• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Bacaan - Basic Leadership

N/A
N/A
053@ MUHAMAD FIKRI MAULANA

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Bacaan - Basic Leadership"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BASIC

LEADERSHIP

Penyelenggara: Pemimpin.id

(2)

Selamat Datang,

Yuk Kita Belajar Bersama!

Jadi, sudah dapat dipastikan di tahun 2030, Gen Z lah yang akan mendominasi angkatan kerja. Tidak hanya itu, pastinya bangku-bangku kepemimpinan nantinya akan dipimpin oleh Generasi Z ini! Sayangnya, menurut studi yang lain 34% dari Generasi Z takut menerima peran sebagai pemimpin karena mereka takut gagal dan ngecewain orang yang dipimpinnya. Terus, gawatnya lagi 33% dari Generasi Z merasa kurang percaya diri.

Mungkin kalian akan berpikir kalau menjadi pemimpin harus terlahir dengan bakat kepemimpinan atau hanya orang-orang terkenal, harus punya jabatan, dan hanya orang berpendidikan tinggi saja yang bisa jadi pemimpin. Setelah teman-teman membaca materi di buku ini, kalian jangan putus asa lagi ya kalau denger kata “pemimpin”. Kenapa? karena kami punya kabar baik nih buat kalian para muda-mudi.

Sebagai generasi muda, kita harus bersikap optimis, karena sejatinya semua orang bisa jadi pemimpin. Nah, kabar baiknya, sebenarnya kesempatan menjadi pemimpin itu nggak perlu jauh-jauh loh! Coba lihatlah dirimu dan itulah kesempatannya! Loh, maksudnya gimana?

Jadi teman-teman bisa belajar jadi pemimpin yang baik mulai dari memimpin diri sendiri.

Sesungguhnya, sebelum jadi pemimpin efektif bagi diri sendiri, kita nggak akan bisa memimpin orang lain dengan baik. Maka dari itu, pada modul ini kalian akan mendapatkan penjelasan tentang dasar kepemimpinan, yang bisa bantu kalian jadi pemimpin efektif, memberdayakan, dan inklusif. Kalian akan mendapatkan materi mengenai

Bonus demografi merupakan suatu kondisi saat jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja usia 15-64 tahun lebih besar dibandingkan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun) (Jati, 2015). Kabar baiknya, Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi di tahun 2030 karena diperkirakan penduduk usia produktif Indonesia akan mencapai 70%. Wah, siapakah yang akan mendominasi puncak bonus demografi? Siapa lagi kalau bukan Generasi Z. Bahkan, sensus penduduk tahun 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia sebagian besar berasal dari Generasi Z/Gen Z (yang lahir di rentang tahun 1997-2012) sebanyak 27,94% atau 74,93 juta orang.

Tahukah kamu apa itu Bonus Demografi?

Selamat membaca!

1

Esensi kepemimpinan 2. Prinsip Kepemimpinan 3. Perbedaan Leadership dan Management

4. Self-Leadership 5. Leadership level (John Maxwell)

(3)

Dalam modul ini, kita akan kupas tuntas semua materi yang terkait dengan basic leadership.

Sebagai pembukaan, kita akan membahas tentang esensi kepemimpinan.

Lalu, apa saja yang dibahas pada materi esensi kepemimpinan ini? Tentu saja mulai dari pengertian dan fungsi kepemimpinan. Tak akan tertinggal juga, pastinya akan dibahas suatu hal yang mungkin selama ini membuat kalian ragu untuk menjadi pemimpin dan mitos-mitos kepemimpinan versus kenyataannya.

A. Esensi Kepemimpinan

Lalu, apa arti dari pemimpin?

Kepemimpinan adalah tentang membawa seseorang mencapai potensi tertinggi mereka.

Jika seseorang memiliki title sebagai leader, bukan berarti ia dapat dikatakan sebagai leader. Kunci dari kepemimpinan adalah influence, yaitu tentang bagaimana seseorang memberikan pengaruhnya kepada pengikutnya.

Menurut Maxwell, pemimpin adalah orang yang tahu arah tujuannya mau kemana, lalu dia sendiri yang berjalan ke arah itu, dan di tengah perjalanan dia mengajak orang lain, untuk menju ke arah yang sama. Karena dia percaya bahwa arah ini adalah arah yang benar.

Definisi pemimpin yang dikemukakan oleh Maxwell sejalan dengan analogi mobil.

“A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way” — John C. Maxwell

“Leadership is influence, nothing more, nothing less” — John C. Maxwell

Apa Itu Kepemimpinan?

