PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA SOSIOLOGI PADA KELAS XI IPS SMA SEMEN PADANG
Intan Gusweri
1Yenni Melia
2Faishal Yasin
3Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The low due to lack of student learning outcomes varied learning model used by the teacher in the learning process . Though many instructional model used , one model of Problem Based Learning therefore, this study was conducted in order to see the significance of the model of Problem Based Learning to the student learning outcomes in subjects high school sociology class XI IPS SMA Semen Padang . This type of research is experimental research . The population in this study were all high school students of class XI IPS Semen Padang, which consists of 3 classes . The sampling technique is done randomly , class XI IPS3 as experimental class and class XI IPS2 as the control class . The instrument used in this study is the final test . Form of the test used is a form of multiple choice test reliability is r_11 = 0.84 . Based on the analysis of data obtained final test average student learning outcomes experimental class was 80.75 higher compared to the control class is 64.69 . Data analysis obtained t_hitung = 4.355 greater than t_tabel = 1.67 . Thus , it can be concluded that the model of Problem Based Learning as a model of learning that provides a positive impact on student learning outcomes .
Keywords : Problem Based Learning , Learning Outcomes
1
Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Pembimbing 1
3
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kualitas sumber daya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Dengan adanya kualitas pendidikan yang baik, maka akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang baik. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip dan teori pengetahuan. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1).
Pasaribu (1999) mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang efektif adalah cara belajar berbuat sendiri. Maksudnya berbuat sendiri adalah siswa terlibat langsung dalam usaha mencapai tujuan pelajaran. “Siswa yang mempunyai minat belajar akan memudahkan ia mencapai hasil belajar yang baik (Prayitno 1989:11)”. Siswa belum mendapatkan hasil belajar yang baik dalam pembelajaran Sosiologi. Terlihat ketika siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Hanya sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan pengamatan penulis pada saat melakukan praktek lapangan di SMA Semen Padang di kelas XI IPS yang dimulai pada bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Desember 2013, dari rata-rata 32 siswa hanya sekitar 7 atau 10 orang siswa yang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, siswa yang duduk dibagian belakang ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran juga pada saat guru mengajukan pertanyaan tentang materi pembelajaran, hanya siswa yang biasa dapat rangking yang mau menjawab, begitu juga dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, siswa tidak memperhatikan pembelajaran hanya menghandalkan temannya yang pintar dalam mengerjakan soal latihan tersebut. Dalam proses pembelajaran sosiologi di kelas guru hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode yang sama pada setiap proses pembelajaran yaitu motode ceramah dan tanya jawab, pada akhir pembelajaran guru memberi kesempatan pada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami, jika tidak ada yang bertanya guru hanya memberikan tugas latihan kepada siswa.
Dari pengamatan penulis rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dipengaruhi oleh faktor dari luar (eksternal) dari siswa tersebut, dari beberapa faktor dari luar (eksternal) yang mempengaruhi seperti guru, bahan ajar, suasana kelas, dan sebagainya yang dianggap paling mempengaruhi adalah berupa model pembelajaran yang digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang berbeda atau bervariasi yang cocok dengan materi pembelajaran sehingga siswa mampu mengingat dan memahami pembelajaran dengan baik.
Mengatasi permasalahan tersebut perlu dilaksanakan pembaharuan dalam pembelajaran Sosiologi. Guru harus dapat memberikan model pembelajaran yang menarik siswa untuk aktif dan terlibat secara mental sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik. Pengaruh model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan ini adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Model PBL dalam mata pelajaran Sosiologi diharapkan dapat membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama berfikir kritis sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu pembelajaran PBL ini akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam belajar Sosiologi.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning ) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk tentang cara belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dan materi pelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning ) bertujuan untuk:
1. Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik
2. Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual
3. Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi
4. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya (Nurhadi dalam Kunandar, 2002:356-358).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melihat perkembangan hasil belajar siswa dengan memberikan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Pada Kelas XI IPS SMA Semen Padang”.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa pada kelas XI IPS SMA Semen Padang”.
Penelitian ini bertujuan Untuk melihat pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI IPS SMA Semen Padang.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Vivi Wulan (2009) dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap pemahaman konsep sosiologi siswa kelas X SMAN 2 Solok Pada Tahun Pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2014 sampai dengan tanggal 24 Maret 2014 di SMA Semen Padang, adalah penelitian eksperimen dengan rancangan random terhadap subjek. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Semen Padang yang terdiri dari tiga kelas.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto, 2010:174). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua siswa yang berada di kelas XI IPS 3 yang ditentukan dengan sengaja, karena kelas tersebut merupakan kelas yang hasil belajarnya rendah.
Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2005:39). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Hasil belajar.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes hasil belajar. Tes yang diberikan adalah tes berbentuk objektif, karena tes objektif merupakan pilihan ganda yang dapat mempermudah siswa dalam menjawab pertanyaan atau soal. Materi yang diujikan dalam tes sesuai dengan materi yang diberikan selama penelitian. Untuk mendapatkan tes yang baik dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang dirumuskan ini hendaknya berorientasi terhadap anak didik, menguraikan hasil belajar, jelas dan dapat dimengerti, serta dapat diamati dan diukur.
2. Membuat kisi-kisi soal
3. Menyusun soal sesuai dengan kisi-kisi soal. Penyusunan soal dibuat berdasarkan indikator yang berkaitan dengan pokok bahasan.
4. Melakukan uji coba soal
Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, maka akan dilakukan uji coba soal untuk menentukan validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda soal.
A. Instrumen Penelitian Tes akhir
Tes sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan, tes ini dilaksanakan setelah materi dibahas dan dipelajari, dan untuk mendapatkan tes yang baik maka disusun langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun Tes hasil belajar
Tes yang disusun berbentuk pilihan ganda berdasarkan pokok bahasan yang telah dipelajari. Tes tersebut berfungsi sebagai alat ukur, yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
2. Menentukan Validitas Tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan tes. Tes yang disusun harus memiliki validitas isi. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur.
Validitas yang digunakan adalah validitas isi atau kurikulum.
3. Menguji coba tes
Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, tes diuji dulu pada kelas XI IPS1. Tes yang dilakukan di kelas XI IPS1 diadakan pada tanggal 22 Maret 2014.
4. Menganalisis Item
Setelah uji coba soal dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis butir soal, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu soal. Menurut Arikunto (2010: 207) bahwa: ”analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek, dengan analisa soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekkan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”. Ada tiga langkah yang perlu diselidiki yaitu:
a. Tingkat kesukaran soal (TK)
Tingkat kesukaran soal bertujuan untuk melihat apakah soal termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
b. Daya pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.
c. Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya, suatu tes dapat mempunyai kepercayaan yang tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap.
B. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain:
a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian
b. Menentukan populasi dan sampel c. Menyusun kisi-kisi soal tes akhir d. Membuat soal uji coba tes akhir hasil
belajar
e. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara acak dari dua kelas yang dipilih
f. Menyusun RPP sesuai dengan materi yang dipelajari
g. Mempersiapkan kasus atau permasalahan yang ada dalam masyarakat
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan proses pembelajaran yang berbeda antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Tetapi sebelum pembelajaran dilaksanakan dilakukan uji coba soal. 3. Proses Pembelajaran
a. Prosespembelajarankelaseksperimen Pembelajaran di kelas eksperimen dilaksanakan pada setiap hari rabu 3-4 dan hari sabtu 1-2, pada pertemuan pertama 10 menit sebelum pembelajaran dimulai peneliti memberikan informasi dan penjelasan mengenai proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada materi dinamika kelompok sosial yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), setelah itu peneliti mulai menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). Proses belajar mengajar
dimulai dengan kegiatan awal menyiapkan kelas dengan mengucapkan salam, absensi siswa, memperhatikan lokal dan mengkondisikan situasi belajar, melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran sebelumnya dan yang akan dipelajari, serta memberitahukan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Setelah itu, masuk pada kegiatan inti pembelajaran dimana peneliti yang bertindak sebagai guru kembali mengingatkan siswa mengenai cara belajar menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning).
