• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL KGWD thp 1 (2)

N/A
N/A
Nabila Shahinaz Salma

Academic year: 2025

Membagikan "MODUL KGWD thp 1 (2)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkan penderita dalam jumlah besar.

Orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian.

Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari yang tidak mempunyai pengetahuan pertolongan pertama dan tidak terlatih sampai yang sudah berpengalaman dan terlatih.

Ada waktu antara pertolongan di lokasi kecelakaan sampai korban dapat memperoleh pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan, sehingga masa tenggang inilah yang harus di isi oleh Orang pertama yang terdekat dengan korban yang telah memiliki keterampilan Pertolongan Pertama.

Pengertian Pertolongan Pertama:

“Pemberian Pertolongan segera kepada penderita sakit / Korban kecelakaan yang memerlukan tindakan Medis Dasar”

Medis Dasar:

Tindakan Keperawatan berdasarkan Ilmu Kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam / awam terlatih secara Khusus

Batasan Tindakan yang boleh dilakukan oleh seorang pelaku pertolongan pertama adalah sesuai batasan sertifikasi yang dimiliki pelaku pertolongan pertama adalah Orang yang pertama kali memberikan tindakan di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan Pertolongan Pertama:

a. Menyelamatkan Jiwa penderita b. Mencegah cacat

c. Membeikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Secara umum semua Orang boleh menolong, namun pertolongan yang salah akan menjadi bencana atau memperparah keadaan si korban atau menambah daftar cedera yang sudah terjadi.

(2)

Prinsip Pokok Pelaksanaan Pertolongan Pertama

a. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.

Menjaga keselamatan diri sendiri adalah wajib dilakukan oleh Pelaku Pertolongan Pertama sebelum menolong penderita. Disadari kita tidak akan mampu memberikan pertolongan bila kita sendiri mengalami cedera, sebelum mencapai penderita atau pada saat sedang menolong penderita, sehingga keselamatan diri dan tim harus menjadi prioritas. Masalah keselamatan mencakup bahaya dari orang orang sekitar, bangunan yang tidak stabil, api, ledakan, hewan buas dan bahaya lainnya.

b. Dapat Menjangkau Penderita

Sebagai penolong kita harus mampu untuk menjangkau penderita, baik dalam kendaraan, ditengah kerumunan massa, terperangkap dalam bangunan, kalau perlu gunakan alat-alat sederhana.

Dalam kasus kecelakaan atau bencana, kemungkinan pelaku penolong harus memindahkan penderita lain untuk dapat menjangkau penderita yang lebih parah. Namun ingat keselamatan (para) penolong selalu nomor satu. Jangan berupaya melampaui batas kemampuan.

c. Dapat Mengenali dan Mengatasi Masalah yang Mengancam Nyawa

Ingatlah bahwa kita berada di lokasi kecelakaan untuk menyelamatkan nyawa, maka selayaknyalah kita mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa.

d. Meminta Bantuan / Rujukan

Pelaku Pertolongan Pertama harus bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih penangan penderita. Hubungi segera Ambulans dan Fasilitas Kesehatan terdekat.

e. Memberikan Pertolongan Dengan Cepat dan Tepat Berdasarkan Keadaan Korban

Carilah masalah / gangguan penderita dan berikan Pertolongan Pertama dengan menggunakan peralatan sesedikit mungkin. Masalah penderita dapat kita peroleh dari informasi yang diperoleh di tempat kejadian, saksi dan penderita itu sendiri, serta melakukan pemeriksaan dan penilaian penderita. Berdasarkan semua informasi ini kita memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan dan wewenang kita. Pertolongan Pertama dapat sederhana saja misalnya menenangkan penderita.

f. Membantu Pelaku Pertolongan Pertama Lainnya.

Kita mungkin merupakan tim kedua yang tiba di lokasi, maka menjadi kewajiban kita untuk membantu tim yang sudah ada.

g. Mempersiapkan Penderita untuk Di Transportasi (dipindahkan)

Pengangkatan dan pemindahan penderita hanya dilakukan bila perlu. Jangan sampai tindakan ini mengakibatkan cedera baru yang memperparah keadaan penderita.

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)

1. Sarung tangan karet

2. Masker

(3)

3. Masker resusitasi 4. Kacamata pelindung 5. Helm

Kotak Obat Di Perusahaan

Permenakertnas RI mo. 15 tahun 2008

NO ISI KOTAK A

(≤25 PEKERJA)

KOTAK B (≤50 PEKERJA )

KOTAK C (≤100 PEKERJA)

1 Kasa Steril Terbungkus 20 40 40

2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6

3 Perban ( lebar 10 cm) 2 4 6

4 Plester (1,25 cm) 2 4 6

5 Plester Cepat 10 15 20

6 Kapas (25 gram) 1 2 3

7 Kain Segitiga / Mitela 2 4 6

8 Gunting 1 1 1

9 Peniti 12 12 12

10 Sarung tangan sekali pakai (sepasang)

2 3 4

11 Masker 2 4 6

12 Pinset 1 1 1

13 Lampu senter 1 1 1

14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1

15 Kantong Plastik Bersih 1 2 3

16 Aquades (100 ml lar saline) 1 1 1

17 Povidone Iodine (60 ml)1 1 1 1

18 Alkohol 70% 1 1 1

19 Buku Panduan P3K ditempat Kerja

1 1 1

20 Buku Catatan 1 1 1

21 Daftar Isi Kotak 1 1 1

(4)

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Anatomi (susunan Tubuh)

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh.

Fisiologi (faal tubuh)

Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.

Posisi Anatomis

Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, kedua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.

BIDANG ANATOMIS

Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal:

1. Bidang Medial : yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan

2. Bidang Frontal : yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior) 3. Bidang Transversal : yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)

Anterior Posterior Kanan Kiri

Superior

Anferior

Bidang Transversal Bidang Frontal Bidang Medial

(5)

Istilah lain yang dapat digunakan untuk menentukan suatu titik lebih dekat dari titik referensi (proximal ) dan lebih jauh ke titik referensi (distal)

Pembagian Tubuh Manusia

Tubuh manusia di kelilingi oleh kulit dan di perkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :

a. Kepala

Tengkorak, wajah, dan rahang bawah b. Leher

c. Batang tubuh

Dada, perut, punggung dan panggul d. Anggota gerak atas

Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, dan tangan

e. Anggota gerak bawah

Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, dan kaki.

Rongga Dalam Tubuh Dalam Manusia

Selain pembagian tubuh maka juga perlu di kenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh, yaitu : 1. Rongga tengkorak

Berisi otak dan bagian-bagiannya 2. Rongga tulang belakang

Berisi bumbung syaraf atau “spinal cord

3. Rongga dada

Berisi jantung dan paru 4. Rongga perut (abdomen)

Berisi berbagai organ pencernaan. Untuk mempermudah, perut manusia di bagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kuadran sebagau berikut :

- Kuadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus) - Kuadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)

- Kuadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu) - Kuadran kiri bawah (terutama usus).

