• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ragam Deiksis dalam Naskah Drama Monolog "Marsinah Menggugat" Karya Ratna Sarumpaet

N/A
N/A
Yeni Anjeli

Academic year: 2024

Membagikan "Penggunaan Ragam Deiksis dalam Naskah Drama Monolog "Marsinah Menggugat" Karya Ratna Sarumpaet"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN RAGAM DEIKSIS PADA NASKAH DRAMA MONOLOG YANG BERJUDUL MARSINAH MENGUGAT KARYA

RATNA SRUMPAET

Uswatun Khasanah , Yulianto Wibowo

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Drama monolog "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet merupakan salah satu karya sastra yang memakai ragam deiksis secara intensif, mengeksplorasi peristiwa tragis seorang buruh pabrik bernama Marsinah yang menjadi simbol perjuangan hak asasi dan keadilan.

Karya ini tidak hanya menyentuh secara emosional tetapi juga menawarkan kekayaan lingual melalui penggunaan deiksis sebagai alat untuk meningkatkan ekspresivitas dan kedalaman makna. Dengan memfokuskan pada fenomena penggunaan deiksis dalam naskah drama, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana deiksis digunakan untuk membangun relasi antara tokoh, narasi, dan pembaca atau penonton serta kontribusinya terhadap pembentukan makna dan nuansa dalam naskah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan pragmatik, mengkaji teks drama untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi jenis-jenis deiksis yang dipergunakan, termasuk deiksis persona, tempat, dan waktu, serta fungsi dan efeknya terhadap pembacaan naskah.

Analisis dilengkapi dengan kerangka teori pragmatik yang memandang teks sebagai tindakan komunikatif yang terjadi dalam konteks tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ratna Sarumpaet menggunakan ragam deiksis dengan strategis untuk menyeret penonton ke dalam dinamika internal Marsinah dan konflik yang dihadapinya. Penggunaan deiksis persona mengungkap kompleksitas karakter dan relasi sosial, sedangkan deiksis tempat dan waktu memperkuat setting dan konteks sosial-politik yang mengelilingi peristiwa.

Dalam "Marsinah Menggugat", deiksis berfungsi tidak hanya sebagai alat gramatikal tetapi juga sebagai mekanisme naratif yang menyatukan elemen tokoh, waktu, dan tempat untuk memperkaya cerita dan meningkatkan imersi audiens. Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan kekuatan deiksis sebagai alat ekspresif dalam drama, khususnya dalam

"Marsinah Menggugat" oleh Ratna Sarumpaet, dimana penggunaannya berkontribusi secara signifikan terhadap ketajaman naratif dan kekuatan emosional dari teks.

Kata kunci: Deiksis, Drama Monolog, Pragmatik, Komunikasi Naratif

(2)

PENDAHULUAN

Naskah drama seringkali menjadi media yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan moral, sosial, dan politik kepada masyarakat. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, naskah drama memiliki kekuatan untuk menggugah emosi, menyampaikan ide-ide kompleks, dan merangsang pemikiran kritis. Dalam konteks ini, analisis nilai-nilai kehidupan dalam naskah drama menjadi penting untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya.

Salah satu naskah drama yang mencerminkan realitas sosial dan memuat pesan moral yang mendalam adalah "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet. Naskah ini mengisahkan kisah nyata seorang buruh perempuan yang gigih memperjuangkan hak-haknya dan hak-hak sesama buruh di tengah kondisi sosial yang keras dan penuh tekanan.

Pragmatik adalah suatu ilmu bahasa yang dapat menganalisis suatu bahasa yang dituturkan dan dapat menghasilkan makna dari setiap kalimat yang diucapkan ( Subyanto, 1992: 1). Perkembangan pragmatik berkembang karena adanya tingkat kesadaran para ilmu bahasa untuk men gkaji pragmatik lebih dalam. Di dalam ilmu pragmatik, tidak terlepas dari bahasa dan harus sesuai dengan konteks bahasa yang di maksud. Ketika seseorang berkomunikasi ia juga harus melihat situasi saat berbicara dan serta unsur-unsur yang terdapat dalam situasi tutur yang di lakukan saat berkomunikasi. Pragmatik juga merupakan ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks, dan keadaan.