Guru telah menyiapkan 3 kasus berupa permasalahan yang ada dalam masyarakat, yakni Pengaruh berdirinya pabrik PT. Semen Padang terhadap perkembangan masyarakat indarung, Andi bekerja sebagai buruh pabrik di kota untuk merubah kehidupan keluarganya di desa, Perkembangan ekonomi masyarakat kota dilihat dari perkembangan pasar swalayan dan pusat-pusat yang dilengkapi berbagai fasilitas modern. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk menganalisis masalah tersebut serta mengaikatkannya
dengan materi pembelajaran yakni dinamika kelompok sosial, menganalisis dibatasi hanya 15 menit sehingga dengan waktu yang dibatasi siswa tidak rebut dan menfokuskan diri. Setelah waktu menganalisis selesai, secara bergantian dan acak guru menunjuk siswa mempresentasikan hasil yang mereka dapatkan. Pada presentasi tersebut terlihat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ketidakpahaman atau ketidaksetujuan mereka terhadap siswa yang tampil. Saling Tanya jawab terjadi pada kelas ini walaupun intensitas pertanyaan tidak banyak. Disaat terjadi benturan pendapat agar tidak melenceng dari topik permasalahan maka guru berperan meluruskan dan melakukan penguatan terhadap pelajaran. 10 menit sebelum pelajaran berakhir, setiap siswa menyimpulkan hasil presentasi mereka. Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen selalu dilaksanakan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) sampai selesai materi dinamika kelompok sosial dengan sub materi yang berbeda pada setiap pertemuan sesuai dengan silabus dan RPP serta dengan kasus yang berbeda.
b. Proses pembelajaran di kelas kontrol Pada kegiatan pendahuluan, guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran dengan cara mengambil absen siswa, memberikan motivasi dan introduksi. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Setelah selesai menjelaskan materi dan tidak ada lagi pertanyaan tentang materi yang diberikan kemudian guru memberikan latihan. Siswa mengerjakan latihan dan guru memantau pekerjaan siswa pada waktu siswa menyelesaikan soal latihan, guru memantau kegiatan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam menjawab soal. Soal latihan dibahas bersama-sama setelah beberapa siswa selesai mengerjakan soal dan diminta seorang siswa mengerjakan latihan di papan tulis.
Pada kegiatan penutup siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari, kemudian guru memberikan pekerjaan rumah dan membahas bersama-sama pada pertemuan berikutnya. 4. Tahap Akhir
1. Memberikan tes akhir pada kedua kelas sampel, guna melihat hasil perlakuan yang diberikan.
2. Mengelola data dari kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang didapat sesuai dengan teknik analisis data yang diinginkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
Tes akhir
Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data hasil belajar sosiologi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diikuti oleh 32 orang siswa dan pada kelas kontrol diikuti oleh 32 orang siswa. Dari skor tes hasil belajar pada kedua kelas sampel ini dilakukan perhitungan rata-rata ( ), simpangan baku (S), skor tinggi (Xmaks) dan skor terendah (Xmin). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6: Perhitungan Rata-Rata , Simpangan Baku (S), Skor Tertinggi (Xmaks),dan Skor
Terendah (Xmin) Kelas sampel S Xmaks Xmin Eksperi men 80, 75 13,1 4 95 50 Kontrol 64, 69 16,2 1 90 40 2. Analisis Data Tes Akhir
Hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar sosiologi siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) lebih baik dari pada hasil belajar sosiologi siswa yang menggunakan metode ceramah di kelas XI IPS SMA Semen Padang. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk
melihat apakah hipotesis ditolak atau diterima:
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas kelas eksperimen diperoleh = 0,148 dengan n = 32 dan taraf nyata (α) = 0,05 diperoleh = 0,1566. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh =0,1007 dengan n = 32 dan taraf nyata (α) = 0,05 diperoleh =
0,1566. Karena < dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Pada uji homogenitas diperoleh nilai
= 0,6573 dengan = 0,05
sedangkan ( ) ( , )=0,476 dan
( , )=2,10.
Karena ( ) ( , )< 0,6573 <
( , ) maka H0 diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai variansi yang homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen sehingga untuk menguji hipotesis dilakukan uji-t. Dari perhitngan diperoleh thitung=4,355 dan
( )( )
=1,67. Mencermati
hasil t
hitungdan t
tabelmaka dapat
dinyatakan t
hitung> t
tabel. Adapun
syarat diterima adalah t
hitung> t
tabel. Dengan demikian terima dan tolak H0. Atau dengan kata lain, hasil belajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) berbeda dengan hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah di kelas XI IPS SMA.3. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Hasil analisis data tes akhir menunjukkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Khususnya pada tahapan menganalisis kasus 1, kasus 2 dan kasus 3, dimana siswa diajak untuk berfikir lebih kritis
dan kreatif dalam menganalisis kasus yang diberikan. Hal ini sangat membantu siswa dalam menganalisis masalah sehingga siswa mampu mengaitkannya dengan konsep dan menjadikannya sebagai bahan pembelajaran yang baik, sehingga membantu ketercapaian tujuan pembelajaran yang diberikan guru dan dapat memberikan hasil belajar yang memuaskan. Dari hasil analisis tes akhir, nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata kelas eksperimen selalu lebih tinggi daripada kelas kontrol. Deskripsi dari hasil tes akhir memperlihatkan rata-rata skor hasil belajar kelas eksperimen adalah 80,75, sedangkan kelas kontrol adalah 64,69, ini berarti rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata kelas kontrol. Selain itu dapat juga dilihat dari uji t tes akhir yang dilakukan, didapat thitung 4,355 dan
1,67, karena ttabel < thitung maka hipotesis penelitian diterima. Dengan demikian model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk soal tes akhir lebih baik hasilnya dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan analisis data tes akhir antar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diketahui bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa selalu aktif disetiap pertemuan pada pelajaran sosiologi. Kondisi ini dapat dilihat ketika siswa antusias belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, sehingga dalam proses pembelajaran semua siswa ikut berpatisipasi aktif seperti mau mempresentasikan hasil dari kasus yang diberikan guru, menanggapi hasil presentasi yang telah disampaikan oleh siswa yang tampil dan mengajukan pertanyaan serta menghargai teman mereka yang sedang mempresentasikan hasilnya.
