• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI MORAL DALAM TRADISI NGALAP BERKAH PADA MASYARAKAT DI KAWASAN BLEDUG KUWU, DESA KUWU, KEC. KRADENAN, KAB. GROBOGAN TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI MORAL DALAM TRADISI NGALAP BERKAH PADA MASYARAKAT DI KAWASAN BLEDUG KUWU, DESA KUWU, KEC. KRADENAN, KAB. GROBOGAN TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI MORAL DALAM TRADISI NGALAP BERKAH PADA MASYARAKAT DI KAWASAN BLEDUG KUWU, DESA KUWU, KEC.

KRADENAN, KAB. GROBOGAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MIFTACHUL SARIUN JANAH

111 11 205

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ميحرلانمحلاهللمسب

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Miftachul Sariun Janah

NIM : 111 11 205

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 12 September 2015

Penulis

Miftachul Sariun Janah

(5)

MOTTO

ِ َلَاِب ْكِرْشُت َلَ ّيَنُبَي هُظِعَي َوُه َو ِهنِبْلإ ُنَمْقُل َلاَقْذِإ َو

ٌمْلُظَل َك ْرِّشلا ّنِإ

ٌمْي ِظَع

Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya

persembahkan karya ini kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberi kasih sayang,

semangat, motivasi, dan nasihat untuk keberhasilan.

2. Adikku Saiful Anwar terima kasih atas semangat, do‟a dan

kebahagiaan yang diberikan.

3. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memotivasi dalam

kebaikan.

4. BapakFatchurrohman M. Pd, yang telah membimbing skripsiku

mulai dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.

5. Sahabat-sahabatku Faisal, Daiiul, Sinta, Yuanita, Wulan, Silvana,

Vina, Cahyo yang memberikan motivasi luar biasa, Terima Kasih.

6. Keluarga baru di Kost Osamaliki, Ika, Lutfi, dan Mbak Mala yang

sudah Wisuda tahun lalu, dan Mbah Kost mbah Marjani dan Mas

Jhony yang selalu memberi Nasihat dan Semangat.

7. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya

PAI F semangat terus pantang mundur.

8. Teman-teman PPL 2014 dan KKN 2015.

(7)

KATA PENGANTAR

ميحرلانمحلاهللمسب

Alhamdulillahi robil‟alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas

kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang

tiada terhimgga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-nilai

Moral dalam Tradisi Ngalap Berkah Pada Masyarakat di Kawasan Bledug Kuwu,

Desa Kuwu,Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan”.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan Uswah Khasanah

Rasulullah Muhammad S.A.W, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para

pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk

membimbing umat manusia.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Nilai-nilai Moral dalam Tradisi

Ngalap BerkahPada Masyarakat di Kawasan Bledug Kuwu, Desa

Kuwu,Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

(8)

2. BapakSuwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. IbuSiti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. BapakFatchurrohman S.Ag, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. BapakMufiq, S. Ag, M.Phil, selakuDosenPembimbingAkademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan

serta bantuan.

8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing

serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga

dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima

disisi Allah SWT.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna

bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 12 September 2015

(9)

Miftachul Sariun Janah

111 11 205

ABSTRAK

Janah, Miftachul Sariun. 2015. Nilai-Nilai MoraL Dalam Tradisi Ngalap Berkah

Pada Masyarakat di Kawasan Bledug Kuwu, Desa Kuwu, Kec.Kradenan Kab.Grobogan Tahun 2015. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata kunci: Nilai Moral, Tradisi Ngalap Berkah

Latar belakang pembuatan skripsi ini untuk mengetahui nilai

moral dalam tradisi Ngalap Berkah padamasyarakat yang berada di kawasan

bledugkuwu yang mempercayai makam Mbah Ro Dukun sebagai tempat wasilah (perantara) untukmemintasesuatukepada Allah. Fokus yang dikaji dalam

penelitian ini adalah Bagaimana sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah

pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten

Grobogan, Bagaimana perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap berkah

pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Apa nilai-nilai moral keagamaan

dalam tradisi ngalap berkah pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu,

Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Adapun tujuan penelitian ini

Mengetahui sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah pada makam Mbah

Ro Dukun, Mengetahui perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap

berkah pada Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu,Mengetahui nilai-nilai moral

keagamaan yang terkandung dalam tradisi ngalap berkah pada makam Mbah Ro

Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut merupakan keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan.

Hasil penelitian ini terdapat nilai moral dalam tradisi Ngalap Berkah di

kawasan Bledug Kuwuyaitu: Sejarah tradisi Ngalap Berkah merupakan tradisi

yang harus dilestarikan/dibudayakan. Tradisi tersebut selainuntuk mengenang kebaikan Raden Ayu Ngainah atauMbah Ro Dukun, Perilaku masyarakat

muslim dalam ritual tradisi Ngalap Berkah antusiasme warga masyarakat juga

(10)

Masyarakat mempercayai bahwa makam Mbah Ro Dukun mempunyai kekuatan berkah sebagai tempat wasilah (perantara) meminta sesuatu kepada Allah SWT, Nilai Moral etika kesopanan, dan menghormati tradisi yang turun menurun dari nenek moyang.

DAFTAR ISI

LOGO…….………. i

HALAMAN JUDUL……….………...…….………….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING …..………...... iii

PENGESAHAN KELULUSAN …...……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN….………...……….. v HALAMAN MOTTO ………...……… vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vii

KATA PENGANTAR....……….... viii

ABSTRAK….……...……… x

DAFTAR ISI……….……… xii

DAFTAR TABEL………... xvi

(11)

DAFTAR LAMPIRAN………... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………... 4

C. Tujuan Penelitian………... 4

D. Kegunaan Penelitian……..………...…... 5

E. Penegasan Istilah……….. .... 6

F. Metode Penelitian………. 8

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian………….. 8

2. Kehadiran Peneliti……….. 8

3. Lokasi Penelitian………. 9

4. Sumber Data……….. 9

5. Prosedur Pengumpulan Data……… 9

6. Analisis Data………. 10

7. Pengecekan Keabsahan Data……….. 11

8. Tahap - Tahap Penelitian……… 13

G. Sistematika Penulisan………... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai-nilai moral ...………... ... 16

1. Pengertian Nilai Moral………. 16

(12)

3. Pendidikan Nilai Moral Dalam Masyarakat……… 17

4. Pendidikan Nilai Moral Keluarga Dan Masyarakat..….. 19

5. Pengertian Agama……….. 19

6. Fungsi Agama dalam pembinaan moral …... 20

7. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat…… 20

B. Tradisi Ngalap Berkah……….. 22

1. Landasan Historis Kebudayaan/Tradisi……….. 22

2. Makna Tradisi Dalam Masyarakat Jawa………. 25

3. Kebudayaan spiritual Jawa/Kejawen………... 26

4. Pengertian Tradisi Ngalap Berkah……… 28

5. Sejarah Singkat Terjadinya Bledug Kuwu Dan Ngalap Berkah Pada Makam Mbah Ro Dukun……… 29

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data………. 33

1. Gambaran Umum Lokasi……… 33

a. Keadaan Geografis………. 33

b. Keadaan Demografis……….. 34

c. Sasaran Dan Prasarana Yang Berada di Desa Kuwu………. 36

d. Kondisi Sosial Agama Dan Budaya……….. 38

B. Temuan Penelitian……….. 39

1. Sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah

(13)