2

(4)

Jika kamu melihat gambar di atas, terdapat seorang driver yang mengemudikan mobil dengan membawa beberapa penumpang. Lalu, bagaimana penjelasan dari analogi mobil tersebut?

Car : diibaratkan sebagai sebuah organisasi atau komunitas.

Driver : supaya mobil ini bisa sampai tujuan, pasti butuh orang yang mengendarainya alias driver. Driver inilah yang kita sebut sebagai pemimpin. Driver pasti tahu dia mau kemana ia juga yang akan mengendarai mobilnya. Dalam perjalanannya, pemimpin akan mengajak orang supaya lebih banyak lagi yang bergabung dalam mobil ini. Karena ia percaya, mobil ini akan membawa ke arah yang tepat.

Passenger : orang yang akan bergabung dengan mobil ini nantinya akan menjadi anggotanya ataupun followersnya. Dengan adanya anggota tim, nantinya akan terjadi komunikasi dua arah sehingga anggota tim dapat memonitor atau memberi masukkan dan membantu driver atau pemimpin agar dapat mencapai tujuan secara efektif.

Misalnya, penumpang bisa memberikan saran kepada dirver bagaimana cara mengambil rute yang lebih cepat supaya bisa mencapai tujuan.

Jalan yang dilalui : diibaratkan sebagai tantangan yang mungkin dihadapi oleh organisasi, pemimpin, dan juga tim. Terkadang jalannya mulus dan lancar, namun tak jarang berlubang, berkelok-kelok, baru akhirnya kita bisa sampai di tujuan.

Distruptive Era

Destination = Vision

Passenger = Team Driver = Leader

Car = Organization/

Community

3

a.

b.

c.

d.

(5)

2. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa yang akan ditugaskan, bagaimana cara mengerjakannya, kapan waktu memulai, serta melaksanakan dan melaporkan hasilnya, dan dimana tempat mengerjakan tugasnya agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

a. Fungsi instruktif

Pemimpin menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Biasanya juga, pemimpin akan bertanya kepada mentor atau orang-orang yang lebih expert agar keputusannya berdasarkan ilmunya.

b. Fungsi konsultatif

Pemimpin berusaha mengikutsertakan anggota tim, baik dalam pengambilan keputusan sampai pada tahap pelaksanaannya. Setiap anggota tim memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas- tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh pemimpin seorang diri.

Pemimpin bisa melakukan pelimpahan tugas atau wewenangnya. Biasanya karena tugas- tugasnya begitu banyak sehingga tidak bisa dikerjakan sendiri. Oleh karena itu, pemimpin akan membaginya menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil kepada anggotanya.

Terkadang, ada di sebagian tanggung jawab yang pemimpinnya merasa kurang menguasai atau expert di bidang tertentu. Jadi, pemimpin memberikannya kepada anggota tim nya yang memiliki keahlian di bidang yang bersangkutan

c. Fungsi partisipasi

d. Fungsi delegasi

Pemimpin memberikan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Tujuan dari kegiatan-kegiatan ini adalah agar tercapai tujuan bersama secara maksimal.

e. Fungsi pengendalian

Menurut Reza (2010) secara operasional ada 5 fungsi pokok kepemimpinan antara lain:

4

(6)

3. Mitos-Mitos Pemimpin

Seringkali kita mendengar bahwa pemimpin itu hanya memimpin orang lain saja.

Menjadi pemimpin itu harus bisa mengarahkan dan mengendalikan orang lain. Belum lagi, apabila ingin menjadi pemimpin, kita harus memiliki jabatan dan anggota tim.

Faktanya, kepemimpinan itu tidak selalu tentang memimpin orang lain. Karena pada kenyataannya, setiap orang sudah menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Sebelum memimpin orang lain, alangkah lebih baik kita dapat menguasai dan mengatur diri kita terlebih dahulu. Misalnya, kalian memiliki cita-cita masuk ke PTN atau bekerja di tempat yang terkenal, maka kalian akan menyusun strategi untuk belajar giat dan mengurangi waktu untuk bermain dengan teman-teman. Itu merupakan salah satu contoh bahwa kalian sudah menjadi pemimpin bagi diri sendiri di kehidupan sehari-hari.

a. Hanya tentang memimpin orang lain

“Leader are born and not made”, jadi pemimpin itu dilahirkan dengan bakat kepemimpinan, bukannya dibuat. Para penganut aliran teori ini berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Jadi, menurut pandangan ini menjadi pemimpin itu adalah sebuah takdir.

