juga bisa dilihat dari hasil ulangan, ujian yang masih belum sesuai dengan standar KKM.

Dengan data nilai sebagai berikut:

TABEL 1.1

HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 15 PEKANBARU KECAMATAN TAMPAN MATA PELAJARAN ILMU EKONOMI Kelas Siswa KKM Tuntas % Tidak Tuntas %

XI.C 38 70 14 36,84% 24 63,15%

XI.D 38 70 12 31,57% 26 68,42%

Sumber : Nilai ujian semester ganjil anak kelas XI IPS2 dan kelas XI IPS3 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas bisa kita lihat bahwa hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi belum berhasil.

Mengingat proses pembelajaran ekonomi yang kurang menarik menyebabkan beberapa siswa kelas XI SMA Negeri 15 Pekanbaru menjadi pasif, kemauan siswa untuk bertanya dan semangat belajar yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari 76 siswa yang ada dengan KKM 70,dengan siswa kelas XIC yang jumlah siswanya 38 siswa, siswa yang mencapai standar KKM hanya sebesar 36,84%, adapun siswa yang mendapat nilai kurang dari standar KKM sebesar 63,15%, dan siswa kelas XID yang jumlah siswanya 38 siswa, siswa yang mencapai standar KKM hanya sebesar 31,57%, adapun siswa yang mendapat nilai kurang dari standar KKM sebesar 68,42%. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena berbagai faktor yaitu pada saat proses pembelajaran siswa gaduh di dalam kelas.

Penggunaan metode belum optimal, guru menggunakan metode ceramah

(20)

dan tanya jawab saat proses pembelajaran di kelas. Metode ceramah baik digunakan dalam pembelajaran, namun jika metode ceramah digunakan dari awal hingga akhir saat proses pembelajaran maka siswa menjadi kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga membuat beberapa siswa mengganggu teman sebangku yaitu dengan mengajak ngobrol teman saat pembelajaran di kelas. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada saat guru mengajukan pertanyaan siswa hanya diam.

Siswa merasa malu untuk bertanya. Siswa menganggap dirinya masih bingung dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi masih rendah, hal ini ditandai dengan nilai yang belum mencapai KKM.

Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru ekonomi yang menyatakan bahwa siswa gaduh saat mengikuti proses pembelajaran.

Pada saat proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Beliau mengatakan siswa kurang antusias ketika mengikuti proses pembelajaran sehingga membuat beberapa siswa mengganggu teman sebangku yaitu dengan mengajak ngobrol teman saat pembelajaran di kelas.

Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar meskipun sudah berulang kali diberi teguran. Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa hanya diam. Siswa merasa malu untuk bertanya. Siswa menganggap dirinya masih bingung dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Beliau juga mengatakan bahwa hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi masih rendah. Menurut hasil wawancara terhadap beberapa siswa

(21)

mengatakan bahwa mereka menganggap ekonomi adalah pelajaran yang membosankan. Pada penerapannya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasa masih monoton sehingga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru harus menciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa tertarik dan antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Cara-cara yang ditempuh dapat dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan bersifat menyenangkan bagi siswa serta didukung dengan media pembelajaran agar tidak terjadi miskomunikasi antara materi pelajaran dengan apa yang diterima oleh siswa.4

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran ekonomi pendidik memerlukan strategi, metode, dan model pembelajaran yang bervariasi.

Pembelajaran yang bervariasi adalah pembelajaran yang menggunakan strategi, metode, dan model di dalamnya. Salah satu model pembelajaran yang cocok dingunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah tipe pembelajaran Group Investigation. Proses pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk mencari tau sendiri, memecahkan masalah sekaligus mengajarkan siswa untuk menyampaikan apa yang telah didapatkannya kepada peserta didik yang lainnya melalui kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Tipe pembelajaran Group Investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan

4 Hasil wawancara dengan guru ekonomi pada hari Kamis 16 Mei 2024 14.00 WIB di SMA Negeri 15 Pekanbaru.

(22)

antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis kontruktivisme dan prinsip belajar demokrasi.

