NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG
“MARSINAH MENGGUGAT” KARYA RATNA SARUMPAET
Uswatun Khasanah , Yulianto Wibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
Drama, sebagai cabang sastra yang khas, menampilkan keunikan dalam bahasa dan pesan yang disampaikannya, berbeda dengan puisi dan fiksi. Dalam konteks bahasa, drama menggunakan petunjuk lakuan untuk menciptakan suasana dan dialog antar karakter.
Penulis drama memusatkan perhatian pada kehidupan manusia dan problematikanya.
Monolog, sebagai bagian penting dari drama, menampilkan percakapan yang dilakukan oleh satu karakter secara sendirian, menjadi momen di mana karakter tersebut mengungkapkan pemikiran dan perasaannya secara mendalam. Melalui penelitian ini, tujuan utamanya adalah untuk menggambarkan, menganalisis, dan mengidentifikasi nilai- nilai pragmatik, seperti moral, sosial, dan religius, yang tersirat dalam monolog drama.
Metode deskriptif kualitatif digunakan dengan pendekatan pragmatik untuk mencapai tujuan tersebut.Penelitian ini menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana monolog dalam drama menjadi cerminan dari nilai-nilai kehidupan yang lebih luas. Dengan memanfaatkan pendekatan pragmatik, penelitian ini tidak hanya mengidentifikasi nilai-nilai moral, sosial, dan religius yang terkandung dalam monolog, tetapi juga memahami bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pemahaman terhadap sastra drama, tetapi juga memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika manusia dan masyarakat yang tercermin dalam karya sastra.
Kata kunci: drama, nilai, pragmatik PENDAHULUAN
Naskah drama seringkali menjadi media yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, dan politik kepada masyarakat. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, naskah drama memiliki kekuatan untuk menggugah emosi, menyampaikan ide-ide kompleks, dan merangsang pemikiran kritis. Dalam konteks ini, analisis nilai-nilai kehidupan dalam naskah drama menjadi penting untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
Salah satu naskah drama yang mencerminkan realitas sosial dan memuat pesan moral yang mendalam adalah "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet. Naskah ini mengisahkan kisah nyata seorang buruh perempuan yang gigih memperjuangkan hak-haknya dan hak-hak sesama buruh di tengah kondisi sosial yang keras dan penuh tekanan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik.
Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memahami makna-makna yang terkandung
dalam teks secara lebih mendalam, serta menganalisis nilai-nilai kehidupan yang termanifestasi dalam interaksi antar karakter dalam naskah drama. Dengan demikian, pendekatan pragmatik memberikan wawasan yang luas dalam memahami konteks sosial, politik, dan budaya di dalam naskah drama.
Pragmatik adalah suatu ilmu bahasa yang dapat menganalisis suatu bahasa yang dituturkan dan dapat menghasilkan makna dari setiap kalimat yang diucapkan ( Subyanto, 1992: 1). Perkembangan pragmatik berkembang karena adanya tingkat kesadaran para ilmu bahasa untuk men gkaji pragmatik lebih dalam. Di dalam ilmu pragmatik, tidak terlepas dari bahasa dan harus sesuai dengan konteks bahasa yang di maksud. Ketika seseorang berkomunikasi ia juga harus melihat situasi saat berbicara dan serta unsur-unsur yang terdapat dalam situasi tutur yang di lakukan saat berkomunikasi. Pragmatik juga merupakan ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks, dan keadaan. Dalam KBBI, pragmatik diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pragmatik memiliki kajian atau bidang telaah tertentu yaitu deiksis, praangapan, tindak tutur,implikatur dan prinsip kerja sama. Jika dikaitkan pragmatik dengan karya sastra salah satunya bisa ditinjau dari dialog antar tokoh dengan menggunakan prinsip kerja sama.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam naskah drama monolog "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet. Melalui pendekatan pragmatik, penelitian ini akan menganalisis perjuangan Marsinah dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai buruh, serta nilai-nilai keadilan, anti-korupsi, dan pantang menyerah yang terkandung dalam naskah tersebut. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan moral dan sosial yang ingin disampaikan oleh penulis naskah, serta relevansinya dalam konteks sosial dan politik saat ini.
