• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL-PERKEMBANGAN-MORAL.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODUL-PERKEMBANGAN-MORAL.pdf"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

Sedangkan menurut Bronson, ada enam tahapan perkembangan pada anak usia dini, yaitu (bayi muda (lahir sampai usia 6 bulan); (2) bayi tua (7 sampai 12 bulan); (3) balita muda (usia satu tahun); (4) ) balita yang lebih tua (2 tahun); (5) TK dan TK (usia 3 sampai 5 tahun); dan (6) anak usia sekolah dasar dengan nilai rendah atau sekolah dasar (usia 6 sampai 8 tahun). Usia berkisar dari lahir hingga usia prasekolah. Pada usia kelas 1 sampai kelas 3 SD, pembelajaran anak hendaknya dilaksanakan sesuai tahapan perkembangan anak usia dini.

KARATERISTIK ANAK USIA DINI

Oleh karena itu, masa kanak-kanak seringkali dipandang sebagai masa emas bagi penyelenggaraan pendidikan. Jean Piaget mengemukakan bahwa ciri-ciri anak usia dini terdiri dari penekanan pada tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang terdiri dari tiga tahap. Pemahaman terhadap ciri-ciri berpikir anak usia dini sebagaimana diuraikan di atas mengandung makna perlunya pendekatan pembelajaran terpadu dalam upaya memfasilitasi perkembangan berpikir dan kreativitas anak.

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Perkembangan moral dan agama pada anak usia dini sendiri sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap dirinya sejak ia dilahirkan. Sikap orang tua terhadap anak secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral dan agama anak, yaitu melalui proses peniruan (imitation). Orang tua yang menciptakan iklim keluarga yang religius (religius) dengan memberikan pengajaran atau bimbingan nilai-nilai agama kepada anak akan memungkinkan anak mengalami perkembangan moral dan keagamaan yang optimal.

EMPATI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

Rasa malu hanya bergantung pada penilaian eksternal, rasa bersalah bergantung pada sanksi internal dan eksternal. Ausubel menjelaskan bahwa rasa bersalah merupakan salah satu mekanisme psikologis terpenting dalam proses sosialisasi. Rasa bersalah menjadi penjaga dalam diri setiap individu dan bertugas menjaga keselarasan antara perilaku individu dengan nilai-nilai moral masyarakat.

Hal ini terjadi melalui empati, yang mendasari rasa bersalah antarpribadi ketika secara sadar telah merugikan orang lain. Rasa bersalah atas setiap tindakan yang kita anggap bertanggung jawab muncul secara alami, namun peran orang tua dan orang dewasa di sekitar anak sangat penting dalam terbentuknya rasa bersalah pada diri seorang anak, terutama dalam kaitannya dengan peran penentu kedisiplinan orang tua. Anak yang dapat berempati terhadap kekurangan atau kondisi menyedihkan yang dialaminya sebagai bentuk konsep sosial mengenai kelompok tertentu, seperti kemiskinan, kecacatan, kekurangan dan ketidakberdayaan, akan meningkatkan rasa bersalah anak ketika anak merasa tidak mampu bertindak sesuai tanggung jawabnya.

Orang dewasa yang tidak membantu orang yang mengalami kesulitan cenderung merasa bersalah dan motivasi egois untuk membantu terbukti mengurangi perasaan ketidaknyamanan pribadi. Perasaan bersalah atas setiap tindakan yang dianggap tanggung jawabnya wajar terjadi, namun peran orang tua dan orang dewasa di sekitar anak sangat penting dalam pembentukan rasa bersalah pada anak, terutama kaitannya dengan peran penerapan disiplin dari orang tua. Eisenberg dkk (1989) telah melakukan banyak penelitian tentang pengaruh empati terhadap perilaku menolong baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Dari hasil penelitian terhadap orang dewasa dapat disimpulkan bahwa kemampuan empati pada orang dewasa meningkatkan perilaku menolong terhadap orang yang mengalami kesulitan, namun lebih ditunjukkan sebagai upaya untuk mengurangi rasa tertekan dalam diri.

TOKOH PERKEMBANGAN MORAL RANAH AFEKTIF

Anak biasanya tidak merasa takut terhadap orang lain dan tetap mempunyai cara pandang yang sama dengan orang lain. Anak akan mulai mengenali perbedaan setiap individu, termasuk emosi yang dimilikinya dengan emosi yang dimiliki orang lain. Pada awalnya anak akan memahami bahwa ada perbedaan antara dirinya dengan orang lain ketika dihadapkan pada situasi yang berbeda sehingga akan menghasilkan emosi dan respon yang berbeda pula.