Drama, sebagai salah satu cabang utama sastra, memiliki kekuatan unik dalam menyampaikan pesan dan emosi melalui dialog antar tokoh dan konflik yang terjadi dalam kisahnya. Terlebih lagi, drama mampu membangun sebuah jembatan komunikasi antara penulis dan audiensnya, mengajak mereka untuk terlibat secara emosional maupun intelektual dengan narasi yang disajikan. Dalam konteks penggunaan bahasa pada drama, deiksis memegang peranan vital karena kapasitasnya dalam menunjuk dan mengarahkan perhatian ke konteks spesifik, seperti waktu, tempat, dan sosok, yang sangat menentukan dalam menangkap nuansa dan subtansi dari sebuah cerita. Fungsi deiksis dalam drama, khususnya, memperkaya tekstur naratif dan memperdalam interaksi antara teks dengan pembaca atau penonton, menciptakan pengalaman imersif yang mendalam.

(3)

Pada karyanya "Marsinah Menggugat", Ratna Sarumpaet berhasil mengolah deiksis dengan cara yang kreatif dan strategis untuk tidak hanya merefleksikan keadaan sosial-politik yang ada tetapi juga untuk mengundang pembaca dan penonton ke dalam dunia Marsinah, seorang buruh yang menjadi simbol perjuangan melawan ketidakadilan. Drama ini mengandalkan keterlibatan emosional dan kognitif audiens untuk menghidupkan kembali perjuangan dan tragedi Marsinah. Melalui penggunaan deiksis, Sarumpaet menata panggung dialog yang kuat, memungkinkan audiens merasakan ketegangan, empati, dan urgensi dari peristiwa yang diceritakan, menjadikan karya ini bukan sekadar drama, melainkan sebuah gerakan sosial.

Pada titik ini, pentingnya memahami bagaimana deiksis beroperasi dalam "Marsinah Menggugat" menjadi jelas. Penelitian tentang penggunaan deiksis dalam drama dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana narasi dibangun dan bagaimana audiens diajak untuk berinteraksi dengan teks. Dengan mengadopsi pendekatan pragmatik, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi fungsi deiksis tidak hanya sebagai elemen bahasa, tapi juga sebagai alat naratif yang memiliki kemampuan unik untuk menciptakan kedekatan dan meningkatkan imersi dalam cerita. Fungsi ini terutama penting dalam konteks drama monolog, di mana interaksi antara tokoh utama dengan audiens berlangsung sangat intensif.

Metode penelitian yang dipilih untuk mengeksplorasi fenomena ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara detail penggunaan deiksis dalam teks dan implikasinya terhadap pembentukan makna.

Pendekatan ini sangat cocok untuk menangkap nuansa kebahasaan yang mungkin terlewatkan dalam analisis yang lebih kuantitatif, memastikan bahwa setiap aspek deiksis diperhitungkan dalam konteksnya yang luas, mulai dari pengaruhnya terhadap dinamika karakter hingga efeknya terhadap audiens.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperjelas bagaimana deiksis berkontribusi terhadap kekayaan naratif dan kedalaman emosional dalam "Marsinah Menggugat". Diharapkan, hasil dari penelitian ini akan dapat menawarkan perspektif baru tentang potensi deiksis sebagai instrumen literer, serta memberikan kontribusi pada kajian sastra, khususnya dalam analisis pragmatik dari teks drama. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang peran deiksis, kita dapat mengapresiasi lebih lanjut kerumitan dan keindahan bahasa sebagai alat ekspresi manusia.

(4)