Pada setiap pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), peneliti selalu memberikan kasus atau permasalahan yang ada dalam masyarakat secara berbeda disetiap
pertemuan. Permasalahan yang diberikan disesuaikan dengan materi pelajaran yakni dinamika kelompok sosial, salah satu permasalahan yang diberikan yakni “berdirinya pabrik PT Semen Padang membawa perubahan pada masyarakat”.
Sesuai dengan teori psikologi kognitif dari Piaget yang mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif anak tergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) juga diiringi dengan
permasalahan-permasalahan dunia nyata (masyarakat) mampu menganalisisnya dan memecahkan permasalahan yang diberikan serta mampu memperoleh pengetahuan yang essensial dari materi pembelajaran.
Dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini, guru mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka. Pada penelitian ini, untuk mengendalikan lancarnya proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning), guru memiliki kolom
penilaian bagi siswa yang aktif dari segi menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas maupun dalam menghargai orang lain. Nilai siswa tersebut akan diakumulasikan dan dijadikan bahan tambahan poin untuk nilai latihan, namun tidak menjadi nilai tambahan dalam analisis data pada penelitian ini. Dengan demikian siswa menjadi lebih antusias dalam mempresentasikan hasil yang mereka dapat.
4.
Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu didukung dengan model pembelajaran salah satunya model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning). Misalnya, guru
memberikan kasus kepada siswa pada setiap pertemuan berlangsung. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dipengaruhi oleh faktor dari luar (eksternal) diri siswa tersebut, dari beberapa faktor dari luar tersebut yang mempengaruhi seperti guru, bahan ajar, suasana kelas, dan sebagainya dan yang dianggap paling mempengaruhi adalah berupa model pembelajaran yang digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran yang berbeda atau bervariasi yang cocok dengan materi pembelajaran sehingga siswa mampu mengingat dan memahami pembelajaran dengan baik.
Hasil belajar siswa yang baik dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dan guru juga harus bisa menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model PBL ini siswa dituntut untuk lebih aktif lagi dalam belajar dan bisa berfikir kritis dalam menganalisis masalah.
Ketika siswa meraih hasil belajar yang optimal yang diperoleh dari faktor-faktor hasil belajar yaitu guru dalam menggunakan model pembelajaran, maka siswa tersebut telah memenuhi salah satu kriteria penilaian dalam ketuntasan nilai siswa pada saat penerimaan rapor. Guru dalam mengajar juga memakai model pembelajaran yang bervariasi seperti model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) agar siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar dan hasil belajar siswa pun jadi meningkat. Selanjutnya dapat dicermati dalam penelitian ini bahwa rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen (80,75) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol (64,69). Disinilah pentingnya model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) diterapkan sebagai salah satu pilihan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat memberikan pengetahuan positif terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Semen Padang. Model PBL mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada.
Berdasarkan analisis data, terdapat signifikansi antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dengan tingginya rata-rata siswa kelas eksperimen (80,75) dan rata-rata siswa kelas kontrol (64,69).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Joyce, Raka T. 1980. Models of Teaching. USA: Allyn and Bacon A Simond & Scuster Company.
Kunandar. 2002. Profesionalisme Guru dan Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. Prayitno. 1989. Pengantar Psikologi Pendidikan.
Padang: Proyek P4T IKIP Padang.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: AlfaBeta