Kemudian menilai perasaan orang lain dengan menganalisis situasi orang tersebut terlibat dalam konteks dan latar belakang. Memfasilitasi hubungan dengan orang lain sehingga setiap individu akan mudah merasa diterima dan dipahami oleh orang lain. Pada tahap ini, orang tersebut melihat kebutuhan orang lain lebih penting daripada kebutuhannya sendiri.

Berbuat baik berarti bertanggung jawab, dan “berbuat benar” adalah pengorbanan diri demi kepentingan orang lain. Dia mulai memikirkan pemikiran orang lain, dia juga memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Yang dimaksud Erikson dengan keintiman, selain hubungan antara pria dan wanita, juga kemampuan merasakan dan peduli terhadap orang lain.

Jika tidak ada keakraban antara teman atau suami istri, menurut Erikson maka akan terjadi apa yang disebut isolasi, yaitu kesepian tanpa orang lain karena perbedaan selera dan kepedulian satu sama lain.

POLA PERKEMBANGAN EMOSI

Pada tahap ini, bayi mulai belajar bahasa, yang memungkinkannya memahami alasan suatu emosi dan mengungkapkan perasaannya secara verbal. Orang tua membantu anak-anak pada usia ini menghadapi emosi negatif dengan menggunakan pengajaran, memberi contoh melalui penalaran, dan penjelasan verbal. Sejak usia 4 tahun, anak mulai menguasai kemampuan peningkatan ekspresi emosinya yang disesuaikan dengan keadaan.

Keterampilan ini disebut aturan tampilan emosi, yaitu aturan spesifik budaya yang menunjukkan kesesuaian dalam mengekspresikan emosi dalam situasi tertentu. Pada tahap ini, kecanggihan dalam memahami dan menampilkan ekspresi emosi yang sesuai secara sosial meningkat. Gender memainkan peran penting dalam menampilkan emosi, pria berusaha lebih keras menyembunyikan rasa takut dibandingkan wanita.

Mereka yang menginjak usia dewasa muda (18-30 tahun) mempunyai kebutuhan akan keintiman dan hubungan seksual. Mereka berusaha menghindari perasaan terasing, yang membuat mereka bersaing untuk mendapatkan cinta dan penghargaan. Interaksi emosional sangat intens pada masa remaja, yang mana interaksi tersebut menjadi lebih lancar dan lebih pribadi.

Pada usia lanjut mereka mulai mengalami penurunan kondisi fisik, sehingga banyak yang mulai mengakhiri karir kerjanya.

KARAKTERISTIK EMOSI ANAK

Kemarahan merupakan ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak dibandingkan rasa takut. Alasannya adalah rangsangan marah lebih banyak dan anak belajar sejak dini bahwa marah adalah cara yang efektif untuk mendapatkan perhatian atau mendapatkan apa yang diinginkannya. Secara umum, situasi yang menimbulkan kemarahan mencakup berbagai jenis keterbatasan, hambatan terhadap gerak anak, baik hambatan tersebut berasal dari orang lain maupun dari ketidakmampuan diri sendiri, hambatan terhadap aktivitas yang sudah dimulai, dan hambatan terhadap keinginan, rencana, dan niat anak. yang ingin dilakukan anak tersebut.

Kecemburuan adalah reaksi normal terhadap kehilangan cinta yang nyata, khayalan, atau terancam. Ada tiga sumber utama kecemburuan, dan pentingnya masing-masing sumber bervariasi sesuai usia. Pertama, kecemburuan masa kanak-kanak umumnya tumbuh di rumah: yaitu, timbul dari hubungan yang ada di rumah.

Kedua, situasi sosial di sekolah juga menjadi sumber kecemburuan pada anak yang lebih besar. Faktor belajar memegang peranan penting dalam menentukan siapa yang memihak pada seseorang atau benda tertentu. Anak-anak cenderung lebih menyukai orang yang dicintainya, dan anak-anak bersikap baik terhadap orang tersebut.

Benda cinta dalam bentuk haiwan atau benda kadangkala menjadi pengganti kepada objek cinta manusia.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI

Melalui olahraga, kita mendorong anak untuk merespons rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi menyenangkan dan mencegah mereka merespons secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi tidak menyenangkan.

IMPLIKASI PENGEMBANGAN NILAI MORAL

Upaya pengembangan perilaku nilai-nilai kehidupan hendaknya tidak hanya mengedepankan pendekatan intelektual semata, namun juga mengedepankan keberadaan lingkungan yang mendukung dimana faktor lingkungan itu sendiri merupakan perwujudan nyata dari nilai-nilai kehidupan tersebut. Selain itu, lingkungan mengajak, mengajak atau menawarkan kesempatan untuk lebih aktif dalam lingkungan itu sendiri, yang ditandai dengan larangan dan aturan.