5. Rongga panggul

Berisi kandung kemih, sebagian usus besar dan organ reproduksi dalam

(6)

Sistem Dalam Tubuh Manusia

Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton) - Menopang bagian tubuh

- Melindungi organ tubuh

- Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh - Memberi bentuk bangunan tubuh

2. Sistem Otot (muskularis)

Memungkinkan tubuh dapat bergerak 3. Sistem saraf (nervus)

Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari 4. Sistem pencernaan (digestif)

Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

5. Sistem Kelenjar Buntu (endokrin) 6. Sistem Kemih (urinarius)

7. Kulit

8. Panca Indera 9. Sistem Reproduksi

10. Sistem pernapasan (respirasi)

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oksigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

Susunan pernapasan:

Saluran napas atas 1. Mulut dan hidung 2. Tekak (faring)

Saluran napas bawah

1. Pangkal tenggorokan (laring) 2. Batang tenggorokan (trakea) 3. Cabang tenggorokan (bronkus)

Paru – Paru

Otot – otot pernapasan 1. Sekat rongga dada 2. Otot rongga dada 3. Otot bantu napas

(7)

Alveoli (kantong-kantong udara dalam paru-paru tempat terjadinya pertukaran udara)

Otak (sebagai pusat pengaturan pernapasan) Fungsi :

1. Mengambil Oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh sebagai zat pembakar

2. Mengeluarkan Karbon dioksida sebagai sisa pembakaran dan akan dibuang melalui paru – paru 3. Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )

11. Sistem peredaran darah (sirkulasi) Terdiri dari :

1. Jantung

2. Pembuluh Darah

3. Darah dan Komponennya 4. Saluran Limfe

Pembuluh Darah :

1. Pembuluh Darah Nadi ( Arteri ) 2. Pembuluh Darah Balik ( Vena ) 3. Pembuluh Darah Rambut ( Kapiler ) Darah terdiri dari :

1. Cairan Plasma 2. Sel darah merah 3. Sel darah putih

4. Keping – keping darah Fungsi Darah

1. Alat pengangkut :

- Mengangkut Oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh

- Mengangkut Karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru - Mengambil zat nutrisi dari usus halus keseluruh jaringan tubuh

- Mengangkat zat tidak berguna untuk dikeluarkan dari tubuh melalui kulit dan ginjal 2. Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun

3. Mengedarkan panas keseluruh tubuh

4. Membantu membekukan darah bila terjadi luka

(8)

BAB III

PENILAIAN KORBAN

Pelaku pertolongan pertama harus menilai penderita dan keadaannya sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penatalaksanaan penderita dengan baik.

Langkah - langkah penilaian adalah sebagai berikut : A. Penilaian Keadaan

Pada saat penolong mencapai tempat kejadian sebelum melakukan sesuatu hendaknya dilakukan penilaian keadaan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang akan mendukung atau menghambat pertolongan pertama

1. Bagaimana kondisi saat itu

Apa yang sedang dihadapi, berapa jumlah korban, bagaimana mekanisme kecelakaannya, bagaimana keamanan lingkungannya, rencana pertolongannya, apa saja yang bisa dimanfaatkan saat itu.

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi

Bahaya apa yang mungkin terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penolong, penderita, dan orang - orang yang berada di sekitar kejadian, misalnya kemungkinan ledakan, hubungan pendek arus listrik, tanah longsor, perkelahian, kebakaran, dll.

3. Bagaimana mengatasinya

Penolong melakukan langkah - langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila sesuatu terjadi. Cara - cara mengatasi keadaan secara sederhana dan cepat sehingga bantuan pertolongan tidak akan mengalami kesulitan.

INGAT!!! AMANKAN DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU

Di lokasi

Pada saat tiba di lokasi kejadian penolong harus :

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang-orang di sekitar kejadian.

2. Penolong harus memperkenalkan diri.

3. Menentukan keadaan umum kejadian, memulai melakukan penilaian dini penderita.

4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.

5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

6. Minta bantuan.

(9)

B. Penilaian Dini

Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana.

Langkah - langkah penilaian dini 1. Kesan umum

Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus medis.

Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu rudapaksa/ trauma yang jelas terlihat, tidak jelas terlihat, dan atau teraba, misalnya kasus perdarahan,luka terbuka, patah tulang, penurunan kesadaran.

Kasus medis adalah kasus yang diderita oleh seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa, misalnya sesak nafas, nyeri dada dan lain - lain.

2. Pemeriksaan respon

Untuk menentukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan rangsangan yang diberikan penolong ada empat tingkatan :

A = Awas

Penderita sadar dan mengenali keberadaannya lingkungan serta waktu S = Suara

Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan penolong, misalnya dicubit, ditekan pada titik tulang dada.

T = Tidak Respon

Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun yang diberikan oleh penolong.

3. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat Menilai sirkulasi

a. Penderita respon, periksalah nadi radial (pergelangan tangan), pada bayi periksalah pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).

b. Penderita tidak respon, periksalah nadi karotis (leher) kurang dari 10 detik. Bila tidak ada nadi segera mulai tindakan resusitasi jantung paru.

Jangan terpaku pada cedera yang terlihat pastikan dahulu bahwa tidak ada perdarahan yang mengancam nyawa termasuk perdarahan yang tidak terlihat.

4. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik

Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respon atau tidak.

(10)

a. Pasien dengan respon baik

Perhatikan pada saat penderita menjawab pertanyaan penolong. Adakah gangguan dari suara atau gangguan berbicara.

b. Pasien yang tidak respon

Bila penderita tidak menderita / cedera spinal gunakan teknik angkat dagu tekan dahi.

Sebaliknya bila ada kecurigaan maka menggunakan teknik perasat pendorongan rahang bawah.

5. Penilaian pernafasan

Periksa ada tidaknya nafas dengan cara melihat apakah korban bernapas normal atau tidak. Ini bertujuan apakah nafas penderita cukup untuk dapat mempertahankan hidupnya, bila ternyata penderita tidak bernafas normal maka segera lakukan nafas buatan.

6. Hubungi bantuan

Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan, pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.

Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik. Dalam penilaian dini perlu dipertimbangkan prioritas transportasi penderita, apakah harus sesegera mungkin atau dapat ditunda.

C. Pemeriksaan Fisik Cek PLNB

(P) Perubahan Bentuk (N) Nyeri Tekan (L) Luka Terbuka (B) Bengkak Cek Tanda Vital

Parameter yang di kelompokkan dalam tanda vital adalah :

Pemeriksaan denyut nadi dapat diperiksa di :

- Leher (pembuluh nadi karotis) - Lengan atas (nadi brakhialis) - Pergelangan tangan (nadi radialis) - Lipatan paha (nadi femoralis)

Denyut Nadi Normal Bayi 120 - 150 x / menit Anak 80 - 150 x / menit Dewasa 60 - 90 x / menit

Frekuensi Pernafasan Normal Bayi 25 - 50 x / menit Anak 15 - 30 x / menit Dewasa 12 - 20 x / menit

(11)

Pemeriksaan denyut nadi Dilaksanakan selama 15 detik hasilnya dikalikan 4 untuk mendapatkan nadi permenit.

Pemeriksaan suhu tubuh

Pada pemeriksaan suhu tubuh cukup diperoleh data mengenai suhu relatif saja dengan perabaan menggunakan punggung tangan, kelembapan kulit juga harus dinilai.

D. Riwayat Penderita

Untuk menentukan riwayat penderita harus diadakan wawancara baik dengan penderita keluarga atau saksi mata. Riwayat penyakit ini sangat penting terutama pada kasus medis. Untuk memudahkan mendata riwayat penderita dikenal dengan istilah K-O-M-P-A-K.

K = Keluhan utama (gejala dan tanda)

O = Obat - obatan yang diminum atau pun yang belum M = Makanan / minuman yang terakhir dimakan / diminum P = Penyakit yang diderita

A = Alergi yang dialami K = Kejadian

E. Pmeriksaan Berkelanjutan F. Pelaporan

Semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :

 Umur dan jenis kelamin penderita

 Keluhan utama

 Tingkat respon

 Keadaan jalan nafas

 Pernafasan

 Sirkulasi

 Pemeriksaan fisik yang penting

 KOMPAK yang penting

 Penata laksanaan

 Perkembangan lainnya yang dianggap penting.