Kec. Kradenan, Kab. Grobogan……… 40

2. Perilaku Masyarakat Dalam Tradisi Ngalap Berkah... 43

3. Nilai-nilai Moral dalam tradisi Ngalap

Berkah pada makam Mbah Ro Dukun……….. 45

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis hasil Temuan………... 48

1. Sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah

pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu,

Kec. Kradenan, Kab. Grobogan……… 48

2. Perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap

berkah pada makam Mbah Ro Dukun………. 50

3. Nilai-nilai Moral dalam tradisi Ngalap

Berkah pada masyarakat di makam Mbah Ro Dukun

di Desa Kuwu, Kec. Kradenan, Kab.Grobogan………. 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 62

B. Saran……….. 64

DAFTAR PUSTAKA……… 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR GAMBAR

1. GambarBledugkuwu

2. GambarMakamMbah Ro dukun

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Lampiran 3. Daftar Nilai SKK

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6. Surat Pernyataan Penelitian

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sangat kaya akan budaya yang tersebar disetiap

pulau, provinsi, suku, wilayah-wilayah, bahkan pelosok-pelosok

perkampungan. Merupakan kebanggaan tersendiri bahwa nenek moyang

kita bangsa Indonesia telah mewariskan budaya yang adi luhung. Dalam

kehidupan sosial, budaya mempengaruhi beberapa hal, diantaranya dalam

tata hukum adat, kesenian, arsitektur bangunan, model pakaian, bahasa,

cara bergaul, dan yang paling penting adalah pengaruhnya pada

kepercayaan serta ritual ibadahnya (Any, 1983:1).

Secara umum dapat diketahui bahwa karakteristik wisatawan atau

masyarakat muslim disekitar kawasan wisata Bledug Kuwu memiliki

banyak keunikan dan daya tarik tersendiri. Unik dalam arti adanya

kerumitan dan pluralitas ekspresi pemahaman keagamaan dan

keberagamaan, mulai dari kalangan muslim awam, muslim taat, maupun

muslim bisnis yang bernuansa mitis. Selain itu keunikan juga terjadi ketika

ekspresi keberagamaan mereka menjadi sebab munculnya subjektifitas

(18)

secara umum, dan para pemerhati maupun pengamat Islam yang datang

dari luar komunitasnya, dua keunikan inilah yang dianggap sebagai

permasalahan menarik untuk diteliti.

Namun demikian praktik keberagamaan para masyarakat/wisatawan

di atas, dalam realitasnya seringkali mendatangkan perdebatan serius di

kalangan masyarakat muslim secara umum. Sebagian komunitas

mengatakan bahwa perilaku seperti ini adalah syirik, khurafat, takhayul,

karena dalam praktiknya mereka selalu meyakini adanya kekuatan selain

dan di luar Tuhan. Filosofi ini tentu berakar pada kepercayaan animisme,

yaitu sebuah paham yang mendasarkan keyakinan pada peranan makhluk

halus atau roh-roh (anima). Makhluk halus atau roh-roh inilah yang sering

dibahasakan dengan sebutan yang mbaurekso. Kegiatan tersebut seringkali

disebut sebagai perilaku bid‟ah, karena perilaku spiritual yang demikian

tidak ada landasan yang jelas dari Islam. Seperti Firman Allah dalam Q.S

Al-Anfal ayat 39: sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan).

Sehingga faktor yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan

pemahaman keagamaan tersebut karena kurang sadar dari pribadi,

pendidikan yang rendah dan tidak ada untuk belajar tentang ilmu

(19)

pandangan di atas, yang mengatakan bahwa praktik seperti itu dianggap

sah-sah saja dalam agama. Sebab untuk sampainya komunikasi kepada

Tuhan bagi komunitas ini diperlukan adanya perantara, yang dalam bahasa

Islam dikenal dengan istilah wasīlah (perantara). Menurut keyakinan

kelompok ini, wasīlah tersebut seringkali terdapat di tempat-tempat suci,

sakral yang mereka datangi.

Menurut White, dkk (dalam Budiningsih, 2008:8) kebudayaan akan

mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahap-tahap perkembangan

moral dan juga mempengaruhi batas tahap perkembangan yang dicapai.

Dengan kata lain, bahwa individu yang mempunyai latar budaya tertentu

dapat berbeda perkembangan moralnya dengan individu lain yang berasal

dari kebudayaan lain atau perkembangan moral dipengaruhi oleh faktor

kebudayaan.

Agar penelitian ini tidak terjebak pada perdebatan agama, penelitian

ini bermaksud mengambil jalan lain, yaitu dengan mengenal lebih detail

dan objektif data emik yang muncul dari para wisatawan/masyarakat

pendukung mitos tentang memberi sesaji terhadap makam yang berada di

Bledug Kuwu, maupun para tokoh adat dan agama sekitar, tentang

konstruksi mereka atas realitas mitos mempercayai makam yang berada di

Bledug Kuwu. Karena itu, penelitian ini juga tidak memiliki otoritas

membenarkan maupun menyalahkan perilaku mereka, tetapi ingin

mengetahui maksud dan pemahaman mereka tentang realitas mitos tentang

(20)

yang terdapat di Bledug Kuwu, tersebut dengan sumber-sumber mitos

Bledug Kuwu dan berbagai isu mitis yang relevan. Kebanyakan yang

melakukan ngalap berkah atau memberi sesaji terhadap makam Mbah Ro

Dukun adalah masyarakat muslim yang berada di sekitar Bledug Kuwu

maupun luar kota, mereka mempercayai hal-hal yang mistis yang berasal

dari nenek moyang mereka.

Tegasnya, penelitian ini akan mengangkat tema tentang “Nilai-nilai

Moral dalam Tradisi Ngalap Berkah pada Masyarakat di Kawasan Bledug

Kuwu, Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan tahun

2015”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah pada

makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan,

Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimana perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap berkah

pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan,

Kabupaten Grobogan?

3. Apa nilai-nilai moral dalam tradisi ngalap berkah pada makam Mbah

Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten

Grobogan?

(21)

1. Mengetahui sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah pada

makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan,

Kabupaten Grobogan.

2. Mengetahui perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap berkah

pada Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan,

Kabupaten Grobogan.

3. Mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung dalam tradisi ngalap

berkah pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan

Kradenan, Kabupaten Grobogan.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktik dan teoritik.

1. Teoritik

Berdasarkan penelitian ini maka dapat mengetahui manfaat

yang terkandung dalam tradisi Ngalap Berkah secara sosial

kemasyarakatan maupun secara spiritual. Semoga penelitian ini

dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat dalam Tradisi Ngalap

Berkah sebagai sarana dakwah, sebagai sarana mendekatkan diri

kepada Allah SWT, dan sarana untuk menyambung silaturahmi.

Serta dapat meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat dan

dapat meningkatkan ibadah umat manusia kepada Allah SWT.