Tipe pembelajaran Group Investigation, merupakan pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara membagi kelas mejadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.5 Dalam Group Investigation secara umum, guru merancang sebuah topik yang cukupannya luas, lalu membaginya kedalam sub topik tertentu. Sama halnya dengan pertukaran gagasan antar siswa. Sebagai bagian dari investigasi, peserta didik mencari informasi dari dalam maupun luar kelas.

Selanjutnya peserta didik mengevaluasi informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya menghasilkan hasil karya kelompok. Yang demikian Group Investigation itu dapat menjadikan siswa untuk belajar aktif, artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.6 Ibrahim juga mengatakan “ bahwa tujuan penting pembelajaran kooperatif ini mencakup tiga hal penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan mengembangkan keragaman sosial.”7 Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat

judul: “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GRUP

5 Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h, 79

6 Isjoni. Cooperative Learning. (Bandung: alfabeta, 2010), h,5

7 Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2017), h, 59.

(23)

INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 11 DALAM MATA PEMBELAJARAN ILMU EKONOMI”

B. Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini dibuat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul dan agar ada kesamaan pandangan dalam memahami judul kajian ini.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul dari suatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan akan perbuatan orang.8

Jadi dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengaruh dalam pembahasan ini yaitu efek yang ditimbul dari belajar menggunakan model pembelajaran group investigatin sehingga dapat terlihat hasil belajarnya yang diukur menggunakan pre-test dan post-test.

2. Model pembelajaran Group Investigation

Group Investigation adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh John Dewey pada abad pertama, pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah persyaratan untuk bisa menghadapi berbagi masalah yang kompleks dalam masalah demokrasi.9

Menurut wena group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan di

8 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 665

9 Robert E. Salavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2015), h, 215

(24)

pelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau mencari melalui internet.10

Jadi model pembelajaran group investigation adalah menekankan pada partisipasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 11 dalam mata pelajaran ekonomi di SMAN 15 Pekanbaru.

3. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah terjadi proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa, dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.11

Jadi hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar peserta didik kalas 11 dalam mata pelajaran ekonomi dengan materi dasar-dasar komunikasi bisnis di SMAN 15 Pekanbaru setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut “Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi masih rendah, hal ini ditandai dengan nilai yang belum mencapai KKM”

10 Wena, group imvestigation,(Lamongang: Academia Publication, 2023), h, 35

11 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2017), h. 39

(25)

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar atau melenceng dari pembahasan peneliti yaitu tentang pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar siswa kelas XI ekonomi di SMAN 15 Pekanbaru Kecamatan Tenayan Raya dengan mata pelajaran Ekonomi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Apakah terdapat pengaruh yang segnifikan terhadap penerapan model pembelajaran group investigation terhadap hasil belajar siswa pada Ekonomi kelas XI IPS di SMAN 15 Pekanbaru?”.

D. Tujuan Dan Manfaat Penilitian 1. Tujuan Penilitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMAN 6 Pekanbaru melalui penerapan model pembelajaran investigasi kelompok ( Group Investigation ).

2. Manfaat Penilitian a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan membantu pemahaman guru terhadap pentingnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

Dapat memahami teknik pengelolaan kelas yang membuka peluang bagi siswa agar hasil belajar menjadi lebih baik lagi.

(26)

Dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam melaksanakan model pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 15 Pekanbaru.

b. Bagi Guru

Agar dapat memperkaya atau memperluas model pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran Ilmu Ekonomi, serta membantu memberikan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

c. Bagi Siswa

Untuk menciptakan suasana baru yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran agar tidak monoton sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Ekonomi melalui model pembelajaran investigasi grup ( Group Investigation ).

d. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di program studi Pendidikan Ekonomi, dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

(27)

10 BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Hasil Pembelajaran

Pada sub bab ini, akan dideskripsikan teori-teori tentng hasil belajar, jenis-jenis hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Menurut Winkel dalam Purwanto, belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interakksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan., keterampilan dan sikap. Perubahan-perubahan itulah diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menatap dalam waktu yang relative lama dan merupakan hasil pengalaman.12