METODE PENELITIAN

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk memahami, mentafsirkan, dan memberikan makna pada juga peristiwa interaksi dan perilaku manusia dalam konteks spesifik, melalui lensa perspektif peneliti. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk menyelami objek penelitian secara mendalam, memperluas wawasan terhadap masalah yang sedang dihadapi, serta menjelaskan realitas yang ada dengan membangun teori berbasis data yang diperoleh dari observasi langsung. Fokus utama dari penelitian ini adalah naskah drama monolog "Marsinah Menggugat" yang ditulis oleh Ratna Sarumpaet. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, menganalisis, dan mengidentifikasi berbagai nilai pragmatik yang terkandung dalam teks tersebut, termasuk nilai moral, sosial, dan religius. Pendekatan deskriptif kualitatif memungkinkan penelitian ini untuk tidak hanya mencatat fenomena yang terjadi dalam naskah drama, namun juga untuk mendalami makna, motif, dan dampak dari interaksi dan dialog antar tokoh dalam drama tersebut. Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana deiksis yakni penggunaan kata-kata yang maknanya ditentukan berdasarkan konteks berfungsi dalam naskah drama untuk menciptakan lapisan makna yang kaya dan memperdalam keterlibatan audiens dengan cerita. Analisis akan dilakukan dengan mengidentifikasi dan memeriksa penggunaan deiksis dalam segala bentuknya, dari deiksis persona hingga deiksis tempat dan waktu, dan menganalisis bagaimana unsur-unsur ini berkolaborasi untuk membangun narasi yang menggugah dan memobilisasi empati penonton.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Drama monolog "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet merupakan sebuah karya yang menggali ke dalam penderitaan dan perjuangan Marsinah, seorang aktivis buruh yang mengalami ketidakadilan dan kebrutalan. Penggunaan deiksis dalam drama ini menempati peranan kunci yang tidak hanya mengarahkan pemahaman audiens pada konteks situasi, tetapi juga mendalamkan identifikasi dan empati terhadap karakter utama. Berikut akan dibahas beberapa ragam deiksis yang digunakan dalam naskah, dan bagaimana masing- masing memberikan dimensi kepada narasi cerita.

1. Deiksis Persona

Deiksis persona dalam naskah monolog ini banyak digunakan untuk mengarahkan fokus kepada Marsinah sendiri sebagai subjek cerita maupun pemain utama. Penggunaan kata ganti pertama orang, seperti "aku" dan "saya", memperkuat pengalaman pribadi

(5)

Marsinah dan meningkatkan kesatuan emosi dengan audiens. Hal ini membantu pemirsa merasakan pengalaman langsung dari Marsinah, sebagai seorang yang mengalami perjuangan tersebut, bukan sebagai pihak luar yang hanya mendengarkan cerita.

2. Deiksis Tempat

Dalam narasi Marsinah, deiksis tempat digunakan untuk menunjuk ke lokasi-lokasi penting dalam perjuangannya, seperti pabrik tempat dia bekerja atau tempat-tempat dia melakukan aksi unjuk rasa. Penggunaan kata seperti "di sini", "di pabrik”, atau “di alun- alun” menegaskan setting dan konteks peristiwa yang dialami Marsinah, memungkinkan audiens untuk memiliki pemahaman spasial yang lebih baik dari peristiwa yang diuraikan.

3. Deiksis Waktu

Penggunaan deiksis waktu dalam naskah ini membantu mengatur kronologi peristiwa dan menekankan perubahan kondisi yang dialami Marsinah. Frasa-frasa seperti "hari itu", "saat itu", dan "kemudian" membantu menata alur cerita dan menekankan titik-titik penting dalam tingkatan naratifnya. Deiksis waktu ini sangat penting dalam membangun iklan sebuah peristiwa sebagai latar belakang dari titik balik atau konflik.

4. Deiksis Sosial

Deiksis sosial dalam drama ini mencerminkan hubungan dan dinamika kekuasaan antara Marsinah dengan figur-figur otoritas seperti majikannya atau aparat keamanan.

Penggunaan bahasa yang lebih formal atau kasar di waktu tertentu menunjukkan posisi Marsinah dalam struktur sosial dan bagaimana dia diperlakukan. Ini memperkuat tema mengenai ketidakadilan sosial dan perjuangan kelas yang dihadapi oleh Marsinah.

5. Deiksis Diskursif

Drama ini juga menggunakan deiksis diskursif untuk menghubungkan bagian-bagian dialog atau monolog, menciptakan koherensi naratif. Penggunaan kata-kata seperti

"begini", "seperti yang saya katakan tadi", atau "lanjutkan" mengorientasi audiens dalam mengikuti alur pikiran Marsinah dan memperjelas pembentukan argumen atau ceritanya.