Mengetahui maksud dan pemahaman mereka tentang tradisi ngalap

berkah pada makam Mbah Ro Dukun dengan sumber-sumber mitos

(22)

2. Manfaat Praktik

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ilmu dari

penelitian lapangan dan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

sebagai ilmu pengetahuan agama, yang akan membantu mahasiswa

menjadi lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai

mahasiswa yang dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan

masyarakat yang baik.

E. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui pemahaman serta untuk menetukan arah yang

jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan

dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Nilai Moral

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan, sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia (Poerwadarminta, 1982:677).

Sesuatu tersebut sangatlah beragam jenisnya, pada hakikatnya nilai

akan memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia.

Pengertian Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian

orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang masih terbelakang

(Daradjat, 1977:8). Dengan demikian nilai moral adalah berkaitan

dengan baik buruknya sikap dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan orang lain.

(23)

Shiels (1981:2) secara ringkas menyatakan bahwa tradisi

adalah sesuatu yang diwariskan atau ditransmisikan dari masa lalu ke

masa sekarang. Jadi ketika berbicara tentang tradisi Islam berarti

berbicara tentang serangkaian ajaran atau doktrin yang terus

berlangsung dari masa lalu sampai masa sekarang, yang masih ada

dan tetap berfungsi didalam kehidupan masyarakat luas (Syam,

2005:277).

Pengertian dari tradisi atau budaya, kebudayaan yang dalam

bahasa Inggris adalah culture, berasal dari bahasa Latin colere yang

berarti bercocok tanam (cultivation). Dalam bahasa Indonesia,

menurut Koentjaraningrat, kata kebudayaan, sebelum mendapatkan

imbuhan (awalan ke- dan akhiran –an) adalah budaya yang berasal

dari bahasa Sanksekerta budhayyah, yaitu bentuk jamak dari kata

buddhi (budi atau kekal). Ada pula yang menyebutkan bahwa kata

budaya adalah perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang

berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa. Oleh

karena itu, kata kebudayaan dalam pengertian yang demikian adalah

hasil daya cipta, karsa dan rasa manusia.

Dalam bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu, dan

bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu. Tabriik

adalah mendoakan seseorang agar mendapatkan keberkahan.

Sedangkan tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau ngalap

(24)

adalah langgengnya kebaikan, kadang pula bermakna bertambahnya

kebaikan dan bahkan bisa bermakna kedua-duanya. Demikian

kesimpulan dari Dr. Nashir Al Judai‟ dalam At Tabaruk, hal. 39.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Maksud dari ucapan

do‟a” keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad

karena engkau telah memberi keberkahan kepada keluarga Ibrahim,

do‟a keberkahan ini mengandung arti pemberian kebaikan karena

apa yang telah diberi pada keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan

tersebut adalah langgengnya kebaikan dan berlipat-lipatnya atau

bertambahnya kebaikan. Inilah hakikat barokah”. Jalaul Afham fii

Fadhlish Sholah „ala Muhammad Khoiril Anam karya Ibnu Qayyim

Al Jauziyah (Tuasikal, 2013:

http://muslim.or.id/aqidah/ngalap-berkah-yang-dibolehkan-dan-terlarang.html diakses pada Kamis,28

Mei 2015,pukul 13:47 WIB).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Denzin dan Lincoln dalam (Moleong, 2008:5) menyatakan

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam

(25)

sampai memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini,

peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument

aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih penulis adalah Desa Kuwu, Kecamatan

Kradenan, Kabupaten Grobogan. Pemilihan lokasi penelitian

tersebut dikarenakan di daerah ini terdapat persoalan yang menjadi

rumusan masalah yang diangkat oleh penulis.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang menjadi informasi utama adalah

pelaku wisatawan di Bledug Kuwu. Selain sumber data di atas,

penulis juga menggunakan informan pendukung yaitu pihak-pihak

yang terkait dengan informasi utama seperti masyarakat di kawasan

wisata Bledug Kuwu. Selain itu, penulis juga menggunakan

buku-buku yang berkaitan dengan Tradisi serta buku-buku-buku-buku tentang Nilai

Moral.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini digunakan

beberapa metode sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung

antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang,

(26)

ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar

pendapat dan keyakinannya (Emzir, 2011:50).

Wawancara dilakukan dengan menggunakan petunjuk

umum wawancara (pedoman wawancara) secara terstruktur,

maksudnya adalah peneliti menetapkan pertanyaan-pertanyaan

sendiri yang akan diajukan kepada subjek penelitian secara ketat

dan rapi (Moleong, 2008:190).

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang riil

dan akurat dari subjek penelitian. Meskipun demikian, peneliti

tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan pertanyaan pada

aspek-aspek lain yang mendukung terhadap topik penelitian.

Orang-orang yang akan diwawancarai dalam penelitian ini

adalah wisatawan di Kawasan Wisata Bledug Kuwu, Kecamatan

Kradenan, Kabupaten Grobogan, seperti wisatawan, masyarakat

sekitar, dan sesepuh yang ada di kawasan wisata Bledug Kuwu.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan dalam hubungannya untuk mendukung wawancara (Emzir, 2011:75). Data ini dapat berupa Foto dan buku sejarah tentang terjadinya Bledug Kuwu yang ada di Kawasan Wisata Bledug Kuwu, Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

(27)

Proses analisis data kualitatif berlangsung selama dan pasca

pengumpulan data. Proses analisis mengalir dari tahap awal hingga

penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Dalam Emzir

(2011:129-133), ada tiga macam kegiatan dalam analisis data

kualitatif, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasi data mentah

yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.

b. Paparan Data (display data)

Paparan data adalah suatu kumpulan informasi yang

tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan

pengambilan kesimpulan. Bentuk yang paling sering dari model

data kualitatif adalah teks naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah permulaan pengumpulan

data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna

sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi

yang mungkin, alur kausal dan proposisi-proposisi.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Denzin (dalam Moloeng, 2008:330), membedakan empat

(28)

sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari

keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan

teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber dan metode.

Triangulasi dengan sumber artinya langkah pengecekan

kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara

menanyakan kebenaran data atau informasi kepada informan yang

satu dengan informan yang lainnya (Patton, 1987:331).

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh

langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai

kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329)

(29)

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Teknik triangulasi dengan metode adalah dilakukan dengan

cara membandingkan informasi data dengan cara yang berbeda.

Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti

menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang terpercaya dan gambaran

yang utuh mengenai informasi, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek

kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan

yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang

diperoleh dari subjek atau informan penelitian yang diragukan

kebenarannya.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Penelitian pendahuluan

Penulis mulai datang ke lokasi penelitian serta mulai

mengamati dan menjajaki keadaan di lokasi penelitian tentang

tujuan mereka datang ke wisata Bledug Kuwu selain berwisata.

(30)

Setelah mengamati lokasi penelitian, penulis mulai

menyusun pedoman-pedoman yang akan digunakan untuk

kegiatan wawancara.

c. Penelitian di lapangan

Setelah penulis mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

proses penanaman nilai-nilai moral dan agama pada

wisatawan/masyarakat di kawasan wisata Bledug Kuwu. Pada

tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data sampai tahap

penulisan laporan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan

memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan

menjadi 5 (lima) bab, yaitu:

1. BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah,

Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan Istilah, Metode

penelitian, Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data,

Sistematika penulisan.