Menurut Gagne dalam Agus Suprijono belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dan diproses pertumbuhan seseorang secara alamiah.13 Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dalam diri mereka atas stimulasi Lingkungan dan proses mental sehingga pengetahuannya semakin

12 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2016), h. 39

13 Agus Suprijono, Cooperative Learnin, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2016), h. 3

(28)

bertambah. Lingkungan dan proses mental sehingga pengetahuannya semakin bertambah.14

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanyasalah satu aspek potensi kemanusiaan saja.15 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.16

Hasil belajar nampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap keterampilan dan perilaku, perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.17

Hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengkuran hasil belajar, bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa.18 Hasil belajar sangat penting bagi guru dan siswa karena dari hasil belajar itu akan menjadi tolak ukur kemampuan tindak belajar dan tindak mengajar.

14 Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, Startegi Belajar-Mengajar di Kelas. (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2014), hal. 269

15 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2016

16 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet. IX, h. 5.

17 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) jilid XV, h.3

18 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2019),h.200.

(29)

Merujuk pemikiran Gagne dalam Muhamad Thobroni dan Arif Mustofa mengatakan bahwa hasil belajar berupa hal-hal berikut: (1) informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; (2) keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing; (3) strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.19

3. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Jenis-jenis hasil belajar mencakup kemampuan tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.20 Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada ranah kognitif. Ranah kognitif dapat diukur melalui dengan dua cara yaitu dengan tes subjektif dan objektif.

Penelitian ini dalam pelaksanaannya menggunakan tes subjektif berbentuk esay (uraian).

19 Thobroni & Mustofa, Belajar dan Pembelajaran…, hal. 22-23

20 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta:

ArRuzz Media, 2013), Cetakan II, h. 23-24.

(30)

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah mencangkup kegiatan mental (otak). Pada ranah kognitif terdapat beberapa tipe hasil belajar di antaranya adalah: 21

1) Knowledge (pengetahuan, ingatan);

Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah.

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh);

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman

21 Anas Sudijono,2017,Pengantar Evaluasi Pendidikan,PT RajaGafindo Persada, Jakarta, h 49

(31)

merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.22

3) Application (menerapkan);

Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode- metode, prinsip- prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.

Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

4) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan me- nurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

5) synthesis (Sintesis)

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.

Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan

22 Ibid hal. 50

(32)

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis.23 6) Evaluating (menilai).

Penilaian/penghargaan/evaluasi (Evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi di sini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.24

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada ranah Afektif terdapat beberapa tipe hasil belajar di antaranya adalah:

1) Menerima atau Memperhatikan ( Receiving atau Attending)

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam

23 Ibid hal. 51

24 Ibid hal. 52

(33)

menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah:

kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.25

2) Menanggapi ( Responding )

Responding (menanggapi) mengandung arti

"adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving.

25 Ibid hal. 54

(34)

3) Menilai atau Menghargai ( Valuing )

Valuing (menilai menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik di sini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan

"itu adalah baik", maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik.26 4) Mengatur atau Mengoerganisasikan ( Organization )

Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau

26 Ibid hal. 55

(35)

mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai ( Characterization By a Value Or Value Complex )

Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.

Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki philosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cu- kup lama, sehingga membentuk karakteristik "pola hidup"; tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.27

27 Ibid hal. 56

(36)

c. Ranah Piskomotor

Ranah piskomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan ( skill ) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajara tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. 28Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Jika hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif dengan materi tentang kedisiplinan menurut ajaran Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembicaraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil belajar psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif itu adalah:

1) Peserta didik bertanya kepada guru ilmu ekonomi tentang dasardasar komunikasi bisnis yang baik;

28 Ibid hal. 57

(37)

2) Peserta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah- majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan;

3) Peserta didik dapat memberikan penjelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adiadiknya di rumah, atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang pentingnya kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;

4) Peserta didik menganjurkan kepada teman- teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di dalam kehidupan masyarakat;

5) Peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai, tertib dalam mengenakan pakaian seragam sekolah, tertib dan tenang dalam mengikuti pelajaran, disiplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain; 29

6) Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam menjalankan ibadah shalat, ibadah puasa, disiplin dalam

29 Ibid hal. 58

(38)

menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain;

7) Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah- tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu- rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan secara sukarela mau antri waktu membeli karcis, dan lain- lain, dan

8) Peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.30

4. Tenik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris, di mana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical analysis.31

a. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional

Tes hasil belajar yang setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata memiliki daya ketepatan mengukur, disebut tes

30 Ibid hal.59

31 Ibid hal. 163

(39)

hasil belajar yang telah memiliki validitas logika (logical validity).

Istilah lain untuk validitas logika adalah: validitas rasional, validitas ideal, atau validitas das söllen

Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis.

Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharus nya diukur.

1) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, pene lusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu:

sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).32

32 Ibid hal. 162

(40)

2) Validitas Konstruksi (Construct Validity)

Secara etimologis, kata "konstruksi" mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Kalimat seperti "gedung bertingkat itu menggunakan konstruksi beton bertulang"

misalnya, mengandung arti bahwa batang tubuh dari bangunan berupa gedung bertingkat itu "tersusun" dari bahan-bahan beton bertulang, atau "kerangka utamanya adalah beton bertulang, atau dirancang dengan "rekaan" beton bertulang. Dengan demikian, validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya.33

b. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik

Dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.34

1) Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Setiap kali kita menyebutkan istilah "ramalan", maka di dalamnya terkandung pengertian mengenai "sesuatu akan yang bakal terjadi di masa mendatang" atau "sesuatu yang pada saat sekarang ini belum terjadi, dan baru akan terjadi pada waktu waktu yang akan datang". Apabila istilah

33 Ibid hal. 166

34 Ibid hal. 167

(41)

"ramalan" itu dikaitkan dengan validitas tes, maka yang dimaksud dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.35

2) Validitas Bandingan (Concurrent Validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menun jukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah: validitas sama saat, validitas pengalaman atau validitas ada sekarang. Dikatakan sama saat, sebab validitas tes itu ditentukan atas dasar data hasil tes yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang sama (jangka pendek) Dikatakan validitas pengalaman, sebab validitas tes tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang telah diperoleh. Adapun dikatakan sebagai validitas ada sekarang, sebab setiap kali kita menyebut istilah pengalaman, maka istilah itu akan selalu kita kaitkan dengan hal-hal yang telah ada atau hal-hal yang telah terjadi

35 Ibid hal. 168

(42)

pada waktu yang lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa lalu itu pada saat sekarang ini sudah ada di tangan.36 B. Model Pembelajaran Group Investigation

1. Pengertian Group Investigation

Model Group Invetigation merupakan salah satu model pembelajaran kompleks yang mengharuskan pebelajar untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, saling kerja sama antar pebelajar, dan pebelajar terlibat mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Sharan & sharan dalam salvin, menggungkapkan, bahwa model group investigation adalah model pembelajaran untuk merencanakan pengaturan kelas yang umum dimana para pebelajar bekerja dalam kelompok kecil dalam menggunakan pertanyaan kooperatif, didkusi kelompok serta perencanaan dan proyek kooperatif.

Model pembelajaran memfokuskan kegiatan pebelajar dalam mengembangkan pengetahuan perasaan, dan sikap pebelajar terhadap suatu topik, melakukan investigasi secara langsung, saling diskusi, dan membantu dengan teman anggota kelompok.37

Group Investigation merupakan pembelajaran yang membimbing siswa untuk memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah. Selain itu, Group Investigation yang memfasilitasi siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, untuk mendiskusikan dan

36 Ibid h 177

37 Suhartono, Dr., M.Pd dan anik Indra mawan, M.Pd. 2023. group investigation.academia publication.lamongan.hlm.8

(43)

menyelesaikan suatu masalah yang ditugaskan guru kepada mereka.38 Di dalam Group Investigation setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih.39 Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil, siswa menggunakan inkuiri kooperat (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian mempresentasikan penemuan mereka di kelas.40

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Group Investigation merupakan model pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok kecil heterogen, siswa ditugaskan oleh guru untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah berdasarkan topik yang akan dibahas kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok dan setiap kelompok mempresentasikan hasil dari penelitiannya di depan kelas.

2. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Model Group Investigation

Karakteristik model group investigation terdiri dari 4 fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik Slavin.

Pertama, investigasi dimulai ketika melakukan penelitian, pebelajaran untuk mencari jawaban masalah, mencari pengetahuan dan pengalaman untuk mengerjakan tugas. Kedua, interaksi di antara pebelajar, saling memberikan dorongan, saling mengembangkan gagasan, saling membantu untuk penyelesaian tugas. Ketiga, penafsiran para pebelajaran

38 Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), hlm. 167.

39 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:

ArRuzz, 2014), hlm. 8

40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 43.

(44)

bersama-sama mencoba membuat penafsiran atas hasil penelitian.

keempat, motivasi intrinsik, penyelidikan pebelajaran akan mendatangkan motivasi kuat untuk pencapaian prestasi yang diharapkan Slavin.

Empat karakteristik model group investigasi di atas, dapat disimpulkan, bahwa karakteristik model group investigasi merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dengan metode spesialisasi tugas.

Karakteristik dari model group investigasi yaitu:

a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang yang heterogen,

b. Pebelajar terlibat langsung mulai dari perencanaan pembelajaran sampai akhir pembelajaran,

c. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran antar pebelajar, d. Adanya sifat demokratis dan kooperatif, dan

e. Pembelajaran dan pebelajar memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah dengan peran yang berbeda.

Pembelajaran yang menggunakan model group investigation, pebelajar membangun pengetahuan sendiri melalui belajar dalam kelompok, sedangkan pembelajaran hanya sebagai fasilator dan membimbing pebelajarnya. Pengetahuan yang diperoleh pebelajar akan lebih bermakna dan pebelajar dapat memperoleh pengalaman yang lebih melalui proses belajarnya dari pada pebelajar yang belajar secara individual. Hal ini dikarenakan tahap-tahap model group investigation

(45)

memberikan peluang bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pembelajaran Damini & Surian. Peran pembelajaran adalah bertindak sebagai narasumber dan fasilitator, berkeliling kelas untuk melihat bahwa tiap kelompok bisa mengolah tugasnya, dan membantu kesulitan yang dihadapi dalam interaksi kelompok.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Group Investigation

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihan dan kelemahan model Group Investigtaion adalah:

a. Kelebihan

Ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu:

1) Peserta didik diberi kesempatan untuk lebih mandiri.

2) Peserta didik diberi kesempatan untuk lebih tampil

3) Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa 4) Peserta didik lebih dapat berkomunikatif dalam menyampaikan

kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran materi. 41

Sedangkan menurut Daulika Fajarwati Nuraida bahwa kelebihan Group Investigation adalah 1) meningkatkan belajar bekerjasama, 2)

41 Indri Aprilia, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Ekosistem di Kelas VII Semester II MTsN 1 Palang Raya Tahun Pelajaran 2014/2015,” Media Neliti: Jurnal EduSains, Volume 3, Nomor, 2, 2015, hlm. 143.

(46)

dapat belajar memecahkan dan menangani suatu masalah, 3) belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, 4) belajar menghargai pendapat orang lain, 5) peserta didik terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan, dan 6) mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.42

b. Kekurangan

Kekurangan Group Investigation diantaranya yaitu:

1) Banyak memakan waktu dalam proses pembelajaran.

2) Saat berdiskusi, cenderung didominasi oleh seseorang, sehingga mengakibatkan peserta didik yang lain menjadi pasif.

3) Diskusi kelompok kurang efektif.

4) Sedikit materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.43 5. Langkah-langkah Dalam Group Investigation

a. Seleksi Topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Mereka selanjutnya diorganisasikan ke dalam kelompok- kelompok yang berorientasi pada tugas ( task oriented groups ) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.