(12)
(13)

BAB IV

BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU

Tahap pertama dalam penilaian penderita adalah melakukan penilaian dini, jika dalam penilaian ini penolong menemukan gangguan pada salah satu dari ketiga komponen ini :

 Tersumbatnya jalan napas

 Tidak menemukan adanya napas

 Tidak ada nadi

Maka Penolong harus segera melakukan tindakan yang dikenal dengan istilah Bantuan Hidup Dasar.

Jantung dapat berhenti bekerja karena banyak sebab, antara lain :

Penyakit jantung, Gangguan pernapasan, Syok atau karena Komplikasi penyakit lain.

Bantuan Hidup Dasar

Pada dasarnya terganggunya salah satu sistem akan mengganggu sistem yang lainnya.

Bantuan hidup dasar merupakan cara sederhana yang dapat mempertahankan hidup sesorang untuk sementara. Bila tindakan ini dilakukan sebagai satu kesatuan yang lengkap maka tindakan ini dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru.

RUMUS : C - A - B

C. Circulatory Support = atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan pijatan jantung luar dan menghentikan perdarahan berat.

A. Airway Control = atau penguasaan jalan napas B. Breathing Support = atau bantuan pernapasan

Peluang harapan hidup penderita sangat tergantung dari pelaksanaan langkah “RANTAI KEHIDUPAN”

yang dilakukan secara bersamaan, yaitu :

(14)

(American Hearth Association dan Emergency Cardiovascular Care ; 2010 / 2015) 1. Segera kenali tanda dari henti jantung dan aktifkan system respon emergency

2. Segera lakukan RJP, perhatikan efektifitas kompresi dada 3. Defibrilasi segera jika ada indikasi

4. Penanganan terpadu oleh petugas terlatih (ACLS) 5. Perawatan post henti jantung terintegrasi

Tipe strategi RJP :

 Untuk penolong non petugas kesehatan yang tidak terlatih

“Hands only CPR” (hanya kompresi dada)

 Untuk penolong non petugas kesehatan yang terlatih

kompresi dada dan dilanjutkan dengan ventilasi dengan perbandingan 30 : 2, hingga petugas kesehatan hadir atau alat defibrilasi otomatis tersedia

 Untuk petugas kesehatan

- mengkoordinasikan perawatan secara Tim - lakukan kompresi dada 100x – 120x/mnt

- dilanjutkan dengan ventilasi dengan perbandingan 30 : 2 hingga dirujuk ke Rumah Sakit

(15)

Langkah – langkah pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar untuk penolong yang tidak terlatih

Kualitas Resusitasi Jantung Paru :

1.Kecepatan penekanan dari 100x - 120 per menit 2.Kedalaman kompresi 5 – 6 cm

Langkah – langkah Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar untuk penolong yang terlatih

(16)

Posisi Penolong ketika melakukan Resusitasi Jantung Paru Airway Control

posisi RJP

1.

Angkat Dagu Tekan Dahi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan teknik ini:

 Untuk penderita yang masih bayi, gerakan ekstensi kepala tidak boleh maksimal

 Tangan jangan sampai menekan jaringan lunak di bawah dagu

 Jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat dagu

 Perhatikan agar mulut penderita tetap terbuka

2 Pendorong Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver

Untuk penderita yang mengalami trauma pada bagian tulang belakang, metode ini aman digunakan untuk membuka jalan napas.

Pemeriksaan Jalan Napas

(17)

Untuk mendapatkan pernapasan yang cukup, jalan napas harus terbuka dengan baik dan bersih.

Pemeriksaan jalan napas pada penderita yang tidak ada respon dilakukan dengan cara membuka mulut penderita.

3.Membersihkan jalan napas Posisi pemulihan

Bila penderita dapat bernapas dengan baik dan tidak ada tanda-tanda terjadinya cidera leher, tulang punggung atau cidera pada bagian tubuh lain, maka letakkan pada posisi pemulihan atau lebih dikenal dengan istilah posisi miring mantap.

4.Sumbatan Jalan Napas

Secara umum, sumbatan jalan napas dapat terjadi baik pada jalan napas bagian atas yang meliputi mulut dan hidung sampai ke bagian larings, atau jalan napas bagian bawah yang meliputi bronkus dan lanjutannya.

Pada sumbatan total, penderita akan sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran.

Khusus untuk mengatasi sumbatan total dikenal adanya Perasat Heimlich.

Perasat Heimlich :

 Hentakan perut-pada penderita dewasa dan anak, ada respon.

 Hentakan perut, pada penderita dewasa dan anak, tidak ada respon.

 Hentakan dada, pada penderita dewasa yang kegemukan atau wanita hamil yang ada respon.

 Hentakan dada, pada penderita dewasa yang kegemukan atau wanita hamil yang tidak ada respon.

RJP yang baik bukan jaminan penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada penderita.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP : 1. Patah tulang dada dan tulang iga.

2. Bocornya paru-paru (Pneumotoraks).

3. Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada (Hemotoraks).

4. Luka dan memar pada paru-paru.

5. Robekan pada hati

Tindakan RJP dapat dihentikan apabila

1. Penderita pulih kembali.

(18)

2. Penolong kelelahan.

3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.

4. Jika ada tanda pasti mati, tidak perlu dilakukan RJP.

Kesalahan pada RJP

Perbedaan RJP pada Dewasa, anak dan bayi

Kesalahan Akibat

1. Penderita tidak berbaring pada bidang keras 2. Penderita tidak horizontal

3. tekan dahi angkat dagu kurang baik 4. Kebocoran saat melakukan napas buatan

5. lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan 6. Letak tangan kurang tepat

7. Tekanan terlalu dalam atau terlalu cepat 8. Rasio RJP dan pernapasan buatan tidak baik

1. RJP kurang efektif

2. Bila kepala penderita lebih tinggi maka jumlah darah yang ke otak berkurang.

3. Jalan napas terganggu

4. Pernapasan buatan tidak efektif 5. Pernapasan buatan tidak efektif

6. Patah tulang, lika dalam paru-paru.

7. Jumlah darah yang dialirkan kurang 8. Oksigenasi darah kurang

Perbedaan DEWASA (> 8 tahun) ANAK –ANAK (1 – 8 tahun)

BAYI (< 1 tahun) Teknik Pijat

jantung luar (PJL) 2 telapak tangan 1 telapak tangan 2– 3 jari

(19)

BAB V

GANGGUAN UMUM & KEGAWATDARURATAN MEDIS

Kedaruratan Medis adalah segala sesuatu yang diderita seseorang tanpa adanya riwayat ruda paksa.

Perhatikan gejala dan tanda, serta keluhan penderita melalui wawancara atau keterangan keluarga/saksi.

Gangguan Jantung

Faktor Resiko : Tidak dapat diubah

 Penyakit keturunan

 Jenis Kelamin (pria > wanita)

 Etnis

 Usia (30 thn<)

 Merokok

 Tekanan darah tinggi

 Kadar kolesterol tinggi

 Kurang aktivitas fisik

Faktor Penyulit: Obesitas, Diabetes, Stres Gejala

 Perasaan tidak enak, nyeri, rasa berat di dada.