2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang yang

menjadi Kajian teoritik penelitian, yaitu teori-teori mengenai nilai

(31)

Ro Dukun di Kawasan Bledug Kuwu, Desa Kuwu, Kecamatan

Kradenan Kabupaten Grobogan tahun 2015.

3. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Membahas tentang gambaran umum dan Hasil Penemuan

tentang Tradisi Ngalap Berkah di Kawasan Bledug Kuwu, Desa

Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

4. BAB IV: PEMBAHASAN

Analisis tentang Sejarah terjadinya Bledug Kuwu dan Tradisi

Ngalap Berkah, perilaku masyarakat muslim dalam tradisi ngalap

berkah, mengetahui nilai-nilai moral yang terkandung dalam tradisi

ngalap berkah.

5. BAB V: PENUTUP

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Masalah moral dan agama merupakan salah satu aspek penting yang

perlu ditanamkan dan ditumbuh kembangkan dalam diri seseorang, terlebih

jika seseorang tersebut masih dalam masa anak-anak. Sebab berhasil tidaknya

penanaman nilai moral dan keagamaan pada masa kanak-kanak akan sangat

berpengaruh atau akanmenentukan baik buruknya perilaku moral seseorang

pada masa selanjutnya.

A. Nilai-nilai Moral

1. Pengertian Nilai Moral

Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat

atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan (2007:783).

Milton Roceach dan James Bank dalam Mawardi Lubis (2008:16),

Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup

sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau

menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas

(33)

Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang

dimana saja,baik dalam masyarakat yang masih terbelakang (Daradjat,

1977:8). Moral juga berperan untuk membina dan mempersiapkan

mental manusia agar manusia secara kreatif dan aktif melakukan

tugas-tugasnya dan diharapkan agar mampu memberikan kestabilan

dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang berupa

goncangan-goncangan dan ketegangan fisik antara antara lain frustasi, konflik,

dan kecemasan hidup. Pendidikan moral akan dengan sendirinya

mengarahkan manusia kepada konsep tauhid dalam Islam bahwa

dengan aturan moral dapat ditarik hikmah akan adanya pencipta yang

mengatur segalanya dibawah satu pengatur yaitu Tuhan. Pendidikan

Moral bentuk lain dari pendidikan Tauhid (Maslikhah, 2009:149).

Jika kita ambil ajaran agama, misalnya agama Islam, maka yang

terpenting adalah akhlak (moral), sehingga ajarannya yang terpokok

adalah untuk memberikan bimbingan moral di mana Nabi Muhammad

S.A.W bersabda: Sesungguhnya saya diutus oleh Tuhan adalah untuk

menyempurnakan akhlak. Dan beliau sendiri memberikan contoh dari

akhlak yang mulia itu diantara sifat beliau yang yang terpenting

adalah: benar, jujur, adil dan dipercaya. Dengan demikian nilai moral

adalah berkaitan dengan baik buruknya sikap dan perilaku manusia

dalam berhubungan dengan orang lain.

(34)

Norma-norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat

untuk mengukur kebaikan seseorang. Menurut Magnis-Suseno, sikap

moral yang sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas

sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah.

Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia

sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia

mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan

baikyang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai

secara moral (Budiningsih, 2008:25).

3. Pendidikan Nilai Moral dalam Masyarakat

a. Batasan-batasan Nilai Moral

Nilai-nilai yang berlaku kapanpun dan dimanapun seperti

kebebasan beragama, yang berati bahwa semua manusia bebas

dari paksaan baik dari perseorangan maupun dari kelompok sosial

atau sesuatu kekuatan manusiawi, sehingga tak seorangpun boleh

dipaksakan untuk bertindak bertentangan dengan imannya.

b. Pandangan Masyarakat Tentang Nilai Moral

Dalam suatu masyarakat yang umum dan berkembang

terdapat berbagai pandangan tentang nilai. Sehingga sering terjadi

perbedaan dan penyimpangan tentang pemaknaan nilai yang

(35)

Kebermaknaan nilai itu muncul dalam kehidupan bersama

dalam bentuk hal hal yang baik seperti materiil dan rohani,

ide-ide,cita-cita, dam prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.

c. Makna Dasar Konsep Pendidikan Moral

Pendidikan nilai itu adalah pemanusiaan manusia. Manusia

hanya “menjadi manusia” bila ia berbudi luhur, bekehendak baik

serta mampu mengaktualisasikan diri dan mengembangkan budi,

dan kehendaknya jujur baik dikeluarga, dimasyarakat-negara, dan

lingkungan dimana ia berada (Darmadi, 2009: 4).

4. Pendidikan Moral Keluarga dan Masyarakat

Keluarga sebagai lembaga sosial yang paling penting dan

penentu “karakter diri” seseorang. Orang tua umumnya dan Ibu atau

bapak dan sanak keluarga sangat menentukan karakter dasar

seseorang. Jadi, peranan orang tua tetap merupakan faktor penting

dalam dalam pembinaan anak-anaknya (keluarganya masing masing).

Keberadaan pengasuh ataupun sekolah sekalipun tidak cukup untuk

pembinaan nilai dan moral keluarga. Sejumlah pendekatan pendidikan

nilai moral, dapat dilakukan melalui:

a. Proses pembinaan, pengembangan, dan perluasan wawasan

struktur serta potensi dan pengalaman belajar afektual.

b. Proses pembinaan, pengembangan, dan perluasan isi/subtansi

(36)

keyakinan manusia secara layak dan manusiawi (Darmadi,

2009:132).

5. Pengertian Agama

Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial

yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang beproses pada

kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannnya

untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas

umumnya (Kahmad, 2009:129).

Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran

penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan

kemampuannnya karena sifatnya yang supra-natural sehingga

diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada.

6. Fungsi Agama Dalam Pembinaan Moral

Adapun fungsi agama dalam masyarakat juga mempengaruhi

kehidupan masyarakat seperti halnya tentang akhlak dan budi pekerti.

Thomas F.O‟Dea dalam (Kahmad, 2009:130) menuliskan lima fungsi

agama yaitu :

a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

b. Sarana hubungan transedental melalui pemujaan dan upacara

ibadat.

c. Penguat norma dan nilai-nilai yang sudah ada.

d. Pengkoreksi fungsi yang sudah ada.

(37)

Dan menurut Hendropuspito fungsi agama adalah edukatif,

penyelamatan, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan dan

transformatif.

7. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat

Untuk mengetahui pengaruh agama terhadapa masyarakat, ada

tiga aspek yang harus dipelajari yaitu, kebudayaan, sistem sosial,dan

kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang

kompleks dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada perilaku

manusia. Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan

agama dengan masyarakat dibagi menjadi 2:

a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral. Tipe

masyarakat ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota

masyarakatnya menganut agama yang sama. Tidak ada lembaga

lain yang relatif berkembang selain lembaga keluarga, agama,

menjadi fokus utama bagi penginstegrasian dan persatuan

masyarakat dari masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,

kemungkinan agama memasukkan pengaruh yang sakral ke dalam

sistem nilai-nilai masyarakat yang sangat mutlak.

b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan

masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang

lebih tinggi daripada tipe petama. Agama memberikan arti dan

ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat praindustri.