Melalui ragam deiksis yang dikombinasikan dengan cermat, Ratna Sarumpaet menggerakkan naskah "Marsinah Menggugat" menjadi sebuah bentuk penceritaan yang tidak hanya menyampaikan pesan tentang perjuangan dan ketidakadilan, tetapi juga menyeret audiens untuk merasakan kedekatan dan urgensi peristiwa secara langsung.

Kekuatan emosional dan naratif ini memperkuat dampak dramatik dari karya, menjadikannya efektif dalam mengkomunikasikan tujuan sosial dan politiknya.

(6)

Untuk menjelaskan tentang bagaimana naskah drama monolog "Marsinah Menggugat" menunjukkan pemahaman pragmatik, kita akan menguraikan menggunakan beberapa konsep utama dalam pragmatik: konteks, tindak tutur, maksud pemakai bahasa (intent), dan efek pada penerima tuturan. Kita akan melihat bagaimana unsur-unsur ini berinteraksi dalam naskah untuk memberikan makna yang kompleks dan nuansatif.

1. Konteks Sosial dan Budaya

Konteks sosial dan budaya dari naskah berperan vital dalam memahami makna tuturan Marsinah. Kejadian yang diuraikan Marsinah bukan hanya tragedi personal, tetapi juga mencerminkan kondisi sosial-politik yang lebih luas di Indonesia, khususnya terkait dengan eksploitasi buruh dan kekerasan terhadap perempuan. Misalnya:

"MARSINAH SEORANG PEREMPUAN MUDA, USIA 24 TAHUN, SEORANG BURUH KECIL"

Keterangan ini bukan hanya tentang identitas Marsinah, tetapi juga menunjuk pada latar belakang ekonomi dan gender yang mempengaruhi cara pandang dan perlakuan sosial terhadap dirinya.

2. Tindak Tutur dan Maksud Pemakai Bahasa

Dalam monolog ini, Marsinah melakukan berbagai tindak tutur yang memiliki maksud atau tujuan tertentu. Tindak tutur Marsinah bukan hanya sekedar menceritakan kembali pengalaman pribadinya, tetapi juga merupakan bentuk protes terhadap ketidakadilan yang ia alami. Misalnya, ketika Marsinah berkata:

"Kalau saja dalam kesunyian mencekam yang dirasuki hantu- hantu ini aku dapat merasakan kesunyian yang sebenar-benarnya sunyi."

Di sini, Marsinah tidak hanya menggambarkan kesunyian, tetapi juga mengekspresikan keinginan akan kedamaian yang tidak pernah ia rasakan. Ini merupakan tindak tutur ekspresif yang mengungkapkan perasaan dan keinginan terselubung.

3. Efek pada Penerima Tuturan

Naskah ini juga menunjukkan bagaimana tuturan Marsinah diharapkan mempengaruhi penerima tuturan, dalam hal ini, audiens. Tujuan Marsinah menceritakan pengalamannya tidak hanya sebagai pencerahan, tetapi untuk

(7)

membangkitkan empati dan kesadaran sosial terhadap isu yang dihadapinya.

Misalnya:

"DIKEJAUHAN, TERDENGAR SUARA ORANG-ORANG YANG SEDANG MEMBACAKAN AYAT-AYAT..."

Frasa ini bisa dipahami sebagai simbol dari upaya mencari keadilan dan ketenangan yang tidak kunjung tiba. Dalam pragmatik, efek ini disebut sebagai perlokusi, atau hasil dari tindak tutur yang mempengaruhi penerima tutur untuk merenungkan tentang kondisi sosial yang lebih luas. Melalui interaksi konteks, tindak tutur, maksud pemakai bahasa, dan efek pada penerima tuturan, "Marsinah Menggugat" menghasilkan makna yang kompleks dan mengajak audiens untuk merenungkan secara lebih mendalam.

Menerapkan pendekatan pragmatik pada naskah ini membantu mengungkap lapisan makna yang tersembunyi dan menunjukkan bagaimana Marsinah menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan pengalaman pribadinya dan sekaligus sebagai sarana protes terhadap ketidakadilan yang ia alami. Melalui drama monolog ini, penonton diundang untuk merenungkan tidak hanya tentang tragedi personal Marsinah, tetapi juga tentang konteks sosial-politik yang lebih luas yang mempengaruhi dan diperjuangkan oleh individu-individu seperti Marsinah.

