PENDAHULUAN
Idetifikasi Masalah
Batasan Masalah
Fokus penelitian ini adalah bagaimana proses pewaktuan dan praktik tradisi Sengkure di Desa Tanjung Baru Kecamatan Maje Kabupaten Kaur. Nilai-nilai moral yang tertanam dalam tradisi Sengkure (studi kasus di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur).
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam tradisi Sengkure di Desa Tanjung Baru Kecamatan Maje Kabupaten Kaur yang masih dipertahankan hingga saat ini. Penelitian ini merupakan sumbangan kepada Perpustakaan Perguruan Tinggi Tarbiyah dan Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Bengkulu untuk menambah wawasan mengenai persoalan nilai-nilai moral yang terkandung dalam tradisi sengkura (studi kasus di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur).
LANDASAN TEORI
Nilai-Nilai Moral
Nilai moral akan menentukan bersalah atau tidaknya seseorang, hal ini ditunjukkan dengan besar kecilnya tanggung jawab dan akibat moral yang ditimbulkannya. Menurut Bertens, nilai-nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia, namun demikian juga dengan nilai-nilai lainnya. Yang secara spesifik menjadi ciri nilai moral adalah nilai tersebut berkaitan dengan manusia yang bertanggung jawab.
Kesemua ciri-ciri nilai moral yang disebutkan di atas adalah sesuai dengan teori akhlak, yang terdiri daripada lima prinsip iaitu hati nurani moral, kewajipan moral, tindak balas moral dan ganjaran moral.20 . Nilai akhlak yang tidak berlandaskan akidah akan terus berubah mengikut keadaan, masa dan tempat. Akhlak ini berkaitan dengan tanggungjawab manusia sebagai makhluk bernyawa kepada Tuhan sebagai pencipta, nilai akhlak ini diterapkan dalam bentuk tingkah laku seperti taqwa kepada-Nya, meminta pertolongan melalui solat, berzikir siang atau malam, baik sambil berdiri, duduk. atau berbaring dan bergantung padanya. 29.
Sengkure merupakan acara tahunan yang diadakan setiap hari raya Idul Fitri oleh masyarakat di kecamatan Maje, kabupaten Kaur, provinsi Bengkulu, khususnya di kota Gedung Menung, Ulak Pandan dan Tanjung Baru. Hal yang menarik dari tradisi sengkure ini adalah bentuknya tidak asli melainkan menggunakan batang ijuk untuk menutupi seluruh tubuhnya. Oleh karena itu, masyarakat Kecamatan Maje menciptakan tradisi Sengkure untuk menjaga nilai-nilai tradisional untuk diwariskan kepada anak cucunya.45 c.
Awal mula keberadaan tradisi Sengkura adalah ketika masyarakat kecamatan Maje dipimpin oleh Pangeran Putu Negara (sekarang dikatakan sebagai kepala kecamatan) pada tahun 1901. Tradisi Sengkura masih dilakukan hingga saat ini oleh masyarakat Kecamatan Maya karena tradisi Sengkura merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan hingga anak cucu. Pertama, ketua adat meminta izin kepada kepala desa untuk melaksanakan tradisi sengkura pada hari pertama Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal.
