MODUL
AUDITING
DISUSUN OLEH :
NURMALASARI,SE,MM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKADAN KOMPUTER
BSI PONTIANAK 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul yang berjudul Auditing
Modul ini berisikan tentang informasi tentang auditing untuk pembaca khususnya mahasiswa AMIK BSI Pontianak dalam pengembangan dan penambahan ilmu pengetahuan.
Kami menyadari banyak kekurangan terdapat di dalamnya, namun semoga makalah ini bisa menjadi sumbangsih yang bernilai bagi ilmu khususnya yang terus berkembang.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan modul ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan modul ini.
Akhir kata penulis berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengembangan wawasan untuk pribadi, mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Pontianak, Maret 2019
Nurmalasari, SE, MM
iii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
ii iii
BAB I
BAB II
BAB III
AUDITING 1. Latar Belakang 2. Tujuan
PENGERTIAN AUDITING, PROFESI AKUNTAN PUBLIK, TIPE AUDITOR, TUJUAN AUDITING, TAHAPAN SERTA JENIS AUDIT
1. Pengertian Auditing 2. Profesi Akuntan publik 3. Tipe Auditor
4. Tujuan Audit
5. Jenis Audit Berdasarkan tujuan audit 6. Tahapan audit
SPAP, ETIKA PROFESI, KODE ETIK AKUNTAN, STANDAR AUDITING DAN KEWAJIBAN AUDITING
1. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) 2. Etika profesi
3. Kode etik auntan 4. Standar auditing 5. Kewajiban hukum
1 1
3 4 6 6 7 8
10 11 12 13 14
iv BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
LAPORAN AUDIT, JENIS BUKTI PENDUKUNG, PROSEDUR AUDIT DAN KERJA PEMERIKSAAN 1. Laporan audit
2. Analisis terhadap laporan audit
3. Pendapat yang dikeluarkan oleh auditor 4. Penyimpangan dari laporan standar 5. Jenis bukti pendukung
6. Prosedur audit dan kerja pemeriksaan 7. Faktor penentu bukti yang menyatakan 8. Kertas kerja pemeriksaan
AUDIT SISTEM ELECTRONIC DATA PROCESSING
1. Komponen sistem
2. Perkembangan perangkat keras komputer 3. Pengendalian umum
4. Pengendalian aplikasi
5. Penerimaan norma pemeriksaan 6. Tes pengendalian dengan komputer
SPI, PERENCANAAN AUDIT, PENDAPAT AKUNTAN DAN MATERIALITAS
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) 2. Perencanaan audit
3. Pendapat Audit
4. Pendapat akuntan dan materialitas 5. Konsep materialitas
PROSEDUR DASAR AUDIT (PENGUJIAN TRANSAKSI, SALDO DAN KETAATAN) 1. Prosedur Dasar Aduit (Pengujian transaksi) 2. Prosedur pengendalian
12 17 17 19 21 21 22 23
28 30 32 33 34 35
36 37 38 38 38
40 40
v
3. Pengujian transaksi penerimaan kas
4. Audit pengeluaran, hutang dan pengeluaran kas 5. Faktor resiko dalam siklus pengeluaran
6. Fungsi yang terkait dalam transaksi pembelian 7. Fungsi transaksi pengeluaran kas
8. Audit tenaga kerja dan produksi LATIHAN SOAL
DAFTRA PUSTAKA
41 42 42 43 43 43 45 49
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 1
BAB I
AUDITING
1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah suatu keahlian dalam profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari bahwa semakin banyak transaksi keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem komputer. Maka dari itu perlu dibangun sebuah kontrol yang mengatur agar proses komputasi berjalan menjadi baik. Saat ini auditor sistem informasi umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar transaksi berjalan secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar belakang IT atau akuntansi tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Suatu informasi yang tersedia bagi para pengambil keputusan ekonomi biasanya dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Informasi yang andal dan relevan diperlukan manakala manajer, investor, kreditor, dan badan regulasi lainnya inigin mengambil keputusan rasional menyangkut sumber daya. Kebutuhan akan informasi yang andal dan relevan tersebut menciptakan suatu permintaan akan jasa akuntansi dan auditing, sebab auditing memainkan peran dalam proses menyediakan laporan yang objektif dan independen atas keandalan informasi, sehingga dapat mengurangi resiko informasi yang diberikan tidak relevan dan tidak andal. Auditing adalah akumulasi dan evaluasi dari bukti tentang informasi untuk menjelaskan dan melaporkan tingkat hubungan antara informasi dan kriteria yang dibangun. Untuk mengaudit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan beberapa standars dimana auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut. Kriteria yang digunakan untuk mengevalusi informasi sangat bervariasi tergantung pada informasi yang akan diaudit. Kriteria yang digunakan oleh auditor dari kantor akuntan publik umumnya diambil dari GAAP.
Bukti adalah berbagai informasi pendukung yang digunakan oleh auditor untuk mengaudit informasi yang sesuai dengan kriteria.
Macam-macam bukti yang digunakan untuk audit:
• Komentar lisan dari klien
• Komunikasi tertulis dengan pihak luar
• Observasi auditor
• Data elektronik dan data lainnya tentang transaksi
Seorang auditor harus memiliki kualifikasi untuk mengerti tentang kriteria yang digunakan dan harus kompeten serta mempunyai sikap mental yang independen. Hasil akhir dari proses audit adalah laporan audit, dimana laporan tersebut dapat dimengerti oleh pengguna jasa audit dan user lainnya.
2. Tujuan
Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit member banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksaanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda. penting sekali dalam suatu audit atau proses astetasi lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 2
kesimpulan yang diperolehnya.Dari sudut pandang pemakai,laporan dianggap sebagai produk utama dari proses astetasi.
Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.Alasan mengapa dipelajari sekarang,dan bukan pada bagian akhir buku adalah karena dapat dijadikan dasar untuk mempelajari cara mengumpulkan bahan bukti.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 3
BAB II
PENGERTIAN AUDITING, PROFESI AKUNTAN PUBLIK, TIPE AUDITOR, TUJUAN AUDITING, TAHAPAN SERTA JENIS AUDIT
1. Pengertian Auditing
Menurut Prof. A.A. Arens & Prof. J.K Loebbecke : Auditing adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti mengenai suatu informasi terukur dari suatu satuan (entitas) usaha untuk mempertimbangkan dan tingkat kesesuaian dariinformasi yang terukur dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut ASOBAC ( A Statement of Basic Auditing Concept ): Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi suatu bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk dapat menentukan tingkat kesesuaian antara suatu pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A Systematic Approach, 2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi diatas maka Elemen fundamental dari audit adalah:
Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan
Entitas ekonomi seperti CV, PT, Firma dan koperasi
Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
Orang yang kompeten dan independen
Pelapor
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Auditing:
a. Proses sistematik: Merupakan rangkaian prosedur dan proses yang logis,terstruktur dan terorganisasi
b. Tingkat kesesuaian: Dinyatakan dalam bentuk kualitatif yaitu kewajaran LK serta kuantitatif yaitu prosentase pencapaian target
c. Asersi tindakan dan kejadian ekonomi: Asersi adalah suatu pernyataan secara menyeluruh fihak yang bertanggung jawab atas suatu pernyataan
d. Kriteria ditetapkan:Kriteria berdasar PAI dan SAK
e. Evaluasi bukti obyektif:Obyektif yaitu penyampaian data apa adanya serta senyatanya ,tidak bias,tidak berfihak
f. Penyampaian hasil: Berbentuk lap tertulis antara asersi dan kriteria ditentukan g. Pemakai berkepentingan : Investor, pemerintah, kreditor, Serikat Pekerja
Perusahaan, Asosiasi Dagang,Buruh dan masyarakat
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 4
2. Profesi Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik (lihat di bawah) di Indonesia.
Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun (dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.
-Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
-Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
-Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
-Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
-Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
-Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
-Menjadi anggota IAPI.
-Tidak berada dalam pengampuan
-Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.
Selain itu syarat khusus menjadi akuntan yaitu : Syarat menjadi profesi
Pendidikan profesi tertentu (S1 dan tambahan profesi )
Mendapatkan izin dari Pihak pemerintah
Mengikuti kode etik profesi Syarat Pendirian KAP
Berdomisili di wilayah NKRI
Memiliki register akuntan
Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang dilaksanakan IAI
Memiliki pengalaman kerja minimal selama 3 (Tiga ) tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit umum minimal 3000 jam reputasi baik
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 5
Menjadi anggota IAI
Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim audit umum sekurang kurangnya 1 tahun
Wajib memiliki KAP atau bekerja di koperasi jasa audit.
Hirarki KAP ( Kantor Akuntan Publik )
Akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai kantor akuntan publik (KAP) paling lama 6 bulan sejak izin akuntan publik diterbitkan. Akuntan publik yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih dari 6 bulan akan dicabut izin akuntan publiknya.
1) Partner Tugasnya adalah:
a) Mereview pekerjaan audit
b) Menanda tangani pekerjaan audit c) Menyetujui masalah fee
d) Penanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan audit 2) Manajer
Tugas Manajer adalah:
a) Mengawasi langsung pekerjaan audit b) Mereview lebih lannjut pekerjaan audit c) Melakukan penaggihan atas fee audit 3) Akuntan Senior
Tugas Akuntan Senior adalah:
a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit b) Mereview pekerjaan para akuntan yunior
4) Akuntan Yunior
Tugas Akuntan Yunior adalah:
a) Bertanggung jawab terhadap pekerjaan lapangan
b) Melaksanakan dan memberikan pendapat bagian dari pekerjaan audit Jasa Akuntan Publik
1) Jasa Atestasi: Memberikan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen dan kompeten mengenai kesesuaian dalam segala hal yang signifikan,asersi suatu entitas dengan kriteria ditetapkan
a) Audit laporan keuangan historical b) Pemeriksaan/Examination
c) Penelaahan/review dengan cara wawancara d) Prosedur yang disepakati bersama
2) Jasa Non Atestasi
a) Jasa Akuntansi / pembuatan LK
b) Jasa konsultasi manajemen/Manajemen Advisory Services( MAS ) temuan, kesimpulan dan rekomendasi
c) Jasa perpajakan: Pelaporan dan pengisian pajak
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 6
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik ( USAP )
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA Indonesia" (sebelum tahun 2007 disebut "Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP).
Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI.
Sertifikat akuntan publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai akuntan publik dari Kementerian Keuangan.
Dilaksanakan 2 kali dalamm satu tahun yaitu bulan Mei dan November dan dilakukan dalam waktu dua hari dengan mata ujian meliputi:
1) Teori dan praktek akutansi keuangan ( 4 Jam/hari ke1 ) 2) Auditing dan jasa profesional akuntan publik ( 4 jam/hari1 )
3) SIA ( 2,5 jam/ hari ke2Perpajakan dan hukum komersial ( 3,5 jam/hari ke2) 3. Tipe Auditor
Ada tiga tipe auditor yaitu :
a. Auditor Intern: Auditor yang merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit dan Auditor yang bertugas pada suatu entitas perusahaan yang melakukan audit untuk kepentingan management agar kegiatan operasional berjalan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) atau kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
b. Auditor Independen (Akuntan/Kantor Akuntan Publik): yg bertugas memeriksa (audit) suatu atau beberapa perusahaan yang menggunakan jasanya. Auditor ini mempunyai sikap independen karena tidak terikat dengan suatu entitas dalam melakukan jasa audit maupun jasa konsultasi.
c. Auditor Eksternal ( Publik ): Auditor independen adalah praktisi individual atau anggota KAP yang memberikan jasa profesional pada klien.
d. Auditor Pemerintah: Auditor yang bekerja pada kantor pemerintah dan tugasnya mengaudit instansi pemerintah Auditor ini adalah BPKP( Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan dan BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan) serta Auditor Internal maupun External Pemerintah. Di Indonesia yang bertindak sebagai auditor internal adalah Badan Pengawasan Keuangan &
Pembangunan (BPKP), sedangkan yang bertindak sebagai Auditor External adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI).
4. Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
✓ Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 7
✓ Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
✓ Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
✓ Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
✓ Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
✓ Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
✓ Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
✓ Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.
a. Tujuan Umum: Menyatakan suatu pendapat terhadap kewajaran Laporan Keuangan, hasil operasional dan perubahan posisi keuangan sesuai PAI
b. Segmentasi Audit: Menempatkan jenis transaksi dan saldo perkiraan yang saling berhubungan erat yang dapat memudahkan pelaksanaan audit.
5. Jenis Audit Berdasarkan Tujuan Audit
a. Audit Kepatuhan: Menghimpun dan mengevaluasi bukti apakah kegiatan financial dan operasional sesuai aturan, kondisi atau regulasi yang ditetapkan.
b. Audit Operasional: Penghimpunan danpengevaluasian bukti mengenai kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan tujuan efesiensi,efektifitas dan ekonomis.
c. Audit LK: Menghimpun dan mengevaluasi bukti dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah LK telah disajikan secara wajar sesuai kriteria ditetapkan.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 8
Selain itu Auditor juga dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
- Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.. ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap independen.
- Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.
2) Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:
• Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
6. Tahapan Audit
Tahapan audit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang auditor dalam melaksanakan suatu proses audit. Tiap tahap mempunyai tujuan dan manfaat tertentu untuk mencapai tujuan audit. Tiap jenis audit memiliki tahapan yang berbeda. Menurut Arens (2007), tahapan dalam audit operasional adalah sebagai berikut:
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 9
Tahap I : Perencanaan Audit
Tahap II : Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Tahap III : Pelaporan dan Tindak Lanjut
Meskipun tujuan audit dan jenis audit berbeda, menurut Taylor dan Glezen (1997), secara umum tahapan audit mencakup hal-hal berikut:
Perencanaan audit
Pemahaman dan pengujian pengendalian intern
Pengujian substantive
Pelaporan
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit.
Pengujian dan pengendalian transaksi.
Pengujian saldo perkiraan.
Penyelesaian audit dan penerbitan laporan.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 10
BAB III
SPAP, ETIKA PROFESI, KODE ETIK AKUNTAN,STANDAR AUDITING &
KEWAJIBAN HUKUM
1. Standar Profesi Akuntansi Publik ( SPAP)
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:
➢ Standar Auditing
➢ Standar Atestasi
➢ Standar Jasa Akuntansi dan Review
➢ Standar Jasa Konsultansi
➢ Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia. Selain itu terdapat dikodifikasi SPAP selanjutnya. Standar profesi akuntan publik ( SPAP ) ada enam tipe standart ang dikodifikasikan yaitu :
✓ Standart Auditing: Adalah panduan audit atas laporan keuangan historis.
Standart auditing terdiri dari 10 standart dan terinci dalam bentuk Pernyataan Standart Auditing ( PSA )
✓ Standar Atestasi: Adalah standar yang memberikan kerangka untuk fungsi atestasi jasa bagi akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan, historis, pemeriksaan LK prospektif serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan tingkat keyakinan lebih rendah (review,pemeriksaan dan prosedur yang disepakat Standart atestasi terdiri atas 11 standar yang terinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi ( PSAT ). PSAT merupakan penjabaran masing2 standar yang terdapat dalam standar atestasi. termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Standar atestasi ( IPSAT ) yang pelaksanaannya bersifat mandatory/wajib bagi IAI yang berpraktik sebagai akuntan public
✓ Standar Jasa Akuntansi Dan Review ( PSAR ): Memberikan kerangka atas nonatestasi jasa akuntan publik mencakup jasa akuntansi dan review. Termasuk dalam PSAR adalah Interpretasi Pernyataan Standar akuntansi dan review ( IPSAR ) yang pelaksanaannya bersifat mandatory/wajib bagi IAI yang berpraktik sebagai akutan publik.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 11
✓ Standar Jasa Konsultasi: Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa konsultasi bagi kliennya melalui KAP. Jasa konsultasi pada hakekatnya berbeda dengan jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi fihak ketiga Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi yang menjadi tanggung jawab fihak lain yaitu pembuat asersi ( asserter).
Dalam jasa konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.
✓ Standar Pengendalian Mutu: Memberikan panduan bagi KAP didalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan.
✓ Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik: Aturan ini dikeluarkan Kompartemen Akuntan Publik IAI
2. Etika Profesi
Etika Profesional meliputi standar sikap anggota profesi yang dirancang agar praktis dan realitas tetapi idealitas. Prinsip Etika meliputi delapan prinsip etika berikut ini:
a. Tanggung Jawab Profesi: Setiap anggota senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan Publik: Setiap anggota bertindak dalam rangka pelayanan publik mengormati kepercayaan publik, dan menujukkan komitmen serta profesionalisme.
c. Integritas: Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tinggi.
d. Obyektivitas: Setiap anggota menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kuwajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian profesional: Setiap anggota dalam menjalankan profesionalnya dengan hati2,kompetensi dan ketekunan serta memiliki kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional dan memastikan klien akan mendapatkan manfaat dari jasa profesi berdasar pengembangan praktek, legalisasi dan teknik paling mutakhir
f. Kerahasiaan: Setiap anggota menjaga kerahasiaan info yang didapat selama melakukan tugas profesionalnya
g. Perilaku Profesional: Setiap anggota berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi h. Standar Tehnis: Setiap anggota dalam menjalankan profesi harus menggunakan
standarr tehnis dan profesi yang relevan sejalan prinsip integritas dan obyektivitas.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 12
3. Kode Etik Akuntan
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia.
Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Akuntan yang berlaku di Indonesia harus dipatuhi akuntan yang berpraktek di Indonesia baik akuntan publik atau tipe akuntan lainnya.
Kode Etik Akuntan terdiri atas tiga bagian yaitu:
Kode etik akuntan secara umum
a. Kepribadian:diartikanindependen dan obyektif Independensi maksudnya tidak tergantung pada fihak lainnya dan obyektif artinya tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta dan terlepas dari kepentingan pribadi.
Kecakapan Profesional: Kompetensi dan standar teknis pelaksanaan pekerjaan akuntan, meliputi:
Kewajiban menjelaskan kepada para staff ahli yang bekerja padanya tentang keterikatannya dgn kode etik akuntan
Akuntan publik tidak boleh menerima pekerjaan kecuali ia dan kantornya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan kompetensi profesi
Melarang akuntan publik mengaitkan namanya dengan prediksi untuk mencegah timbulnya kesan bahwa bahwa ia menjamin terwujudnya prediksi b. Tanggung Jawab Akutan Publik Terhadap Klien
Menjaga rahasia selama penugasan profesi
Megatur honorarium jasa yang diserahkan dan tidak diperkenankan menerima honor berdasar manfaat yang diterima klien
c. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
Akuntansi public wajib menjaga hubungan baik dengan akuntan lain apabila klien memutuskan menggunakan akuntan lainnya.
Jika orang atau badan yang diperiksa kantor akuntan meminta saran atau pendapat dari akuntan public lain, maka akuntan publik harus berkonsultasi dengan kantor akuntan publik yang sedang memeriksanya.
d. Tanggung Jawab Lainnya
Mengiklankan diri atau mengijinkan fihak lainnya mengiklankan nama atau jasa yang dijualnya
Membayar imbalan untuk mendapatkan pekerjaan Menawarkan jasa secara tertulis kepada calon klien.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 13
4. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Standar Perikatan Audit (SPA).
Dengan demikian SPA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
A. Standar Perikatan Audit (SPA)
SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan- ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan- ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam SPA.
B. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang/lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sbg auditor. Menurut standar ini kompetensi sebagai auditor adalah:
✓ Pendidikan Formal dalam bidang akuntansi di PT termasuk ujian profesi
✓ Pelatihan praktis dan pengalaman bidang auditing
✓ Pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karier profesi 2) Selama berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor
✓ Independensi In Fact/Senyatanya:Berhubungan dgn tingkat kejujuran yang tinggi
➢ Independensi In Appearance/Dalam penampilan: Auditor harus menjaga Agar masyarakat mempercaya sikap independensi dan obyektivitasnya
➢ Independence In Competence/ Dalam Keahlian atau Kompetensinya Independensi ini berhubungan dengan kemampuan penyelesaian tugas dan kecakapan profesionalnya
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahirannya dengan cermat dan profesionalnya
o Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus dilakukan supervisi dengan semestinya.
o Pemahaman yang memadahi SPI harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan ruang lingkup pengujian yang dilakukan.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 14
o Bukti audit kompeten yang harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan serta konfirmasi sebagai dasar yang memadahi untuk dapat menyatakan pendapat atas LK yang diperiksa
o Laporan audit harus menyatakan apakah LK disusun sesuai prinsip akuntansi berlaku di Indonesia
o Laporan audit harus menunjukkan dan menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan LK periode berjalan dengan periode sebelumnya
o Pengungkapan informatif dalam LK dipandang memadahi kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
o Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai LK secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan dem’[-ikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka harus ada alasannnya.
5. Kewajiban Hukum
Kewajiban Hukum Bagi Auditor
Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan Shinneke,2003,h.69). Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut. Menurut Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan (Media akuntansi, 2003) tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis pekerjaannya.
Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban hukum terhadap kliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan menurut Loebbecke dan Arens serta Boynton dan Kell yang telah diolah oleh Azizul Kholis, I Nengah Rata, Sri Sulistiyowati dan Endah Prepti Lestari (2001) adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan public
b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party) Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 15
c. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under securities laws) Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.
d. /Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang.
e. Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan,2003).
f. Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung jawab profesional terhadap akuntan publik.
g. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.
Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah- langkah berikut :
a. Riset dalam auditing
b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor d. Menetapka persyaratan penelaahan sejawat . e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas h. Perundingan untuk perubahan hukum
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 16
Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum
Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut:
a. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
b. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
c. Mengikuti standar profesi d. Mempertahankan independensi e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia j. Perlunya asuransi yang memadai
k. Mencari bantuan hukum
Pedoman Audit Industri Khusus: Yaitu pedoman bagi auditor untuk menafsirkan dengan baik informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk perusahaan berbentuk industri.
A. Kegagalan terdiri atas :
✓ Kegagalan Perusahaan.
✓ Kegagalan Audit.
✓ Kegagalan resiko audit.
B. Konsep Hukum Yang Mempengaruhi Kewajiban:
✓ Konsep Prudent Man.
✓ Konsep Tindakan sekutu Lain.
✓ Konsep Kurangnya hak komunikasi Istimewa
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 17
BAB IV
LAPORAN AUDIT, JENIS BUKTI PENDUKUNG, PROSEDUR AUDIT DAN KERJA PEMERIKSAAN
1. Laporan Audit
Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang berlaku umum.(Boynton Johnson Kell).
Laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.(Mulyadi)
2. Analisis Terhadap Laporan Audit
Suatu laporan standar/ laporan audit baku merupakan laporan yang lazim diterbitkan.
Laporan ini memuat pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan , hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kesimpulan ini hanya akan dinyatakan bila auditor telah membentuk pendapat berdasarkan audit yang dilaksanakan sesuai GAAS. Laporan standar/
laporan audit baku memiliki tiga paragraf , yang lazim disebut paragraf pendahuluan/
pengantar, paragraf lingkup audit, dan paragraf pendapat.
Dalam laporan tersebut terdapat 6 unsur penting pihak yang dituju, paragraph pendahuluan/ pengantar, paragraph lingkup, paragraph pendapat, nama auditor, nomor izin akuntan public, nomor izin kantor akuntan public, dan tanda tangan, serta tanggal laporan audit. Berikut ini dijelaskan isi tiga unsur penting laporan audit baku:
➢ Paragraf Pendahuluan
Paragraf pendahuluan memuat tiga pernyataan faktual. Tujuan utama paragraf ini adalah untuk membedakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor.
Kalimat pada paragraf pendahuluan disajikan sebagai berikut : Objek yang menjadi sasaran audit
Kami telah mengaudit...neraca...Perusahaan X ...untuk tahun tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, serta laporan arus kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal tersebut”
berisi dua hal penting berikut ini:
Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit atas laporan tersebut.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 18
Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
Kalimat diatas menunjukkan bahwa auditor telah mengaudit laporan keuangan tertentu dari perusahaan yang ditunjuk.
• Tanggung jawab auditor
Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen.
Kalimat diatas menegaskan bahwa tanggung jawab atas laporan keuangan terletak di tangan manajemen. Tanggung jawab kami adalah menyatakan....berdasarkan audit kami.
Kalimat diatas secara khusus menunjukkan tanggung jawab auditor. Auditor berperan untuk melaksanakan audit dan menyatakan pendapat berdasarkan temuan temuan.
➢ Paragraf Ruang Lingkup
Paragraf ruang lingkup menguraikan sifat dan lingkup audit. Hal ini sesuai dengan bagian ke empat standar pelaporan yang mengharuskan auditor menunjukkan dengan jelas sifat audit yang dilakukan. Paragraf ruang lingkup audit juga menunjukkan beberapa keterbatasan audit. Kalimat dalam paragraf ini adalah:
• Standar auditing
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia…
Dalam konteks ini ,standar auditing yang berlaku umum meliputi sepuluh standar GAAS dan seluruh SAS yang dapat diterapkan.
• Penjelasan ringkas standar auditing
Standar tersebut mengharuskan kami ....audit agar memperoleh keyakinan yang memadai ...laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Kalimat diatas menunjukkan keterbatasan penting suatu audit yaitu auditor hanya mencari keyakinan yang memadai saja, bukan keyakinan yang absolut dan diperkenalkannya konsep materialitas.
Suatu audit meliputi pemeriksaan ,atas dasar pengujian,bukti bukti yang mendukung ....laporan keuangan.
Kalimat diatas menjelaskan lebih jauh sifat audit dan pesan kepada pemakai laporannya bahwa:
a. Dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian, bukan atas dasar pemeriksaan terhadap seluruh bukti.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern merupakan dasar menentukan jenis dan luas pengujian yang dilakukan dalam pemeriksaan.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 19
c. Luas pengujian dan pemiihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan auditor atas dasar pengalamannya.
d. Dalam audit, auditor melakukan pemeriksaan atas bukyi audit, yang tidak hanya terbatas pada catatan akuntansi klien saja, namun mencakup informsai penguat (corroborating information).
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi...estimasi signifikan....penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kalimat tersebut menyebutkan bahwa auditor menggunakan pertimbangan dalam menilai dan mengevaluasi representasi laporan keuangan manajemen.
Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.
Kalimat diatas menunjukkan bentuk keterbatasan lain dari suatu audit.
➢ Paragraf pendapat
Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraph yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnyab mengenai laporan keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pendahuluan/ pengantar. Dalam paragraph ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kalimat paragraf pendapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut pendapat kami ,laporan keuangan yang kami sebut diatas...
Dalam menafsirkan arti dan pentingnya kalimat ini ,hendaknya disimpulkan bahwa pendapat tersebut dinyatakan oleh orang orang yang profesional, berpengalaman dan ahli.
....Menyajikan secara wajar ,dalam semua hal yang material ...posisi keuangan ...hasil usaha dan arus kas...
Konotasi yang dimaksutkan dalam kata kata secara wajar adalah bahwa penyajian laporan keuangan telah memadai ,tanpa berat sebelah,atau distorsi.
…..sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum...
Kalimat ini memenuhi standar pelaporan pertama yang menyatakan bahwa laporan harus menunjukkan apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan GAAP.
3. Pendapat yang Dikeluarkan oleh Auditor
Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut,
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 20
serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan maupun oleh auditor.
➢ Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqulified opinion report with explanatory language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku.
➢ Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion report)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
• Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara konsisten.
Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (Adverse opinion report)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
➢ Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (Disclaimer of opinion report)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran pelaporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 21
4. Penyimpangan Dari Laporan Standar
Dalam praktik ,dapat muncul kondisi-kondisi tertentu yang tidak memungkinkan auditor menerbitkan laporan standar.Penyimpangan dari laporan standar tergolong dalam salah satu dari dua kategori berikut ini:
✓ Laporan standar dengan bahasa penjelasan
✓ Jenis-jenis pendapat lain 5. Jenis Bukti Pendukung
Bukti audit merupakan informasi yang dikumpulkan dan digunakan oleh auditor untuk mendukung suatu laporan keuangan yang diperiksa, dan pada akhirnya digunakan sebagai dasar untuk menyatakan pendapat ( Audit Opinion).
Bukti audit terdiri dari 9 jenis, dan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Bukti Akuntansi
Bukti Akuntansi terdiri dari 2 jenis, antara lain:
a. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi merupakan sumber data sebagai dasar pembuatan laporan keuangan, seperti jurnal, dan sebagainya. Oleh karena itu, catatan akuntansi dipergunakan oleh auditor sebagai bukti untuk mendukung laporan keuangan yang diperiksa.
b. Bukti Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan bukti yang paling kuat di dalam melaksanakan audit. Sebab, dari kuat atau lemahnya pengendalian internal lah seorang auditor mendapatkan indikator seberapa banyak bukti yang harus dikumpulkan. Misalnya, apabila risiko pengendalian internal tinggi, itu artinya risiko audit yang direncanakan harusnya rendah.
2. Bukti Pendukung / Bukti Informasi Penguat Bukti Pendukung terdiri dari 6 jenis, antara lain:
a. Bukti Dokumenter
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim langsung kepada auditor
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
· Bukti yang dibuat dan disimpan klien
Bukti yang pertama memiliki kredibilitas lebih tinggi dari bukti kedua dan begitu juga dengan bukti kedua terhadap bukti ketiga.
b. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang diperoleh auditor secara langsung melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit. Contohnya pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang paling akurat di dalam audit.
c. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung, misalnya footing untuk penjumlahan vertikal, dan cross footing untuk penjumlahan secara horizontal.
d. Bukti Rasio/Perbandingan
Bukti rasio merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui penggunaan rasio seperti rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, quick ratio, dan sebagainya.
e. Bukti Spesialis/Surat Pernyataan Tertulis
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 22
Bukti surat pernyataan tertulis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui sumber eksternal. Surat pernyataan tertulis ini misalnya surat teknisi, ahli bangunan yang berhubungan dengan klien.
f. Bukti Lisan/Wawancara
Bukti lisan merupakan bukti yang dikumpulkan oleh auditor secara langsung kepada objek yang ingin dimintai bukti, misalnya wawancara dan sebagainya.
Selain itu terdapat bukti pendukung lainnya yaitu:
1. SPI: Mengecek ketelitian dan dapat dipercayainya data ak 2. Bukti fisik: Penghitungan aktiva berwujud/tangible assets 3. Bukti dokumenter: Bukti berbentuk catatan atau kertas 4. Catatan akuntansi: Jurnal, Buku Besar untuk membuat LK 5. Bukti lisan: Wawancara dgn para karyawan & fihak manaj 6. Perhitungan: Footing,Cross Footing dan depresiasi
7. Perbandingan: Data tahun berjalan/sekarang dengan tahun sebelumnya 8. Spesialis: Badan atau orang yang meilikikeahlian khusus
9. Konfirmasi: Bukti fihak ketiga
10. Pernyataan secara tertulis manajemen: Tanggung jawab manajemen atau rekening khusus
11 .Analitikal: Analisa kejanggalan klien data sejenis dan tahun sebelumnya 6. Prosedur Audit Dan Kerja Pemeriksaan
Prosedur Pemeriksaan/ Audit
Prosedur audit merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bukti audit. Prosedut audit terbagi dalam 10 jenis yaitu:
Inspeksi
Pemeriksaan rinci terhadap suatu dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan dan memiliki probabilitas menghasilkan bukti untuk mendukung laporan keuangan.
Observasi/Pengamatan
Prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses pengumpulan bukti.
Permintaan Keterangan (Enquiry)
Merupakan prosedur audit untuk memintai keterangan yang dilakukan oleh auditor terhadap objek yang dianggap memiliki informasi.
Konfirmasi
Merupakan penyelidikan yang dilakukan auditor untuk memintai keterangan melalui pihak ketiga untuk mendapatkan bukti.
Penelusuran (tracing)
Penelusuran merupakan proses pengumpulan bukti yang dilakukan oleh auditor dari dokumen ke catatan akuntansi.
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Berbeda dengan tracing, vouching merupakan proses pengumpulan bukti yang dilakukan auditor dari catatan akuntansi ke dokumen. Jadi vouching merupakan kebalikan dari tracing.
Perhitungan (Counting)
Prosedur ini merupakan penghitungan fisik yang dilakukan auditor di dalam pemeriksaan untuk mendapatkan bukti. Misalnya penghitungan fisik dari jumlah persediaan akhir.
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 23
Scanning
Scanning merupakan review atau penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan lain untuk menemukan unsur-unsur yang bisa digunakan sebagai bukti di dalam pemeriksaan.
Pelaksanaan ulang (reperforming)
Proses ini merupakan pengulangan pekerjaan yang dilakukan oleh auditee untuk mencari apakah ada hal-hal yang bisadikategorikan sebagai bukti di dalam pemeriksaan.
Computer-assisted Audit Techniques
Proses ini dilakukan apabila catatan akuntansi klien direkam atau disajikan dalam media elektronik dan sebagainya.
Tahap Pengumpulan Bukti
Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
➢ Ukuran Sampel/sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit.
Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
➢ Item Yang dipilih
➢ Pengaturan Waktu
7. Faktor Penentu Bukti Yang Meyakinkan
• Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Pendapat lain adalah dari Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari “pengetahuan sesuatu” ke
“mengetahui bagaimana”, seperti misalnya: dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pertanyaan yang bersifat intuitif. Lebih spesifik lagi Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007) membedakan proses pemerolehan keahlian menjadi 5 tahap.
➢ Tahap pertama disebut Novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 24
pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi.
➢ Tahap kedua disebut Advanced Beginner. Pada tahap ini auditor sangat bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.
➢ Tahap ketiga disebut Competence. Pada tahap ini auditor harus mempunyai cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.
➢ Tahap keempat disebut Profiency. Pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisi mulai digunakan dan pada akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh analisis yang substansial.
➢ Tahap kelima atau terakhir adalah Expertise. Pada tahap ini auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang ada.
Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada intuisinya bukan pada peraturan-peraturan yang ada.
De Angelo (1981) dalam Kartika Widhi (2005) memproksikan kompetensi kedalam dua komponen yaitu pengetahuan dan pengalama.
a. Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai
masalah secara lebih mendalam. Selain itu, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard, et al., 1987). Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Secara umum ada lima jenis pengetahuan yang harus dimiliki auditor yaitu (1) pengetahuan umum, (2) area fungsional, (3) isu akuntansi, (4) industri khusus, dan (5) pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah.
b. Pengalaman
Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007), pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan meningkatnya kompleksitas kerja (Herliansyah dan Meifida, 2006).
Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan. Guntur, dkk. (2002) dalam Mayangsari (2003) menyebutkan bahwa pengalaman kerja auditor (lebih dari dua tahun) dapat menentukan profesionalisme, kinerja komitmen terhadap organisasi,
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 25
serta kualitas auditor melalui pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman melakukan audit.
• Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:
➢ Materialitas : Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.
Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan pun akan semakin sedikit
➢ Risiko Audit : Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih banyak.
➢ Faktor-faktor Ekonomi : Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang akan digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
➢ Ukuran dan Karakteristik Populasi : Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
• KetepatanWaktu : Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti audit
Situasi Pemeriksaan Dengan Resiko Besar 1. SPI lemah.
2. Pergantian akuntan.
3. Usaha spekulatif.
4. Transaksi kompleks.
5. Perubahan undang-undang pajak.
6. Manajemen tidak kredibel/tak dipercaya.
7. Kondisi keuangan tidak layak Sehat 8. Kertas Kerja Pemeriksaan
• Pengertian Kertas Kerja
✓ Definisi dan Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit Kertas kerja adalah catatan- catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 26
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit.
✓ Kertas Kerja adalah suatu kertas yang sengaja dibuat dan dikumpulkan selama proses pemeriksaan yang meliputi semua bukti yang dikumpulkan auditor untuk memperlihatkan pekerjaan yang dilaksanakan, metode dan prosedur yang digunakan serta kesimpulan yang diambil.
✓ Kertas kerja audit adalah catatan yng diselenggarakan auditor mengenai : prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat. Manfaat utama :
a. Penunjang utama laporan audit b. Dasar bagi supervisi
c. Dasar bagi perencanaan
Pedoman pokok isi kertas kerja, memuat :
• Bukti yang menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai standar auditing
• Bukti yang menunjukkan bahwa laporan keuangan dan informasi lainnya yang dilaporkan telah sesuai dengan catatan klien
• Penjelasan mengenai keputusan yang diambil auditor terhadap pengecualian
• Komentar/kesimpulan mengenai aspek lainnya Kuantitas dan Bentuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas, bentuk, isi :
• Sifat dan tujuan penugasan
• Sifat laporan audit
• Sifat laporan keuangan, daftar2 atau informasi lain yang diperlukan dalam pembuatan laporannya
• Sifat dan kondisi catatan klien
• Tingkat resiko pengendalian
• Kebutuhan2 tertentu seperti untuk supervisi dan review Filtlintg
• Permanent file : memuat data yang bersifat historis dan kontinu
✓ Copy dokumen penting
✓ Informasi mengenai penilaian struktur internal control
✓ Hasil analytical prosedur
• Current file : semua berkas yang dibuat dan digunakan untuk tahun buku yang bersangkutan
✓ audit program
✓ informasi umum
✓ working trial balance
✓ lead schedule
2. Tujuan Dibuatnya Kertas Kerja.
a. Koordinasi dan mengkoordinasi.
b. Pedoman pemeriksaan selanjutnya.
c. Menguatkan kesimpulan auditor.
d. Pendukung pendapat auditor atas Laporan Keuangan yang diperiksanya
Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 27
3. Faktor Yang Diperhatikan Dlm Pembuatan Kertas Kerja
a. Lengkap: Berisi semua informasi pokok dan tidak memerlukan penjelasan lisan b. Teliti: bebas dari kesalahan penulisan dan penjumlahan
c. Ringkas: Berisi informasi pokok dan relevan dengantujuan pemeriksaan d. Jelas:Tidak berisi istilah yang menimbulkan makna ganda