Penelitian tentang nilai-nilai kehidupan dalam naskah drama memiliki relevansi yang besar dalam konteks literatur Indonesia dan pembangunan karakter individu maupun masyarakat. Dengan memahami pesan moral dan sosial yang terkandung dalam naskah drama, pembaca dapat diinspirasi untuk bertindak lebih bijaksana, berani, dan gigih dalam menghadapi tantangan kehidupan. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan dalam memperkaya kajian sastra Indonesia dan mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sastra.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Metode ini bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam, mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah, dan mengembangkan akan satu atau lebih fenomena yang dihadapi. Objek pada penelitian ini adalah naskah drama monolog “Marsinah Menggugat” karya Ratna Sarumpaet, yakni berusaha untuk menggambarkan, menganalisis,
mengidentifikasi nilai-nilai pragmatik baik itu nilai moral, nilai sosial, nilai religius yang ada di dalam naskah drama monolog tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan berpijak pada teori pragmatik, analisis nilai-nilai kehidupan dalam naskah drama monolog “Marsinah Menggugat” karya Ratna Sarumpaet dapat di deskripsikan sebagai berikut.
1. Nilai Perjuangan
Naskah ini secara jelas mengangkat isu perjuangan dan hak-hak kaum buruh.
Marsinah, sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai seorang buruh kecil yang berusaha memperjuangkan hak-haknya dan nasib rekan-rekannya di tempat kerja. Hal ini mencerminkan realitas yang sering terjadi, di mana kaum buruh, khususnya mereka yang berada di level bawah, seringkali menghadapi berbagai bentuk pelanggaran hak dan eksploitasi. Melalui monolog Marsinah, naskah ini menyoroti betapa sulitnya perjuangan buruh untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka, seperti upah yang layak, jam kerja yang wajar, serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Marsinah menggambarkan bagaimana para majikan dan pemilik perusahaan seringkali mengabaikan atau bahkan menindas hak-hak buruh demi kepentingan ekonomi mereka sendiri. Lebih jauh lagi, naskah ini juga menekankan pentingnya solidaritas dan kolektivitas di kalangan buruh. Marsinah menyerukan agar rekan-rekannya bersatu untuk memperjuangkan hak-hak mereka secara bersama-sama. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa perjuangan buruh tidak dapat dilakukan secara individual, melainkan membutuhkan kekuatan kolektif untuk mencapai perubahan yang signifikan. Selain itu, naskah ini juga mengangkat isu keterlibatan pemerintah dan aparat keamanan dalam menekan gerakan buruh. Marsinah menggambarkan bagaimana aparat keamanan digunakan untuk memukul balik dan menindas aksi-aksi buruh yang menuntut hak-hak mereka. Hal ini menyoroti betapa lemahnya posisi buruh dalam berhadapan dengan kekuatan politik dan ekonomi yang lebih dominan. Secara keseluruhan, nilai perjuangan dan hak buruh menjadi inti dari naskah "Marsinah Menggugat".
Naskah ini berfungsi sebagai kritik sosial yang mengingatkan pembaca akan pentingnya memperjuangkan hak-hak kaum buruh yang seringkali terabaikan oleh sistem yang ada. Melalui tokoh Marsinah, naskah ini mengajak pembaca untuk memiliki empati dan solidaritas yang kuat terhadap perjuangan buruh demi terciptanya keadilan sosial yang lebih baik. Nilai Perjuangan ini tergambarkan dalam penggalan monolog berikut.
“Aku hanya seorang buruh kecil. Tapi aku punya hak yang sama dengan orang lain.
Aku punya hak untuk hidup layak, untuk makan, untuk beristirahat, untuk bersama keluargaku.”
“Aku hanya ingin upahku cukup untuk makan, untuk menyekolahkan anak-anakku, untuk membeli obat bila sakit. Aku hanya ingin jam kerjaku tidak lebih dari delapan jam sehari.”