Dengan berpijak pada teori pragmatik, analisis nilai-nilai kehidupan dalam naskah drama monolog "Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pertama, Tindak tutur illokusi dalam drama ini merefleksikan bagaimana Marsinah tidak hanya menyuarakan kekecewaannya tetapi juga mendesak perubahan sosial, dengan setiap kata mengandung niatan untuk mempertanyakan struktur sosial dan keadilan. Tindak tutur perlokusi bertujuan mempengaruhi audiens untuk merespon isu sosial yang disinggung. Kedua, konteks sosial-politik sangat penting dalam interpretasi naskah, dengan Marsinah menjadi simbol perjuangan buruh dan wanita, dan kata-katanya serta struktur dialognya sangat dipengaruhi oleh latar belakang ini. Ketiga, implikatur dan inferensi dalam dialog mengungkapkan pesan moral dan sosial yang tersirat tapi kuat. Keempat, Marsinah menggunakan bahasa sebagai alat melawan ketidakadilan, menciptakan efek kuat pada penerima tuturan, menyerukan tidak hanya simpati tetapi juga tindakan, menunjukkan bagaimana naskah ini mengolah bahasa sebagai metode komunikasi sekaligus alat perjuangan dan refleksi diri.

1. Nilai Perjuangan

(8)

Naskah ini berfungsi sebagai kritik sosial yang mengingatkan pembaca akan pentingnya memperjuangkan hak-hak kaum buruh yang seringkali terabaikan oleh sistem yang ada. Melalui tokoh Marsinah, naskah ini mengajak pembaca untuk memiliki empati dan solidaritas yang kuat terhadap perjuangan buruh demi terciptanya keadilan sosial yang lebih baik. Nilai Perjuangan ini tergambarkan dalam penggalan monolog berikut.

“Aku hanya seorang buruh kecil. Tapi aku punya hak yang sama dengan orang lain.

Aku punya hak untuk hidup layak, untuk makan, untuk beristirahat, untuk bersama keluargaku.”

“Aku hanya ingin upahku cukup untuk makan, untuk menyekolahkan anak-anakku, untuk membeli obat bila sakit. Aku hanya ingin jam kerjaku tidak lebih dari delapan jam sehari.”

2. Nilai keadilan dan atnti korupsi

Secara pragmatik, naskah ini mendorong pembaca untuk terus berjuang menegakkan keadilan dan memberantas korupsi demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Nilai keadilian dan anti korupsi ini tergambarkan pada penggalan monolog berikut.

“Aku Marsinah, buruh pabrik sepatu. Aku dipukuli, disiksa, dan dibunuh. Aku mati karena memperjuangkan hak-hakku sebagai buruh.”

“Mereka bilang aku mati karena bunuh diri. Tapi aku tahu, aku dibunuh. Dibunuh oleh mereka yang seharusnya melindungiku.”

“Mereka yang seharusnya menegakkan hukum, justru menjadi pelaku kejahatan.

Mereka yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, malah menjadi penindas.”

“Aku mati, tapi perjuanganku tidak akan berhenti. Aku akan terus menggugat, menuntut keadilan bagi diriku dan bagi semua rakyat yang tertindas.”

3. Nilai pantang menyerah

Dalam satu kutipan, Marsinah dengan tegas menyatakan, "Aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah menyerah pada nasib. Aku tak pernah menyerah pada ketidakadilan." Kalimat ini menjadi representasi dari semangat pantang menyerah yang

(9)

dimiliki oleh Marsinah dalam menghadapi realitas yang tidak adil. Ratna Sarumpaet, melalui naskah ini, ingin menyampaikan pesan bahwa pantang menyerah adalah kunci untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Naskah ini mendorong pembaca untuk tidak mudah patah semangat dan terus berjuang demi masa depan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat yang lebih luas. Nilai pantang menyerah ini tergambarkan pada penggalan monolog berikut.

“Aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah menyerah pada nasib. Aku tak pernah menyerah pada ketidakadilan.”

“Aku akan terus berjuang. Aku akan terus berteriak. Aku akan terus menggugat. Sampai aku mati!”

“Aku percaya, suatu hari nanti, anak-anak kecil seperti aku, akan bisa hidup dengan layak. Aku percaya, suatu hari nanti, anak-anak kecil seperti aku, akan bisa makan kenyang setiap hari.”