(38)

sekuler sedikit-banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada

fase-fase kehidupan sosial masih diisi oleh upacara-upacara

keagamaan, tetapi pada sisi kehidupan yang lain,pada aktivitas

sehari-hari agama kurang mendukung. Agama hanya mendukung

masalah adat-istiadat saja. Nilai-nilai keagamaan dalam

masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian

tingkah laku perseorangan, dan pembentukan citra pribadi

mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Salah satu

akibatnya, anggota masyarakat semakin terbiasa dengan

penggunaan metode empiris yang berdasarkan penalaran dan

efisiensi dalam menanggapi masalah-masalah kemanusiaan

sehingga lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas

(Kahmad, 2009:131).

B. Tradisi Ngalap Berkah

1. Landasan Historis Kebudayaan atau Tradisi

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta “budhayyah” yang

merupakan bentuk dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal

(Koentjaraningrat, 2011:73). Dengan demikian kebudayaan dapat

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.

Selo Soemardjan (1974:133) merumuskan Kebudayaan adalah

semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan

(39)

sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada

keperluan masyarakat.

Dari berbagai pengertian di atas, secara dapat peneliti rangkum

sebagai berikut: Kebudayaan adalah segala hasil karya manusia untuk

memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Budi berarti cipta, rasa, dan

karsa, sedang daya berarti kekuatan, sehingga budidaya dapat

diartikan kekuatan dari cipta, rasa dan karsa. Cipta merupakan

kekuatan mental, kemampuan dalam berfikir dari orang-orang yang

hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafah serta

ilmu pengetahuan. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan

kaidah-kaidah dan nilai-nilai.

Perkembangan suatu kebudayaan berada ditengah-tengah

kehidupan sosial masyarakat, sesuai dengan berbagai kebutuhan atau

kepentingan masyarakat, mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai

kemasyarakatan yang perlu untuk mengadakan tata tertib dalam

pergaulan kemasyarakatan. Semuanya tadi merupakan pengetahuan

yang bersifat sosiologis, yakni adanya hubungan-hubungan sosial

dalam membentuk kebudayaan masyarakat.

Dari sudut pandang sosiologi, kehidupan masyarakat Jawa telah

memiliki pranata-pranata yang sudah berlangsung lama, dari nenek

moyang leluhur jawa yang diwariskan secara turun-temurun sampai

saat ini. Dari generasi ke generasi, sehingga menjadi adat istiadat yang

(40)

adalah suatu cara hidup yang berkembang dan di miliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem

agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,

dan karya seni, bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian

tak terpisahkan dari diri manusia (Syarifah, 2014:40).

Menurut Koentjaraningrat (2011:56) kebudayaan itu dibedakan

dengan empat wujudnya :

1) Nilai-nilai budaya

2) Sistem budaya

3) Sistem sosial

4) Kebudayaan fisik

Sedangkan dengan tradisi hampir sama pengertian dengan

budaya. Awal mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu

kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya

diaplikasikan secara bersama-sama dan bukan tak jarang tradisi-tradisi

itu berakhir menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan

mendatangkan bahaya.

Dengan demikian, tradisi bukan bagian dari kebudayaan

melainkan hanya berhubungan yang mengandung

kesejajaran-kesejajaran. Kebudayaan bukan yang menyebabkan adanya tradisi dan

(41)

yang sama, yaitu pikiran manusia atau human mind. Tradisi berarti

membahas tentang tatanan eksistensi manusia dan bagaimana

masyarakat mempresentasikannya di dalam kehidupannya. Dalam

sudut pandang seperti ini, setiap masyarakat memiliki tradisinya

sendiri, sesuai dengan bagaimana mereka menyikapi dalam

kehidupannya (Syam, 2007:71).

2. Makna Tradisi dalam Masyarakat Jawa

Menurut Steenbirk (dalam Syam, 2005:17) yang dimaksud

dengan tradisi keagamaan ialah kumpulan atau hasil perkembangan

sepanjang sejarah ada unsur baru yang masuk, dan ada yang

ditinggalkan juga. Setiap tradisi keagamaan memuat simbol-simbol

suci yang dengannya orang melakukan serangkaian tindakan untuk

menumpuhkan keyakinan dalam bentuk melakukan ritual,

penghormatan, dan penghambaan. Salah satu contoh ialah melakukan

upacara lingkaran hidup dan upacara intensifikasi, baik yang memiliki

sumber asasi di dalam ajaran agama atau yang dianggap tidak

memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama. Tradisi keagamaan

yang bersumber dari ajaran agama disebut Islam Offisial atau Islam

Murni, sedangkan yang dianggap tidak memiliki sumber asasi di

dalam ajaran agama disebut sebagai Islam Popular atau Islam Rakyat.

Banyak ahli telah memberikan batasan mengenai ritual.

(42)

definisi Ritual agama tradisional ialah membuka keteraturan

kehidupan ke arah realitas atau kenyataan hal-hal yang bersifat gaib

atu kerohanian atau kekuatan untuk mengambil kekuasaan yang

berubah-ubah bentuk.

Menurut Dhavomany (dalam Syam, 2005:19), ritual dibedakan

menjadi empat macam, yaitu :

1) Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan

bahan-bahan yang bekera karena daya-daya mistis.

2) Tindakan religius, kultur para leluhur, juga bekerja dengan

cara ini.

3) Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah

hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian

mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi

khas.

4) Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau

kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara

lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.

3. Kebudayaan Spiritual Jawa (Kejawen)

Menurut Kodiran kebudayaan spiritual Jawa yang disebut

“kejawen” antara lain sebagai berikut:

1) Kepercayaan bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur

dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit mereka yang bersifat

(43)

petani pedesaan dijawa umumnya menyukai ajaran-ajaran

kebatinan dan memberi makna yang tinggi terhadap konsep nrima

(menerima).

2) Kepercayaan terhadap kekuatan gaib disebut kesakten (kesaktian),

terutama terhadap benda-benda pusaka seperti keris, gamelan, dan

kendaraan istana.

3) Kepercayaan terhadap roh leluhur (nenek moyang) dan roh halus

yang tinggal di sekitar tempat tinggal mereka. Roh halus itu

menurut anggapan orang jawa selain dapat mendatangkan

keselamatan juga dapat mengganggu hidup mereka. Untuk

menghindari gangguan itu mereka melakukan selamatan dan

sesajian pada waktu-waktu tertentu.

Masyarakat Jawa dibedakan antara dua golongan: pertama,

orang kecil yang sebagian besar mereka adalah petani. kedua, kaum

priyayi yang terdiri dari kaum pegawai dan kaum intelektual. Menurut

sosial ekonomi, masyarakat Jawa menurut Kodiran juga dibedakan

antara dua kelompok atas dasar kriteria penganut agama, yakni santri

dan abangan. Kelompok santri yaitu yang menyadari diri sebagai

orang Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam.

Kelompok abangan adalah orang yang percaya kepada ajaran agama

Islam, tetapi tidak secara patuh menjalankan rukun agama Islam.