“Kami semua buruh di pabrik ini. Kami semua punya nasib yang sama. Kami semua ingin hidup layak. Kami semua ingin diperlakukan adil.”
“Tapi mereka tak mau mendengar. Mereka tak mau tahu. Mereka hanya ingin untung.
Mereka hanya ingin kekuasaan.”
“Mereka datang dengan senjata. Mereka datang dengan tongkat. Mereka datang untuk memukul kami. Kami hanya ingin bicara. Kami hanya ingin menyampaikan tuntutan kami.”
2. Nilai keadilan dan atnti korupsi
Dalam monolog ini, Ratna Sarumpaet menggambarkan bagaimana sistem hukum dan lembaga pemerintahan yang seharusnya melindungi rakyat, justru menjadi alat bagi para penguasa untuk melakukan ketidakadilan dan korupsi. Hal ini menjadi sorotan utama dalam naskah ini.Secara pragmatik, naskah ini mendorong pembaca untuk kritis terhadap praktik-praktik korupsi yang terjadi di dalam sistem pemerintahan dan lembaga hukum. Ratna Sarumpaet ingin menyampaikan pesan bahwa seringkali kekuasaan disalahgunakan oleh para penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka, bukan untuk melayani dan melindungi rakyat. Melalui tokoh Marsinah, naskah ini menggambarkan bagaimana seorang buruh kecil harus berjuang melawan ketidakadilan dan korupsi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya menjadi pelindungnya.
Marsinah digambarkan sebagai sosok yang gigih melawan segala bentuk penindasan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dialaminya. Secara pragmatik, naskah ini mendorong pembaca untuk memiliki kesadaran akan pentingnya penegakan hukum yang adil dan bebas dari kepentingan politik. Ratna Sarumpaet ingin menyampaikan pesan bahwa sistem hukum dan pemerintahan harus benar-benar berfungsi untuk melindungi hak-hak rakyat, bukan menjadi alat bagi para penguasa untuk melakukan korupsi dan ketidakadilan. Dalam konteks Indonesia, isu keadilan dan anti-korupsi memang menjadi permasalahan yang sangat krusial. Naskah "Marsinah Menggugat" dapat dipandang sebagai kritik tajam terhadap praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi di dalam sistem pemerintahan dan lembaga hukum. Secara pragmatik, naskah ini mendorong pembaca untuk terus berjuang menegakkan keadilan dan memberantas korupsi demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Nilai keadilian dan anti korupsi ini tergambarkan pada penggalan monolog berikut.
“Aku Marsinah, buruh pabrik sepatu. Aku dipukuli, disiksa, dan dibunuh. Aku mati karena memperjuangkan hak-hakku sebagai buruh.”
“Mereka bilang aku mati karena bunuh diri. Tapi aku tahu, aku dibunuh. Dibunuh oleh mereka yang seharusnya melindungiku.”
“Mereka yang seharusnya menegakkan hukum, justru menjadi pelaku kejahatan.
Mereka yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, malah menjadi penindas.”
“Aku mati, tapi perjuanganku tidak akan berhenti. Aku akan terus menggugat, menuntut keadilan bagi diriku dan bagi semua rakyat yang tertindas.”
“Selama masih ada ketidakadilan, selama masih ada korupsi, aku akan terus menggugat. Aku akan terus berjuang untuk menegakkan keadilan bagi semua orang.”