 Penderita memegang dada dan sedikit membungkuk

 Nyeri berkembang dengan tiba-tiba

 Tidak respon, henti nafas dan jantung Tanda

 Nadi tidak normal

 Palpitasi Kedalama

penekanan 5 – 6 cm 1/3 diameter AP atau 2 inchi 1/3 diameter Ap atau

< 2 inchi Napas buatan Disesuaikan dengan kapasitas paru-paru korban Rasio Kompresi –

Ventilasi 30 : 2 untuk 1 atau 2 penolong

(20)

 Pelebaran p. balik

 Bengkak

 Mual, muntah

 Kepala ringan

 Lemas mendadak

 Sianosis

 Keringat berlebihan

 Merasa kiamat Pertolongan

 Tenangkan penderita

 Jangan tinggalkan penderita sendiri

 Posisikan penderita pada posisi yg nyaman

 Pastikan jalan nafas terbuka

 Beri oksigen bila ada

 Jangan beri makan / minum

 Kendorkan pakaian yang mengikat

 Bila penderita tidak sadar lakukan tindakan BHD

 Rujuk segera ke tempat rujukan.

Gangguan Pernapasan

 ISPA & ISBA

 Edema paru akut

 Penyakit paru obstruktif menahun

 Pneumotoraks spontan

 Asma / alergi

 Sumbatan jalan napas

 Emboli paru

 Hiperventilasi Gejala dan Tanda

 Sulit bicara dan bernafas

 Ada suara nafas tambahan

 Tanpak kerja otot bantu nafas

 Irama dan kualitas nafas tidak normal

 Perubahan warna kulit

 Perubahan status mental

(21)

 Pada asma ada bunyi mengi

 Nadi cepat

 Demam

 Batuk darah Pertolongan

 Tenangkan penderita

 Jaga agar jalan nafas tetap terbuka

 Nilai pernapasan penderita

 Letakkan penderita pada posisi nyaman

 Beri bantuan nafas bila perlu

 Beri oksigen sesuai ketentuan bila ada

 Bawa segera penderita ke tempat rujukan

KADAR GULA DARAH HIPERGLIKEMIA - Napas berbau aseton

- Kulit kemerahan, kering - Lapar / haus

- Nadi cepat & lemah

- Perubahan status mental sampai tidak sadar - Seperti mabuk, limbung, bicaranya mengacau - Sering buang air kecil

HIPOGLIKEMIA

- Seperti mabuk limbung, bicaranya mengacau - Bertindak aneh

- Agresif, gelisah - Nadi cepat

- Kulit dingin, keriput - Lapar

- Sakit kepala - Kejang-kejang Pertolongan

- Lakukan penilaian dini dan usahakan memperoleh riwayat penyakit - Awasi dan pantau jalan napas serta pernafasan

(22)

- Beri minuman manis bila penderita sadar - Bawa segera penderita ke tempat rujukan

STROKE

Tanda & Gejala : - Nyeri kepala

- Kehilangan kesadaran - Berbagai tingkat respon

- Rasa kesemutan / kelumpuhan pada wajah atau alat gerak - Sukar bicara

- Penglihatan kabur - Kejang

- Manik mata kanan & kiri tidak sama

- Kehilangan kontrol saluran kemih & pelepasan - Faktor usia

Pertolongan

- Tenangkan penderita

- Jangan tinggalkan penderita sendiri - Baringkan penderita

- Pastikan jalan nafas terbuka - Berikan oksigen bila ada

- Kendurkan bagian yang mengikat tubuh penderita - Bila respon tidak ada beri tindakan BHD

- Bawa segera penderita ke tempat rujukan

- Hati-hati bila ada bagian tubuh penderita yg lumpuh

EPILEPSI Tanda & Gejala :

 Pandangan mendadak kosong, merasa mendengar atau melihat sesuatu

 Teriakan tercekik

 Jatuh tiba-tiba, berbaring kaku sesaat, punggung melengkung

(23)

 Wajah dan leher kebiruan dan sembab

 Gerakan kejang otot

 Tidak ada respon

 Mulut berbuih, kadang berdarah

 Mungkin lidah tergigit

 Mungkin hilang kendali kemih dan pencernaan

 Penderita kembali sadar dalam waktu yang tidak lama

 Setelah kejang, penderita kelelahan dan tidur Pertolongan

 Lindungi penderita dari cedera

 Jangan menahan atau melawan kejang

 Lindungi lidah penderita dari tergigit

 Posisikan stabil segera

 Rawat cedera akibat kejang

 Jaga jalan nafas agar tidak tersumbat

 Biarkan istirahat

 Hindari penderita dari ketegangan dan rasa malu sekeliling

HISTERIA Tanda & Gejala :

 Hilang kesadaran sesaat dengan sikap terkesan dibuat – buat

 Mungkin berguling - guling di tanah

 Nafas cepat

 Tidak dapat bergerak atau jalan, tanpa sebab yang jelas Pertolongan

 Tenangkan penderita

 Hindarkan penderita dari massa

 Bawa penderita ke tempat tenang

 Dampingi penderita dan awasi terus

 Anjurkan ke dokter, setelah tenang

PINGSAN

(24)

Tanda & Gejala : - Perasaan limbung

- Pandangan berkunang – kunang dan telinga berdenging - Lemas, keluar keringat dingin

- Menguap

- Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung dalam beberapa menit - Denyut nadi lambat

Pertolongan

- Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan - Longgarkan pakaian

- Usahakan penderita menghirup udara segar - Periksa cedera lainnya

- Beri selimut, agar badannya hangat

- Bila pulih, usahakan istirahat beberapa saat - Bila tidak cepat pulih, maka :

- Periksa nafas dan nadi - Posisikan stabil

- Bawa ke RS / dokter / Puskesmas

KEJANG DAN PANAS Tanda & Gejala :

- Kejang otot disertai nyeri 🡪 otot tungkai dan perut - Kelelahan

- Mual

- Mungkin pingsan Pertolongan :

- Pindahkan ke tempat yang teduh / sejuk - Beri minum

- Rujuk ke fasilitas kesehatan

KELELAHAN PANAS Tanda & Gejala :

(25)

 Pernafasan cepat dan dangkal

 Nadi lemah

 Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat

 Pucat, keringat berlebihan

 Lemah

 Pusing, kadang penurunan respons

 Lidah kering dan haus Pertolongan

 Baringkan penderita di tempat teduh

 Kendorkan pakaian yang mengikat

 Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm

 Berikan oksigen bila ada

 Beri minum bila penderita sadar

 Rujuk ke fasilitas kesehatan

SENGATAN PANAS Tanda & Gejala :

 Pernafasan cepat dan dalam

 Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah

 Kulit terasa kering, panas kadang kemerahan

 Manik mata melebar

 Kehilangan kesadaran

 Kejang umum atau gemetar pada otot Pertolongan :

 Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin

 Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, di belakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher

 Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya

 Rujuk ke fasilitas kesehatan

(26)

KERACUNAN

Pengertian Keracunan

Suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Reaksi kimianya merusak jaringan tubuh atau mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan dengan reaksi obat karena reaksi obat dalam tubuh memang diinginkan, namun ada kalanya terjadi reaksi obat yang tidak diinginkan . Beberapa contoh zat yang berupa racun : insektisida, sianida ( pada singkong beracun ), racun binatang ( ular, kalajengking dll ).