Dalam praktik cara hidup mereka lebih ditentukan oleh tradisi-tradisi

(44)

kepercayaan bahwa tatanan alam dan masyarakat sudah ditentukan

dalam segala seginya. Keagamaan orang Jawa Kejawen selanjutnya

ditentukan oleh kepercayaan kepada macam roh yang menimbulkan

perasaan keagamaan. Istilah abangan berlaku juga bagi orang-orang

jawa yang beragama Katolik dan Protestan (Imam S, 2005:57).

4. Pengertian Tradisi Ngalap Berkah

Konsepsi ngalap berkah secara etimologis berarti mencari

kebaikan, ada juga sebagian kiai yang mengartikannya sebagai

ziyadatul khoir atau mencari bertambahnya kebaikan. Kata berkah

yang asalnya berasal dari bahasa Arab barakah berarti tumbuh,

bertambah dan bahagia (Abbas, 1983:200). Dalam istilah syariat

Islam, berkah adalah suatu kebajikan Tuhan yang diletakkan pada

sesuatu. Sedangkan arti berkah dalam bahasa Indonesia menurut

kamus Purwadarminta adalah:

a. Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan

manusia.

b. Restu atau pengaruh baik yang didatangkan dengan perantaraan

seseorang.

c. Keberuntungan atau kebahagiaan yang didapat karena melakukan

sesuatu.

Kelompok masyarakat muslim tradisional yang oleh Clifford

(45)

berorientasi pada rahmat dan berkat, sangat mengagungkan makam

orang suci ataupun cultural heroes yang dipercaya dapat menebar

berkah bagi peziarahnya (Hadiyatno, Calenderial Ritual Syawalan

Sebagai Mediasi ngalap berkah masyarakat Kaliwungu Kendal:8-9).

Inilah yang terjadi pada acara tradisi ngalap berkah di Kawasan

wisata Bledug Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan

kelompok keagamaan masyarakat muslim yang bercorak tradisional

bermediasi ngalap berkah di makam orang suci yang diyakini akan

memberi berkah yang terus melimpah dalam segala aspek kehidupan

mereka selepas berziarah. Apalagi setelah melihat dan mendengar dari

kyai dalam pengajian agama tentang rujukan ayat–ayat Al Qur‟an

sebagai pedoman kitab suci umat Islam yang berulang kali menyebut

konsep berkah atau barakah, kelompok masyarakat muslim

tradisional pemilik ritual ngalap berkah semakin tidak merasa ragu

sedikit pun tentang adanya berkah dalam hidup yang diberikan Tuhan.

Dalam pandangan kelompok masyarakat muslim modern, meskipun

seseorang dekat dengan orang suci atau auliya‟ tetapi kalau dirinya

malas bekerja dan tidak suka bekerja keras, tidak mempunyai

ketekunan dan kepandaian maka dirinya tidak akan pernah mendapat

berkah kebahagiaan. “Kebajikan Tuhan diletakkan pada sesuatu yang

Ia sukai atau sesuatu yang Ia kehendaki.” Ada yang diletakkan pada

(46)

ada yang diletakkan pada ayat atau surat dalam Al Quran semisal ayat

Kursi, surat Yasin, Al Ikhlash, Al Mulk, Ar Rahman, Al Waqi‟ah.

5. Sejarah Singkat Terjadinya Bledug Kuwu dan Ngalap Berkah Pada Makam Mbah Ro Dukun.

Sejarah terjadinya tradisi ngalap berkah di kawasan wisata

bledug kuwu juga berkaitan dengan asal usul terjadinya bledug kuwu

menurut cerita rakyat dan mitos yang dipercaya oleh masyarakat.

Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api

lumpur,seperti halnya yang terjadi di Porong, Sidoarjo. Tetapi sudah

terjadi sebelum jaman Kerajaan Mataram Kuno (732 M-928 M).

Terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan

(Purwodadi). Tempat tersebut dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke

arah timur kota Purwodadi. Obyek yang menarik dari Bledug Kuwu

adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan

berlangsung antara dua hingga tiga menit dengan diameter ± 650

meter. Secara etimologi, nama Bledug Kuwu berasal dari Bahasa

Jawa, yaitu bledug yang berarti ledakan/ meledak dan kuwu yang

diserap dari kata kuwur yang berarti lari/ kabur/ berhamburan.

Menurut sejarah asal usul nama Bledug Kuwu, yaitu sebuah

kawah lumpur (bledug) yang berlokasi di Kuwu. Kawah tersebut

secara berkala melepaskan lumpur mineral, dalam bentuk letupan

(47)

dimanfaatkan mineralnya untuk pembuatan konsentrat garam, yang

disebut bleng dan dipakai dalam pembuatan kerupuk karak.

Legenda yang beredar turun temurun, Bledug Kuwu terjadi

karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut

Selatan (Samudera Hindia). Lubang itu merupakan jalan pulang Joko

Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan,

setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah

menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung bisa membuat

lubang tersebut. Karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang

merupakan syarat, agar dia diakui sebagai anaknya Raden Ajisaka,

Prabu Ajisaka tidak begitu saja percaya bahwa ular itu adalah

anaknya, tetapi setelah mendengar ceritanya, beliau pun sadar bahwa

ular itu benar. Tetapi, untuk mengujinya, beliau menugaskan sang ular

untuk membunuh seekor buaya putih di Samodra Kidul (Laut

Selatan), lalu membawa pulang kepalanya. Jalan pulang ke Medang

Kamolan harus melewati dasar bumi.

Sang ular melaksanakan tugas tersebut dengan mudahnya.

Setelah menelan kepala buaya putih untuk diperlihatkan kepada sang

prabu, ia lalu menerobos tebing di pinggir pantai, untuk terus menuju

ke timur, ke Medang Kamolan.

Karena tidak yakin arah yang benar, ia naik sebentar ke

permukaan, dan tiba di desa Jono, kecamatan Tawangharjo. Hingga

(48)

cairan untuk campuran membuat kerupuk, yang dapat diproses

menjadi garam dapur.

Kedua kalinya ia muncul ke permukaan yaitu di daerah Crewek,

tetapi ternyata perjalanan masih cukup jauh. Lalu, untuk ketiga

kalinya, dengan tak sabar ia memusatkan seluruh kekuatannya untuk

mengeluarkan badannya dari dasar bumi. Saking besarnya tubuh sang

ular raksasa, sampai mengeluarkan suara “Bledug..Bledug” tiba di

desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Tetapi

tenaganya sudah habis, dan akhirnya ia lumpuh. Saat itu ia menjelma

menjadi seorang anak kecil. Seorang dukun menemukannya dan

menyembuhkannya dari penyakit lumpuh. Sang dukun menanyakan

asal dan tujuan si anak, tetapi ia tak dapat menjawab, akhirnya ia

dikenal dengan nama Joko Linglung. Sang dukun yang menolong

Joko Linglung itu bernama Raden Ayu Ngainah atau sekarang

masyarakat sekitar menyebutnya dengan Mbah Ro Dukun.

