• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PETA DAN KOMPONENNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD INPRES PANAIKANG II-1 KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PETA DAN KOMPONENNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD INPRES PANAIKANG II-1 KOTA MAKASSAR"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PETA DAN KOMPONENNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD INPRES PANAIKANG II-1 KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

MARIA YUVENTA SAO NIM 4513103069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(2)

i

ENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PETA DAN KOMPONENNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD INPRES PANAIKANG II-1 KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

MARIA YUVENTA SAO NIM 4513103069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(3)

ii

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peta dan Komponennya Melalui Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung risiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, 11 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan,

Maria Yuventa Sao

(5)

iv MOTTO

“Ilmu adalah jalan menuju kesuksesan, Sambut masa depan cemerlang dengan berilmu”.

(6)

v ABSTRAK

Maria Yuventa Sao. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peta dan Komponennya Melalui Model Pembelajaran make a match pada Siswa Kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Muhammad Yunus, M.Pd. dan Dr. Muhammad Nur, M.Pd.I.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatka hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model pembelajaran make a match di SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian berjumlah 20 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan LKS untuk mengukur tingkat keberhasilan dari setiap tindakan. Standar kriteria yang ditentukan adalah 75.

Temuan selama pelaksanaan tindakan antara lain penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari penelitian pada siklus I dengan nilai rata-rata 74. Hasil penelitian ini diperoleh hasil belajar siswa yang tuntas ada 11 siswa dan tidak tuntas ada 9 siswa dengan persentase 55% dan pada siklus II hasil belajar siswa yang tuntas 20 siswa dengan nilai rata- rata 85,25. Artinya terjadi peningkatan skor dari siklus I ke siklus II sebesar 11,25 atau meningkat KKMnya sebesar 45%, sehingga persentase menjadi 100%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar.

Kata Kunci :hasil belajar, make a match.

(7)

vi

ABSTRACT

Maria Yuventa Sao. 2017. The Increasing of Learning Output of IPS Peta Subject and it‟s Component through Make a Match Learning Model to Pupil of Clas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar. Thesis of Elementary School Teacher Study Program of Teacher Training Education. (Supervised by Muhammad Yunus and Muhammad Nur)

The aims of this research is to improve learning result on Social Science subject through Make a Match Learning Model of pupil of SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar.

The research was classroom action research, which had been done in two cycles. The subject of the research were 20 pupils. The data was taken by using observation paper and worksheet to measure the level of success of every action. The standard criteria was 75.

It was found that Make a Match Learning Model can increase pupil learning activity. It can be seen from the observation in cycle I with 74 average grade. The result of this reserach was gotten from pupil learning result, in which there were 11 pupil who could complete their learning and 9 pupil who could not complete their learning or 55%. In cycle II, it increased with 20 pupil who could complete their learning with 85,25 average grade. It means, there was a raising score from cycle I to cycle II as 11,25 or the KKM as 45%, so the presentation became 100%. The result of the research showed that Make a Match Learning Model can increase pupil of class IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar learning result on IPS subject.

Key words: learning result, make a match

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah memberikan segala Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa merampungkan penulisan skripsi ini. Penyusunan dari skripsi ini dilakukan ditengah-tengah kesibukan aktivitas sehari-hari, keterbatasan waktu, biaya dan tenaga serta kemampuan penulis. Banyak kendala yang dihadapi sejak dari persiapan hingga menjelang penyelesaiannya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap tenaga dan usaha, namun tanpa pertolongan Tuhan dan bantuan dari berbagai pihak penyusun skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr.

Muhammad Yunus, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis selama proses penyusunan proposal dan Dr. Muhammad Nur, M.Pd.I., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran, sehingga penulisan proposal ini terselesaikan dan tak lupa pula ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng., selaku Rektor Universitas Bosowa.

2. Dr. Mas‟ud Muhammadiah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

3. Dosen yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat bagi penulis serta staf FKIP yang membantu penulis dalam menyelesaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi dan lain-lain.

4. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Wihelmus Wuli dan ibunda Lusia Seti yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang yang tulus dan tiada hentinya mendoakan yang terbaik buat keselamatan, kesehatan dan kesuksesan penulis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

(9)

viii

5. Saudara-saudariku Imel, Malvin, Erlyn, Yolan, Sinta, Ochan yang selalu menyayangiku dan selalu memberikan motivasi

6. Sahabat-sahabatku Rafidah, Vera, Diana, Dhija, Anggel dan Yanti, seluruh teman-teman kelas B, dan juga teman-teman KKN.

7. Semua pihak yang membantu terselesaikan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak demi menyempurnakan tulisan ini.

Makassar, 11 Agustus 2017

Maria Yuventa Sao

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 9

1. Pengertian Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .. 9

2. Prinsip- prinsip Pembelajaran IPS ... 12

3. Tujuan Pengajaran IPS ... 12

4. Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS ... 14

B. Pengertian Peta dan Komponennya ... 15

C. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS ... 20

D. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran ... 28

E. Tinjauan Tentang Make A Match ... 30

F. Kerangka Pikir ... 34

G. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 48

G. Indikator Keberhasilan ... 51

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN... 70

RIWAYAT HIDUP ... 110

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Social dan Studi Social/IPS ... 10

2. Kriteria Penilaian ... 45

3. Kriteria Taraf Keberhasilan Tindakan ... 46

4. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 56

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 57

6. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 62

7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 63

8. Persentase Ketuntasan Siswa ... 65

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Peta Peninggalan Bersejarah ... 17

2.2 Simbol Gambar pada Peta ... 19

2.3 Bagan Kerangka Pikir ... 35

3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 41

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat Keterangan Hasil Penelitian ... 71

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 72

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 84

4. Kunci Jawaban LKS ... 88

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa I-IV ... 89

6. Lembar Penilaian Prosedur Pembelajaran I-IV ... 93

7. Tabel Hasil Belajar Pelaksanaan Siklus I... 97

8. Tabel Hasil Belajar Pelaksanaan Siklus II... 98

9. Tabel Peningkatan Hasil Belajar pada setiap Siklus ... 99

10. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 100

11. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 104

12. Dokumentasi ... 108

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang dalam lingkungan tertentu. Keberhasilan proses pendidikan secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah penyelenggara proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran itu merupakan suatu sistem atau proses pembelajaran subjek didik (pembelajaran) yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan- tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pembelajaran merupakan suatu proses penyaluran informasi atau pesan dari pendidik ke peserta didik yang direncanakan, didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dimana akan terjadi interaksi antar keduanya.

Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, strategi, dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut

(16)

2 pembelajaran (remidial dan pengayaan). Kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Menurut Gegne dalam Sanjaya, mengajar atau „‟teaching” merupakan bagian merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Peranan pendidik (guru) sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar.

Tujuan pendidikan tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya suatu proses pembelajaran yang ada di suatu lembaga pendidikan. Tujuan tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

(17)

3 rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu problematika yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di kelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Sering terjadi, dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa tidak berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Sementara itu di bangku siswa juga asyik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol bahkan mengantuk. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses pembelajaran, karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak terjadi kerja sama. Dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar dikatakan terjadi pembelajaran, manakala guru dan siswa secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dalam suatu proses pembelajaran selamanya memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar. Untuk mengatasi problematika tersebut, guru harus bisa melakukan inovasi agar kegiatan belajar-mengajar berjalan secara efektif, tidak membosankan dan menyenangkan serta mampu mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Tujuan pembelajaran pada

(18)

4 hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Ilmu Pengetahuan Sosial diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kependidikan menengah. Bahkan pada sebagian perguruan tinggi ada juga yang mengembangkan IPS sebagai salah satu mata kuliah. Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada disekitar mereka.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa peserta didik sendiri maupun menimpa masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan di atas, tentu diperlukan upaya-upaya cara mengajar yang dapat merubah proses pembelajaran yang berpusat pada pendidik menjadi proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pendidik harus mampu menggunakan dan memilih model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa belajar menjadi lebih aktif sehingga prestasi belajar dapat diperoleh secara maksimal.

Model pembelajaran sangat dibutuhkan oleh pendidik agar peserta didiknya bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui

(19)

5 model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Pembelajaran model Make A Match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong anak didik/siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, sehingga pembelajaran IPS dengan menggunakan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Adapun pembelajaran perlu dilakukan dengan metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan ada interaksi peserta didik.

Penggunaan model yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Ada beberapa temuan yang didapatkan peneliti pada siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 yaitu kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah ini masih menggunakan metode konvensional atau ceramah dan penugasan dalam proses pembelajaran. Untuk melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran maka guru dapat menggunakan model yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match.

(20)

6 Model pembelajaran Make A Match ini mengajak siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Sehingga hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan model Make A Match adalah kartu-kartu, kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi

pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dengan adanya model pembelajaran (Make A Match) siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu (Make A Match) juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peta dan Komponennya Melalui Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan penggunaan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Peta dan

Komponennya pada siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-I Kota Makassar?

(21)

7 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Peta dan Komponennya pada siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-I Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPS.

2. Secara praktis

a. Bagi guru: (1) Mendapatkan pengalaman terhadap penggunaan model pembelajaran Make A Match sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) Menciptakan suasana kelas yang saling menghargai nilai-nilai ilmiah dan bermotivasi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPS.

b. Bagi siswa: Memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berpikir dan berpendapat dan bersikap positif, dan memberikan bekal untuk dapat bekerja sama dengan orang lain baik dalam belajar.

(22)

8 c. Bagi sekolah: Sebagai masukan dalam upaya perbaikan dan

peningkatan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa sesuai yang diharapkan.

(23)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975.

Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Istilah social studies yang berasal dari istilah Bahasa Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi IPS.

Perkembangan dan pengembangan IPS di Indonesia, ide-ide dasarnya banyak mengambil pendapat yang berkembang di Amerika Serikat.

Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Dilihat dari pengertiannya, IPS berbeda dengan Ilmu Sosial. IPS berupaya mengintegrasikan bahan/ materi dari cabang-cabang ilmu tersebut dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling. Sedangkan Ilmu Sosial (social sciences), ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek

9

(24)

10 kehidupan manusia yang dikaji secara terlepas-lepas sehingga melahirkan satu bidang ilmu.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Ilmu Sosial dan Studi Sosial/IPS

Ilmu Sosial (Social Sciences)

Persamaan /

Perbedaan

Studi Sosial / IPS

Semua bidang ilmu yang berkenan dengan manusia dalam konteks sosialnya/

semua bidang ilmu yang mempelajari manusia

sebagai anggota

masyarakat.

Pengertian Bidang studi yang mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari

berbagai aspek

kehidupan secara terpadu.

Ruang lingkupnya berkenaan dengan

manusia dan

kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

Ruang lingkup Hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

Aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji secara terlepas-lepas sehingga melahirkan satu bidang ilmu.

Objek Aspek kehidupan

manusia dikaji

berdasarkan satu kesatuan gejala sosial atau masalah sosial (tidak melahirkan bidang ilmu.

Menciptakan tenaga ahli pada bidang ilmu sosial.

Tujuan Membentuk WN yang baik.

Pendekatan disipliner Pendekatan Pendekatan

interdisipliner atau multidisipliner

Dikembangkan di TK sampai Perguruan Tinggi

Tempat pembelajaran

Dikembangkan pada tingkat SD sampai Perguruan Tinggi

http://arfanart.wordpress.com/2011/10/0 3/ perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Studi Sosial.

(25)

11 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial di masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar supervive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

(26)

12 e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS

a. Pelaksanaan program pembelajaran mata pelajaran IPS harus didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

b. Pembelajaran mata pelajaran IPS harus dilaksanakan dengan menegakkan ketiga pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, (b) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (c) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain.

c. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS harus memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan,kesosialan, dan moral.

3. Tujuan Pengajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk”mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”. Dalam tujuan- tujuan pembelajaran IPS secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pembelajaran IPS, yaitu: (1) pengembangan aspek pengetahuan (cognitive), (2) pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective), dan (3)

(27)

13 pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric). Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan tercipta manusia-manusia yang berkualitas dan ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia, seperti diinginkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Untuk mengembangkan sikap dan ketrampilan, cara berpikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan penciptanya dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas yang mampu membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangasa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia.

Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Tujuan pertama adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi “warga negara yang baik” (good citizen). Seorang warga negara yang dihasilkan oleh Pendidikan IPS mempunyai sifat sebagai warga negara yang reflektif, mampu atau terampil dan peduli.

b. Tujuan kedua adalah bukan sekedar “ilmu-ilmu sosial” yang disederhanakan untuk keperluan pendidikan di sekolah, juga di dalamnya termasuk komponen pengetahuan dan metode penyelidikan/

metode ilmiah dari ilmu-ilmu sosial serta termasuk komponen pendidikan nilai atau etika yang kelak diperlukan sebagai warga negara dalam proses pengambilan keputusan (decision marking).

c. Tujuan ketiga, meliputi aspek: (a) Pengertian (understanding) yang berkenaan dengan pemberian latar pengetahuan informasi tentang

(28)

14 dunia kehidupan. (b) Sikap dan nilai (attitudes and values), “dimensi rasa” (feeling) yang berkenaan dengan pemberian bekal mengenai dasar-dasar etika masyarakat dan nantinya akan menjadi orientasi nilai dirinya dalam kehidupan di dunia nyata, (c) Keterampilan (skill), khususnya yang berkenaan dengan kemempuan dan keterampilan IPS.

4. Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS

Program pendidikan IPS yang komprehenshif adalah program yang mencakup empat dimensi yang meliputi: .

a. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Secara konseptual pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) Generalisasi yang dipahami oleh peserta didik.

b. Dimensi Keterampilan (Skills)

Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran adalah: keterampilan meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi sosial, keterampilan berkomunikasi.

c. Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes)

Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berfikir atau bertindak. Umunnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau

(29)

15 komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.

d. Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan sosial merupakan dimensi pendidikan IPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan peserta didik menjadi peserta didik yang aktif.

B. Pengertian Peta dan Komponennya 1. Pengertian Peta

Peta adalah gambar permukaan bumi yang dibuat pada bidang datar dengan menggunakan skala tertentu. Peta tidak hanya dibuat pada selembar kertas. Peta juga dapat dibuat diberbagai bidang datar, termasuk dinding. Peta biasanya dilengkapi dengan berbagai symbol untuk memperjelas isi peta. Salah satu bentuk peta dapat kita jumpai di tempat-tempat umum, seperti di terminal, pasar, dan di tempat wisata.

Tujuannya dalah untuk memudahkan masyarakat atau wisatawan dalam mencari suatu tempat yang ingin dituju.

Bentuk peta bermacam-macam. Ada peta datar, peta timbul dan peta digital.

a. Peta datar yaitu gambar permukaan buminya rata. Dibuat pada sebuah bidang datar seperti kertas, kain, plastik, dan sebagainya.

b. Peta timbul dibuat sesuai dengan kenampakan permukaan bumi aslinya. Peta ini menunjukkan tinggi rendah suatu wilayah.

(30)

16 c. Peta digital dibuat dengan teknologi komputer. Gambarnya dapat

ditayangkan melalui monitor.

2. Jenis Peta

Berdasarkan isi informasinya, jenis peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu peta umum dan peta tematik.

a. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh kenampakan permukaan bumi. Peta ini memuat berbagai informasi, seperti kenampakan alam maupun kenampakan budaya. Kenampakan alam antara lain berupa gunung, sungai, danau, pulau, dan laut. Kenampakan budaya, misalnya : batas wilayah, jalan raya, jalan kereta api, kota, bandar udara, pelabuhan, dan sebagainya. Peta umum sering kita temui di sekolah-sekolah. Contoh peta umum diantaranya adalah Peta Indonesia, Peta Pulau Jawa, Peta Provinsi Jawa Timur, atau Peta Kota Surabaya.

b.Peta Tematik

Peta Tematik adalah peta yang menunjukkan tema tertentu. Peta ini memuat jenis informasi tertentu atau khusus, sehingga sering disebut Peta Khusus. Contoh: Peta Peninggalan Bersejarah, Peta Pertambangan, Peta Pariwisata, Peta Suhu Udara dan Curah Hujan, Peta Arah Angin, Peta Fauna, dan sebagainya. Peta Tematik biasanya digunakan oleh pihak tertentu saja. Misalnya Dinas Purbakala atau sejenisnya membuat Peta Peninggalan Bersejarah, untuk memberi informasi tentang peninggalan bersejarah yang dapat dituju oleh para peneliti atau wisatawan budaya.

(31)

17

Gambar 2.1 Peta Peninggalan Bersejarah

Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui bahwa provinsi Jawa Tengah memiliki berbagai peninggalan bersejarah, antara lain candi, masjid agung, gereja tua, istana raja, dan monumen-monumen. Candi terletak di Magelang, Masjid Agung di Demak, Gereja Tua di Salatiga, Istana Raja di Surakarta, Monumen terdapat di Semarang, Tegal dan Purbalingga. Selain tersebut di atas, jenis peta dapat dikelompokkan berdasarkan skala peta. Jenis peta berdasarkan skalanya ada lima macam, yaitu:

1) Peta Kadaster, yaitu peta yang menggunakan skala 1 : 5.000 ke bawah.

2) Peta skala besar, yaitu peta yang menggunakan skala 1 : 5.000sampai 1 : 250.000.

3) Peta skala sedang (menengah), yaitu peta yang menggunakan skala 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.

4) Peta skala kecil, yaitu peta yang menggunakan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.

(32)

18 5) Peta geografi, yaitu peta yang menggunakan skala 1 : 1.000.000 lebih.

3. komponen Peta

Peta memiliki komponen-komponen yang harus dipahami oleh para pembaca peta. Komponen peta antara lain, sebagai berikut.

a. Judul

Judul peta biasanya ditulis pada bagian atas peta. Judul peta menunjukkan isi peta. Misalnya peta Kabupaten Klaten, berisi informasi geografis Klaten. Peta Provinsi Banten berisi informasi geografis Banten.

Peta peninggalan bersejarah berisi informasi peninggalan bersejarah di suatu tempat.

b. Skala

Skala peta merupakan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya. Dengan dicantumkan skala peta, para pengguna peta dapat menentukan jarak suatu wilayah. Pada umumnya peta menggunakan skala angka, skala garis atau skala verbal.

1) Skala angka adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk angka.

Contoh : Peta Sulawesi dengan skala 1 : 200.000. Artinya jarak 1 cm pada peta menunjukkan 200.000 cm atau 2 kilometer jarak sesungguhnya di muka bumi. Skala angka juga disebut skala numerik.

2) Skala garis adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk garis, yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama. Contoh : Skala garis di atas berarti jarak 1 cm pada peta sama dengan 5 km di muka bumi. Skala garis juga disebut skala grafis.

(33)

19 3) Skala verbal adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Contoh : 1 centimeter ke 1 kilometer. Artinya 1 centimeter di peta sama dengan 1 kilometer di muka bumi.

c. Simbol

Simbol pada peta berupa gambar atau warna tertentu yang digunakan untuk mewakili objek. Berikut ini simbol gambar yang terdapat pada peta.

Gambar 2.2 Simbol Gambar pada Peta

Simbol pada peta yang berupa warna, antara lain :

1) Warna hijau menunjukkan daerah dataran rendah, yang memiliki ketinggian 0 sampai 400 meter di atas permukaan air laut.

2) Warna kuning menunjukkan daerah dataran tinggi, yang memiliki ketinggian antara 400 meter sampai 1000 meter di atas permukaan

air laut.

3) Warna biru muda menunjukkan daerah perairan dangkal, yang memiliki kedalaman 0 sampai 200 meter di bawah permukaan air.

4) Warna biru menunjukkan daerah perairan yang memiliki kedalaman antara 200 meter sampai 1.000 meter.

(34)

20 5) Warna biru tua menunjukkan daerah perairan dalam yang memiliki kedalaman 1.000 meter lebih.

d. Garis Astronomis

Garis astronomis adalah garis khayal pada muka bumi. Garis-garis khayal yang mendatar pada peta disebut garis lintang, sedangkan yang tegak disebut garis bujur. Garis lintang dan garis bujur memudahkan para pengguna peta menentukan letak suatu wilayah.

e. Legenda

Legenda adalah keterangan beberapa simbol pada peta. Gunanya untuk memudahkan pengguna peta atau pembaca memahami isi peta. Istilah

“Legenda” kadang-kadang diganti dengan “Keterangan”.

f. Orientasi (menunjukan arah mata angina)

Pedoman utama mata angin pada peta mengarah ke atas yang menunjukkan arah utara. Petunjuk arah utara diberi huruf U . Untuk peta yang sudah dilengkapi dengan garis lintang dan garis bujur. Gambar arah mata angin kadang-kadang tidak diperlukan lagi.

g. Garis tepi: garis batas dibagian tepi pada gambar peta.

h. Inset: menunjukan lokasi peta pada lokasi yang lebih besar.

C. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS 1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada

(35)

21 siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Menurut Nana Sujdana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar).

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Disekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuh. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

(36)

22 Merujuk pikiran Gagne hasil belajar berupa informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

a. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan memperentasikan konsep dan lambang.

b. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

c. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

d. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penelitian terhadap objek tersebut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar a. Faktor internal

1) Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

2) Faktor psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda- beda, terutama dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar masing-masimg. Beberapa faktor psikologis diantaranya

(37)

23 meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motifasi, dan kognitif dan daya nalar.

b. Faktor eksternal 1) Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya, keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2) Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.

Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, dan fasilitas, dan guru.

3. Ciri-ciri Evaluasi Hasil Belajar

a. Evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik itu, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung

b. Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif, atau lebih sering menggunakan simbol-simbol angka

(38)

24 c. Kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit

atau satuan-satuan yang tetap

d. Prestasi belajar yang dicapai oleh para peserta didik dari waktu ke waktu adalah bersifat relatif ,artinya hasil-hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar peserta didik itu pada umumnya tidak selalu menunjukkan kesamaan

e. Kegiatan evaluasi hasil belajar, sulit untuk dihindari terjadinya kekeliruan pengukuran (= eror)

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Disekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan semata-mata pelajaran yang ditempuhnya.

Tingkat pengusaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0- 10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Sebenarnya hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat.

(39)

25 Ada beberapa prinsip yang dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar, agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pengajaran, antara lain adalah:

1) Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Mengukur sampel yang yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

3) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.

4) Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

4. Tipe Hasil Belajar

Telah dijelaskan bahwa tujuan hasil belajar adalah perubahan yang positif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat ketiga aspek hasil belajar tersebut:

a. Bidang Kognitif

Bloom membagi tiga tipe hasil belajar ini menjadi enam unsur.

Antara lain:

1) Pengetahuan hafalan diartikan knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya menerima siswa untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep fakta atau istilah tanpa harus mengerti, menilai atau menggunakannya. Dalam hasil ini biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali.

(40)

26 2) Pemahaman atau komprehensif adalah tingkat kemampuan yang

diharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu: (a) Terjemahan seperti dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi tumbuhan (b) Penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian terdahulu dengan bagian yang diketahui sekarang. (c) Ekstrapolasi seperti seseorang yang dapat memperluas persepsinya akan suatu masalah.

3) Aplikasi atau penerapan dalam aplikasi siswa dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang diketahui dalam suatu situasi yang baru, contoh setelah siswa diajari cara dan syarat membuat grafik, kemudian siswa diberikan tes tentang dan perkembangan jumlah penduduk untuk dibuat grafiknya.

4) Analisis adalah tingkat kemampuan siswa untuk mengetahui suatu integritas atau suatu situasi tertantu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.

5) Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dapat menentukan hubungan kasual atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas.

6) Evaluasi adalah kemampuan siswa untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb. Berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuan,

(41)

27 gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya atau lainnya.

b. Bidang afektif

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala ataurangsangan dari luar.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan terhadap stimulus yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulusdari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing atau penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kedepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

(42)

28 kepribadian dan tingkah lakunya. Disini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristik.

c. Bidang Psikomotorik

Hasil belajar bidang psikomorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (siswa). Ada enam tingkatan keterampilan dalam bidang psikomotorik, yaitu:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perceptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan ketetapan.

5) Gerakan-gerakan skill,mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

D. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran 1. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Mills dalam Agus Suprijono berpendapat bahwa “ model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak

(43)

29 berdasarkan model itu”. Model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arend, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut:

Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

a. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

b. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

c. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah- langkah pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem

(44)

30 sosial, dan (4) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

E. Tinjauan Tentang Make A Match 1. Pengertian Make A Match

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat dgunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik (Anita Lee, 2010: 55).

Menurut Agus Suprijono (2010: 94) hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu- kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Jadi dari pendapat tersebut dapat kita simpulkan Make A Match merupakan cara belajar dengan mencari pasang yang cocok dengan kartu yang dipegang, karena dalam pembelajaran ini, siswa ada yang

(45)

31 memegang kartu jawaban dan ada yang memegang pertanyaan pertanyaan.

Make A Match adalah model yang cukup menyenangkan yang

digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang di ajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match:

a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

b. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

c. Tulis pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang tadi dibuat.

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.

f. Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukun berpasangan. Separuh peserta didik akan mendapatkan soal dan separuh yang lainnya akan mendapatkan jawaban.

(46)

32 g. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada

yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk yang berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal soal yang diperoleh dengan keras kepada teman- teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan- pasangan yang lain.

i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Make A Match (mencari pasangan) sambil mempelajari suatu

konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Make A Match ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan

kelas.

3. Keunggulan Make A Match adalah:

a. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.

b. Meningkatkan kreativitas belajar siswa.

c. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

d. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.

4. Kelemahan model Make A Match adalah:

(47)

33 a. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai

dengan materi palajaran.

b. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran

c. Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.

d. Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi

5. Implementasi Make A Match dalam Pembelajaran IPS

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Dengan kata lain, bahwa proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan segala sesuatu yang menunjang terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam proses yang berkesinambungan itulah diperlukan model pembelajaran yang tepat.

Model apa saja yang diperlukan dalam pembelajaran, yang jelas tujuan utamanya adalah agar para peserta didik mudah memahami pelajaran.

Model Make A Match sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran IPS materi Peta dan Komponennya. Karena dalam Make A Match terdapat model yang sangat jelas memanfaatkan kata-kata, kesan-

kesan, angka-angka, logika, dan keterampilan-keterampilan ruang.

Dengan model pembelajaran Make A Match suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. Sehingga, peserta didik akan lebih senang dalam mempelajari pelajaran dan akan lebih mudah untuk

(48)

34 memahaminya. Selain itu peserta didik juga mampu mencapai tujuan pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Hakikat model pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) dalam penelitian ini yaitu untuk mengembangkan kemampuan IPS materi Peta dan Komponennya pada kelas IV SD Inpres Panaikang II-1. Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami materi Peta dan Komponennya.

F. Kerangka Pikir

Mata pelajaran IPS materi Peta dan Komponennya yang diajarkan di SD Inpres Panaikang II-1 kelas IV semester I.

Dalam penelitian ini, materi tersebut diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match. Dengan menggunakan pembelajaran ini, siswa belajar melalui keaktifan untuk membangun pengetahuannya sendiri, dengan saling bekerjasama dalam suatu kelompok belajar.

Dengan menggunakan model pembelajaran Make A Macth ini, diharapkan muncul kerjasama yang sinergi antar siswa, saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan masalahnya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan menggunakan model Make A Match maka diduga akan berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Dengan demikian peneliti memilih melakukan penelitian mengenai penerapan model Make A Match terhadap hasil belajar IPS.

(49)

35

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pikir

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika model pembelajaran Make A Match ini diterapkan dalam proses pembelajaran maka dapat

meningkatkan belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-I Kota Makassar”.

Kondisi awal

 Siswa pasif dalam pembelajaran

 Siswa sering keluar masuk dengan alasan tidak jelas

 Kecerdasan siswa bervariasi

 Hasil belajar siswa rendah

Tindakan

Guru: Mevariasikan model Make A Match

Siswa:

Kehadiran siswa dikelas, perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran,keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas,menghargai pendapat orang lain,siswa selalu bertaya kepada guru,dan siswa selalu menjawab pertayaan dengan benar

Kondisi akhir

 siswa aktif mengikuti pembelajaran

 siswa tertarik untuk belajar IPS

 kerja sama antara siswa meningkat

 hasil belajar siswa meningkat

(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut Clasroom Action Research (CAR) dalam bahasa Inggris. Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dipilih karena penelitian ini diadakan di dalam kelas dan lebih difokuskan pada masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas atau pada proses belajar mengajar. Penelitian Tindakan Kelas berasal dari tiga kata yaitu Penelitian, Tindakan, dan Kelas. Berikut penjelasannya:

Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi penelitian. Sedangkan menurut Kunandar penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidak benaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial.

Tindakan diartikan sebagai sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

36

(51)

37 Kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan bentuk ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar. Dengan menggabungkan ketiga kata tersebut, yakni penelitian, tindakan dan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya metode, strategi, model, media) yang dalam kegiatan pembelajaran, perubahan tindakan yang baru ini diharapkan atau diduga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

PTK yang digunakan adalah PTK partisipan. Suatu penelitian dikatakan PTK partisipan ialah apabila orang yang melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil . Dengan demikian, sejak perencanaan peneliti terlibat, selanjutnya memantau, mencatat dan mengumpulkan data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Dalam sebuah penelitian yang di lakukan pastilah memiliki tujuan, termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan secara umum dari penelitian tindakan kelas adalah untuk:

(52)

38 1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di

kelas.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas.

3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas.

4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Dari beberapa tujuan yang telah dijelaskan di atas, inti dari tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berkaitan dengan media, pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan lain-lain. Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya, rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunakan model PTK Kemmis & Mc. Taggart yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi langkah-langkah:

a. Perencanaan (planning), b. Aksi/ tindakan (acting), c. Observasi (observing), dan d. Refleksi (refleting).

Penelitian ini merupakan proses siklus spiral, mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan untuk modifikasi perencanaan, dan refleksi. Penelitian ini juga merupakan penelitian individual.

(53)

39 Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa penerapan antara acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, jadi jika berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilakukan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar pada siswa kelas IV semester I, tahun ajaran 2017. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Dalam pembelajaran IPS selama ini belum pernah menerapkan model pembelajaran Make A Match.

b. Pembelajaran IPS yang dilakukan selama ini lebih kearah guru yang kurang bervariasi dalam menggunakan model-model pembelajaran, dan penjelasan materi mayoritas didominasi oleh guru (guru yang aktif), sehingga pembelajaran terasa sangat membosankan dan cenderung monotan bagi siswa.

c. Dalam pelajaran IPS, rata-rata prestasi belajar siswa masih belum sesuai dengan KKM.

(54)

40 2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitiaan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah Ilmu Pengetahuan Sosial.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Dalam Penelitian ini yang menjadi Subjek Penelitian adalah siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 semester I tahun ajaran 2017. Dengan jumlah siswa 20, yang terdiri dari 14 laki-laki, dan 6 perempuan. Pemilihan siswa kelas IV karena kelas IV merupakan tahapan perkembangan berfikir yang semakin luas, anak memiliki minat belajar yang tinggi. Dan hal ini membutuhkan sebuah sarana yang bisa lebih meningkatkan minat belajar yang tinggi, sehingga prestasi belajar menjadi meningkat. Alasan lain di pilihnya kelas IV karena siswa kelas IV dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif. Diharapkan dengan adanya model pembelajaran Make A Match , siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran Make A Match bagi siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-1

(55)

41 D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Penelitian tindakan kelas suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. PTK adalah kolaboratif melibatkan partisipan bersama-sama tergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna penelitian tindakan kelas. Arikunto (2008:74), prosedur penelitian digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

Permasalahan Perencanaan

Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi I

Pengamatan Pengumpulan

Data I

Permasalahan Baru Hasil

Refleksi

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Pengamatan

Pengumpulan Data II Apabila Permasalahan

Belum Terselesaikan

Dilanjutkan Ke Siklus Selanjutnya

Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (sumber Arikuntodkk 2008:74)

(56)

42 Adapun prosedur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas IV di SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar adalah:

1. Permasalahan.

Permasalahan yang terdapat pada proses pembelajaran sebelum diterapkannya model pembelajaran Make A Match akan diberikan perbaikan hasil belajar pada setiap siklusnya.

2. Perencanaan

Penelitian yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar adalah menyiapkan rencana yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan kelas IV di SD Inpres Panaikang II-1 Kota Makassar yang digunakan sebagai subjek penelitian.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berupa silabus dan skenario pembelajaran.

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

4) Menyusun format observasi untuk memantau kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung

5) Membuat evaluasi pembelajaran berupa soal tes hasil belajar 6) Menetapkan instrument observasi yang digunakan pada setiap

tindakan

7) Melakukan tindak refleksi oleh guru yang bertindak sebagai peneliti dan observer untuk melihat hasil pembelajaran IPS

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang mendapat kuasa mengajukan permohonan penerbitan Akta Kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) Tahun secara kolektif kepada

Melalui Pembelajaran model Inkuiri Terbimbing peserta didik dapat memahami tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas

Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita harus terbuka bagi setiap argumen

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh metode praktikum terhadap minat belajar siswa materi fotosintesis kelas VIII MTs Al-Muhajir Kereng Pangi;

Analysis of data in the Unified Database for Social Protection Programs according to the sex of the head of the household and where possible, other members of

menggambarkan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, dalam hal ini.. bagaimana Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014. Tentang

Hasil penaksiran nilai heritabilitas famili diperoleh untuk sifat tinggi pohon total sebesar 0,283, untuk sifat diameter/dbh sebesar 0,287 dan untuk tinggi batang

Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (a) Alokasi waktu diatur sebaik mungkin sehingga setiap tahap kegiatan berjalan dengan baik; (b)