KESIMPULAN

Kesimpulan mengenai penggunaan ragam deiksis pada naskah drama monolog

"Marsinah Menggugat" karya Ratna Sarumpaet menunjukkan kemampuan penulis dalam menggunakan berbagai bentuk deiksis untuk meningkatkan kedalaman naratif dan melibatkan audiens secara emosional. Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pragmatik dalam Monolog Marsinah, memberikan banyak nilai-nilai kehidupan bagi para pembaca. Nilai-nilai kehidupan itu sendiri tergambar dari tokoh Marsinah dalam menjalani hidupnya sebagai buruh pabrik. Deiksis personal digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan antara pembicara, yaitu Marsinah, dan orang lain dalam ceritanya, memberikan perspektif yang lebih intim dan pribadi. Deiksis tempat membantu menetapkan latar dan konteks secara spesifik, memperjelas setting atau tempat kejadian yang sering berubah dalam narasi. Deiksis waktu digunakan untuk menyampaikan urutan kejadian dan mengatur tempo cerita, sehingga audiens dapat mengikuti alur dengan lebih baik.

Penggunaan deiksis sosial dalam naskah ini efektif untuk menyoroti dinamika kekuasaan dan relasi sosial yang ada, menggambarkan secara implisit norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Melalui penggunaan berbagai tipe deiksis ini, Ratna Sarumpaet tidak hanya mendukung struktur cerita tetapi juga meningkatkan keterlibatan dan pemahaman penonton terhadap kondisi emosional dan sosial Marsinah. Ini semua berkontribusi pada tujuan keseluruhan naskah yaitu menggugat ketidakadilan dan menyuarakan isu sosial.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Puspitoningrum, E. (2020). Analisis Nilai Moral Naskah Drama Ande-Ande Lumut Melalui Pendekatan Pragmatik. Wacana: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran, 4(2), 62-69.

Lubis, Ramadhan Saleh, et al. "Analisis Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Pragmatik Pada Antologi Cerpen Karya Hasan Al Banna." Jurnal UNIMED 9.4 (2020): 122-34.

Nahda, N. N., & Maspupah, A. (2021). Nilai-nilai Kehidupan dalam Naskah Drama Monolog

“Marsinah Menggugat” Karya Ratna Sarumpaet (Kajian Pragmatik). Prosiding Samasta.

Nasution, Melinda. "Nilai-Nilai Kehidupan dalam Naskah Drama Kibar Bendera Si Sarto di Halaman Rumah Karya Rodli TL (Kajian Pragmatik)." RUANG KATA: Journal of Language and Literature Studies 3.01 (2023): 50-64.

Udasmoro, W., & Saktiningrum, N. (2022). The Transformation of the Social Imaginary on Women’s Sexuality in Indonesian Literature from the New Order to Reformasi Eras. Journal of International Women's Studies, 24(1), 11.

Kasmawati, K. (2022). Kritik Sastra dengan Pendekatan Pragmatik pada Cerpen “Malaikat Juga Tahu” Karya Dewi Lestari. DIKSI: Jurnal Kajian Pendidikan dan Sosial, 3(2), 253-261.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) struktur teks dalam naskah drama Jamila dan Sang Presiden karya Ratna

Beberapa dari mereka adalah buruh (Kuneng, Nining, dan Itut). Tetapi, tokoh lain seperti Tokoh dan Ibu tidak dapat digolongkan sebagai buruh atau kelas pekerja lainnya.

Perancangan Ikat Celup Tradisi Jawa untuk Pakaian Kerja Wanita: Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pragmatis yang ada dalam naskah Pelacur dan Sang Presiden Karya Ratna Sarumpaet serta hubungannya dengan

HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai moral tokoh utama dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet berhubungan dengan hati nurani,

PENGGUNAAN DEIKSIS PADA FILM DI TIMUR MATAHARI PRODUKSI ALENIA PICTURES KARYA ARI SIHASALE Muryadin Irfal [email protected] Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Analisis Pendekatan Mimetik pada Naskah Drama Aspek Sosial Terdapat beberapa kritik sosial dan kritik politik yang dipresentasikan dalam naskah drama “Pesta Terakhir” karya Ratna