42 Daulika Fajarwati Nuraida, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas V SDI Al- Munawwar Tulungagung,” (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2016), hlm. 25

43 Aris Shoimin, Op. Cit, hlm. 81.

(47)

b. Perencanaan Kerja Sama

Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah di pilih pada langkah sebelumnya.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajran hurus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas. Pada tahap ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan penelitian denag memanfaatkan berbagai sumber baik dari buku ataupun internet, baik yang terdapat didalam maupun diluar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis Dan Sintesis

Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atas berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian Hasil Akhir

Semua kelompok menyajiakan presentasinya atas topik- topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling

(48)

terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tertentu. Presentasi kelompok dikoodinir oleh guru

f. Evaluasi

Para siswa dan guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok, atau keduanya.44

Adapun langkah-langkah Group Investigation sebagai berikut:

a. Identifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok. Proses identifikasi topik dilakukan oleh guru dengan memilih topik-topik yang bisa didiskusikan siswa tapi membutuhkan pemikiran dan mengandung unsur penemuan. Pengaturan kelompok juga dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik masing-masing siswa.

b. Merencanakan tugas belajar. Tugas yang diberikan dirancang dengan sedemikian rupa sehingga dapat mendorong siswa untuk menemukan sesuatu.

c. Melaksanakan tugas investigasi, investigasi dilakukan dengan mendiskusikan dalam kelompok, mengumpulkan informasi yang didapat untuk menyelesaikan topik yang dipilih.

44 Huda miftahul,M.pd.2017.model-model pengajaran dan pembelajaran.pustaka pelajar.yogyakarta.hlm 293

(49)

d. Mempersiapkan laporan akhir, setelah menemukan hal yang harus dipecahkan siswa harus membuat laporan akhir secara tertulis dan dipaparkan di depan kelas.

e. Menyajikan laporan akhir, peserta didik bertugas mewakili kelompok untuk menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, peserta didik yang lain diminta untuk mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan dan mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

f. Evaluasi, guru mengajak semua peserta didik untuk bersama- sama mengevaluasi pembelajaran, menyimpulkan, menggabungkan, merangkum dan mencatat semua topik yang disajikan.45

C. Ketenagakerjaan

1. Konsep Ketenagakerjaan

Perhatikan gambar di atas, apa pendapat kalian mengenai gambar tersebut? Apakah seorang anak kecil termasuk sebagai tenaga kerja?

Apakah anak yang tidak sekolah dapat dikelompokkan sebagai tenaga

45 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Predana Media, 2015,hlm. 168.

(50)

kerja? Untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut, kalian perlu memahami konsep ketenagakerjaan

a. Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja dapat diklasiikasikan menjadi tiga kriteria yaitu:

1) Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah seseorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan di bidang tertentu. Keahlian dan pengetahuan tersebut didapatkan melalui pendidikan formal.

Contohnya adalah dokter, guru, dan akuntan.

2) Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah seseorang yang memiliki keterampilan atau keahlian yang didapatkan melalui pendidikan

(51)

non-formal. Pendidikan tersebut bisa berupa kursus maupun pelatihan. Contohnya adalah sopir, montir dan tukang jahit.

3) Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan terlatih adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan dan pelatihan secara khusus.

Kemampuan tenaga kerja pada kelompok ini didasarkan pada kebiasaan dan pekerjaan yang tidak menuntut keahlian tertentu.

Contohnya adalah buruh cuci, kuli panggul, dan kuli bangunan.46 b. Angkatan kerja

Menurut International Labour Organization (ILO), angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (menganggur). Angkatan kerja sering juga disebut sebagai penduduk yang aktif secara ekonomi (economically active population). Sejalan dengan ILO, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau punya pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

46 Yeni Fitriani dan Aisyah Nurjanah, Ekonomi SMA Kelas XI, Jakarta Selatan: Pusat Perbukuan,2022, hlm. 85

(52)

c. Kesempatan kerja

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan akan tenaga kerja. Ketika memproduksi barang dan jasa, rumah tangga produsen memerlukan tenaga kerja dan modal sebagai input untuk proses produksi. Permintaan tenaga kerja adalah prinsip ekonomi yang berasal dari permintaan untuk output perusahaan. Jika permintaan terhadap output (barang dan jasa) perusahaan meningkat, perusahaan akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja sehingga akan mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Sebaliknya jika permintaan terhadap output menurun, maka perusahaan akan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja sehingga permintaan tenaga kerja akan turun.