Pengertian Perkembangan moral

TINGKAT PRA KONVENSIONAL

Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh konsekuensi fisik yang diterima anak sebagai imbalan atas perilakunya. Boleh atau tidaknya, dimarahi adalah pujian, dimaknai oleh anak sebagai indikasi perbuatan yang dilakukan atas dasar hukuman dan pujian. Anak memaknai suatu perbuatan sebagai perbuatan baik apabila menyenangkan dirinya sendiri dan orang lain.

Menghindari hukuman dan mematuhi secara membabi buta kepada penguasa dianggap berharga dalam diri seorang anak. Anak-anak pada tahap ini berasumsi bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang dapat berperan dalam memuaskan kebutuhan mereka sendiri dan terkadang kebutuhan orang lain.

TINGKAT KONVENSIONAL

TINGKAT PASCA – KONVENSIONAL

CONTOH DILEMA MORAL YANG DIGUNAKAN KOHLBERG Kohlberg mengembangkan wawancara keputusan moral dalam dokumen aslinya.

CONTOH DILEMA MORAL YANG DIGUNAKAN KOLBERG Kohberrg menyususn wawancara keputusan moral dalam di sertai aslinya

Berdasarkan uraian tahapan perkembangan moral, berikut perbandingan perkembangan moral menurut Piaget, Kolhberg dan Erikson.

PENDEKATAN DALAM PERKEMBANGAN MORAL BAGI ANAK 1. Pendekatan pengembangan Moral bagi anak usia dini

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral pada anak usia dini merupakan suatu perubahan psikologis pada anak usia dini yang memungkinkan mereka mengetahui perilaku baik yang seharusnya. Jika orang tua atau pendidik PAUD ingin anaknya berkarakter atau berakhlak mulia, maka optimalisasi pembinaan moral anak usia dini tidak bisa diabaikan begitu saja. Oleh karena itu optimalisasi pembinaan moral pada anak usia dini tidak dapat dipungkiri dan harus dilakukan secara intensif.

Perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua atau pendidik PAUD sangat menentukan baik buruknya perilaku anak usia dini, baik buruknya pada anak. Oleh karena itu, perkembangan moral dan emosional pada anak usia dini dapat dioptimalkan dengan memberikan contoh perilaku moral yang sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu pembiasaan merupakan cara yang efektif untuk mengoptimalkan perkembangan moral dan agama pada anak usia dini.

Orang tua atau pendidik PAUD dapat menggunakan metode reward and punishment untuk mengoptimalkan pembinaan moral dan agama pada anak usia dini. Konseling individual diberikan secara tatap muka antara orang tua atau pendidik PAUD dengan anak. Penggunaan metode konseling akan lebih efektif bila orang tua atau pendidik PAUD mendampingi menggunakan metode bercerita. P.

Berbagai keterampilan yang harus dikuasai orang tua atau pendidik PAUD dalam menggunakan metode bercerita antara lain: Metode bermain juga dapat digunakan oleh orang tua atau pendidik PAUD untuk mengoptimalkan perkembangan moral dan agama pada anak usia dini. Untuk mengoptimalkan pembinaan moral dan agama pada anak usia dini, orang tua atau pendidik PAUD dapat mengajak anak melakukan karyawisata, misalnya berziarah atau berziarah ke makam pahlawan, berziarah ke makam wali dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Buku/Artikel: karakter sebagai saripati tumbuh kembang anak usia dini / Teori-teori Dasar Perkembange. an Moral PadJ Usia Dini : Suatu Perspektif

12 Rizki Ananda, “ ImplementasI Nilai - nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini”. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol.. perbuatan yang tidak

Media VCD Upin Ipin dan VCD Fiqih Anak sesuai dengan tahapan pola berpikir anak usia dini tentang perkembangan nilai-nilai moral dan agama melalui contoh perilaku yang

Abstrak : Pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak usia dini hendaknya disertai dengan penerapan langkah-langkah perkembangan Nilai- nilai Agama

Selain pentingnya pendidikan dimulai sejak dini, anak dalam masa usia dini perlu mendapatkan penanaman nilai moral agar pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan

2020 Perkembangan moral dan agama pada anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan perilaku oleh anak usia dini berkaitan dengan kemampuannya dalam memahami dan melaksanakan

Perkembangan moral adalah suatu proses perubahan yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, baik perilaku atau pembentukan karakter pada anak.. Perkembangan ini terjadi pada sebagian

ISSN PENGARUH PEMBELAJARAN SENTRA IMTAQ BERBASIS VIDEO TERHADAP PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK USIA DINI Ayu Elisa1 Universitas Jambi *ayuelisa08@gmail.com Abstrak