• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK Kelas 10

N/A
N/A
Musta'in Salim

Academic year: 2024

Membagikan "MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK Kelas 10 "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK

1. Informasi Umum Perangkat Ajar

Nama : Syaiful Anwar, S.Pd.I.

Unit : SMK Negeri Tembarak

Jenjang : SMK

Kelas : X

Alokasi Waktu : 6 x pertemuan (3x45 menit/3JP) 2. Tujuan Pembelajaran

Fase : E

Elemen : Al Qur’an

Tujuan

Pembelajaran : A.1.1.5. Siswa mampu menganalisis ayat Al-Qur'an dan hadis tentang larangan pergaulan bebas dan zina

A. 1.1.6.Siswa mampu membaca Al-Qur`an dengan tartil, menghafal dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur'an serta hadis tentang larangan pergaulan bebas dan zina

A. 1.1.7.Siswa mampu menyajikan konten dan paparan tentang perintah untuk menjauhi larangan pergaulan bebas dan zina A. 1.1.8.Siswa mampu membiasakan sikap menghindari larangan

pergaulan bebas dan zina Pertanyaan

Pemantik : 1. Menurut pendapatmu apa yang dimaksud menjauhi pergaulan bebas?

2. Menurut pendapatmu apa yang dimaksud perbuatan zina?

3. Menurut pendapatmu bolehkah hanya sekedar mendekati perbuatan zina?

Kata Kunci : Menjauhi Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina Kode Perangkat : PAI A.1.1.5. – A.1.1.8.

3. Profil Pelajar Pancasila yang Berkaitan Profil Pelajar

Pancasila : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif

4. Sarana Prasarana

 Gawai/laptop

 Akses internet

 Buku teks Pendidikan Agama Islam

 Luring : Papan tulis dan spidol; Daring : canva, jamboard, dll untuk media papan presentasi

 Luring LCD Proyektor

 Speaker mini

 Printer

 Headset 5. Target Peserta Didik

 Siswa regular/tipikal

Siswa dengan hambatan belajar

Siswa Cerdas Istimewa Berbakat (CIBI)

Siswa dengan ketunaan (tunanetrta, tunarungu, tunadaksa, tunalaras, tunaganda)

6. Jumlah Peserta Didik

Maksimum 36 peserta didik 7. Ketersediaan Materi

a. Pengayaan untuk siswa berpencapaian tinggi: YA / TIDAK

b. Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang sulit memahami konsep: YA / TIDAK

8. Moda dan Model Pembelajaran

Moda Pembelajaran

 Tatap muka/Luring

(3)

 PJJ / Daring

 Paduan antara tatap muka dan PJJ (Blended Learning) Model Pembelajaran

 reading aloud dan the power of two

 muraja’ah dan metode tasmi’

 card sort, make a match dan information search

 project based learning

 discovery learning 9. Materi Ajar, Alat Dan Bahan

Materi Ajar Menjauhi Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina 10. Ketersediaan Materi

Alat dan Bahan, dan Perkiraan Biaya

Alat dan bahan yang dibutuhkan sebagian besar tersedia di sekolah dan dimiliki oleh peserta didik di rumah sehingga pada saat kegiatan pembelajaran, yang harus diperhatikan adalah fasilitas jaringan internet sekolah/di rumah. Untuk membaca bersama Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S.

an-Nur/24: 2, antara lain:

- Al Qur'an atau

- Handphone dengan aplikasi Al Qur'an 11. Kegiatan Pembelajaran Utama

Pengaturan Siswa:

 individu

 berpasangan

 berkelompok (> 2 orang)

Metode:

 diskusi

 presentasi

 demonstrasi

 project

 eksperimen

 eksplorasi

 permainan

 ceramah

 kunjungan lapangan

 simulasi 12. Asesmen

Kriteria untuk menilai ketercapaian tujuan pembelajaran

 asessmen individu

 assemen kelompok

 keduanya Jenis assesmen

 performa (presentasi, drama, pameran hasil karya, dsb.)

 tertulis (tes objektif, esai) 13. Persiapan Pembelajaran

1. Mempersiapkan kelas maya jika dilaksanakan secara daring

2. Mempersiapkan link video pembelajaran/gambar yang relevan dengan materi pembelajaran

3. Mempersiapkan materi ajar dan rubrik penilaian 14. Urutan Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan 1. Guru menyiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar: kerapian dan kebersihan ruang kelas secara bersama sebagai wujud sikap tanggung jawab dan gotong royong.

2. Mempersiapkan alat peraga/media/bahan berupa laptop, LCD projector, speaker active, laptop, Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI), handphone, kamera, kertas karton, spidol warna atau media lain.

3. Guru membuka pelajaran dengan salam dan meminta peserta didik untuk berdoa bersama-sama, tadarus Al-Qur`an, memperhatikan kesiapan peserta didik, memeriksa kehadiran, kerapihan, dan posisi tempat duduk peserta didik.

(4)

4. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta lingkup dan teknik penilaian.

5. Mengkondisikan peserta didik agar duduk sesuai kelompoknya masing-masing.

6. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik.

Inti 1. Guru meminta peserta didik untuk mengamati infografis. Infografis tersebut berisi materi tentang Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/ 24:2, serta hadis tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.

2. Guru memberikan informasi tambahan untuk memperkuat pemahaman peserta didik terhadap infografis tersebut.

3. Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar (tadabur) dan menuliskan pesan-pesan moral pada setiap gambar.

4. Guru meminta peserta didik untuk membaca kisah inspiratif terkait dengan materi pelajaran, yakni kisah seorang ulama hadis yang ribuan kali khatam Al-Qur`an.

5. Peserta didik diminta menuliskan nilai-nilai dan pelajaran dari kisah inspiratif tersebut di buku masing-masing.

6. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk mulai membahas materi pelajaran dan aktivitas-aktivias di dalamnya pada rubrik “Wawasan Keislaman”. Pada bab 6 ini digunakan sembilan (9) metode pembelajaran yang dibagi untuk 5 pekan atau 15 jam pelajaran, yaitu:

Pertemuan pertama menggunakan metode reading aloud dan the power of two.

Langkah-langkah metode reading aloud pada materi ini adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik membentuk kelompok dengan mempertimbangkan heterogenitas.

b. Peserta didik yang paling fasih dan lancar dalam membaca Al- Qur`an disebar pada tiap kelompok dan bertindak sebagai guru tutor sebaya.

c. Anggota kelompok belajar membaca Al-Qur`an dipandu oleh guru tutor sebaya dan dilakukan dengan mengeraskan volume atau suara bacaannya.

d. Mintalah beberapa peserta didik secara acak dari yang sudah mahir, lancar maupun yang masih terbata-bata untuk membaca dengan volume yang cukup keras.

e. Guru bertindak sebagai fasilitator, motivator dan narasumber yang akan mengontrol bacaan peserta didik setelah belajar kepada temannya sebagai guru tutor sebaya.

Langkah-langkah metode the power of two pada materi ini adalah sebagai berikut:

a. Setelah aktivitas membaca cukup, guru mengkondisikan peserta didik agar duduk berpasangan (dua orang).

b. Guru meminta peserta didik berlatih mengidentiikasi hukum tajwid yang ada pada Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2.

c. Ajukan satu atau dua pertanyaan terkait hukum bacaan Q.S.

alIsra’/17:32, dan Q.S. an-Nur/24:2.

d. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut secara individu.

e. Mempertimbangkan waktu pembelajaran, setelah beberapa peserta didik menjawab pertanyaan mintalah mereka bertukar pertanyaan

(5)

dan saling memberikan jawaban dengan pasangan duduknya.

f. Mintalah pasangan-pasangan peserta didik untuk membuat pertanyaan baru tentang hukum tajwid dari Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2, sekaligus memperbaiki jawaban individu sebelumnya.

g. Setelah semua melakukan aktivitas ini, guru membandingkan jawabannya secara klasikal dan memberikan penguatan terhadap pemahaman hukum tajwid dari Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S.

anNur/24:2 kepada seluruh peserta didik.

Pertemuan kedua menggunakan metode muraja’ah dan metode tasmi’

Langkah-langkah metode muraja’ah dan metode tasmi’ sebagai berikut:

a. Guru meminta peserta didik membaca arti perkata dari Q.S. al- Isra’/17:32, dan Q.S. an-Nur/24:2, kemudian Membaca ayat berserta terjemahnya.

b. Peserta didik berlatih dan praktik membaca arti per kata dari Q.S.al-Isra’/17:32, dan Q.S. an-Nur/24:2, kemudian Membaca ayat berserta terjemahnya secara berpasangan.

c. Peserta didik menghafal arti perkata, kemudian menghafal ayat berserta terjemahnya secara berpasangan.

d. Masing-masing peserta didik mendemontrasikan hafalan di hadapan guru, dan guru menyimak secara bergantian.

e. Untuk memperkuat hafalan, guru meminta peserta didik untuk menyalin Q.S. al-Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2 beserta terjemahnya.

Pertemuan ketiga menggunaan model card sort, make a match dan information search

Langkah-langkah model pembelajaran make a match adalah:

a. Guru menciptakan suasana kondusif selama proses pembelajaran.

b. Guru menjelaskan ruang lingkup materi dan tujuan pembelajaran.

c. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi potongan ayat, dan hukum tajwid Q.S. al-Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2.

d. Setiap peserta didik mendapatkan satu kartu dan diberikan kesempatan untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang.

e. Apabila semua peserta didik sudah siap, guru meminta siswa untuk berkeliling mencari pasangan yang memegang kartu yang cocok dengan kartunya (kartu potongan ayat dan kartu hukum tajwid).

f. Peserta didik yang menemukan pasangan kartu yang cocok sebelum batas waktu berakhir diberikan poin.

g. Guru memberikan kesimpulan.

Langkah-langkah model pembelajaran card sort adalah:

a. Guru menciptakan suasana kondusif selama proses pembelajaran.

b. Guru menjelaskan ruang lingkup materi dan tujuan pembelajaran.

c. Guru menyiapkan kartu-kartu dari kertas post it yang berisi potongan ayat dan arti mufradat Q.S. al-Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24:2.

d. Seluruh kartu diacak dan dikocok.

e. Setiap peserta didik diminta untuk mengambil satu kartu secara acak.

f. Perintahkan kepada peserta didik untuk bergerak dari tempat

(6)

duduknya dan mencari pasangan yang memegang kartu yang cocok dengan kartunya.

g. Peserta didik yang menemukan pasangan kartu yang cocok sebelum batas waktu berakhir diberikan poin.

h. Selanjutnya peserta didik diminta untuk berdiri berbaris berurutan sesuai dengan potongan ayat dan terjemahannya, kemudian secara bergantian diminta untuk membacanya di depan kelas.

i. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.

Langkah-langkah model pembelajaran information search adalah:

a. Guru menciptakan suasana kondusif selama proses pembelajaran.

b. Guru menjelaskan ruang lingkup materi dan tujuan pembelajaran.

c. Guru memberikan permasalahan terkait Q.S. al-Q.S. al-Isra’/17:

32, dan Q.S. an-Nur/24: 2 dan hadis terkait tentang larangan pergaulan bebas dan zina.

d. Guru meminta peserta didik merumuskan kesimpulan terkait isi kandungan Q.S. al-Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2.

e. Peserta didik mendiskusikan jawaban atas rumusan masalah.

f. Peserta didik melakukan aktivitas pengumpulan data dan informasi dari buku-buku referensi atau kitab-kitab tafsir rujukan untuk menjawab rumusan masalah.

g. Peserta didik melakukan analisa perbandingan isi masing-masing buku atau kitab rujukan.

h. Peserta didik mempresentasikan di depan kelas dan secara bersama-sama menyimpulkan hasil temuan yang diperoleh.

Pertemuan keempat menggunakan model pembelajaran project based learning

Langkah-langkah model pembelajaran project-based learning (berbasis proyek) adalah:

a. Guru mengajukan pertanyaan tentang larangan pergaulan bebas dan zina sesuai dengan kandungan Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S.

an Nur/24:2.

b. Guru bersama peserta didik merancang proyek yakni membuat paparan digital.

c. Menyusun jadwal yang berisi target waktu penyelesaikan proyek.

d. Guru memantau aktivitas peserta didik dan kemajuan proyek.

e. Menilai hasil proyek untuk mengukur ketercapaian kriteria ketuntasan minimal.

f. Mengevaluasi pengalaman saat merancang dan membuat proyek, dan bersama-sama melakukan releksi.

Pertemuan kelima menggunakan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning)

Langkah-langkah model pembelajaran berbasis discovery learning adalah:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cakupan materi.

b. Guru memberikan permasalahan terkait penerapan perilaku larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.

c. Guru meminta peserta didik merumuskan masalah terkait perilaku dan upaya menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dalam kehidupan sehari-hari.

d. Peserta didik mendiskusikan jawaban atas rumusan masalah.

e. Peserta didik melakukan aktivitas pengumpulan data dan informasi dari referensi buku-buku yang relevan untuk menjawab rumusan masalah.

(7)

f. Peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi dengan mendiskusikan di dalam kelompoknya.

g. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

h. Secara bersama-sama menyimpulkan hasil temuan yang diperoleh.

i. Guru meminta peserta didik untuk membaca rangkuman yang berisi poin-poin penting materi.

Penutup 1. Peserta didik bersama-sama guru menarik kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Peserta didik dapat menanyakan hal yang tidak dipahami pada guru 3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama

mengerjakan tugas dari guru

4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.

5. Peserta didik bersama guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

Metode dan Aktivitas Pembelajaran Alternatif untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran

Apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan menggunakan model- model di atas, maka alternatif yang disarankan adalah:

1. Metode pembelajaran saintifik, yakni membaca, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan;

2. Metode belajar kolaboratif;

3. Teknik berpasangan sesuai bangku tempat duduk;

4. Teknik penugasan individu dan atau kelompok;

5. Teknik penugasan kelompok agar waktu penyelesaikan tugas bisa lebih pendek;

6. Teknik pembuatan produk berbasis media non digital dilakukan apabila ada keterbatasan sarana dan prasarana.

Catatan Khusus Apabila aktivitas pembelajaran dilakukan jarak jauh (dalam jaringan) maka diberikan alternatif sebagai berikut: menggunakan metode demonstrasi dengan aplikasi meeting online seperti microsot teams, zoom meeting, google meet, webex, dan sejenisnya. Atau menggunakan akun media sosial seperti facebook, instagram, telegram, whatsapp dan sejenisnya. Dalam hal ini guru memberikan contoh langsung bacaan Al- Qur`an, kemudian peserta didik menirukan bacaan tersebut berulang kali sampai fasih dan lancar hingga mampu menghafalnya.

15. Refleksi Guru

- Apakah kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik?

- Apa yang sebaiknya saya tambahkan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran selanjutnya?

- Bagaimana melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik?

16. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Dan Asesmennya a. Kompetensi

yang dinilai Kompetensi Sikap: bertaqwa, kerja sama, dan toleransi.

Kompetensi Pengetahuan: menjauhi pergaulan bebas dan perbuatan zina.

Kompetensi Keterampilan: Membaca Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an- Nur/24: 2

b. Bagaimana assesmen dilakukan

- Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan

- Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai

- Penilaian keterampilan dilakukan melalui unjuk kerja saat kegiatan pembelajaran

(8)

c. Kriteria

penilaian 1. Penilaian Sikap

No Nama

Kriteria Sikap

Rerata Nilai Bertaqwa

(Imtaq)

Kerja sama (Gotong Royong)

Toleransi (Kebhinekaan

Global)

Pedoman Penskoran:

4 = sangat baik 3 = baik

2 = cukup 1 = kurang Rumus Penilaian:

N = jumlah skor/skor maksimal x 100 2. PenilaianPengetahuan

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas : X

Soal :

Pilihan Ganda

1. Perhatikan Q.S. an-Nur/24: 2 berikut ini!

ِﱐاﱠﺰﻟاَو ُﺔَﻴِﻧاﱠﺰﻟا وُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ

ﱠﻞُﻛ ا ٍﺪ ِﺣاَو ﺎَﻤُﻬْـﻨِﻣ ...

َو ﻻ ُﺧَْ

ْﺬ ْﻢُﻛ

ِِ

ِﺮِﺧﻵا ِمْﻮَـﻴْﻟاَو ِﱠ ِ َنﻮُﻨِﻣْﺆُـﺗ ْﻢُﺘْـﻨُﻛ ْنِإ ِﱠ ا ِﻦﻳِد ِﰲ ٌﺔَﻓْأَر ﺎَﻤ َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا َﻦِﻣ ٌﺔَﻔِﺋﺎَﻃ ﺎَﻤَُاَﺬَﻋ ْﺪَﻬْﺸَﻴْﻟَو

Lafal yang tepat untuk melengkapi ayat tersebut adalah ….

A.

ٍةَﺪ ْﻠَﺟ َﺔَﺋﺎِﻣ

B.

ﱠﺒ ٍﺔ َﺣ ُﺔَﺌ ِﻣ

C.

َْﲔ ِﺳ ِﻨ َﺋ ٍﺔ ﺎِﻣ

D.

ٍمﺎ َﻋ َﺔَﺋﺎِﻣ

E.

ٍﻒ َا ْﻟ َﺔَﺋﺎِﻣ

2. Perhatikan Q.S. al-Isra’/17:32 berikut ini!

ًﻼ ﻴِﺒَﺳ َءﺎَﺳَو ًﺔَﺸِﺣﺎَﻓ َنﺎَﻛ ُﻪﱠﻧِإ َِّﺰﻟا اﻮُﺑَﺮْﻘَـﺗ ﻻَو

Pada lafal yang bergaris bawah, secara berurutan, hukum bacaannya adalah ….

A. Alif lam qamariyah, mad thabi’i, mad ‘iwad B. Alif lam syamsiyah, mad thabi’i, mad ‘iwad C. Alif lam qamariyah, mad asli, mad ‘aridl lii sukun D. Alif lam syamsiyah, mad jaiz munfasil, mad ‘iwad E. Alif lam qamariyah, mad thabi’i, mad ‘aridl lii sukun

3. Perhatikan tabel potongan ayat dan arti dari Q.S. al-Isra’/17: 32 berikut ini!

NO LAFAL HUR

UF ARTI KATA 1

َِّﺰﻟا اﻮُﺑَﺮْﻘَـﺗ َﻻَو

a dan jalan yang

buruk

(9)

2

َنﺎَﻛ ُﻪﱠﻧِإ

b Sesungguhnya pada perbuatan (zina) itu

3

ًﺔَﺸِﺣﺎَﻓ

c perbuatan yang

keji

4

ًﻼﻴِﺒَﺳ َءﺎَﺳَو

d Dan janganlah

kamu mendekati zina

Secara berurutan, pasangan lafal dan arti yang tepat dari tabel tersebut adalah ….

A. 1 – a, 2 – b, 3 – c, 4 – d B. 1 – b, 2 – c, 3 – d, 4 – a C. 1 – c, 2 – d, 3 – a, 4 – b D. 1 – d, 2 – b, 3 – c, 4 – a E. 1 – e, 2 – a, 3 – b, 4 – c

4. Perhatikan penggalan Q.S. an-Nur/24: 2 berikut ini!

َﻓ ِﱐاﱠﺰﻟاَو ُﺔَﻴِﻧاﱠﺰﻟا َﺔَﺋﺎِﻣ ﺎَﻤُﻬْـﻨِﻣ ٍﺪ ِﺣاَو ﱠﻞُﻛ اوُﺪِﻠْﺟﺎ

ٍةَﺪْﻠَﺟ

Berdasarkan ketentuan ayat tersebut, ancaman hukuman untuk pezina laki-laki dan pezina perempuan jika terbukti bersalah adalah….

A. diasingkan dari negaranya B. dicambuk hingga mati C. dirajam hingga mati D. dicambuk 100 kali E. dirajam 100 kali

5. Kumbang adalah seorang perjaka yang akan menikahi seorang gadis desa yang sudah hamil sebelum menikah. Zani adalah seorang suami yang sering mengkhianati istrinya dengan seorang PSK. Zaniyati adalah seorang janda yang merupakan selingkuhan seorang pria beristri.

Mawar adalah seorang istri yang berselingkuh dengan suami orang lain. Bunga adalah seorang janda yang akan segera melangsungkan pernikahan dengan seorang duda. Dari paparan tersebut, yang merupakan perbuatan zina muhsan dilakukan oleh….

A. Zani B. Bunga C. Mawar D. Zaniyati E. Kumbang

6. Perhatikan pernyataan berikut ini!

(a) memilih tayangan atau konten di media sosial dengan selektif (b) menahan diri untuk tidak mendatangi tempat-tempat maksiat (c) melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat merangsang syahwat (d) mengenakan pakaian yang ketat dan memperlihatkan lekuk tubuh (e) melihat tayangan yang mengandung pornograi dan porno aksi Dari pernyataan tersebut, yang berupakan upaya untuk menghindari pergaulan bebas dan zina ditunjukkan oleh….

A. (a) dan (b) B. (a) dan (e) C. (b) dan (c) D. (c) dan (d) E. (d) dan (e)

7. Perhatikan kutipan Q.S. an-Nur/24: 2 berikut ini!

َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا َﻦِﻣ ٌﺔَﻔِﺋﺎَﻃ ﺎَﻤَُاَﺬَﻋ ْﺪَﻬْﺸَﻴْﻟَو

Maksud dari kutipan ayat tersebut terhadap pelaksanaan hukuman bagi para pelaku zina jika mereka terbukti bersalah adalah….

A. pelaksanakan hukuman tersebut harus dilakukan oleh aparat yang berwenang dengan penuh ketegasan.

B. pelaksanaan hukuman hendaklah disaksikan oleh sebagian orang yang beriman atau penduduk wilayah tersebut

C. pelaksanaan hukuman hendaklah dilakukan setelah terdapat kesaksian dari 4 orang dengan kesaksian yang sama

(10)

D. pelaksanaan hukuman hendaklah dilakukan setelah keluar pengakuan dari pelaku

E. pelaksanaan hukuman untuk pezina yang sudah bersuami, hendaklah dilakukan setelah sumpah (li’an) sang suami

8. Menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah usaha terus menerus yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini yang bukan merupakan ikhtiar untuk menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah ….

A. menutup dan menjaga aurat

B. selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.

C. menjaga pergaulan yang sehat dan beretika D. selektif dalam memilih situs-situs di internet

E. mengikuti ajakan teman karena khawatir dibully dan dikucilkan 9. Dampak buruk dari perbuatan zina, selain dapat menghilangkan

kewibawaan dari pelakunya, juga berpotensi memicu timbulnya tindak kriminal lanjutan. Berikut ini yang bukan merupakan kejahatan lanjutan dari perbuatan zina adalah ….

A. tindakan aborsi dan praktek aborsi ilegal

B. tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak C. tindakan membunuh dan membuang bayi yang dilahirkan D. tindakan penelantaran terhadap anak hasil hubungan gelap E. menutup aib dengan menyembunyikan kehamilan hasil zina 10. Perbuatan zina yang dilakukan di masa remaja dan masa muda tentu

akan berdampak bagi kehidupan di masa depan. Berikut ini yang bukan merupakan dampak buruk perbuatan zina adalah ….

A. dilaknat oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya

B. dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat di sekitarnya C. garis keturunan/nasab menjadi tidak jelas

D. anak hasil perbuatan zina tidak dapat dinasabkan kepada garis keturunan ayah biologisnya

E. anak hasil perbuatan zina, akan tetap mendapat warisan dari ayahnya

Kunci Jawaban:

1. A2. B 3. D4. D 5. E6. A 7. B8. E 9. E10. E

Essay

1. Apakah yang kalian ketahui tentang pergaulan bebas dan perbuatan zina? Jelaskan dan berikan masing-masing satu contohnya!

2. Sebuah larangan biasanya dilatarbelakangi adanya kekhawatiran.

Begitu pun dengan larangan pergaulan bebas dan zina dalam ajaran Islam. Jelaskan mengapa pergaulan bebas dan zina merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.?

3. Mustahil menghindari pergaulan bebas dan zina, jika tidak diikuti dengan langkah-langkah nyata. Jelaskan apa saja yang dapat dilakukan, agar dapat menghindari pergaulan bebas dan zina!

4. Akibat dari pergaulan bebas dan zina, akan ditanggung oleh pelakunya baik saat masih berada di dunia, maupun azab di akhirat. Jelaskan dampak dunia dan dampak akhirat seperti apakah yang akan dialami oleh pelaku zina?

5. Bagaimana pendapat kalian jika melihat tayangan berita tentang

(11)

penemuan mayat bayi di tempat sampah, berita tentang tindak pidana aborsi dan sebagainya. Bisakah hal tersebut dihindari? Apa yang seharusnya kita lakukan, terutama oleh kalangan pemuda dan pelajar? Jelaskan pendapatmu!

Rubrik penilaian Essay

soalNo Kunci Jawaban skor

1 Pergaulan bebas adalah pergaulan yang tidak

berlandaskan pada norma, aturan dan batasan agama.

Zina adalah hubungan selayaknya suami istri yang dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki yang tidak terikat dalam hubungan pernikahan, baik itu dilakukan oleh salah satu atau keduanya yang sudah menikah, atau pun belum menikah sama sekali.

Contoh: Berpacaran, berduaan di tempat-tempat sepi, melakukan kontak isik antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram

1-4

2 Larangan mendekati zina mengandung peringatan agar tidak terjerumus dalam sesuatu yang berpotensi mengantarkan kepada langkah untuk melakukannya.

Sebagaimana sebuah perumpamaan, barang siapa yang berada di sekeliling suatu jurang, ia dikhawatirkan akan terjerembab ke dalamnya. Demikian juga dengan mendekati perbuatan zina, dikhawatirkan akan membawa seseorang benar-benar melakukannya.

1-4

3 Sikap yang harus dilakukan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Menjaga pergaulan yang sehat dan beretika b. Menutup dan menjaga aurat

c. Selektif dalam memilih teman bergaul

d. Menghindari dan meninggalkan tempat-tempat maksiat

e. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif.

f. Mendekatkan diri dan memperbanyak dzikir kepada Allah Swt.

g. Berpuasa sebagai perisai nafsu

1-4

4 Dampak yang ditanggung di dunia a. Menghilangkan kewibawaan b. Menyebabkan kefakiran c. Memperpendek umur

Dampak yang akan ditanggung di akhirat a. Mendapatkan murka Allah Swt.

b. Mendapat hisab yang buruk c. Mendapat siksa yang pedih

1-4

5 Prihatin dan menyayangkan hal-hal seperti itu terjadi di kalangan pelajar atau mahasiswa. Berbuat zina saja sudah merupakan dosa besar dan perbuatan yang buruk, apalagi masih ditambah dengan pembunuhan dan pembuangan bayi yang tidak berdosa.

Tentu saja hal tersebut dapat dihindari jika generasi muda memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, kesadaran tentang pentingnya menjaga diri dan mempersiapkan masa depan agar senantiasa berada di jalan yang diridlai Allah Swt.

Yang harus dilakukan oleh generasi muda adalah:

a. Gemar membaca dan mengkaji al-Qur`an dan hadis

1-4

(12)

b. Selektif dalam memilih tayangan, konten, artikel atau broadcast message di media elektronik maupun media sosial

c. Menghindari dan menjauhi tempat-tempat yang di dalamnya terdapat praktik perbuatan maksiat

Kriteria Skor

1. Jika mampu menjawab namun sangat tidak sesuai dengan jawaban yang benar

2. Jika mampu menjawab namun masih ada lebih dari dua kesalahan dari jawaban yang benar

3. Jika mampu menjawab namun masih ada satu kesalahan dari jawaban yang benar

4. Jika mampu menjawab sesuai dengan jawaban yang benar Nilai = Jumlah Skor x 5

3. Penilaian Keterampilan

Peserta didik dapat membaca dan menghafalkan Q.S. al-Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2 dengan lancar dan sesuai kaidah tajwid.

Rubrik Penilaian

NO Nama Surat Skor

4 3 2 1

1. Q.S. al-Isra’/17: 32 2. Q.S. an-Nur/24: 2 Keteragan :

Skor 4

Lancar dan sesuai kaidah tajwid Skor 3

Kurang lancar tapi sesuai kaidah tajwid

Skor 2

Lancar tapi tidak seuai kaidah tajwid

Skor 1

Tidak lancar dan tidak sesuai kaidah tajwid

Nilai maksimal adalah 4 X 3 = 12 Penghitungan nilai

Skor yang diperoleh X 100%

Skor maksimal

Catatan Guru :

...

4. LembarPenilaian Diskusi Petunjuk

Lembar ini diisi oleh guru pada saat diskusi kelompok. Lembar ini mencatat keefektifan peserta diskusi dalam 4 (empat) kode nilai akhir, yaitu: A (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang). Pada kolom Aspek Penilaian yang terdiri dari sikap, pendapat dan bahasa, tuliskan skor angka 0 - 100 Pada kolom Penilaian, tuliskan Rata-Rata Skor Angka dan konversi Kode Nilainya.

(13)

No Nama

Peserta didik Sikap Aspek PenilaianPendapat Bahasa Rerata

Keterangan:

1. Sikap : kesopanan, kerja sama, semangat, toleransi meluruskan penyimpangan, dan menunjukkan sikap terpuji

2. Pendapat : rasional, teliti, jelas, relevan, sistematis dan keaktifan pendapat

3. Bahasa : jelas, teliti, tepat, menarik dan wajar

Peserta didik memperoleh nilai :

Interval Nilai Kualitatif

81 – 100 A (Sangat Baik)

70 – 80 B (Baik)

50 – 69 C (Cukup)

< 60 K (Kurang)

17. Pertanyaan Refleksi Untuk Peserta Didik

a. Materi yang belum saya pahami dan akan saya pelajari kembali adalah

b. Jika diminta untuk memberikan bintang 1-bintang 5, berapa bintang yang mau diberikan pada usaha yang telah kamu lakukan

18. Daftar Pustaka

https://rumaysho.com/3269-putus-sekolah-karena-zina.html 19. Lembar Kerja Peserta Didik

Lampiran 1

20. Bahan Bacaan Siswa Lampiran 2

21. Bahan Bacaan Guru Lampiran 3

22. Materi/Kegiatan Pengayaan bagi Peserta Didik dengan Capaian Tinggi

Materi/ kegiatan pengayaan diberikan kepada peserta didik dengan pencapaian ketuntasan yang tinggi dan diatas rata-rata kelas agar peserta didik tersebut dapat mengembangkan kompetensinya pada kegiatan pembelajaran ini.

Bentuk pengayaan:

1. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan pembelajaran tutor sebaya

2. Guru memberikan tugas untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Dan menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas.

Materi pengayaan disajikan pada lampiran 4

23. Materi/Kegiatan Remedial untuk Peserta Didik yang Kesulitan Belajar

Kegiatan/ materi remidial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar. Kegiatan ini dirancang untuk membantu mengatasi kesulitan peserta didik dalam

(14)

pencapaian ketuntasan belajar.

Kegiatan remidial diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika peserta didik belum tuntas mencapai 50% atau lebih, maka akan diulangi pembelajaran dengan materi yang sama

2. Jika peserta didik yang tidak tuntas dibawah 50% maka dapat diberikan pengulangan materi pokok yang belum tuntas

3. Jika pengulangan materi sudah selesai maka peserta didik diberikan kesempatan mengerjakan tes

Materi remidial disajikan pada lampiran 5 24. Glosarium

Hikmah : suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut

Tartil : sebuah bentuk aturan dalam pembacaan Al-Qur’an yang berarti membaca Al-Qur’an secara perlahan dengan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar.

Tasmi’ : kegiatan kelulusan Tahidz (Menghafal) Al-Qur’an yang ditandai dengan memperdengarkan bacaan Al-Quran tanpa kesalahan di hadapan para penguji

Temanggung, 2 Januari 2024 Mengetahui

Kepala SMK Negeri Tembarak

Aster Aswiny, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19700615 199512 2 002

Guru Mata Pelajaran

Syaiful Anwar, S.Pd.I.

NIP. 19800623 201502 1 001

(15)

LAMPIRAN I

Lembar Kerja Peserta Didik

Nama : ...

Kelas : ...

Materi : ...

Hari/ Tanggal : ...

No Soal/ Pertanyaan

1 Apakah yang kalian ketahui tentang pergaulan bebas dan perbuatan zina? Jelaskan dan berikan masing-masing satu contohnya!

2 Sebuah larangan biasanya dilatarbelakangi adanya kekhawatiran. Begitu pun dengan larangan pergaulan bebas dan zina dalam ajaran Islam. Jelaskan mengapa pergaulan bebas dan zina merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.?

3 Mustahil menghindari pergaulan bebas dan zina, jika tidak diikuti dengan langkah-langkah nyata.

Jelaskan apa saja yang dapat dilakukan, agar dapat menghindari pergaulan bebas dan zina!

4 Akibat dari pergaulan bebas dan zina, akan ditanggung oleh pelakunya baik saat masih berada di dunia, maupun azab di akhirat. Jelaskan dampak dunia dan dampak akhirat seperti apakah yang akan dialami oleh pelaku zina?

5 Bagaimana pendapat kalian jika melihat tayangan berita tentang penemuan mayat bayi di tempat sampah, berita tentang tindak pidana aborsi dan sebagainya. Bisakah hal tersebut dihindari? Apa yang seharusnya kita lakukan, terutama oleh kalangan pemuda dan pelajar? Jelaskan pendapatmu!

LAMPIRAN I

(16)

LAMPIRAN I

MENJAUHI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN ZINA

PERGAULAN BEBAS

1. Definisi Pergaulan Bebas

Dari segi bahasa, pergaulan adalah proses bergaul, sedangkan bebas adalah lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu dan terbatasi sehingga boleh bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya secara leluasa). Dapat diartikan bahwa pergaulan bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tidak terkontrol dan dibatasi oleh aturan-aturan dan norma yang berlaku di masyarakat.

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, pergaulan bebas identik dengan perilaku yang dapat merusak tatanan nilai dalam masyarakat. Kartono, seorang ilmuwan Sosiologi, menjelaskan bahwa pergaulan bebas merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mengakibatkan perilaku yang menyimpang.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pergaulan bebas adalah interaksi individu atau kelompok yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat sehingga menyebabkan rusaknya citra pribadi ataupun lingkungan di mana peristiwa itu terjadi.

2. Bentuk Pergaulan Bebas

Contoh bentuk pergaulan bebas yang terjadi di sekitar kita, yaitu praktik seks bebas/perbuatan zina. Seks bebas adalah perilaku keji yang dilarang agama Islam. Perbuatan seks bebas akan menjauhkan pelakunya dari jalan yang benar karena perbuatan ini akan berakibat merendahkan harkat dan martabat pelakunya di hadapan Allah Swt. dan di hadapan manusia.

Itulah sebabnya mengapa Allah melarang umat Islam untuk mendekati perbuatan zina, mengingat perbuatan ini dapat mendatangkan mudarat yang besar dalam kehidupan manusia.

Dalam pandangan Islam, Q.S. an-Nur/24: 2 mengandung penjelasan yang bersifat pasti.

Karenanya, zina merupakan perbuatan kriminal (jarimah) yang dikategorikan hukuman hudud, yakni suatu jenis hukuman atas perbuatan maksiat yang menjadi hak Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang berhak memaakan kemaksiatan zina tersebut, baik oleh penguasa atau pihak yang berkaitan dengannya. Berdasarkan Q.S. anNur/24:2, pelaku perzinaan, baik laki- laki maupun perempuan harus dihukum dera (dicambuk) sebanyak 100 kali. Namun, jika pelaku perzinaan itu sudah muḥșan (pernah menikah), sebagaimana ketentuan hadis Rasulullah Saw. maka diterapkan hukuman rajam, apabila kesalahan perbuatan zinanya terbukti sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh agama.

Dalam eksekusinya pun, pihak yang berwenang diperintahkan untuk dapat berlaku tegas, dan dilarang berbelas kasihan yang dapat menjadikan gagal dalam pelaksanaan hukuman terhadap mereka. Hal ini dimaksudkan agar ketegasan pelaksanaan hukuman tersebut menjadi pelajaran dan ibrah bagi orang lain untuk tidak menirunya, karena ancaman hukumannya demikian nyata.

Terhadap ancaman hukuman yang begitu berat yang disebutkan dalam Q.S. an-Nur/24: 2, yaitu ancaman hukuman dera sebanyak 100 (seratus kali) tersebut, maka proses penetapan hukuman dan vonis bersalah atas perbuatan zina pun sangat sulit, bahkan hampir-hampir mustahil terpenuhi, kecuali atas pengakuan yang bersangkutan, dan itu pun dengan syarat- syarat yang cukup ketat sebagaimana yang dibahas sebelumnya.

Dalam konteks ini yang memiliki hak untuk menerapkan hukuman tersebut hanyalah khalifah (kepala negara) atau orang-orang yang ditugasi olehnya. Ketentuan ini berlaku bagi wilayah yang menerapkan syari’at Islam sebagai hukum positif dalam suatu negara.

Sebelum memutuskan hukuman bagi pelaku zina, maka ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yaitu (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau bukti tulisan.

Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi (yang berjumlah empat orang) dan pengakuan pelaku.

Ancaman dan penjatuhan hukuman syari’at Islam tersebut bukan hanya terhadap pelaku zina saja. Menuduh orang lain telah melakukan zina pun,mendapatkan ancaman yang sama besarnya apabila tuduhan tersebut tidak terbukti. Dalam kitab-kitab ikih, menuduh orang lain LAMPIRAN II

(17)

berbuat zina disebut qadf, yang deinisinya sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Muhammad bin Qasim dalam Kitab Fathul Qarib, yaitu:

Artinya: “Pasal tentang penjelasan hukum qadf. Secara bahasa qadf berarti menuduh. Secara syari’at bermakna menuduh berzina dengan tujuan untuk mempermalukan, agar keluar (terucap) pengakuan telah berzina”.

Dengan demikian, ketika seeorang telah menuduh orang lain berzina, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban atas tuduhan tersebut dengan wajib menghadirkan 4 (empat) orang saksi (satu di antaranya adalah dirinya sendiri) yang semuanya memberikan kesaksian bahwa tertuduh telah berzina dan melihat secara langsung tanpa terhalang oleh apa pun. Kesaksian keempat orang ini pun harus sama.

Apabila penuduh tidak mampu menghadirkan saksi dengan ketentuan seperti tersebut di atas, maka keadaan justru terbalik, si penuduh akan diancam dengan hukuman had qadf, yakni dicambuk sebanyak 80 kali. Namun hukuman ini tidak berlaku apabila si penuduh adalah suami dari pihak tertuduh yang telah bersumpah li’an (sumpah suami bahwa istrinya telah berzina dengan laki-laki lain).

PERBUATAN ZINA

1. Pengertian Perbuatan Zina

Zina secara bahasa berasal dari kata zana – yazni, yaitu hubungan badan antara laki-laki dan perempuan yang sudah balig, tanpa adanya ikatan pernikaham yang sah sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Zina secara hariah berarti fahisah yaitu perbuatan keji, dan zina secara istilah adalah hubungan selayaknya suami istri yang dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki yang tidak terikat dalam hubungan pernikahan, baik itu dilakukan oleh salah satu atau keduanya yang sudah menikah, atau pun belum menikah sama sekali.

Menurut pasal 284 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) zina adalah hubungan badan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang bukan istri atau suaminya.

2. Hukum Perbuatan Zina

Para ulama telah bersepakat, bahwa hukum perbuatan zina adalah haram. Dalam Q.S. al- Isra’/17:32, terkandung larangan untuk tidak mendekati perbuatan zina. Kata “jangan mendekati” seperti ayat tersebut, merupakan larangan mendekati sesuatu yang dapat merangsang jiwa dan nafsu untuk melakukannya.

Dengan demikian, larangan mendekati zina mengandung peringatan agar tidak terjerumus dalam sesuatu yang berpotensi mengantarkan kepada langkah untuk melakukannya.

Sebagaimana sebuah perumpamaan, barangsiapa yang berada di sekeliling suatu jurang, ia dikhawatirkan akan terjerembab ke dalamnya.

Demikian juga dengan mendekati perbuatan zina, dikhawatirkan akan membawa seseorang benar-benar melakukannya.

Adapun terhadap perilaku selain perbuatan zina yang tidak memiliki rangsangan yang kuat untuk melakukannya, maka biasanya larangan tersebut langsung tertuju kepada perilaku itu, bukanlah larangan mendekatinya.

3. Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina

Hukuman bagi pelaku perbuatan zina, terbagi menjadi dua macam, tergantung pada status atau keadaan pelakunya. Apakah pelaku perbuatan zina

itu sudah berkeluarga (zina muhsan) atau belum berkeluarga (ghairu muhsan) maka akan membedakan jenis hukuman yang diberlakukan kepadanya, yaitu:

a. Hukuman untuk perbuatan zina muhsan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa zina muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah menikah.

Hukuman untuk pelaku zina muhsan adalah:

1) Hukuman dera atau dicambuk sebanyak 100 kali

2) Hukuman rajam yaitu hukuman mati dengan cara dilempari batu atau sejenisnya.

b. Hukuman untuk perbuatan zina ghairu muhsan

Zina ghairu muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang belum menikah.

(18)

Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah:

1) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka maka hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan dari wilayah tempat tinggalnya.

2) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka hukumannya adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal dunia

c. Hukuman Perbuatan Zina dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Dalam pasal 284 KUHP, pelaku perbuatan zina dapat diancam dengan hukuman 9 (sembilan) bulan penjara.

KUHP menganggap bahwa hubungan badan antara laki-laki dan perempuan di luar perkawinan adalah zina. Namun tidak semua perbuatan zina dapat dihukum. Perbuatan zina yang dapat dihukum adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Tuntutan terhadap pelaku sendiri hanya dapat dilakukan oleh salah satu pasangan dari pelaku perbuatan zina tersebut, atau yang merasa tercemar akibat perbuatan tersebut.

Sedangkan dalam ketentuan Islam, hukuman bagi para pelaku zina baru dapat diterapkan apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan zina dengan beberapa kriteria berikut ini:

1) Perzinaan dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah dan disengaja

2) Pelakunya adalah mukalaf. Bila seorang anak kecil atau orang yang tidak berakal (gila) melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, maka tidak dapat dituntut dalam pelanggaran perbuatan zina secara syar’i.

3) Dilakukan secara sadar tanpa paksaan, artinya kedua belah pihak saling menghendaki, bukan karena paksaan, karena jika salah satu pihak merasa terpaksa, maka dia bukanlah pelaku melainkan korban. Dalam hal ini pelaku tetap dikenakan hukuman had, sedangkan korban tidak dikenakan hukuman.

4) Terdapat bukti-bukti telah terjadi perzinaan. Setidaknya ada tiga alat untuk pembuktian perbuatan zina, yaitu:

a) Saksi; para ulama bersepakat bahwa zina tidak dapat dibuktikan kecuali adanya 4 (empat) orang saksi. Menurut ijtima’ ulama, saksi dalam tindak pidana zina haruslah berjumlah 4 (empat) orang laki-laki, beragama Islam, balig, berakal sehat, hifzun (mampu mengingat), dapat berbicara, bisa melihat dan adil. Apabila ada satu saksi perempuan, maka perempuan tersebut harus dua orang sehingga dapat dikatakan saksi. Dengan kata lain, satu orang saksi laki-laki dapat digantikan dengan dua orang saksi perempuan.

b) Pengakuan; menurut Imam Malik dan Imam Syai’i satu kali pengakuan saja sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman. Sedangkan Imam Abu Hanifah beserta pengikutnya berpendapat bahwa hukuman zina baru bisa diterapkan setelah adanya 4 (empat) kali pengakuan yang dikemukakan satu persatu di tempat yang berbeda-beda.

c) Adanya qarinah; (indikasi) kehamilan. Seorang perempuan wajib dijatuhi hukuman had jika perempuan yang hamil tersebut tidak memiliki suami.

(19)

MENJAUHI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN ZINA

A. Menelaah Isi Kandungan Q.S. al-Isra’/17:32

Di satu sisi, seks dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang suci. Namun di sisi lain, karena adanya perbuatan zina, maka menjadikan seks itu sesuatu yang kotor dan menjijikkan serta akan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan kehidupan manusia jika terjadi penyimpangan dalam penyalurannya.

Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Isra’/17: 32, bahwa mendekati perbuatan zina saja sudah terlarang, apalagi jika sampai melakukannya, maka tentu saja pelakunya telah melakukan perbuatan yang keji dan menempuh jalan yang sangat buruk. Mengapa? Karena hal ini dapat menimbulkan berbagai akibat antara lain tercerabutnya akar kekeluargaan atau nasab, menyebarnya penyakit menular, merajalelanya nafsu dan kemaksiatan serta terjadinya degragasi moral di tengah masyarakat. Hal ini menegaskan, pada kalimat “dan janganlah kamu mendekati zina” (dengan melakukan hal-hal yang keji) meskipun hanya dalam bentuk hayalan sekali pun. Karena sesungguhnya perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan melampaui batas dalam ukuran apa pun, serta merupakan jalan yang sangat buruk untuk menyalurkan kebutuhan biologis manusia.

Berikut ini merupakan contoh perilaku mendekati perbuatan zina yang terjadi di sekitar kehidupan kita, yaitu:

1. Menjalani pergaulan bebas, yaitu pergaulan yang tidak berlandaskan pada norma, aturan dan batasan agama. Berpacaran, berduaan di tempat-tempat sepi, melakukan kontak isik antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, berpelukan, berciuman dan hal-hal lain yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan zina.

2. Mendatangi tempat-tempat yang dapat mengundang nafsu syahwat;

3. Berhayal dan berimajinasi tentang aurat lawan jenis;

4. Melihat konten, tayangan video, ilm, TV atau media yang dapat merangsang nafsu syahwat, melakukan panggilan video yang mengandung imajinasi seksual (VCS);

5. Membaca artikel, buku, bacaan atau sumber-sumber yang lain yang dapat membangkitkan nafsu birahi;

6. Mengenakan pakaian yang tidak menutupi aurat, terbuat dari bahan yang tipis dan transparan serta memperlihatkan lekuk tubuh seorang perempuan yang dapat menggoda lawan jenis.

Begitu kejinya perbuatan zina, Sayyid Qutub pun menjelaskan bahwa di dalamnya terdapat beberapa keburukan yaitu:

1. Penempatan asal muasal kehidupan (sel sperma dan sel telur), bukan pada tempat yang 2. Berpotensi untuk terjadinya tindak kejahatan berikutnya yaitu menggugurkan atausah;

membunuh janin apabila terjadi kehamilan;

3. Berpotensi terjadinya penelantaran jika bayi hasil perzinaan tersebut dibiarkan lahir dan hidup;

4. Tidak jelasnya nasab seseorang, sehingga menjadi hilang kepercayaan menyangkut kehormatan dari anak yang dilahirkan;

5. Keluarga dari pelaku perbuatan perzinaan menjadi rapuh, sedangkan keluarga merupakan wadah yang terbaik untuk mendidik dan menyiapkan generasi muda yang memikul tanggungjawab pada kehidupan selanjutnya.

Menurut Imam Sayuti dalam Kitab Al-Jami’ Al-Kabir, perbuatan zina dapat mengakibatkan 6 dampak negatif bagi pelakunya. 3 dampak negatif di dunia dan 3 dampak negatif akan ditimpakan di akhirat, yaitu:

1. Dampak yang ditanggung di dunia a) Menghilangkan kewibawaan LAMPIRAN III

(20)

Pelaku zina akan kehilangan kehormatan, martabat dan harga dirinya di tengah masyarakat. Bahkan bisa juga dianggap menjijikkan dan menjadi sampah bagi masyarakat.

b) Menyebabkan kefakiran

Tidak jarang, perilaku zina dapat membawa pelakunya menjadi miskin, karena ia akan selalu mengejar kepuasan nafsunya, dan tidak keberatan untuk mengeluarkan sejumlah biaya untuk memenuhi hasratnya.

c) Memperpendek umur

Perilaku zina, juga akan menyebabkan umur seseorang berkurang, karena perbuatan tersebut bisa menyebabkan dirinya terserang berbagai penyakit menular seksual yang berbahaya seperti halnya HIV/AIDS, kanker, penyakit kelamin dan sebagainya yang bisa mengantarkannya kepada resiko kematian.

2. Dampak yang akan ditanggung di akhirat a) Mendapatkan murka Allah Swt.

Perbuatan zina merupakan suatu dosa besar, sehingga para pelakunya akan mendapatkan murka dari Allah Swt. kelak di akhirat.

b) Mendapat hisab yang buruk

Pada saat yaumul hisab, para pelaku zina akan menyesali perbuatannya manakala kepada mereka akan diperlihatkan betapa besarnya dosa zina yang pernah mereka lakukan.

c) Mendapat siksa yang pedih

Pelaku zina akan mendapatkan siksa yang berat dan pedih kelak di akhirat.

Adapun akibat dari perbuatan zina antara lain adalah:

1. Dilaknat oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya;

2. Dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat di sekitarnya;

3. Garis keturunan/nasab menjadi tidak jelas;

4. Anak hasil perbuatan zina tidak dapat dinasabkan kepada garis keturunan ayah biologisnya;

5. Anak hasil perbuatan zina, tidak dapat menuntut warisan dari ayahnya;

6. Apabila anak hasil perbuatan zina berjenis kelamin perempuan, maka akan mendatangkan persoalan perwalian pada saat pernikahannya.

B. Menelaah Isi Kandungan Q.S. an-Nur/24:2

Isi dan kandungan Q.S. an-Nur/24: 2 sebagaimana pembahasan tersebut dengan demikian adalah:

1. Perintah Allah Swt. untuk menghukum dera/cambuk sebanyak 100 (seratus) kali masing- masing untuk pelaku zina perempuan dan pelaku zina laki-laki, untuk memberikan shock teraphy dan peringatan bagi orang lain untuk tidak meniru dan mengikutinya.

2. Pada pelaksanaan hukuman tersebut, pihak yang berwenang diharapkan bisa bertindak tegas dan dilarang berbelas kasihan kepada kedua pelaku zina tersebut dalam pelaksanaan hukuman terhadapnya.

3. Pelaksanaan hukuman atau eksekusi hukum dera tersebut, hendaknya disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman/masyarakat di wilayah di mana keduanya tinggal.

4. Penyebutan kata az-zaniyah/perempuaan pezina lebih didahulukan daripada kata az- zani/laki-laki pezina. Karena akibat dari perzinahan tersebut dapat nampak dengan jelas terlihat pada perempuan akibat kehamilan (jika sampai terjadi kehamilan) atau dampak negatif yang diakibatkan perzinaan lebih banyak ditanggung oleh perempuan daripada laki-laki.

5. Dalam aturan dan norma agama, perempuan apalagi seorang gadis, tidak dibenarkan untuk pergi ke tempat-tempat yang sepi kecuali dengan mahramnya. Berbeda dengan laki- laki yang dapat pergi kemana saja sendirian. Karena apabila terjadi sesuatu, maka sesungguhnya pihak perempuanlah yang paling dirugikan.

(21)

PUTUS SEKOLAH KARENA ZINA

Kami dengar sendiri di salah satu sekolah kejuruan di daerah kami telah semakin maraknya remaja yang putus sekolah karena hamil di luar nikah. Bahkan ada yang sebenarnya sisa menjalankan satu semester lagi bahkan beberapa bulan lagi, namun karena sudah terkumpul malu dengan perut si wanita yang membesar karena ‘sex before marriage’ akhirnya harapan masa depannya jadi sirna dengan ‘putus sekolah’. Semua bermula dari pacaran dan kedekatan hubungan dengan lawan jenis. Ditambah lagi kurangnya pengawasan terhadap anak oleh orang tua.

Berikut beberapa antisipasi fenomena zina di atas:

1. Kokohkan akidah dan beri porsi pendidikan agama

Karena dengan semakin kokohnya akidah, para anak akan semakin sadar untuk taat pada Allah dan menjauhi maksiat. Karena bentuk iman bukan hanya perkataan di lisan dan keyakinan di hati, namun juga disertai amalan. Konsekuensi jika memiliki iman seperti ini adalah remaja akan semakin sadar untuk taat pada Allah dan menjauhi larangan-Nya. Iman tanpa amal tidaklah disebut beriman.

Begitu pula secara umum, remaja mesti diberi porsi lebih untuk mengenal agamanya. Karena jika hanya diberi suntikan ‘science’ dan ilmu semisalnya, tidak bisa membuat mereka menjadi baik. Karena kebaikan hanyalah diraih oleh seseorang yang memahami ilmu diin atau ilmu agama sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِﻦﻳِّﺪﻟا ِﰱ ُﻪْﻬِّﻘَﻔُـﻳ اًْﲑَﺧ ِﻪِﺑ ُﱠ ا ِدِﺮُﻳ ْﻦَﻣ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, maka Allah membuatnya faqih (paham) agama.” (Muttafaqun ‘alaih). Ibnu ‘Umar berkata, “Faqih adalah orang yang zuhud di dunia selalu mengharap akhirat.” (Syarh Ibnu Batthol).

Keutamaan lain bagi remaja yang kenal agama adalah malaikat semakin ridho dengan meletakkan sayapnya bagi orang yang mempelajari ilmu agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َجَﺮَﺧ ٍجِرﺎَﺧ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ ِﻪِﺘْﻴَـﺑ ْﻦِﻣ

ْﻟا ِﺐَﻠَﻃ ِﰱ ُﻊَﻨْﺼَﻳ ﺎَِﲟ ﺎًﺿِر ﺎَﻬَـﺘَﺤِﻨْﺟَأ ُﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟا ُﻪَﻟ ْﺖَﻌَﺿَو ﱠﻻِإ ِﻢْﻠِﻌ

“Tidaklah seseorang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu melainkan malaikat akan meletakkan sayapnya padanya yang menunjukkan ridho terhadap amalan yang ia lakukan.” (HR. Ibnu Majah no.

226, sanad haditsnya hasan sebagaimana kata Al Hafizh Abu Thohir) 2. Menjauhkan kedekatan dengan lawan jenis

Keadaan sekolah yang baik adalah jika bisa memisah antara proses belajar mengajar antara putera dan puteri. Karena penyatuan atau campur baur antara mereka, itulah yang membuat berbagai fenomena kerusakan di kalangan remaja atau siswa. Oleh karenanya, sudah jauh-jauh hari Nabi kita –shallallahu

‘alaihi wa sallam– mewanti-wanti kedekatan seperti itu. Sebagaimana kita dapat ambil pelajaran dari hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َﻮُﻠَْﳜ َﻻ ٍمَﺮَْﳏ ىِذ َﻊَﻣ ﱠﻻِإ ٍةَأَﺮْﻣِ ٌﻞُﺟَر ﱠن

“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani mahromnya.” (HR. Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341)

Dari sini kita dapat ambil pelajaran bahwa pergaulan terbaik perempuan adalah dengan sesama perempuan, begitu pula dengan pergaulan laki-laki yaitu dengan sesamanya. Kedekatan yang mesti dijauhi pula adalah lewat tatap muka, saling sms-an, saling bercakap via telepon atau lewat sosial media.

LAMPIRAN IV

(22)

3. Menjauhkan anak dari pacaran

Remaja pun sudah seharusnya sudah diberikan pengertian jauh-jauh hari bahwa pacaran termasuk keharaman. Dikatakan haram karena pacaran hanya mendekatkan pada zina. Zina termasuk dosa besar yang dilarang untuk didekati. Jika didekati saja tidak dibolehkan, apalagi sampai terjerumus dalam zina.

Allah Ta’ala berfirman,

ﻮُﺑَﺮْﻘَـﺗ َﻻَو َو ًﺔَﺸِﺣﺎَﻓ َنﺎَﻛ ُﻪﱠﻧِإ َِّﺰﻟا ا

ًﻼﻴِﺒَﺳ َءﺎَﺳ

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32). Ayat ini dimaksudkan bahwa segala sebab menuju zina, maka terlarang -sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya-, yaitu mulai dari bertatap muka, salaman, sms-an, bercakap via telepon sampai kencan di kegelapan walau tidak sampai melakukan zina.

4. Memilih lingkungan pertemanan yang baik bagi anak

Memilih teman bergaul yang baik menjadi sebab remaja dapat terbentengi dari zina. Karena kita dapat melihat baiknya seseorang dari teman dekatnya sebagaimana kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ْﻦَﻣ ْﻢُﻛُﺪَﺣَأ ْﺮُﻈْﻨَـﻴْﻠَـﻓ ِﻪِﻠﻴِﻠَﺧ ِﻦﻳِد ﻰَﻠَﻋ ُءْﺮَﻤْﻟا ُﻞِﻟﺎَُﳜ

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2: 344, dari Abu Hurairah. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir).

Lihat pula hadits Abu Sa’id, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda,

َﺗ ﱠﻻِإ َﻚَﻣﺎَﻌَﻃ ْﻞُﻛَْ َﻻَو ﺎًﻨِﻣْﺆُﻣ ﱠﻻِإ ْﺐِﺣﺎَﺼُﺗ َﻻ ﱞﻰِﻘ

“Janganlah engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan janganlah yang makan makananmu melainkan orang yang bertakwa” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395. Sanad hadits ini shahih kata Al Hafizh Abu Thohir). Karena jika seseorang berteman dengan orang beriman, maka ia akan ikut rajin beribadah dan semangat dalam beramal sholih.

Lihat saja banyak remaja yang jadi rusak terjerumus dalam zina, narkoba, jadi pemabuk dan perokok berat gara-gara teman bergaulnya. Kebanyakan mereka memilih pacaran, karena malu dengan temannya yang sudah punya pacar. Sama halnya dengan para pecandu rokok, narkoba dan miras semuanya karena ikut-ikutan teman.

5. Perhatian orang tua amat dibutuhkan

Sebagian orang tua tersibukkan dengan pekerjaan kantor. Ditambah lagi tidak ada yang memberikan perhatian di rumah karena ibunya pun keluar rumah untuk bekerja. Jadinya anak kurang perhatian.

Hanya di akhir pekan saja, orang tua memberi perhatian pada anak. Ditambah lagi perhatian orang tua hanyalah dalam masalah dunia anak saja, semacam bagaimana anak bisa pandai komputer dan bercakap bahasa Inggris. Sedikit yang mau memperhatikan agama anak, apakah mereka rajin menjaga shalat dan punya akidah yang benar. Padahal kita selaku kepala keluarga diperintahkan dalam ayat,

َﻬﱡـﻳَأ َ ُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣَآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎ اًرَ ْﻢُﻜﻴِﻠْﻫَأَو ْﻢ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim: 6).

Sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ajarilah adab dan agama kepada mereka”. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga berkata, “Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hindarilah maksiat.

Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka”. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 59)

(23)

MENJAUHI PERGAULAN BEBAS DAN PERBUATAN ZINA

PERGAULAN BEBAS 1. Deinisi Pergaulan Bebas

Dari segi bahasa, pergaulan adalah proses bergaul, sedangkan bebas adalah lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu dan terbatasi sehingga boleh bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya secara leluasa). Dapat diartikan bahwa pergaulan bebas adalah tindakan atau sikap yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tidak terkontrol dan dibatasi oleh aturan-aturan dan norma yang berlaku di masyarakat.

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, pergaulan bebas identik dengan perilaku yang dapat merusak tatanan nilai dalam masyarakat. Kartono, seorang ilmuwan Sosiologi, menjelaskan bahwa pergaulan bebas merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mengakibatkan perilaku yang menyimpang.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pergaulan bebas adalah interaksi individu atau kelompok yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat sehingga menyebabkan rusaknya citra pribadi ataupun lingkungan di mana peristiwa itu terjadi.

2. Bentuk Pergaulan Bebas

Contoh bentuk pergaulan bebas yang terjadi di sekitar kita, yaitu praktik seks bebas/perbuatan zina. Seks bebas adalah perilaku keji yang dilarang agama Islam. Perbuatan seks bebas akan menjauhkan pelakunya dari jalan yang benar karena perbuatan ini akan berakibat merendahkan harkat dan martabat pelakunya di hadapan Allah Swt. dan di hadapan manusia.

Itulah sebabnya mengapa Allah melarang umat Islam untuk mendekati perbuatan zina, mengingat perbuatan ini dapat mendatangkan mudarat yang besar dalam kehidupan manusia.

Dalam pandangan Islam, Q.S. an-Nur/24: 2 mengandung penjelasan yang bersifat pasti.

Karenanya, zina merupakan perbuatan kriminal (jarimah) yang dikategorikan hukuman hudud, yakni suatu jenis hukuman atas perbuatan maksiat yang menjadi hak Allah Swt. Tidak ada seorang pun yang berhak memaakan kemaksiatan zina tersebut, baik oleh penguasa atau pihak yang berkaitan dengannya. Berdasarkan Q.S. anNur/24:2, pelaku perzinaan, baik laki- laki maupun perempuan harus dihukum dera (dicambuk) sebanyak 100 kali. Namun, jika pelaku perzinaan itu sudah muḥșan (pernah menikah), sebagaimana ketentuan hadis Rasulullah Saw. maka diterapkan hukuman rajam, apabila kesalahan perbuatan zinanya terbukti sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh agama.

Dalam eksekusinya pun, pihak yang berwenang diperintahkan untuk dapat berlaku tegas, dan dilarang berbelas kasihan yang dapat menjadikan gagal dalam pelaksanaan hukuman terhadap mereka. Hal ini dimaksudkan agar ketegasan pelaksanaan hukuman tersebut menjadi pelajaran dan ibrah bagi orang lain untuk tidak menirunya, karena ancaman hukumannya demikian nyata.

Terhadap ancaman hukuman yang begitu berat yang disebutkan dalam Q.S. an-Nur/24: 2, yaitu ancaman hukuman dera sebanyak 100 (seratus kali) tersebut, maka proses penetapan hukuman dan vonis bersalah atas perbuatan zina pun sangat sulit, bahkan hampir-hampir mustahil terpenuhi, kecuali atas pengakuan yang bersangkutan, dan itu pun dengan syarat- syarat yang cukup ketat sebagaimana yang dibahas sebelumnya.

Dalam konteks ini yang memiliki hak untuk menerapkan hukuman tersebut hanyalah khalifah (kepala negara) atau orang-orang yang ditugasi olehnya. Ketentuan ini berlaku bagi wilayah yang menerapkan syari’at Islam sebagai hukum positif dalam suatu negara.

Sebelum memutuskan hukuman bagi pelaku zina, maka ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yaitu (1) saksi, (2) sumpah, (3) pengakuan, dan (4) dokumen atau bukti tulisan.

Dalam kasus perzinaan, pembuktian perzinaan ada dua, yakni saksi (yang berjumlah empat orang) dan pengakuan pelaku.

Ancaman dan penjatuhan hukuman syari’at Islam tersebut bukan hanya terhadap pelaku zina saja. Menuduh orang lain telah melakukan zina pun,mendapatkan ancaman yang sama

LAMPIRAN V

(24)

besarnya apabila tuduhan tersebut tidak terbukti. Dalam kitab-kitab ikih, menuduh orang lain berbuat zina disebut qadf, yang deinisinya sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Muhammad bin Qasim dalam Kitab Fathul Qarib, yaitu:

Artinya: “Pasal tentang penjelasan hukum qadf. Secara bahasa qadf berarti menuduh. Secara syari’at bermakna menuduh berzina dengan tujuan untuk mempermalukan, agar keluar (terucap) pengakuan telah berzina”.

Dengan demikian, ketika seeorang telah menuduh orang lain berzina, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban atas tuduhan tersebut dengan wajib menghadirkan 4 (empat) orang saksi (satu di antaranya adalah dirinya sendiri) yang semuanya memberikan kesaksian bahwa tertuduh telah berzina dan melihat secara langsung tanpa terhalang oleh apa pun. Kesaksian keempat orang ini pun harus sama.

Apabila penuduh tidak mampu menghadirkan saksi dengan ketentuan seperti tersebut di atas, maka keadaan justru terbalik, si penuduh akan diancam dengan hukuman had qadf, yakni dicambuk sebanyak 80 kali. Namun hukuman ini tidak berlaku apabila si penuduh adalah suami dari pihak tertuduh yang telah bersumpah li’an (sumpah suami bahwa istrinya telah berzina dengan laki-laki lain).

PERBUATAN ZINA

1. Pengertian Perbuatan Zina

Zina secara bahasa berasal dari kata zana – yazni, yaitu hubungan badan antara laki-laki dan perempuan yang sudah balig, tanpa adanya ikatan pernikaham yang sah sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Zina secara hariah berarti fahisah yaitu perbuatan keji, dan zina secara istilah adalah hubungan selayaknya suami istri yang dilakukan oleh seorang perempuan dan laki-laki yang tidak terikat dalam hubungan pernikahan, baik itu dilakukan oleh salah satu atau keduanya yang sudah menikah, atau pun belum menikah sama sekali.

Menurut pasal 284 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) zina adalah hubungan badan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang bukan istri atau suaminya.

2. Hukum Perbuatan Zina

Para ulama telah bersepakat, bahwa hukum perbuatan zina adalah haram. Dalam Q.S. al- Isra’/17:32, terkandung larangan untuk tidak mendekati perbuatan zina. Kata “jangan mendekati” seperti ayat tersebut, merupakan larangan mendekati sesuatu yang dapat merangsang jiwa dan nafsu untuk melakukannya.

Dengan demikian, larangan mendekati zina mengandung peringatan agar tidak terjerumus dalam sesuatu yang berpotensi mengantarkan kepada langkah untuk melakukannya.

Sebagaimana sebuah perumpamaan, barangsiapa yang berada di sekeliling suatu jurang, ia dikhawatirkan akan terjerembab ke dalamnya.

Demikian juga dengan mendekati perbuatan zina, dikhawatirkan akan membawa seseorang benar-benar melakukannya.

Adapun terhadap perilaku selain perbuatan zina yang tidak memiliki rangsangan yang kuat untuk melakukannya, maka biasanya larangan tersebut langsung tertuju kepada perilaku itu, bukanlah larangan mendekatinya.

3. Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina

Hukuman bagi pelaku perbuatan zina, terbagi menjadi dua macam, tergantung pada status atau keadaan pelakunya. Apakah pelaku perbuatan zina

itu sudah berkeluarga (zina muhsan) atau belum berkeluarga (ghairu muhsan) maka akan membedakan jenis hukuman yang diberlakukan kepadanya, yaitu:

a. Hukuman untuk perbuatan zina muhsan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa zina muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah menikah.

Hukuman untuk pelaku zina muhsan adalah:

1) Hukuman dera atau dicambuk sebanyak 100 kali

2) Hukuman rajam yaitu hukuman mati dengan cara dilempari batu atau sejenisnya.

b. Hukuman untuk perbuatan zina ghairu muhsan

(25)

Zina ghairu muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang belum menikah.

Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah:

1) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka maka hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan dari wilayah tempat tinggalnya.

2) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka hukumannya adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal dunia

c. Hukuman Perbuatan Zina dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Dalam pasal 284 KUHP, pelaku perbuatan zina dapat diancam dengan hukuman 9 (sembilan) bulan penjara.

KUHP menganggap bahwa hubungan badan antara laki-laki dan perempuan di luar perkawinan adalah zina. Namun tidak semua perbuatan zina dapat dihukum. Perbuatan zina yang dapat dihukum adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Tuntutan terhadap pelaku sendiri hanya dapat dilakukan oleh salah satu pasangan dari pelaku perbuatan zina tersebut, atau yang merasa tercemar akibat perbuatan tersebut.

Sedangkan dalam ketentuan Islam, hukuman bagi para pelaku zina baru dapat diterapkan apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan zina dengan beberapa kriteria berikut ini:

1) Perzinaan dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah dan disengaja

2) Pelakunya adalah mukalaf. Bila seorang anak kecil atau orang yang tidak berakal (gila) melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, maka tidak dapat dituntut dalam pelanggaran perbuatan zina secara syar’i.

3) Dilakukan secara sadar tanpa paksaan, artinya kedua belah pihak saling menghendaki, bukan karena paksaan, karena jika salah satu pihak merasa terpaksa, maka dia bukanlah pelaku melainkan korban. Dalam hal ini pelaku tetap dikenakan hukuman had, sedangkan korban tidak dikenakan hukuman.

4) Terdapat bukti-bukti telah terjadi perzinaan. Setidaknya ada tiga alat untuk pembuktian perbuatan zina, yaitu:

a) Saksi; para ulama bersepakat bahwa zina tidak dapat dibuktikan kecuali adanya 4 (empat) orang saksi. Menurut ijtima’ ulama, saksi dalam tindak pidana zina haruslah berjumlah 4 (empat) orang laki-laki, beragama Islam, balig, berakal sehat, hifzun (mampu mengingat), dapat berbicara, bisa melihat dan adil. Apabila ada satu saksi perempuan, maka perempuan tersebut harus dua orang sehingga dapat dikatakan saksi. Dengan kata lain, satu orang saksi laki-laki dapat digantikan dengan dua orang saksi perempuan.

b) Pengakuan; menurut Imam Malik dan Imam Syai’i satu kali pengakuan saja sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman. Sedangkan Imam Abu Hanifah beserta pengikutnya berpendapat bahwa hukuman zina baru bisa diterapkan setelah adanya 4 (empat) kali pengakuan yang dikemukakan satu persatu di tempat yang berbeda-beda.

c) Adanya qarinah; (indikasi) kehamilan. Seorang perempuan wajib dijatuhi hukuman had jika perempuan yang hamil tersebut tidak memiliki suami.

Referensi

Dokumen terkait

Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang maknanya tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Istilah zuhud merupakan salah satu istilah ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf

Proses pelaksanaannya adalah dengan menyodorkan sirih kepada hadirin pihak Sineren (mempelai wanita). Selanjutnya acara makan bersama karena mereka telah sah menjadi suami istri

Sesungguhnya, seperti yang pernah disabdakan oleh Buddha untuk tidak memandang remeh perbuatan baik, tidak perbuatan baik yang remeh atau kecil, bila dilakukan sebagai kebiasaan,

Jadi dapat dipahami, bahwa perkawinan adalah suatu ikatan atau perjanjian antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk menjadi suami dan istri, membentuk

Syaratnya adalah: 1) Bukan mahram si laki-laki. 2) Terbebas dari halangan nikah, misalnya, masih dalam masa iddah atau berstatus sebagai istri orang. Wali, yaitu bapak

Neurosains mengkaji secara ilmiah berdasarkan struktur saraf pada otak laki-laki dan perempuan kemudian dikaitkan dengan sifat yang akan menghasilkan gaya

P.005/DJ.III/HK.00.7/10/2021 Tentang Pernikahan Suami Dalam Masa Iddah Istri tertuang dalam ketentuan khusus nomor 1 dan 3 yang menyebutkan bahwa setiap laki-laki atau perempuan yang

Modul Ajar PAI Budi Pekerti Kelas 10 SMA/SMK Fase E Kurikulum