Faktanya, kepemimpinan adalah sebuah ilmu yang bisa dipelajari oleh berbagai kalangan.

Tak hanya itu, kepemimpinan juga bisa dipelajari dimanapun. Ternyata kepemimpinan itu ilmu yang fleksibel loh teman-teman. Karena ilmu kepemimpinan yang kita dapatkan dari sekolah, bootcamp, webinar, dan buku itu hanya 10%, lalu kemanakah sisanya?.

Selain itu, 20% ilmu kepemimpinan juga kalian bisa dapatkan dengan mengikuti program mentoring. Jadi, ketika teman-teman punya mentor, guru, atau melakukan shadowing dengan melihat keseharian mereka itu dapat berkontribusi 20%. Mayoritas kalian akan memperoleh ilmu kepemimpinan dari praktik lapangan, yaitu 70%. Jadi kepemimpinan itu bukan bawaan, melainkan ilmu yang perlu dipraktekkan secara terus-menerus.

b. Pemimpin bukan dibentuk, tapi dilahirkan

Jadi, kepemimpinan adalah sesuatu yang tinggi atau tidak terjangkau. Pemimpin selalu erat kaitannya dengan jabatan presiden, gubernur, atau CEO. Hal tersebut membuat pemimpin seolah-olah jauh sekali dari kehidupan kita. Padahal, saat ini banyak sekali peran kepemimpinan yang ada di sekitar kita. Misalnya, kepemimpinan di keluarga kita, organisasi. Bahkan, jangkauan terdekat untuk kesempatan memimpin, cobalah memulai dari memimpin diri sendiri terlebih dahulu.

c. Kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak terjangkau

5

(7)

B. Prinsip Kepemimpinan

Pada segmen ini, kalian akan mendapatkan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik.

Prinsip kepemimpinan inklusif adalah kepemimpinan untuk semua. Ketika kita menjadi pemimpin, berarti kita milik semua anggota bukan hanya milik golongan tertentu.

Pemimpin harus dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sama dengan orang atau kelompok yang lain. Karena, pemimpin yang baik harus dapat menghargai dan mengelola perbedaan. Nah, apa saja ciri-ciri pemimpin yang inklusif?

Tahukah kamu? menurut Pemimpin.Id, kepemimpinan memiliki 3 prinsip, yaitu inklusif, efektif, dan memberdayakan.

Mungkin kalian sudah tidak asing mendengar 3 kata itu, nah agar kalian jadi lebih paham lagi, yuk kita bahas bersama!

1. Inklusif

a. Sense of Empathy

b. Kolaboratif

Pemimpin yang inklusif akan memiliki empati yang tinggi. Mereka tidak mudah menghakimi orang lain. Mereka selalu berusaha menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang untuk menghindari bias.

Kepemimpinan kolaboratif merupakan budaya inklusif yang berupaya memaksimalkan bakat dan kemampuan anggota tim dengan strategi kepemimpinan kolaboratif, yaitu (Wilson, 2013):

Menyatukan orang-orang dengan pandangan yang berbeda Mengesampingkan kepentingan pribadi

Mendiskusikan masalah secara terbuk

Mendukung upaya dalam menemukan solusi untuk mencapai tujuan bersama.

6 Seringkali kita mendapatkan tayangan tentang kisah-kisah pemimpin yang karismatik.

Jadi, banyak orang yang beranggapan bahwa apabila ingin menjadi pemimpin harus karismatik. Biasanya, penilaian ini didasarkan dari daya tarik penampilannya, baik dari segi fisik maupun gaya komunikasinya. Misalnya, banyak anggapan bahwa pemimpin karismatik itu yang memiliki postur yang tegap dan gagah, serta harus bisa berpidato dengan lancar dan berapi-api di atas podium. Padahal, kharisma itu muncul dari kepemimpinan yang efektif.

d. Pemimpin harus karismatik

(8)

b. Cultural intelligence

Kepemimpinan yang inklusif membutuhkan pemimpin yang memiliki kecerdasan dan pemahaman budaya sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai budaya, seperti:

c. Kesadaran bias

Dalam menerapkan kepemimpinan inklusif, pemimpin perlu berhati-hati. Karena, dalam pengambilan keputusan, tidak akan bisa lepas dari bias. Bias sendiri merupakan prasangka yang mendukung atau menentang suatu hal, orang, atau kelompok dibandingkan dengan yang lain, biasanya dengan cara yang dianggap tidak adil.

Makanya dalam kepemimpinan yang inklusif, pemimpin harus menyadari bahwa pengambilan keputusan tidak lepas dari bias. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat memastikan terciptanya keadilan. Kemudian, pemimpin juga dalam memberikan posisi atau jabatan harus berdasarkan kemampuan, bukan berdasarkan prasangka terkait SARA atau status sosial seseorang.

Menghargai perbedaan buday

Mengembangkan interaksi lintas buday

Meningkatkan kesadaran bahwa prasangka budaya dapat menghambat efektivitas kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif merupakan hal yang penting untuk diterapkan oleh pemimpin, karena hal tersebut terkait dengan keberhasilan mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang efektif berfokus pada penyelesaian masalahnya, yaitu bukan hanya berputar pada diskusi masalah, tetapi juga memikirkan bagaimana solusinya. Berikut merupakan kriteria pemimpin efektif, yaitu:

2. Efektif

Seorang pemimpin harus fleksibel memposisikan dirinya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Makanya pemimpin harus paham kapan harus menerapkan gaya agile leadership, empowering leadership, dan command and control leadership. Sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk menerapkan ketiga gaya kepemimpinan itu?

a. Fleksibel dan adaptif

Merupakan gaya kepemimpinan yang gesit. Lalu kapan harus diterapkan? Sekarang sudah memasuki Era Revolusi Industri 4.0 sehingga terjadi banyak perubahan besar-besaran secara cepat atau fast changing.

Agile leadership

7

(9)

Jika pemimpin merasa kinerja anggota masih belum sesuai dengan harapan, maka pemimpin dapat menerapkan empowering leadership. Empowering leadership merujuk pada pemimpin yang dapat memotivasi anggotanya, memberikan contoh yang baik dalam bekerja sehingga anggota tim akan merasa percaya diri dan berkembang potensinya. Oleh karena itu, anggota tim akan menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya sehingga meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.

Di Era fast-changing yang menuntut kita agar banyak berinovasi, gaya kepemimpinan ini memang kurang relevan untuk diterapkan. Tetapi, pada kondisi tertentu pemimpin harus menerapkan command and control leadership dalam rangka memberikan instruksi mengenai tugas baru yang harus dikerjakan. Karena dengan gaya kepemimpinan ini pemimpin dapat memberikan arahan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mengerjakannya, kapan tugas tersebut harus diselesaikan, dan memberikan kontrol ketat untuk mempertahankan standar kinerja anggota.

Empowering leadership

Command and Control leadership

b. Memiliki time management yang baik

Pemimpin yang efektif dapat mengelola waktu dengan baik. Perlu kalian ketahui, waktu adalah hal yang sangat berharga sehingga kalain harus mengelola waktu sebaik-baiknya.

Lalu, bagaimana cara mengelola waktu?. Pastinya, pemimpin perlu membuat rencana. Agar lebih efektif, kalian bisa mengelola waktu dengan menggunakan Eisenhower Matrix.

8 Makanya pemimpin di Era Revolusi 4.0 harus dapat bergerak cepat, bersikap tenang, mudah beradaptasi, inovatif, selalu belajar dari pengalaman dan memberi umpan balik, dan cerdas melihat peluang. Selain itu, pemimpin juga harus bisa menerapkan gaya- gaya yang cocok untuk kepemimpinan yang bisa lebih cepat lagi dan lebih efektif.

laKUKAN

delegasikan

PUTUSKAN

jangan lakukan

Mendesak penting untuk mencapai

tujuan

Mendesak kurang penting untuk mencapai tujuan

Bisa dilakukan orang lain

Tidak mendesak penting untuk mencapai tujuan

Tidak mendesak tidak penting untuk mencapai

tujuan

MENDESAK

PENTINGTIDAK PENTING

TIDAK MENDESAK

(10)

Kepemimpinan yang memberdayakan adalah pemimpin yang berfokus dalam memberdayakan anggotanya dengan cara membantu anggota timnya berkembang menjadi lebih baik lagi dan memaksimalkan potensinya. Lalu, bagaimana caranya mengembangkan anggota?

3. Memberdayakan

a. Leading by example: pemimpin memberi contoh kepada anggotanya dengan seperangkat perilaku yang menunjukkan komitmen untuk bekerja keras, baik kepada anggota tim, maupun diri mereka sendiri.

b. Coaching: pemimpin dapat membantu menggali potensi anggota tim agar dapat berkembang dan mandiri.

c. Participative decision making: pemimpin melibatkan informasi dan masukan dari anggota tim untuk melakukan pengambilan keputusan

d. Showing concern: pemimpin menunjukkan perhatian terhadap anggota tim dalam hal rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik.

e. Informing: pemimpin memberikan informasi kepada anggota tim terkait visi, misi, program kerja, atau informasi penting lainnya.

c. Memiliki team management skill

Team management skill adalah kemampuan seseorang untuk mengelola sekelompok individu untuk melakukan tugas tertentu. Untuk mengelola tim, hal pertama yang dilakukan adalah pemimpin harus dapat mengenali potensi, kelebihan, dan kekurangan masing-masing anggota timnya. Setelah mengetahui potensinya, maka pemimpin memiliki gambaran bagaimana meningkatkan keahlian anggotanya melalui pelatihan pengembangan diri

9

(11)

10 Kepemimpinan

Terkait dengan memberikan arah kepada anggota tim Menghadirkan motivasi

Lebih didasarkan pada komunikasi verbal

Kepemimpinan adalah untuk kelompok formal dan informal

Terkait dengan perencanaan dan anggaran

Menghadirkan kontrol dan pemecahan masalah

Lebih didasarkan pada komunikasi tertulis Manajemen untuk formal dan organisasi

yang terorganisir saja

Seorang manajer mendapatkan otoritasnya berdasarkan posisinya dalam organisasi

Seorang pemimpin mendapatkan otoritasnya dari para pengikutnya

Manajemen

C. Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

Manajemen dan kepemimpinan adalah hal terpenting dalam menjalankan sebuah organisasi. Namun, kedua kata tersebut sebenarnya memiliki arti yang berbeda.

Kepemimpinan dan manajemen tidak identik dan tidak bisa disamakan. Secara singkat, kepemimpinan dapat diartikan sebagai ilmu tentang menggalang daya dan mengelolanya. Sementara manajemen merupakan disiplin mengelola hal - hal seperti menetapkan dan mengevaluasi prioritas, menentukan kompensasi, perekrutan dan pemecatan dengan cara terbaik (Kaehler & Grundei, 2019). Untuk menjadi seorang pemimpin, kamu tidak perlu untuk menjadi manajer. Namun, seorang manajer perlu memiliki sifat - sifat pemimpin agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan efektif.

Pengertian kepemimpinan dan manajemen

Menurut Yudiaatmaja (2013), terdapat beberapa perbedaan utama antara kepemimpinan dan manajemen berdasarkan karakteristiknya, diantaranya adalah:

2. Kunci perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen

(12)

11 Terdapat empat aspek utama kepemimpinan, diantaranya:

Kepemimpinan berasal dari pengaruh sosial, bukan otoritas atau kekuasaan.

Ciri-ciri kepribadian, atribut, atau bahkan gelar tidak selalu membuat seorang pemimpin; ada banyak gaya dan jalan menuju kepemimpinan yang efektif

Kepemimpinan perlu berjalan dengan tujuan, bukan tanpa hasil yang diinginkan Meskipun definisi kepemimpinan mungkin berbeda-beda, pada dasarnya adalah proses atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan melalui maksimalisasi usaha mereka.

3. Aspek utama kepemimpinan

D. Self-Leadership

Kita sudah membahas tentang dinamika kepemimpinan dalam konteks memimpin orang lain. Padahal, kunci sukses dari memimpin orang lain adalah self-leadership. Studi terdahulu menunjukkan bahwa cara seorang pemimpin menjalankan kehidupan pribadinya memiliki dampak besar pada kemampuan untuk memimpin publik secara efektif.

1 2

3 4

Secara umum, self-leadership merupakan sebuah proses memberikan pengaruh kepada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Self-leadership juga merupakan alat yang berfungsi agar kita dapat lebih mengenal diri sendiri, yaitu tentang siapa diri kita dan apa saja yang bisa dilakukan yang dapat digabungkan dengan untuk mempengaruhi komunikasi, emosi, dan perilaku sebagai jalan untuk mencapai tujuan. Bisa dibilang kalau motif self-leadership ini berasal dari dalam diri kita

Pengertian self-leadership dan apa urgensinya?

(13)

12

Setelah mengetahui pengertian self-leadership, tahukah kamu mengapa self-leadership itu penting? :

Membantu self-direction: Self-leadership dapat membantu mengenali diri kita sendiri.

Jadi kita dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki dan hal apa saja yang disukai atau tidak disukai. Oleh karena itu, kita dapat menentukan arah akan mau dibawa kemana diri kita dan tujuan apa yang ingin kita capai.

Membantu self-planning dan time management: Kemudian, setelah dapat mengetahui arah dan tujuan hidup kita mau dibawa kemana, self-leadership dapat membantu kita menentukan rencana bagaimana agar sampai di tujuan yang diinginkan. Rencana yang dimaksud adalah menentukan strategi (langkah) dan pencapaian apa yang harus didapatkan. Lalu, dengan self-leadership akan meningkatkan kemampuan dalam mengelola waktu agar cepat sampai ke tujuan.

Membantu self-monitoring: Dengan self-leadership kita dapat memantau diri kita sendiri. Kita dapat melakukan koreksi diri apakah bekal yang dimiliki sudah cukup atau belum untuk sampai ke tujuan.

Meningkatkan self-control: Dengan self-leadership seseorang dapat meningkatkan kontrol dirinya. Jika kita telah menetapkan tujuan dan strategi mencapainya, otomatis akan menetapkan standar perilaku dan memberikan konsekuensi reward (penghargaan) serta punishment (hukuman). Jika kita berhasil mencapai target, maka perlu memberikan penghargaan kepada diri sendiri agar semakin semangat meraih impian.

Tetapi, jika mengalami kegagalan, maka kamu perlu memberikan hukuman kepada dirimu dengan menyisihkan hal-hal yang menghambat perjalananmu dan membuat strategi baru.

2. Bagaimana mengembangkan self-leadership?

Tetapkan tujuan hidup kamu: Tetapkan tujuan jangka pendek dan panjang yang terkait dengan visi dan harapanmu. Setelah kamu menetapkan tujuan, tanyakan pada diri sendiri apa yang harus dilakukan untuk mencapainya.

(14)

13 Menyadari dan memahami perasaan diri sendiri: Kalian harus dapat mengenali

emosi yang kalian alami. Cobalah untuk berfikir bahwa setiap orang memiliki emosi dan itu wajar. Kemudian, kalian bisa menamai emosimu dan apa penyebab munculnya emosi.

Menerima ide dan peluang baru: Hidup adalah sebuah petualangan sehingga tidak boleh menghindar dari sesuatu yang baru, baik itu peluang, ide, atau pengalaman.

Tanamkan ke dalam pikiran bahwa hidup adalah sebuah petualangan, jadi kita harus berani untuk menerima ide dan mencoba hal-hal baru. Katakanlah pada dirimu untuk menjadi berani, bersedia gagal, dan bangkit lagi untuk melakukan hal- hal yang menantang.

Pertanyakan semuanya: Jadilah orang yang selalu bertanya. Semakin banyak kamu bertanya, semakin banyak kamu belajar, semakin kamu tahu. Rasa ingin tahu adalah cara penting untuk menjadi pemimpin dalam hidup kamu sendiri.

Kelilingi diri kamu dengan mentor dan guru: kamu tidak bisa tumbuh ketika kamu berpikir kamu adalah orang terpintar di ruangan. Selalu waspada terhadap guru dan mentor yang lebih pintar dan berpengalaman dari kamu. Berusahalah untuk terus terinspirasi oleh sesuatu dan belajar tentang segalanya. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan sama pentingnya dengan memimpin dalam hidup kamu sendiri seperti halnya dengan karyawan kamu di tempat kerja.

Menghormati orang lain: Menjadi pemimpin bagi diri sendiri berarti belajar untuk menjadi rendah hati dan dapat menghargai orang lain.

Temukan kebaikan dan keindahan dalam diri setiap orang dan segala sesuatu:

Sangat mudah untuk menjadi kewalahan oleh hal-hal negatif dan keburukan yang ada di dunia. Kita harus mencoba untuk mencari keindahan dalam segala hal dan setiap orang.

Peduli terhadap sesama: Pastikan bahwa kasih sayang dan empati adalah bagian utama dari siapa kamu, dan kamu akan tetap terhubung dengan dasar kamu kemanusiaan. Ketika kamu melakukannya, kamu tidak hanya akan menjadi pemimpin yang lebih baik dalam hidup kamu sendiri, tetapi juga orang lain.

(15)

14

E. Leadership Level

5

People follow because of what you are and your representPINNACLERespect

4 PEOPLE DEVELOPMENT

Reproductions

People follow because of what you have done for them

3

People follow because of what you have done for the organization

PRODUCTION

Results

2 PERMISSION

Relationships

People want follow you because they want to

1

People want follow you because they have to

POSITION

Rights

Tahukah kamu? John C. Maxwell, seorang pakar kepemimpinan, menyatakan terdapat lima tahapan yang harus dilalui oleh pemimpin. Menurut beliau, kepemimpinan adalah mengenai pertumbuhan, dimana semua pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk menimbulkan pertumbuhan ke arah yang lebih baik, termasuk untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, lima tahap kepemimpinan milik Maxwell bisa menjadi gambaran bagi seorang pemimpin untuk terus berkembang, diantaranya adalah:

a. Position

Posisi (jabatan) adalah level terendah dalam kepemimpinan. Di level ini, seseorang dapat diangkat menjadi seorang pemimpin tanpa memerlukan kemampuan khusus. Oleh itu, anggota tim akan mengikuti seorang pemimpin hanya karena diharuskan. Sebagai contoh, anggota tim akan mengerjakan arahan dari atasan mereka semata-mata karena harus dan segera siap-siap pulang ketika jam menunjukkan pukul 5 sore. Makanya, walaupun kepemimpinan level 1 ini adalah tempat yang baik untuk memulai, tapi tidak baik untuk menetap di level ini terlalu lama karena komitmen serta energi anggota tim yang rendah.

(16)

15

b. Permission

Pada level kedua, anggota tim mengikuti seorang pemimpin didasarkan oleh rasa ingin dan karena mereka menikmatinya. Kunci untuk level 2 adalah relationship karena kepercayaan juga dikembangkan. Sebagai gambaran, ketika seorang pemimpin berada di level ini, mereka akan mencoba untuk mengenal lebih dalam anggota timnya serta menjalin hubungan baik. Para pemimpin mulai paham bahwa ketika mereka menghormati anggotanya, disitulah terbentuk rasa hormat dan kepercayaan. Makanya, level ini sangat penting karena menjadi pondasi untuk level berikutnya.

c. Production

Seorang pemimpin yang baik tahu bagaimana memotivasi anggota timnya untuk menyelesaikan banyak hal dan menyelesaikan sesuatu atau mencapai keberhasilan adalah inti dari level 3. Pada level ini, tingkat keproduktifitasan seorang pemimpin membantu untuk mendapatkan pengaruh dan kredibilitas mereka. Anggota tim tetap mengikuti pemimpin karena ingin, namun lebih karena mereka juga sudah melihat kemampuan sang pemimpin untuk memajukan organisasi yang dipimpin. Sebagai ilustrasi, pemimpin di level ini menganut konsep GTD atau “Get Things Done!” sehingga mereka akan menghasilkan pekerjaan yang produktif dan mencapai target perusahaan. Karakteristik pemimpin ini ada tiga, yaitu memimpin melalui contoh dan teladan, memiliki kekuatan momentum, menarik orang terbaik.

d. People Development

Level berikutnya adalah level pengembangan manusia (people development). Di level ini seorang pemimpin sadar bahwa ia tidak bisa sukses tanpa bantuan dari anggota timnya. Makanya, kunci level ini adalah reproduksi— mengenali dan mengembangkan sebanyak mungkin bibit pemimpin dari kalangan anggota tim dengan menginvestasikan tenaga, waktu dan sumber daya untuk membantu mereka tumbuh menjadi pemimpin. Sebagai contoh, pemimpin di level ini akan menggunakan berbagai cara seperti coaching, mentoring, atau bahkan counselling untuk membantu pengembangan diri anggotanya. Oleh itu, para anggota tim mengikuti pemimpin level 4 karena apa yang telah mereka dedikasikan kepada kehidupan para anggota tim.

e. Pinnacle

Di ujung level kepemimpinan, ada level yang tertinggi sekaligus paling menantang. Seorang pemimpin bisa mencapai level ini jika mereka mempunyai kemauan untuk menginvestasikan hidup mereka untuk orang lain dalam jangka waktu yang lama. Pemimpin pada level ini adalah pemimpin yang tidak hanya menjadikan anggota timnya sebagai pemimpin yang menyenangkan dan produktif, tetapi juga mampu mengembangkan pemimpin lainnya. Di level ini, anggota tim mengikuti seorang pemimpin karena siapa pemimpin tersebut dan apa yang telah ia representasikan. Kunci dari level tertinggi ini adalah rasa hormat. Salah satu contoh nyata dari pemimpin pinnacle ini adalah Ir. Soekarno, dimana beliau memenuhi kriteria Maxwell yang menjelaskan bahwa pemimpin pinnacle ini perlu mempunyai komitmen yang tinggi. Alhasil, bapak Soekarno ini masih dapat kita rasakan semangat dan nilai kepemimpinannya, bahkan setelah beliau meninggal.

(17)

16 Arnold, J. A., Arad, S., Rhoades, J. A., & Drasgow, F. (2000). The empowering leadership

questionnaire: The construction and validation of a new scale for measuring leader behaviors. Journal of Organizational Behavior, 21(3), 249–269.https://doi.org/10.1002/

(sici)1099-1379(200005)21:3<249::aid-job10>3.0.co;2-#

Daskal, L. (2017). The Leadership Gap: What Gets Between You and Greatness.

Penguin Random House. New York

Fachrunnisa, O., Adhiatma, A., Lukman, N., & Ab. Majid, M. N. (2020). Towards SMEs’ digital transformation: The role of agile leadership and strategic flexibility. Journal of Small Business Strategy, 30(3), 65-85

Farrell, M. (2017). Time Management Journal of Library Administration, 57(2), 215–222.

doi:10.1080/01930826.2017.1281666

Human Resources Online.net. (2017). 34% of Gen Z feel they lack the confidence to lead.

Https://Www.Humanresourcesonline.Net/. https://www.humanresourcesonline.net/34-of- gen-z-feel-they-lack-the-confidence-to-lead

Kaehler, B., & Grundei, J. (2018). HR Governance: A Theoretical Introduction. Springer.

Manz, C. C.; Sims, H. P. (1980). Self-Management as a Substitute for Leadership: A Social Learning Theory Perspective. Academy of Management Review, 5(3),361–368. doi:10.5465/

AMR.1980.4288845

Mehek, A., & Baker, S. (2020). Team Management: Effective Tool. 2582-5208.

Maxwell, J. C. (2013). How successful people lead: Taking your influence to the next level.

Hachette UK.

Waspodo, S. (2019). Kepemimpinan dan Manajemen-Hubungan dan Perbedaannya.

Kompasiana. https://www.kompasiana.com/sontoloyo10521/5c4ac27e6ddcae4e0773ffb9/

kepemimpinan-dan-manajemen-hubungan-dan-perbedaannya

Wilson, S. (2013). Collaborative leadership: it’s good to talk. British Journal of Healthcare Management, 19(7), 335–337. doi:10.12968/bjhc.2013.19.7.335 10.12968/

bjhc.2013.19.7.335

Landry, L. (2018, October). 6 Characteristics Of An Effective Leader. Harvard Business School Online. https://online.hbs.edu/blog/post/characteristics-of-an-effective-leader

References

(18)

17 SDGs Youth Hub. (2022, February 19). 6 Ciri Khas Pemimpin Inklusif yang Perlu Kamu Tahu

(dan Terapkan). https://sdgsyouthhub.id/berita-blog/blog/ciri-khas-pemimpin-inklusif/

Susilo, S. (2013). Sejumlah Mitos Seputar Kepemimpinan: Tinjauan Psikologi Sosial. 24(1), 1–

14.

Supriyanto, H. (2022). Evaluasi Kirkpatrick Level 3 Terhadap Pembelajaran Model 70:20:10 di Pusdiklat Pajak. Simposium Nasional Keuangan Negara 2020, 440-462.

The John Maxwell Leadership Podcast. (n.d.). Your Influence Inventory – john maxwell leadership podcast. Retrieved December 21, 2022, from https://

johnmaxwellleadershippodcast.com/episodes/john-maxwell-your-influence-inventory

Yudiaatmaja, F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Media Komunikasi FPIPS, 12(2).

Referensi

Dokumen terkait

Pusat perhatian pada badan- badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal, sedangkan komunikasi antara organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan

Pusat perhatian pada badan- badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal, sedangkan komunikasi antara organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan

Objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah keilmuan komunikasi yakni gaya kepemimpinan meliputi proses (gaya) komunikasinya secara formal dan informal. Yang menjadi

Informasi yang telah didapatkan oleh tim satgas, baik informasi formal (laporan PE, surat edaran, dll) maupun informasi informal (informasi masyarakat, media terkait) dengan

Melalui gaya kepemimpinan karismatik, seorang kepala ruang dapat menyampaikan visi secara jelas kepada anggota tim keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi

Misalnya terkait dengan permasalahan etika dan komunikasi seorang Basuki Tjahaja Purnama, sangatlah tepat bagi tim Mata Najwa untuk menghadirkan Muhammad Sanusi

pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan- kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya baik formal