Terjadinya keracunan pada manusia : a. Sengaja ( Bunuh diri )

b. Tidak sengaja ( makanan,minuman, udara beracun ) c. Penyalahgunaan obat

Berdasarkan jalur masuknya racun kedalam tubuh manusia, keracunan dibagi menjadi empat : 1) Keracunan melalui mulut / alat pencernaan

Gejala :

- Mual muntah - Nyeri perut - Diare

- Napas berbau - Suara parau

- Luka bakar pada daerah mulut - Adanya sisa racun di daerah mulut - Mulut berbusa Penanganan :

- Beri minum anti racun umum ( norit, susu, putih telur, air kelapa, air mineral ) - Usahakan si penderita muntah

- Jangan muntahkan bila menelan asam/basa kuat, minyak, korban kejang, korban tidak sadar 2) Keracunan melalui kontak / penyerapan ( kulit )

Gejala :

- Kulit daerah kontak berwarna kemerahan - Nyeri

- Melepuh dan meluas Penanganan

(27)

- Buka baju penderita

- Bila racun berupa serbuk sikat sampai bersih

- Siram bagian yang terkena racun dengan air ( minimal 20 Menit ) - Jangan siram kulit dengan air yang terkena soda api

3) Keracunan melalui suntik / gigitan Gejala :

- Luka di daerah suntikan / gigitan - Nyeri pada daerah gigitan - Kemerahan

- Perubahan warna kulit

Penanganan : Rujuk ke fasilitas kesehatan Gejala dan tanda keracunan :

1.Penurunan kesadaran, gangguan status mental ( gelisah, ketakutan ) 2.Gangguan pernapasan

3.Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan 4.Mual, muntah, mulut berbusa

5.Lemas, lumpuh, kesemutan 6.Pucat, kebiruan ( sianosis ) 7.Kejang-kejang

8.Syok

9.Denyut nadi tak beraturan

Penanganan Keracunan secara umum :

1. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.

2. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.

3. Lakukan penilaian dini

4. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada

5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah

6. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilas lah daerah yang terkena dengan air.

7. Penatalaksanaan syok bila terjadi (Lihat Bab Perdarahan dan Syok).

8. Pantaulah tanda vital secara berkala.

9. Bawa ke RS/dokter/Puskesmas.

Gigitan Ular

(28)

Bila seseorang penderita luka gigitan ular menunjukkan gejala dan tanda maka berarti keadaannya serius dan perlu penanganan khusus.

Beberapa gejala dan tanda : 1. Demam

2. Mual dan muntah 3. Pingsan

4. Lemah

5. Nadi cepat dan lemah 6. Kejang

7. Lipur Gangguan pernapasan Penanganan pada gigitan ular

 Amankan diri penolong dan tempat kejadian

 Tenangkan penderita

 Lakukan penilaian dini

 Rawat luka, bila perlu pasang bidai.

 Rujuk ke fasilitas kesehatan Alternatif :

 Pemakaian pembalut elastis

 Identifikasi ular

 JANGAN MEMAKAI TORNIKET

(29)

BAB VI PERDARAHAN

Perdarahan

Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit.

Klasifikasi sumber perdarahan / golongan perdarahan

1.

Perdarahan nadi (arteri)

Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar keluar sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang.

2.

Perdarahan balik (vena)

Darah yang keluar dari pembuluh balik, mengalir, berwarna merah gelap.

3.

Perdarahan rambut (kapiler)

Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.

Jenis-jenis perdarahan

1.

Perdarahan luar

Perdarahan yang tampak / terlihat jelas keluar dari luka terbuka.

2.

Perdarahan dalam

Perdarahan dalam, biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak. Kadang - kadang terlihat berada di bawah permukaan kulit tanpa memar.

Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi :

Luka tusuk

(30)

Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung

Muntah atau batuk darah

Memar luas pada batang tubuh

Luka tembus dada atau perut

Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut

Buang air kecil atau besar berdarah

Penanganan

A. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :

1.

Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban

2.

Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan

3.

Cucilah tangan segera setelah selesai merawat

4.

Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.

B. Mengendalikan perdarahan luar

1.

Tekan langsung

Tekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya perdarahan akan berhenti setelah 5- 15 menit. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.

2.

Elevasi (Tinggikan posisi luka dan lakukan bersamaan dengan tekanan langsun ).

3.

Tekan pada titik tekan

a)

Arteri Brakialis (pembulu nadi di lengan atas)

b)

Arteri Femoralis (pembuluh nadi di lipat paha)

(31)

4.

Torniket

Sebaiknya digunakan apabila semua cara menghentikan perdarahan gagal.

Kerugian adalah kematian jaringan dibawah distal, yang mengaibatkan begian tersebut harus di amputasi.

Perawatan perdarahan

1. Pada perdarahan besar :

a)

Jangan buang waktu hanya untuk mencari penutup luka

b)

Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan)

c)

Pertahankan dan tekan cukup kuat

d)

Rawat luka setelah perdarahan terkendali

2. Pada perdarahan ringan atau terkendali :

a)

Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka

b)

Tekan sampai perdarahan terkendali

c)

Pertahankan penutup luka dan balut

d)

Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama

3. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam :

a)

Baringkan dan istrihatkan penderita

b)

Buka jalan napas dan pertahankan

c)

Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi

d)

Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan terjadi syok

e)

Jangan beri makan dan minum

f)

Rawatlah cedera berat lainnya bila ada

g)

Bila ada berikan oksigen

h)

Rujuk ke fasilitas kesehatan Perlu diingat :

Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti menghentikan perdarahan sama sekali.

Syok

(32)

Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak, jantung dan paru – paru).

Penyebab

1.

Kegagalan jantung memompa darah

2.

Kehilangan darah dalam jumlah besar

3.

Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik

4.

Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare

Tanda

a)

Pernapasan : cepat dan dangkal

b)

Nadi : cepat dan lemah

c)

Kulit : pucat, dingin dan lembab

d)

Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga

e)

Mata : pandangan hampa, pupil melebar

Gejala :

*Mual dan mungkin muntah *Pusing

*Haus *Gelisah dan takut mati

*Lemah

Penanganan syok :

1.

Bawa penderita ke tempat teduh dan aman

2.

Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20 - 30 cm bila tidak

3.

ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai.

4.

Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki

5.

Pakaian penderita dilonggarkan

6.

Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut

7.

Tenangkan penderita

8.

Pastikan jalan napas dan pernapasan baik

9.

Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada

10.

Bila ada berikan oksigen sesuai protokol

11.

Jangan beri makan dan minum

(33)

12.

Periksa berkala tanda vital secara berkala

13.

Rujuk ke fasilitas kesehatan

(34)

BAB VII

CEDERA JARINGAN LUNAK

Cedera Jaringan Lunak

Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu luka.

Klasifikasi Luka :

1.

Luka Terbuka

Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit. Jenis Luka Terbuka :

a.

Luka lecet

b.

Luka sayat / iris

c.

Luka robek

d.

Luka tusuk

e.

Luka avulsi (sobek)

f.

Luka amputasi.

2.

Luka tertutup

Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan / terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di bawah kulit. Jenis luka ini dikelompokkan dalam luka tertutup namun beberapa jenis luka ini dapat berupa campuran antara luka tertutup dan terbuka.

1.

Memar

Gejala dan Tanda :

Nyeri

Bengkak

Warna merah kebiruan (memar)

Nyeri tekan.

2.

Cedera karena himpitan kuat

3.

Cedera remuk.

Penutup Luka dan Pembalut Penutup luka

Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat di atas luka. Bahan yang dipakai sebaiknya berdaya serap baik dan cukup besar untuk menutup seluruh permukaan luka, seperti kasa steril.

Penutup luka oklusif (kedap dari plastik)

Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah keluar masuknya udara dan menjaga kelembapan ogan dalam.

Penutup luka tebal (bantalan penutup luka)

Setumpuk bahan penutup luka setebal kurang lebih 2-3 cm.