Dampaknya adalah perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

2. Masalah Ketenagakerjaan

Masalah dalam ketenagakerjaan berkaitan tentang bagaimana tenaga kerja mendapatkan hak dan menjalankan kewajiban. Indonesia yang memiliki jumlah masyarakat yang banyak tentunya memunculkan masalah ketenagakerjaan yang beragam. Mulai dari rendahnya kualitas tenaga kerja, tingginya penawaran tenaga kerja, hingga masalah kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.47

47 Ibid, hlm. 91

(53)

3. Pengertian Sistem Upah

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

4. Jenis Upah

Indonesia mengenal beberapa jenis upah diantaranya yaitu:

a. Upah menurut waktu adalah sistem upah yang didasarkan pada berapa lamanya kerja seseorang.

b. Upah menurut satuan hasil adalah sistem upah yang didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan oleh seorang pekerja.

c. Upah borongan adalah sistem upah yang didasarkan pada kesepakatan dari yang memberi kerja dengan penerima kerja.

(54)

5. Upah Minimum

Dalam upaya mewujudkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan layak bagi masyarakat, pemerintah menerapkan kebijakan dalam sistem pengupahan yaitu kebijakan upah minimum. Upah minimum adalah standar penghasilan yang harus diberikan oleh pengusaha kepada pekerja yang tingkatannya disesuaikan dengan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

6. Dewan Pengupahan

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 107 tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, dewan pengupahan adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit. Dewan pengupahan terdiri dari dewan pengupahan nasional (Depenas), dewan pengupahan provinsi (Depeprov), dan dewan pengupahan kabupaten/kota (Depekab/Depeko).

a. Dewan Pengupahan Nasional

Dewan pengupahan nasional (Depenas) dibentuk oleh presiden.

Lembaga ini bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan dan pengembangan sistem pengupahan nasional. Dalam menjalankan tugasnya, Depenas bekerja sama dengan pemerintah, pihak swasta, dan pihak-pihak lain yang terkait. Keanggotaan Depenas terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi, dan pakar. Sedangkan keanggotaan Depenas terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat

(55)

pekerja/serikat buruh dengan komposisi perbandingan 2:1:1.

Sementara jumlah anggota dari perguruan tinggi dan pakar komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan

b. Dewan Pengupahan Provinsi

Dewan pengupahan provinsi (Depeprov) dibentuk oleh gubernur.

Tugas Depeprov yakni memberikan saran dan pertimbangan kepada gubernur dalam rangka:

1) Penetapan upah minimum provinsi (UMP).

2) Penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK) dan upah minimum sektoral (UMS).

3) Penerapan sistem pengupahan di tingkat provinsi.

Selain itu, Depeprov juga bertugas menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional. Depeprov bekerja sama dengan pemerintah, lembaga swasta, dan pihak-pihak terkait yang dianggap perlu. Keanggotaan Depeprov terdiri dari pihak pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dengan komposisi perbandingan 2:1:1. Keanggotaan Depeprov dari unsur perg

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari kegiatan belajar mengajar, keberhasilan dalam proses belajar mengajar dilihat dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa

Faktor yang berasal dari siswa sendiri diantaranya adalah motivasi dan minat belajar siswa dan faktor dari luar siswa adalah cara mengajar guru dalam proses belajar mengajar

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri

hasil belajar adalah hasil dari proses belajar dalam diri seseorang.. Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki. siswa setelah ia

Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus. bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu

Syah (2012:145) mengemukakan bahwa belajar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa),

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam peningkatan hasil belajar adalah Proses Belajar Mengajar (PBM). Dimana guru kurang memperhatikan materi sebelumnya,

Faktor dari luar yang lebih dominan mempengaruhi hasil belajar adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran