• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL NEUROPSIKIATRI UNTUK DETEKSI DINI PRA-DEMENSIA PENDUDUK LANJUT USIA DI KOMUNITAS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL NEUROPSIKIATRI UNTUK DETEKSI DINI PRA-DEMENSIA PENDUDUK LANJUT USIA DI KOMUNITAS "

Copied!
30
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

Pre-demensia adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan kognitif seseorang dalam posisi transisi antara penurunan fungsi kognitif sesuai dengan penuaan dan penurunan fungsi kognitif pada demensia dini. Mauri M, et al (2012) menyatakan bahwa laju progresi dari pre-demensia tipe amnestik menjadi penyakit Alzheimer adalah 11,5% per tahun.11 Beberapa penelitian yang dikutip oleh Minglei (2004) menunjukkan laju progresi dari pre-demensia menjadi Alzheimer. penyakit demensia berkisar 10%-12% per tahun, sedangkan perkembangan demensia pada populasi normal hanya sekitar 1%-2% per tahun.12 Namun, pasien dengan HKR juga dapat kembali ke fungsi kognitif normal sesuai dengan usianya jika intervensi terapeutik yang memadai dilakukan. Di sisi lain, Ehreke L, et al (2011) mengungkapkan bahwa hanya 8% kasus predemen komunitas yang dapat terdeteksi.14 Kedua kasus ini memperkuat gagasan tentang pentingnya deteksi dini predemen komunitas untuk mencegah keterlambatan dalam mencegah pengobatan gangguan kognitif.

Beberapa instrumen pemeriksaan telah diteliti untuk deteksi dini HKR, antara lain pemeriksaan neurobiologis/biokimia (Turana, et al, 2014), pemeriksaan neurologis (Lehrner J, et al, 2009;. Beberapa faktor seperti usia tua, jenis kelamin laki-laki, tinggi tingkat pendidikan, tekanan darah rendah, penyakit pembuluh darah (diabetes dan hipertensi), obesitas, faktor genetik (kelainan pada kromosom APOE ε4), 21), defisiensi vitamin D, gangguan pernapasan saat tidur, riwayat penyakit kritis (misalnya sepsis) dan gangguan neuropsikiatri depresi diketahui meningkatkan risiko pre-demensia (Langa K.M dan Levine D.A, 2014; Ritchie L.J dan Tuokko H, 2010; Gao Yuan, et al, 2013). Interaksi antara faktor-faktor ini menghasilkan perubahan metabolisme neuron, menghasilkan pembentukan filamen heliks ganda dan fibril peptida β-amiloid.

Kekusutan neurofibrillary dan plak peptida β-amiloid menghasilkan beberapa konsekuensi, termasuk defisit kolinergik, yang menyebabkan hilangnya neuron atau disfungsi neuron (Agamanolis D. Akumulasi plak β-amiloid dan protein kusut neurofibrillary tau di pabrik spesiolfaktori hippobulbus, nukleus), entorhinal , area transentorhinal menyebabkan terputusnya hippocampus dari area isokortikal dan berkurangnya masukan kolinergik dari bagian basal otak depan ke bola penciuman (Devanand D. Hal ini, selain menyebabkan gangguan kognitif, juga menyebabkan gangguan keseimbangan motorik) 30 , 49 Patofisiologi Pra-Demensia Ini dirangkum sepenuhnya dalam Gambar 1.

Metode deteksi dini Pre Demensia di masyarakat harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mudah dilakukan, waktu pemeriksaan singkat, mudah diinterpretasikan, serta akurat dan terpercaya. Pre-Dementia diharapkan menjadi strategi yang tepat untuk deteksi dini Pre-Dementia pada populasi lanjut usia di masyarakat. Tahap pertama adalah investigasi faktor risiko gangguan kognitif ringan pada populasi lanjut usia di Jakarta Timur.

Tahap kedua yaitu penelitian ini adalah pembuatan Model Neuropsikiatri untuk Deteksi Dini Pre-Demensia pada Lansia di Masyarakat. Tahap ketiga adalah Uji Validasi Model Deteksi Dini Pre Demensia pada Lansia di Puskesmas. Dan tahap terakhir adalah penyusunan rekomendasi ke Kemenkes RI: Model Deteksi Dini Pre-Demensia sebagai model skrining Pre-demensia pada populasi lansia urban urban.

Gambar 1. Kerangka Teori Pra-Demensia
Gambar 1. Kerangka Teori Pra-Demensia

METODE PENELITIAN

Model neuropsikiatri yang dikembangkan dengan menggunakan kombinasi dari beberapa penilaian kognitif singkat, akurat dan dapat diandalkan dalam membedakan antara lansia Pre-Dementia dan lansia normal di masyarakat. Variabel Pre-Dementia ditegakkan berdasarkan kriteria klinis The Core Clinical Criteria for the diagnosis MCI (CoCC MCI) dari National Institute on Aging and Alzheimer's Association working group (NIA-AA) yang merupakan pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis Pre-Demensia. Hasil ujian dikategorikan tidak normal (variabel CDT positif) jika dua dari tiga poin penilaian salah.

Hasil pemeriksaan dikategorikan abnormal (variabel IST positif) jika pasien dapat menyebutkan kurang dari 20 jawaban dari total empat kategori. Hasil tes dikategorikan abnormal (variabel MAT positif) jika pasien hanya dapat menyebutkan kurang dari 15 kombinasi angka dan huruf yang benar. Pasien diminta menyebutkan urutan huruf dari kata WAHYU, maju lalu mundur.

Hasil pemeriksaan dikategorikan abnormal (variabel World/Whyu positif) jika pasien tidak dapat melafalkan urutan huruf dari depan ke belakang dengan benar. Hasil pemeriksaan gangguan memori subjektif dikategorikan positif (variabel dari gangguan memori subjektif positif) jika terdapat keluhan tersebut. Magnitudo yang digunakan untuk variabel gangguan memori subyektif adalah magnitudo kategori dikotomis (positif atau negatif).

Besaran yang digunakan adalah besaran kategori dikotomis (lansia >65 tahun atau lanjut usia 60-65 tahun). Tim peneliti meninjau database untuk mengambil data variabel prediktor, variabel eksternal, dan variabel hasil. Pengukuran variabel prediktor dan variabel outcome untuk setiap topik penelitian dilakukan secara blind oleh pemeriksa yang berbeda.

Identifikasi dan analisis untuk memilih karakteristik dasar subjek penelitian dan studi neuropsikiatri mana yang merupakan variabel potensial sebagai blok bangunan dalam model neuropsikiatri untuk deteksi dini pre-demensia. Variabel yang menunjukkan hasil p<0,05 kemudian dimasukkan dalam pengembangan Skor Neuropsikiatrik Deteksi Dini Pre-Demensia. Skor ini dikembangkan dengan menggunakan kombinasi variabel prediktor (karakteristik dasar dan pemeriksaan neuropsikiatri singkat) Identifikasi Komunitas Lansia i.

Prosedur Receiver Operating Characteristic (ROC) dilakukan untuk menentukan Area Under Curve dan nilai cut-off optimal untuk menentukan probabilitas Pre-Dementia. Uji akurasi skor neuropsikiatri untuk mengetahui kemampuan skor neuropsikiatri dalam membedakan lansia normal dan lansia dengan pre-demensia di masyarakat.

Gambar 2. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan tes kefasihan semantik verbal, masalah memori subjektif dan tingkat pendidikan kemudian digabungkan untuk membuat skor neuropsikiatri untuk membedakan lansia pra-gila dengan lansia normal. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa prevalensi pre-demensia pada orang berusia 60 tahun ke atas adalah 8,4-25,2. Studi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah secara statistik berhubungan signifikan dengan terjadinya pre-demensia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil abnormal pada tes kefasihan semantik verbal secara statistik berhubungan signifikan dengan kejadian predemensia. Studi sebelumnya telah menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hasil tes kefasihan verbal, khususnya kefasihan semantik, antara lansia normal dan lansia predemented. Lansia dengan predemensia menunjukkan hasil tes kefasihan verbal yang lebih rendah.25,26,27 Kefasihan verbal adalah fungsi kognitif yang memungkinkan pengambilan informasi dari memori yang tersimpan di otak dengan melibatkan fungsi eksekutif dan keterampilan bahasa.

Deteksi dini dan penatalaksanaan pra-demensia yang tepat dapat memperlambat perburukan gangguan kognitif. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa laju perkembangan pre-demensia menjadi demensia sekitar 10-12% per tahun, sedangkan perkembangan kejadian demensia pada populasi normal hanya sekitar 1-2% per tahun.30,31 Namun, jika pre-demensia dapat dideteksi lebih dini dan mendapatkan terapi yang tepat, lansia dengan pre-demensia dapat memperoleh kembali fungsi kognitif normal sesuai dengan proses penuaan. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa persentase konversi pra-demensia menjadi penuaan kognitif normal bervariasi, sehingga metode yang akurat, sederhana dan cepat untuk deteksi dini pra-demensia menjadi sangat penting.

Skor neuropsikiatri diharapkan dapat menjadi metode yang tepat untuk deteksi dini predemensia komunitas. Metode deteksi dini ini merupakan metode pertama sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit rujukan untuk menegakkan diagnosis predemensia.

Tabel 3. Analisis Multivariat Regresi Logistik
Tabel 3. Analisis Multivariat Regresi Logistik

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

High prevalence of mild cognitive impairment in the elderly: a community-based study in four cities in Hebei province, China. Early intervention in Alzheimer's disease: a health economic study of the effects of diagnostic timing, BMC Neurology, 14:101. The diagnosis of mild cognitive impairment due to Alzheimer's disease: recommendations from the National Institute on Aging-Alzheimer's Association Workgroups on Diagnostic Guidelines for Alzheimer's Disease.

Progression to dementia in a population with amnestic mild cognitive impairment: clinical variables associated with conversion, Functional Neurology. Screening for Mild Cognitive Impairment and Early Alzheimer's Disease, Department of Psychological Medicine, National University of Singapore. Clock Drawing Test – screening tool for mild cognitive impairment according to different scoring systems: results from the Leipzig Longitudinal Study of the Aged (LEILA 75+), International Psychogeriatrics.

Jendela Buletin Data dan Informasi Kesehatan, Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori Pra-Demensia
Gambar 2. Kerangka Konsep
Diagram Alir Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Dasar Lansia Normal dan Lansia dengan Pra-Demensia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Program abdi masyarakat adalah salah satu program Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Jember yang seluruh pesertanya berasal dari santri kelas IX Madrasah Aliyah untuk