Fungsi penutup luka

Membantu mengendalikan perdarahan

Mencegah kontaminasi lebih lanjut

(35)

Mempercepat penyembuhan

Mengurangi nyeri.

Pembalut

Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut :

Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan

Mempertahankan penutup luka pada tempatnya

Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan. Beberapa jenis pembalut :

Pembalut pita / gulung

Pembalut segitiga (mitela)

Pembalut tabung / tubuler

Pembalut penekan.

Pedoman Penutupan Luka dan Pembalutan

1.

Penutupan luka

Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.

Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.

Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi (teknik aseptik).

2.

Pembalutan

Usahakan untuk memasang pembalut setelah perdarahan terhenti. Kecuali pembalut penekan yang memang berfungsi untuk menghentikan perdarahan.

Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.

Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai.

Bila membalut luka sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar dari luas luka. Ini dilakukan untuk menambah luasnya permukaan tubuh yang mengalami tekanan sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.

Jangan menutupi ujung jari kecuali terdapat luka di bagian tersebut, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari.

Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.

Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari distal ke proksimal arah jantung.

Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan misalnya untuk

(36)

pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadan lu rus.

Bila pembalutan melingkari dada, perintahkan penderita menarik napas dalam terlebih dahulu, tahan napas baru kencangkan pembalut. Bila penderita tidak respon, kencangkan pada saat penderita menarik napas (inhalasi).

Jangan melakukan pembalutan melingkari leher.

Perawatan Luka Terbuka

1.

Pastikan daerah luka terlihat

2.

Bersihkan daerah sekitar luka

3.

Kontrol peredaran bila ada

4.

Cegah kontaminasi lanjut

5.

Beri penutup luka dan balut

6.

Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah.

7.

Tenangkan penderita

8.

Atasi syok bila ada, kalau perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi

9.

Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Perawatan Luka Tertutup

Khusus untuk memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :

1.

Istirahatkan anggota gerak tersebut

2.

Berikan kompres dingin (misalnya kantong es)

3.

Balut tekan

4.

Tinggikan anggota gerak tersebut.Perawatan luka dengan benda asing menancap Langkah - langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut :

1.

Stabilkan benda yang menancap secara manual.

2.

Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut, kecuali pada pipi (yang akan dibahas di bawah ini).

3.

Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.

4.

Kendalikan perdarahan, hati - hati jangan sampai menekan benda yang menancap.

5.

Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain - lainnya.

6.

Rawat syok bila ada

7.

Jaga pasien tetap istirahat dan tenang

8.

Rujuk ke fasilitas kesehatan

Perawatan luka kulit kepala

1.

Kendalikan perdarahan dengan penekanan langsung pada luka dan beri penutup luka. Bila curiga ada perdarahan yang disertai patah tulang tengkorak terbuka maka gunakan bantalan yang tebal untuk menghentikan perdarahan.

2.

Pasang pembalut

(37)

3.

Tinggikan, bila tak ada patah tulang tengkorak, cedera tulang belakang atau dada. Tetapi jangan posisikan penderita tidak sadar dengan kepala - bahu relatif lebih tinggi.

Gejala dan tanda yang mungkin ditemukan pada cedera perut

1.

Nyeri dan kejang perut

2.

Nyeri tekan pada dinding perut

3.

Memar

4.

Ada luka terbuka

5.

Muntah darah

6.

Gejala dan tanda syok

7.

Penderita memegang dan melindungi perut

8.

Penderita berbaring dengan tungkai tertekuk

9.

Pada luka terbuka mungkin terlihat adanya organ dalam perut keluar (umumnya usus)

Catatan : Gejala dan tanda di atas tidak selalu ada semua.

Perawatan luka terbuka pada dinding perut

Perawatan luka tertutup pada dinding perut

Catatan: Jangan beri makanan dan minuman.
(38)

BAB VIII LUKA BAKAR

Penyebab luka bakar adalah:

*Termal (Suhu > 60 C) *Kimia

*Listrik *Radiasi

Luas Permukaan Tubuh

1.

Luka bakar ringan :

Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.

2.

Luka bakar sedang :

Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.

3.

Luka bakar berat :

Luka bakar disertai cedera saluran napas.

Luka bakar tiga pada wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

1.

Luka bakar yang disebabkan :

Listrik : luka bakar tampak kecil tetapi kerusakan di dalam jaringan tubuh cukup luas.

Kimia : masing - masing bahan memiliki ciri - ciri sendiri.

2.

Daerah yang terkena :

Wajah

Tangan dan Kemaluan, bokong, dan paha bagian dalam

Sendi

kaki

Karena dapat terjadi penyulit dalam proses penyembuhannya dikemudian hari.

3.

Faktor penyulit

Usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun, dianggap berat.

Adanya penyakit penyerta

Penanganan Luka Bakar Secara Umum

Cara Menghitung Luas Permukaan Luka bakar :

(39)

Hukum Sembilan (Rule of Nine)

Luas permukaan telapak tangan korban = 1 Derajat Berat Luka Bakar :

Juga dinilai berat bila :

Sal. Napas, jaringan lunak, tulang, alat gerak

Wajah, tangan, kaki, kemaluan, sirkumferensial

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong

1.

Hentikan proses luka bakar

2.

Lepaskan pakaian dan perhiasan

3.

Lakukan penilaian dini

4.

Tentukan derajat luka bakar dan luas luka bakar

5.

Tutup luka bakar

6.

Jaga suhu tubuh penderita

7.

Rujuk ke fasilitas Kesehatan

Penanganan beberapa luka bakar khusus : Luka bakar Kimia :

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong :

Segera siram /aliri luka bakar dengan air sebanyak - banyaknya, sekurang-kurangnya 20 menit. Jangan buang waktu mencari antidotnya.

Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi makin kuat dengan air misalnya bubuk kaustik soda.

Bila mengenai mata, siram dengan air mengalir, dan lepaskan lensa kontak.

Minimalkan kontaminasi lanjut dengan aliran air sedemikian rupa hingga tidak mengenai daerah sehat.

Derajat 1

Deraj

at 2 Derajat 3 Ringan < 50% < 15% < 2%

Sedang > 50% 15 - 30

%

2 – 5%

Berat Tak dinil ai

> 30% > 5%

(40)

Bila penderita terkontaminasi, upayakan membersihkan penderita dari jauh, jangan sampai penolong juga terkena bahan kimia.

1.

Bahan kimia padat / bubuk, asap dengan sikat halus kemudian siram dengan air sebanyak - banyaknya.

2.

Siram atau aliri dengan air sekurang - kurangnya selama 20 menit.

3.

Amankan bekas pakaian penderita yang terkontaminasi.

4.

Pasang penutup luka steril pada bagian luka.

5.

Atasi syok bila ada.

6.

Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Luka bakar listrik

Gejala dan tanda syok listrik :

Perubahan status mental dan penurunan respon

Tampak luka bakar berat

Pernapasan dangkal, tidak teratur atau tidak ada

Denyut nadi lemah, tidak teratur atau tidak ada

Patah tulang majemuk karena kontraksi otot.

Penanganan luka bakar listrik

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong

1.

Lakukan penilaian dini

2.

Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan tempat listrik keluar

3.

Tutup muka dengan penutup luka steril kering

4.

Atasi syok, bila ada

5.

Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Catatan :

Penolong harus siap melaukan RJP pada penderita yang tersengat listrik. Penderita harus dipantau dengan ketat, karena henti napas dan henti jantung sering berulang.