Kajian Teori Terdahulu
Pemenuhan kebutuhan materi seperti pangan, sandang, papan dan lain-lain, hanyalah salah satu cara untuk memenuhi nilai-nilai agama Islam dan nilai-nilai moral dalam tradisi Begalan yang berkembang di kediaman Banyumas. , dan persamaan antara penelitian diatas dengan peneliti menemukan bahwa keduanya terdapat pada nilai-nilai moral yang terkandung dalam penelitian ini, seperti: hubungan makhluk hidup dengan penciptanya, hubungan antara makhluk hidup, hubungan antara makhluk hidup dan penciptanya. diri mereka sendiri, hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan. Intinya ruwatan merupakan media untuk mengedukasi masyarakat agar memiliki kesadaran kolektif, berbuat baik, bersedekah, memperhatikan kebersihan dan kelestarian lingkungan 50 Dan yang membedakan penelitian di atas dengan peneliti yang melakukannya, terletak pada obyek. Inilah perbedaannya, dan persamaan antara penelitian diatas dengan yang peneliti dapatkan adalah sama - Hal yang sama terdapat pada nilai-nilai moral yang terkandung dalam penelitian ini seperti: hubungan antar makhluk hidup, hubungan antara makhluk hidup dengan dirinya sendiri. , hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan. Jurnal yang ditulis oleh Darweni berjudul “Nilai-Nilai Moral Dalam Upacara Tradisi Ruwahan Di Pura Mengkunegaran Surakarta” Tahun 2016 yang membahas tentang Upacara tradisi Ruwahan merupakan sebuah upacara yang mempunyai nilai positif dan mampu menciptakan wujud karakter bangsa yang lebih baik.
Upacara tradisi Ruwahan hendaknya dilestarikan sepanjang zaman agar kita tidak kehilangan jati diri karena akhlak yang baik mampu meningkatkan nilai akhlak kita kepada Tuhan pencipta alam semesta yang mampu meningkatkan nilai akhlak kita. terhadap orang lain atau lingkungannya, dan yang mampu membentuk pribadi yang lebih bermoral. Pada prinsipnya setiap upacara adat mempunyai tujuan yang baik, yaitu membentuk karakter manusia agar mengerti dan memahami kehidupan. dan peneliti memahami masing-masing bahwa keduanya terdapat pada nilai-nilai moral yang terkandung dalam penelitian ini seperti: hubungan makhluk hidup dengan penciptanya, hubungan antar makhluk hidup. Nilai-nilai moral yang tertanam dalam tradisi Sengkure (Studi kasus di Desa Tanjung Baru Kecamatan Maje Kabupaten Kaur).
Kerangka Berfikir
Dari diagram di atas terlihat ada empat komponen dalam kerangka berpikir, yaitu nilai budaya, adat istiadat, rasa percaya diri, dan nilai moral. Nilai adalah ciri atau hal yang dianggap penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai budaya adalah nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat, yang berakar pada suatu adat istiadat, kepercayaan, simbol-simbol, dengan ciri-ciri tertentu yang dapat dibedakan satu sama lain sebagai acuan dalam berperilaku. dan reaksi terhadap apa yang akan terjadi atau terjadi. Sedangkan nilai-nilai budaya Islam merupakan hasil pemikiran, akal, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan nilai-nilai tauhid.
Islam sangat menghargai akal untuk dipilih berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan universal untuk pembangunan menuju peradaban. Nilai moral dalam hal ini adalah hubungan makhluk hidup dengan penciptanya, hubungan antar makhluk hidup, hubungan makhluk hidup dengan diri sendiri, hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diwariskan secara turun-temurun, baik tertulis maupun lisan, karena tanpanya tradisi dapat punah.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subjek dan Informan
Sumber Data Primer : Sumber data primer merupakan sumber data terpenting yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari sumber pertanyaan.58 Peneliti memperoleh informasi secara langsung melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk memperoleh data primer, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan, mewawancarai pihak-pihak terkait seperti kepala desa, perangkat desa, tokoh adat, pengurus, tetua dan masyarakat. Sumber Data Sekunder: Sumber sekunder merupakan tambahan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya dimaksudkan untuk menggali dan mendalami lebih jauh suatu peristiwa atau aktivitas subjek. Wawancara sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif karena banyak hal yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti perasaan, pemikiran, motif dan pengalaman masa lalu responden atau informan. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan data nilai-nilai pendidikan Aama Islam yang terkandung dalam tradisi Sengkure.
Catatan lapangan ini berfungsi sebagai catatan seluruh kegiatan penelitian dari awal sampai akhir sebagai salah satu data. Dokumentasi adalah catatan tertulis atau cetak tentang peristiwa masa lalu. Bisa dalam bentuk catatan anekdot, surat, buku harian dan dokumen lainnya. Dokumentasi dapat berupa foto-foto kegiatan bed healing, data-data tentang bed healing, sehingga peneliti menjadi lebih fokus dan terkonsep dengan baik.