Untuk mengenang kebaikan dukun bayi masyarakat setempat

percaya dengan tempat yang berada di pojok Timur laut yang masih

satu lokasi dengan Bledug Kuwu sebagai makam Mbah Ro Dukun

sebagai tempat menolong Joko Linglung, dan sampai sekarang masih

dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan dijaga oleh juru kunci

(49)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. PAPARAN DATA

1. Gambaran Umum Lokasi

Gambaran umum dari lokasi penelitian yaitu Kawasan Wisata

Bledug Kuwu yang berada di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan

Kabupaten Grobogan dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya

keadaan geografis, keadaan demografis, dan sarana prasarana. Untuk

mengetahui lebih jelas tentang aspek-aspek tersebut akan diuraikan

satu persatu sebagai berikut:

a. Keadaan Geografis

Secara geografis Bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu,

Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa

Tengah dengan ketinggian tanah dari permukaan laut adalah 53

meter dan suhu udara rata-rata 35ºC. Bledug Kuwu adalah sebuah

fenomena gunung api lumpur,seperti halnya yang terjadi di

Porong, Sidoarjo. Tetapi sudah terjadi sebelum jaman Kerajaan

Mataram Kuno (732 M-928 M). Terletak di Desa Kuwu,

Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan (Purwodadi). Tempat

tersebut dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke arah timur kota

(50)

Desa Kuwu terletak di sebelah timur kota kabupaten,

memiliki luas keseluruhan adalah 286.340 Ha. Jarak antara Desa

Kuwu ke Ibu Kota Kabupaten adalah 28 Km dan jarak antara

Desa Kuwu dengan pusat pemerintahan Kecamatan Kradenan

adalah 0,35 Km. Dengan kondisi jalan yang sudah beraspal dan

rata, memudahkan masyarakat Desa Kuwu untuk melakukan

mobilitas dengan masyarakat dari daerah lain maupun dengan

kantor pemerintah setempat menggunakan sarana transportasi

bus,sepeda motor, atau mobil.

Berdasarkan data monografi kelurahan Desa Kuwu tahun

2015, batas wilayah Desa Kuwu adalah sebagai berikut:

1) Sebelah utara : Dusun Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan

2) Sebelah selatan : Dusun Banjarsari, Kecamatan Kradenan

3) Sebelah Barat : Dusun Grabagan, Kecamatan Kradenan

4) Sebelah timur : Dusun Kalisari, Kecamatan Kradenan

b. Keadaan Demografis

Secara keseluruhan Desa Kuwu terdiri dari 33 RT dan 6

RW yang tersebar rata di masing-masing dusun dengan jumlah

penduduk sebanyak 7890 orang. Dusun-dusun yang terdapat di

Desa Kuwu antara lain Dusun Tegal Kembangan, Dusun Kuwu

Krajan, dan Dusun Sukorejo. Dari semua jumlah penduduk yang

(51)

Indonesia) yang terdiri dari 4719 orang laki-laki dan 3171 orang

perempuan (Sumber: Data monografi Desa Kuwu 2015).

Untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan

masyarakat Desa Kuwu, pertama peneliti menampilkan sistem

mata pencaharian penduduk Desa Kuwu. Dalam sistem mata

pencaharian penduduk, masyarakat di Desa Kuwu mempunyai

mata pencaharian yang beraneka ragam yaitu terdiri dari PNS,

TNI/POLRI, wiraswasta, petani, pertukangan, buruh tani,

pensiunan, dan petani garam. Untuk mengetahui lebih jelas

tentang jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa

Kuwu dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

No. Mata Pencaharian Jumlah Presentase (%)

(52)

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa masyarakat

Desa Kuwu mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh tani

yaitu sebanyak 25,42%. Banyaknya masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai buruh tani, dikarenakan wilayah Desa Kuwu

sebagian besar masih berupa lahan pertanian dengan kepemilikan

lahan sebagian besar dimiliki oleh kepala desa. Dampaknya

adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat relatif kecil,

sehingga perekonomian masyarakat di Desa Kuwu masih

tergolong miskin. Selain buruh tani, sistem mata pencaharian

yang banyak terdapat di Desa Kuwu adalah wiraswasta yaitu

sebanyak 23,73%. Faktor yang Melatar belakangi banyaknya

masyarakat yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta adalah

terdapatnya BledugKuwu. Dengan adanya Bledug Kuwu di Desa

Kuwu, membuat masyarakat termotivasi untuk mendirikan usaha

sendiri baik di dalam maupun di luar kawasan Bledug Kuwu.

Keberadaan petani garam terkait dengan sistem mata pencaharian

di Desa Kuwu memiliki jumlah yang paling rendah yaitu 1,13 %.

Hal ini dikarenakan jumlah dari masyarakat yang bekerja sebagai

petani garam di Desa Kuwu hanya 6 (enam) orang.

c. Sarana dan Prasarana yang berada di Desa Kuwu

Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang telah tersedia

dan bertujuan untuk memperlancar suatu kegiatan. Ketersediaan

(53)

perkembangan wilayah Desa Kuwu agar menjadi lebih maju. Hal

ini dikarenakan dengan adanya sarana prasarana,

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan dengan

lancar. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Kuwu adalah

sebagai berikut:

1) Alat transportasi

Sarana transportasi umum yang ada di Desa Kuwu

adalah bus dengan tujuan Purwodadi-Sulursari, dan

kendaraan roda dua yang dipakai untuk jasa transportasi ojek.

Selain itu juga terdapat kendaraan pribadi roda dua dan mobil

yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kuwu. Dengan

tersedianya sarana transportasi umum dan pribadi, akan

memudahkan setiap masyarakat yang ingin pergi keluar kota

untuk mencari pekerjaan lain apabila pekerjaan yang ada di

Desa Kuwu tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup.

2) Pasar

Sarana lain yang terdapat di Desa Kuwu adalah pasar.

Pasar di Desa Kuwu digunakan warga untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Keberadaan sarana pasar di Desa

Kuwu sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa Kuwu maupun masyarakat di sekitarnya

(54)

barang dagangan, sehingga interaksi yang terjalin di

lingkungan pasar tidak hanya masyarakat yang tinggal di

Desa Kuwu, tetapi juga masyarakat yang berasal dari luar

Desa Kuwu.

3) Masjid

Sarana lain yang terdapat di Desa Kuwu adalah Masjid.

Masjid di Desa Kuwu digunakan warga untuk tempat

beribadah. Keberadaan Masjid di Desa Kuwu selain sebagai

tempat ibadah juga menjadi tempat kegiatan keagamaan

masyarakat Desa Kuwu maupun masyarakat di sekitarnya.

d. Kondisi Sosial, Agama, dan Budaya

Masyarakat pedesaan memiliki jiwa sosial yang lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, begitu juga dengan

masyarakat Desa Kuwu memiliki jiwa sosial yang tinggi,

memiliki kehidupan bermasyarakat yang tenteram, damai, selaras,

jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik.

Masyarakat hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat

satu sama lain, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Dengan

kata lain rasa kekeluargaan masyarakat Desa Kuwu lebih kental.

Di sektor budaya Desa Kuwu termasuk desa yang kaya akan

budaya, adat, dan kesenian tradisional. Budaya adat yang

berkembang di kalangan masyarakat Desa Kuwu antara lain

(55)

khoul, kirim doa dan tumpengan. Sedangkan kesenian yang ada di

Desa Kuwu berupa Tayuban, Mauludan, dan Rebana.