Luka bakar Inhalasi ( terhisap / tercium oleh hidung ) Gejala dan tanda yang mungkin ditemukan :

1.

Bulu hidung hangus terbakar

2.

Luka bakar pada wajah

3.

Butir arang karbon dalam cairan ludah

4.

Bau asap atau jelaga pada pernapasan

5.

Kesukaran napas

6.

Pernapasan berbunyi

7.

Serak, batuk, sukar bicara

8.

Gerakan dada terbatas

9.

Kulit kebiruan

Penanganan :

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong

1.

Pindahkan penderita ke tempat aman

(41)

2.

Berika oksigen, bila perlu oksigen yang dilembabkan

3.

Penilaian dini terutama jalan napas dan pernapasan

4.

Bila perlu, lakukan pernapasan buatan

5.

Rujuk ke fasilitas Kesehatan

(42)

BAB IX

CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

Fraktur / Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang, seluruhnya atau sebagian.

Patah tulang dibagi dua : patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup yang disebabkan oleh gaya langsung, gaya tidak langsung, gaya puntir.

Tanda & Gejala :

Berubah bentuk

Nyeri & Kaku

Memar

Adanya bunyi patahan

Bengkak

Ujung tulang terlihat

Sendi terkunci

Gangguan. Sirkulasi

Gangguan. Gerakan Sirkulasi Sensasi

Dislokasi ( Urai / Cerai Sendi )

Pengertian : Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi

Penyebab : Sendi teregang melebihi batas normal,sehingga kedua ujung tulang menjadi terpisah,tidak pada tempatnya.

Jaringan ikat sendi tertarik melebihi batas normal dan mungkin sampai terobek.

Gejala & tanda : Hampir sama dengan gejala dan tanda pada patah tulang

Terkilir / Keseleo

Pengertian : Robeknya /terputusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal

Penyebab : Gerakan yang salah (terpeleset), sendi meregang melampaui gerakan normal

Gejala & tanda : Nyeri bengkak, nyeri tekan, warna merah kebiruan.

Terkilir Otot ( Strain )

Pengertian : Robeknya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot), karena teregang

melebihi batas normal.

(43)

Penyebab : Terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Merupakan salah satu cedera olahraga yang paling sering terjadi.

Gejala & tanda :

Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu

Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot

Bengkak pada daerah cedera

Pertolongan cedera pada sistem otot rangka :

1.

Lakukan penilaian dini.

2.

Lakukan pemeriksaan Fisik

3.

Stabilkan bagian yang patah secara manual

4.

Upayakan yang diduga patah dapat dilihat

5.

Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada

6.

Siapkan alat-alat seperlunya (bidai dan mitela)

7.

LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!

8.

Kurangi rasa sakit

9.

Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

Penanganan Terkilir :

-

Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera

-

Tinggikan bagian yang cedera

-

Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu

-

Balut tekan dan tetap tinggikan

-

Rawat sebagai patah tulang

-

Rujuk ke fasilitas kesehatan

Pertolongan pada beberapa cedera alat gerak :

1.

Cedera bahu

Dislokasi bahu adalah cedera yang paling sering terjadi di daerah bahu. Bila terjadi patah tulang selangka, mungkin terlihat rongga pada daerah lengan atas di bawah tulang selangka. Pada cedera ini tindakan yang paling baik adalah memasang gendongan.

2.

Cedera Patah tulang lengan atas

Tulang lengan atas merupakan tulang yang cukup tebal dan kuat, bila tulang ini cedera waspadailah cedera jaringan disekitarnya. Pertolongan :

a. letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap kedalam

(44)

b. Pasang bidai sampai siku

c. Ikat di daerah diatas dan diaerah yang patah d. Lengan bawah digendong

e. Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang bidai sampai ke lengan bawah, dan biarkan tangan tergantung, tidak usah digendong.

f. Rujuk ke fasilitas kesehatan

3.

Cedera patah tulang lengan bawah

Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan merupakan cedera yang sering ditemukan. Pertolongan a. letakkan tangan di dada

b. Pasang bidai dari siku sampai tangan

c. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang patah d. Lengan digendong

e. Rujuk ke fasilitas Kesehatan

4.

Cedera tangan dan jari

Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling mudah adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu membalut tangan tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang cedera adalah jari, maka ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya. Bila yang cedera lebih dari satu jari maka bidailah seluruh tangan

5.

Patah tulang paha

Perubahan bentuk pada patah tulang paha biasanya terlihat dengan jelas, disamping nyeri dan pembengkakkan. Pertolongan :

a. Pasang dua bidai dari :

(45)

Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki

Lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki

b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah

c. Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki – telapak kaki dengan pembalut utnuk mengurangi pergerakan.

d. Rujuk ke fasilitas Kesehatan Catatan :

-

Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam, sehingga penderita dapat mengalami syok

-

Bila ada patah tulang terbuka, atasi perdarahan dan rawat lukanya

6.

Cedera Lutut

Bila lutut berada dalam posisi tertekuk maka bidailah dalam posisi tersebut dan bila lurus maka bidailah dalam posisi lurus. Cara membidainya sama seperti patah tulang paha .

7.

Patah tulang tungkai bawah

Umumnya kedua tulang tungkai bawah mengalami cedera bersamaan. Letaknya yang sangat dekat denganpermukaan kulit menyebabkan cedera ini sering berupa patah tulang terbuka . Pertolongan :

a.

Pasang 2 bidai disebelah luar dan dalam tungkai yang patah dari lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki.

b.

Beri bantalan kapas atau kain antara bidai atau kain.

c.

Rujuk ke fasilitas kesehatan

(46)

BAB X

CEDERA KEPALA & SPINAL

Cedera kepala

Benturan atau ruda paksa paa daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik ringan maupun berat.

Penyebab : benturan benda tumpul dengan kepala

Gejala dan Tanda :

1.

Perubahan respon

2.

Gangguan pernapasan ( tidak teratur )

3.

Sakit kepala, pusing mendadak

4.

Mual dan muntah proyektil

5.

Gangguan penglihatan

6.

Manik mata ( pupil ) itdak simetris

7.

Kejang

8.

Perubahan tanda vital

9.

Nyeri disekutar cedera

10.

Luka terbuka atau tertutup di daerah kepala

11.

Darah atau cairan otak keluar melalui telinga atau hidung

12.

Memar dibelakang telinga ( Battle Sign )

13.

Memar disekeliling mata ( Racoon’s eyes )

14.

Kehilangan rasa danterganggu sistem motoric

15.

Postur abnormal

(47)

Cedera Spinal

Pengertian : semua cedera yang berhubungan dengan tulang belakang

Gejala dan Tanda :

1.

Perubahan pada kepala, leher dan tulang belakang

2.

Kelumpuhan pada alat gerak

3.

Kelumpuhan pada alat gerak dan gangguan saraf pada alat gerak

4.

Hilangnya kemampuan mengendalikan BAK dan BAB

5.

Priapismus ( ereksi yang menetap )

6.

Dapat terjadi Syok

Penanganan :

1.

Lakukan penilaian dini dan analisa mekanisme cedera

2.

Baringkan dan istirahatkan penderita

3.

Immobilisasi kepala dan leher ( stabilisasi manual )

4.

Hentikan perdarahan bila ada, jangan lakukan tekanan langsung

5.

Berikan oksigen bila ada, sesuai protokoler

6.

Tutup dan balut luka

7.

Periksa tanda vital secara berkala

8.

evakuasi dengan papan spinal atau alas keras sejenisnya

9.