Teknik Keabsahan Data
Dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data yang belum ada pada saat observasi dan wawancara, selain untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti. Pengumpulan data melalui teknik wawancara pada pagi hari, saat informan masih segar, tidak banyak permasalahan, akan memberikan data yang valid agar lebih kredibel. Apabila hasil pengujian memberikan data yang berbeda, pengujian dilakukan beberapa kali untuk mengetahui keandalan data.
Bahan rujukan disini maksudnya keberadaan warga untuk membuktikan data yang ditemukan peneliti. Alat perekam data dalam penelitian kualitatif seperti kamera, camcorder dan alat perekam suara sangat diperlukan untuk menunjang kredibilitas data yang ditemukan peneliti. Dalam sebuah laporan penelitian, sebaiknya data yang disajikan disertai dengan foto atau dokumen asli, sehingga lebih dapat dipercaya.
Teknik Analisis Data
Sedangkan jumlah keluarga miskin (Gakin) sebanyak 89 KK atau setara dengan 27% dari jumlah keluarga di Desa Tanjung Baru. Untuk mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung dalam tradisi Sengkure di desa Tanjung Baru kecamatan Maje kabupaten Kaur. Hingga suatu saat hasil pertanian masyarakat Tanjung Baru berupa buah-buahan dan sayur-sayuran terbawa arus air hidung.
Penjajah Belanda bermaksud menguasai hasil pertanian masyarakat Tanjung Baru agar bisa tunduk kepada pemerintah Belanda. Mengetahui penjajah Belanda ingin menyerang, masyarakat Tanjung Baru berdiskusi tentang cara melawan dan mengusir penjajah. Tanju yang mereka buat membuahkan hasil, para petani Tanjung Baru pun mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Proses pelaksanaan tradisi Sengkure pada masyarakat Tanjung Baru Kecamatan Maje Kabupaten Kaur cenderung lebih religius dan Islami serta tidak ada unsur atau rangkaian ritual Sengkure yang mengarah pada perbuatan syirik atau menyekutukan Allah SWT. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Sengkure pada masyarakat Tanjung Baru Kecamatan Maje Kabupaten Kaur meliputi agama, tradisi, etika, moralitas, budaya, rasa syukur, keramahtamahan dan moralitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Interprestasi Hasil Penelitian
Pembahasan
Dimana tujuan masyarakat Tanjung Baru adalah mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan yang ada di aliran hidung, merupakan salah satu cara untuk mengantarkan hasil pertanian ke desa-desa sekitar. Cara pengiriman ini merupakan salah satu alternatif pengiriman hasil bumi warga Tanjung Baru secara sembunyi-sembunyi atau sembunyi-sembunyi untuk mengelabui penyusup. Namun masyarakat Tanjung Baru tidak menuruti keinginan mereka dan melakukan perlawanan dengan menangkap seluruh utusan yang dikirim pemerintah Belanda.
Ketika penjajah Belanda menyerang Tanjung Baru, masyarakat Tanjung Baru menggunakan siasat untuk mengalahkan penjajah Belanda. Sebelum kolonial Belanda menyerang kawasan Tanjung Baru, masyarakat Tanjung Baru telah mempersiapkan taktik untuk mengusir penjajah dengan menyembunyikan beberapa orang yang sedang gulup (menutup seluruh badan) dengan menggunakan alat sengkure seperti menutupi seluruh badan. Ketika penjajah Belanda sedang lengah karena terlalu fokus pada pertunjukan sengkure (tanju), warga Tanjung baru mulai melakukan penyerangan dengan menggunakan alat perang bambu.
PENUTUP
Saran
Harapan terakhir, tidak hanya tokoh masyarakat atau pemangku adat yang memahami adat, namun seluruh masyarakat Tanjung Baru memahami tradisi Sengkura.