Pendidikan yang di peroleh warga sebagian besar SD dan

masih ada dari warga yang masih belum tamat SD. Lambat-tahun

warga memikirkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka

sehingga mereka menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang

lebih tinggi minimal sampai SMP yang merupakan program wajib

belajar Sembilan tahun dari pemerintah. Walaupun mereka

menganggap bahwa pendidikan formal penting tapi juga tidak

mengesampingkan pendidikan agamanya sehingga sebagian besar

anak mereka bersekolah dan diasramakan dipondok pesantren,

sehingga nilai-nilai Ahlaq dan budaya Islam warga Kuwu masih

tetap terjaga dengan baik. Warga Desa Kuwu sebagian besar

menganut paham Ahlissunnah Waljamaah, ibu-ibu mengikuti

muslimat, kaum muda-mudi mengikuti IPNU IPPNU dan juga

ansor. Tradisi-tradisi ke NU an juga sering dilakukan seperti

tahlilan, dzibaan/berjajen, manaqiban dan tradisi-tradisi lain yang

diikuti bersama sehingga memepererat tali persaudaraan antar

warga.

B. Temuan Penelitian

Pembahasan tentang Nilai-nilai Moral dalam Tradisi ngalap berkah

(56)

Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Perilaku masyarakat

muslim dalam tradisi ngalap berkah pada makam Mbah Ro Dukun di

Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Nilai-nilai

moral keagamaan dalam tradisi ngalap berkah pada makam Mbah Ro

Dukun di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

1. Sejarah Bledug Kuwu dan tradisi ngalap berkah pada makam Mbah Ro Dukun di Desa Kuwu, Kec. Kradenan, Kab. Grobogan

Sejarah terjadinya tradisi ngalap berkah di kawasan wisata

Bledug Kuwu juga berkaitan dengan asal usul terjadinya Bledug

Kuwu menurut cerita rakyat dan mitos yang dipercaya oleh

masyarakat, dari data yang berhasil dihimpun oleh peneliti dan hasil

wawancara beberapa narasumber diantaranya juru kunci makam mbah

Ro Dukun, masyarakat sekitar Bledug Kuwu, Kepala Desa,

Wisatawan, dan Kepala UPT Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan

dan Pariwisata Wilayah Kradenan.

a. Tradisi Ngalap Berkah

Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Sr, selaku

Kepala UPT Dinas Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata

Wilayah Kradenan tentang Tradisi Ngalap Berkah menuturkan

bahwa:

(57)

Bapak Sg, selaku juru kunci makam mbah Ro Dukun atau

Raden Ayu Ngainah menambahkan bahwa:

“Bledug Kuwu itu terjadi menurut cerita rakyat yaitu adanya

lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia) dan lubang itu dipercaya adalah jalan pulang Joko Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamolan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Joko Linglung menuju Medang Kamolan berjalan dan ditengah perjalanan tenaganya sudah hampir habis, dan seorang dukun bayi yang biasanya lewat, disekitar tempat tersebut mengetahui ada anak kecil kemudian didekati, lha setelah didekati begitu cermat,teliti koq anak tersebut keadaannya tidak berdaya, kemudian diurut hingga keadaan sehat. Raden Ayu Ngainah adalah seorang dukun bayi yang menolong Joko Linglung, untuk mengenang kebaikan dukun bayi tersebut masyarakat sini percaya dengan tempat yang berada di pojok timur laut yang masih satu lokasi dengan Bledug Kuwu sebagai makam Raden Ayu Ngainah

atau Mbah Ro Dukun” (Wawancara, 23 Agustus 2015).

b. Pelaksanaan Acara Ngalap Berkah

Pelaksanaan acara Ngalap Berkah atau meminta Doa ke

makam Mbah Ro Dukun tidak dibatasi hari atau tanggal,

tergantung kalau ada orang yang ingin meminta Doa

menghubungi Juru Kunci terlebih dahulu, dan biasanya rame itu

pada hari Kamis, Jum‟at, Sabtu, Minggu dan Senin. Pada bulan

Syura tanggal 9 banyak yang tirakatan sambil mengerjakan sholat

malam disini dan waktu ketika melakukan Sowan ke makam

biasanya paling lama adalah setengah jam (wawancara dengan

(58)

c. Doa atau bacaan ketika sowan ke makam

Doa atau bacaan yang dibaca ketika melakukan sowan ke

Makam adalah Doa Khusus dan bukan bacaan tahlil seperti hasil

wawancara dengan Bpk Sg sebagai berikut:

Doa yang dibaca itu bukan tahlil, tetapi “Ya Allah saya meminta

pertolongan melalui perantara Mbah Ro Dukun untuk

memperlancar rejeki” ya doanya seperti itu. Doa yang dibacakan

ditambahi surat-suratan seperti Al Fatihah, tetapi bukan tahlil (wawancara dengan pada tanggal 23 Agustus 2015).

d. Alasan Masyarakat Kuwu atau Para Wisatawan Melakukan Ritual

Ngalap Berkah

Masyarakat di Desa Kuwu mempercayai tentang tradisi

Ngalap Berkah karena sudah turun temurun, melakukan

kepercayaan itu. Apabila ada orang asli Desa Kuwu akan

melakukan Hajat seperti mantu atau membangun Rumah harus

meminta doa dulu di makam Mbah Ro Dukun, agar diperlancar

meskipun orang tersebut sudah pindah daerah atau luar kota

(Wawancara dengan Bp Sn Kepala Desa Kuwu, 24 Agustus

2015).

Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan Oleh Bp Jk

“...Saya asli orang kuwu sini, ya percaya kalau mau ada hajat

harus sowan ke makam dulu,kalau istilahnya orang sini meminta

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses utama E-CRM yang ke dua, terdapat proses membangun analisa basis data pelanggan yang berhubungan dengan pengambilan data dari basis data pelanggan yang akan

Disarankan kepada rekan-rekan fisioterapi untuk menambahan jumlah subyek penelitian pada penelitian berikutnya, diupayakan dapat mengontrol aktivitas sampel penelitian yang dapat

penting yaitu beras, tebu, jagung, jeruk, kedele, kopi, rempah-rempah, susu, teh dan tepung terigu untuk SSM serta coklat, sawit, dan kopi untuk NTB. Adapun hasil dari kajian ini

memperhatikan metode niteni, nirokke, nambahi, nularke, nebarke. Pada zaman kebangkitan nasional, Ki Hadjar Dewantara mendi rikan Perguruan Tamansiswa yang sarat dengan

Apabila Penyedia Jasa tidak dapat menghadiri sesuai waktu yang ditentukan di atas dan tidak dapat membuktikan Keaslian Dokumen yang telah disampaikan dalam Penawaran dan Daftar

Dari pendapatan beberapa ahli mengenai e-commerce dapatlah kiranya diambil kesimpulan bahwa e-commerce atau e- com atau e-dagang merupakan salah satu sarana

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan terhadap sistem e-sertifikat yang memberikan hasil secara akurat guna proses kelancaran sistem e-sertifikat secara otoma-

Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang keberadaannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak dikarunia anak dimana mereka