Rujuk ke fasilitas kesehatan

(48)

BAB XI

BEKERJA DI RUANG TERBATAS

Ruang terbatas (confined space) adalah ruang yang:

1) Cukup luas dan memiliki konfigurasi sedimikian rupa sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya.

2) Mempunyai akses keluar masuk yang terbatas seperti pada tank, kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses terbatas.

3) Tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus menerus di dalamnya.

Contoh confined space : tanki, kapal/ponton, tongkang, tong, gudang tertutup, kubah, parit atau terowongan.

Bahaya yang dapat timbul di ruang terbatas adalah sebagai berikut:

1) Kekurangan dan kelebihan Oksigen (<19 % atau >23 %) 2) Bahan mudah terbakar dan meledak

3) Bahan beracun (gas)

4) Substansi padat atau cair yang tersimpan

5) Energi mekanis, energi listrik, atau panas yang tidak terkendali

Persyaratan K3 di Ruang Terbatas

Agar para pekerja dapat bekerja di ruang terbatas dengan aman dan nyaman, maka diperlukan adanya persyaratan K3 yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut :

Persyaratan yang wajib dilakukan untuk memasuki ruang terbatas dengan ijin khusus, antara lain sebagai berikut :

Jika pintu masuk dibuka maka pada jalur tersebut perlu dipasang penghalang sementara/selusur untuk mencegah masuknya pekerja tanpa disengaja dan untuk melindungi pekerja yang berada di dalam dari kejatuhan benda asing dari luar.

Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan harus diuji terlebih dahulu, berturut-

(49)

turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang mudah terbakar dan kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan yang telah dikalibrasi. Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian tersebut.

Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika terdapat pekerja di dalamnya

Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih dan tidak boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan.

Udara dalam ruangan harus diuji secara berkala sesering mungkin untuk memastikan bahwa pengaturan aliran udara dapat mencegah akumulasi udara yang berbahaya dalam ruangan.

Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa kesehatan kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat :

1) Sakit sawan atau epilepsy

2) Penyakit jantung atau gangguan jantung

3) Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan 4) Gangguan pendengaran

5) Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi 6) Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya

7) Gangguan atau sakit tulang belakang 8) Kecacatan penglihatan permanen

9) Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja di ruang terbatas

Jika pekerja akan memasuki ruang terbatas untuk melakukan suatu pekerjaan, diperlukan alat pelindung diri (APD) sebagai berikut :

1) Respirator (alat bantu pernapasan)

2) Safety harness (tali pengikat tubuh agar tidak jatuh) 3) Safety shoes (sepatu terstandard)

4) Safety helmet (penutup kepala/topi terstandard)

5) Safety gloves (sarung tangan terstandard)

(50)

BAB XII

PEMINDAHAN PENDERITA

Saat tiba dilokasi kita, ada kemungkinan penderita yang ditemukan harus segera dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan penderita yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemindahan penderita :

Lakukan penilaian mengenai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat memindahkan penderita.

Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat penderita, termasuk bagaimana menggerakkannya.

Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin dapat mengendalikannya.

Selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan jaga tetap seimbang.

Gunakan tenaga otot tungkai, hindari pembebanan otot punggung.

Posisi punggung harus tegak waktu mengangkat penderita.

Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong.

Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang.

Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui penderita.

Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.

Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.

Sebagai penolong selalu muncul beberapa pertanyaan pada saat menemukan penderita diantaranya:

a.

Kapan saatnya penderita harus dipindahkan ?

b.

Apakah penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum pemindahan ?

c.

Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga ?

Jawaban secara pasti tidak ada, mengingat semua hal di atas itu tergantung dari keadaan.

Macam - macam pemindahan penderita

1.

Pemindahan darurat

Tindakan ini hanya dilakukan bila:

(51)

a.

Ada bahaya langsung terhadap penderita, misalnya :

Kebakaran atau bahaya kebakaran.

Ledakan atau bahaya ledakan.

Sukar untuk mengamankan penderita dari bahaya di lingkungan tersebut.

Bangunan yang tidak stabil.

Mobil terbalik.

Kerumunan masa yang resah.

Material berbahaya (bahan kimia, limbah beracun dan lainnya).

Tumpahan minyak.

Cuaca ekstrim.

b.

Memperoleh jalan masuk atau menjangkau penderita lainnya.

c.

Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi penderita tidak sesuai untuk perawatannya atau perlu mereposisi penderita, misalnya akan melakukan RJP. Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal.

Beberapa macam pemindahan darurat

Menarik kemeja penderita

Menarik dengan selimut

Menarik dengan kain / bahan lembaran

Menarik dengan ketiak / lengan

2.

Pemindahan biasa / tidak darurat

Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita, maka penderita hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita selesai ditangani, yaitu:

a.

Penilaian awal sudah lengkap dilakukan.

b.

Denyut nadi dan nafas stabil dan dalam batas normal.

c.

Tidak ada perdarahan luar tidak terkendali atau tidak ada indikasi perdarahan dalam.

d.

Mutlak tidak ada cedera spinal atau leher, dan cedera bukan di daerah leher.

e.

Semua patah tulang sudah dimobilisasi.

Posisi Penderita

(52)

Selain masalah pemindahan penderita, hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana mengatur posisi penderita. Secara umum dapat dikatakan

bahwa posisi penderita tergantung dari keadaannya.

Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita adalah :

 Penderita dengan syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang) dan cedera spinal.

 Penderita dengan gangguan pernafasan, posisikan duduk atau setengah duduk.

 Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai ditekuk.

 Penderita yang muntah - muntah posisikan nyaman dan awasi jalan nafas.

 Penderita trauma, terutama tersangka cedera spinal harus segera distabilkan dan immobilisasi dengan papan spinal panjang.

 Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat lainnya posisikan miring stabil / pemulihan.

 Posisikan nyaman, bila cedera tidak mengganggu.

Posisi terbaik melakukan pemindahan tergantung kondisi saat itu.

(53)

Peralatan EVAKUASI:

(54)
(55)

BAB XII

PENGERTIAN, CAKUPAN DAN PERSIAPAN PENGKAJIAN AWAL

Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetric yang diurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan.

Anamnesis awal dilakukan bersama- sama periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting berka

Referensi

Dokumen terkait

Operator pointer digunakan untuk melakukan operasi pada operand yang berupa pointer. Pada bahasa Pascal, digunakan tanda ^ sebagai deference pointer seperti dijelaskn pada

Adalah teknik pijatan yang dilakukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan nyeri punggung dengan menggunakan sentuhan tangan pada punggung klien secara

Polimorfisme genetik pada gen Vitamin D Receptor (VDR) berhubungan dengan homeostatis tulang dan penyakit hilangnya tulang adalah tanda utama dari penyakit periodontal, sehingga

Diagnosis keperawatan dari pengkajian dan observasi yang dilakukan pada Ny.S ditemukan ada tanda dan gejala yang muncul terkait dengan gangguan bersihan jalan napas

Jika ada cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trakhea tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line.. Berikan oksigen dengan

Gejala klinis dari ikan sampel dan ikan uji adalah luka kemerahan di bagian tubuh seperti pada sirip dubur, sirip punggung, dan sungut serta terdapat geripis pada

Pada bulan Oktober 2016 telah dilakukan penelitian dengan mengambil data sekunder berupa lembaran permintaan pemeriksaan CT Scan kepala-leher pada penderita dengan

Masyarakat yang menganut sistem patriarki ini meletakkan kaum laki-laki pada posisi dan kedudukan yang dominan dibandingkan dengan kaum perempuan, sedangkan kaum perempuan dianggap