3. Nilai pantang menyeraah
Nilai pantang menyerah merupakan salah satu tema sentral yang diangkat dalam naskah "Marsinah Menggugat". Hal ini terlihat jelas dari bagaimana tokoh Marsinah digambarkan sebagai sosok yang gigih dan tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai seorang buruh. Meskipun Marsinah harus menghadapi berbagai bentuk penindasan, ancaman, dan bahkan kematian, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk terus berjuang. Ia sadar bahwa perubahan tidak akan datang dengan mudah, namun ia yakin bahwa perjuangannya akan membuahkan hasil di masa depan. Dalam satu kutipan, Marsinah dengan tegas menyatakan, "Aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah menyerah pada nasib. Aku tak pernah menyerah pada ketidakadilan." Kalimat ini menjadi representasi dari semangat pantang menyerah yang dimiliki oleh Marsinah dalam menghadapi realitas yang tidak adil. Ratna Sarumpaet, melalui naskah ini, ingin menyampaikan pesan bahwa pantang menyerah adalah kunci untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Meskipun realitas yang dihadapi seringkali sulit dan penuh tantangan, namun keyakinan dan kegigihan untuk terus berjuang akan menjadi sumber kekuatan bagi seseorang untuk meraih cita-citanya. Secara lebih luas, naskah ini mengajak pembaca untuk memiliki semangat pantang menyerah seperti Marsinah dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup. Naskah ini mendorong pembaca untuk tidak mudah patah semangat dan terus berjuang demi masa depan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat yang lebih luas. Nilai pantang menyerah ini tergambarkan pada penggalan monolog berikut.
“Aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah menyerah pada nasib. Aku tak pernah menyerah pada ketidakadilan.”
“Aku akan terus berjuang. Aku akan terus berteriak. Aku akan terus menggugat. Sampai aku mati!”
“Aku percaya, suatu hari nanti, anak-anak kecil seperti aku, akan bisa hidup dengan layak. Aku percaya, suatu hari nanti, anak-anak kecil seperti aku, akan bisa makan kenyang setiap hari.”
“Aku tak akan menyerah. Aku tak akan menyerah pada ketakutan. Aku tak akan menyerah pada ancaman. Aku tak akan menyerah pada kematian.”
“Aku akan terus berjuang. Aku akan terus berteriak. Aku akan terus menggugat. Sampai akhir hayatku!”
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pragmatik dalam Monolog Marsinah, memberikan banyak nilai-nilai kehidupan bagi para pembaca.
Nilai-nilai kehidupan itu sendiri tergambar dari tokoh Marsinah dalam menjalani hidupnya sebagai buruh pabrik. Nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil antara lain nilai pantang menyerah, nilai keberanian, nilaiperjuangan, serta nilai keikhlasan. Keempat nilai tersebut dapat kita cerminkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Marsinah mengajarkan kepada kita bahwa menjalani hidup harus penuh dengan kegigihan, dan dalam hidup, sesekali kita harus menentukan sikap, jika tidak, kita tidak akan pernah menjadi apa-apa. Itulah yang tercermin dari kegigihan Marsinah dalam memperjuangkan hak-hak buruh dan rakyat kecil..
DAFTAR PUSTAKA
Puspitoningrum, E. (2020). Analisis Nilai Moral Naskah Drama Ande-Ande Lumut Melalui Pendekatan Pragmatik. Wacana: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran, 4(2), 62-69.
AGUS WINTARNO, A. W. (2013). ANALISIS DIALOG PERAN NASKAH MAK COMBLANG MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK SEBAGAI UNSUR PENDIDIKAN DRAMA (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Lubis, Ramadhan Saleh, et al. "Analisis Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Pragmatik Pada Antologi Cerpen Karya Hasan Al Banna." Jurnal UNIMED 9.4 (2020): 122-34.
Nasution, Melinda. "Nilai-Nilai Kehidupan dalam Naskah Drama Kibar Bendera Si Sarto di Halaman Rumah Karya Rodli TL (Kajian Pragmatik)." RUANG KATA: Journal of Language and Literature Studies 3.01 (2023): 50-64.
Kasmawati, K. (2022). Kritik Sastra dengan Pendekatan Pragmatik pada Cerpen “Malaikat Juga Tahu” Karya Dewi Lestari. DIKSI: Jurnal Kajian Pendidikan dan Sosial, 3(2), 253-261.
PURBA, F. A. (2022). ANALISIS PENGGUNAAN TINDAK TUTUR LOKUSI DAN ILOKUSI PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO.
Pasek, W. (2019). PRINSIP KERJASAMA DALAM NOVEL MAGENING KARYA WAYAN JENGKI SUNARTA (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Ganesha).