• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis nilototicus) Hasil Budidaya

N/A
N/A
Hendra Muslim

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis nilototicus) Hasil Budidaya "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis nilototicus) Hasil Budidaya Tambak dan Hasil Pancingan Masyarakat di Sungai Jeneberang, Kelurahan

Pangkabinanga, Kabupaten Gowa

*Nur Ainun Marsuki

*Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

xCorresponding author: Jl. HM. Yasin Limpo 36 Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. 92113 E-mail addresses: [email protected]

K a t a k u n c i a b s t r a k Budidaya Tambak

Ikhtiologi

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Morfometrik

Sungai Jeneberang

*Diajuka sebagai syarat lulus pada mata kuliah Ikhtiologi

Sungai Jeneberang merupakan aspek lingkungan yang penting bagi masyarakat sekitar yang mendiami pemukiman tersebut. Salah satu pemanfaatan sungai oleh masyarakat sekitar adalah dengan melakukan kegiatan memancing. Selain memancing bebas di sungai, masyarakat yang berada disekitaran bantaran sungai juga melakukan kegiatan budidaya yaitu membuat tambak. Salah satu ikan yang sering kali dijumpai pada dua lokasi berbeda yakni saat memancing bebas disungai dan budidaya tambak adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan ikan Nila dari segi morfometrik ditinjau dari dua lokasi yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Juni serta 6-7 Juli 2022 dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil yang didapatkan berupa nilai akhir dari perhitungan data dengan menjumlahkan keseluruhan sampel ikan dari kedua tempat kemudian diambil nilai rata-ratanya.

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan hampir 70% wilayahnya didominasi oleh lautan.

Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara maritim yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang besar dan hasil laut yang melimpah [1]. Salah satu tempat selain dari lautan yang memiliki sumberdaya yang melimpah adalah sungai. Sungai merupakan wilayah perairan yang lebih kecil dari laut dan memiliki air yang tawar [2]. Salah satu kawasan sungai yang menjadi pusat mata pencaharian masyarakat adalah sungai Jeneberang [3].

Sungai sebagai tempat yang kerap dijadikan mata pencaharian, menjadi tempat yang sering dikunjungi baik untuk sekedar bersantai, maupun mencari ikan dengan cara menjaring maupun dipancing [4]. Zona penangkapan ikan merupakan suatu kawasan yang menjadi sasaran penangkapan ikan karena identik sebagai tempat berkumpulnya ikan [5]. Ikan adalah salah satu bahan pangan yang berperan utama dalam kehidupan manusia, karena merupakan sumber protein hewani yang bagus untuk tubuh [6]. Masyarakat di bantaran sungai Jeneberang, selain melakukan kegiatan memancing juga kerap membangun usaha budidaya ikan. Hal tersebut karena tingginya permintaan pasar dalam memenuhi nilai gizi khususnya sektor perikanan. Oleh karena itu, slah satu cara untuk mengatasi kebutuhan dan permintaan pasar yang optimal juga dilakukan budidaya ikan konsumsi [7].

Usaha budidaya ikan air tawar merupakan salah satu komoditi usaha yang saat ini digemari oleh banyak masyarakat. Hal tersebut karena aspek penanganan yang terbilang sangat mudah jika didukung dengan ketersediaan air yang tercukupi [3]. Usaha perikanan dalam budidaya tambak adalah kegiatan yang menggunakan kawasan di pinggiran wilayah

(2)

2

perairan sehingga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sekitarnya [8]. Berdasarkan wawancara dengan para pemancing sungai Jeneberang dan pihak tambak, ikan yang kerap di jumpai saat memancing dan banyak diminati masyarakat adalah ikan nila. Ikan nila (Oreochromis niloticus) secara umum merupakan ikan air tawar tropis yang banyak tersebar di wilayah Afrika dan Asia yang banyak dibudidayakan atau ditangkap di alam liar karena memiliki daya tahan tinggi, tumbuh cepat dan termasuk ikan yang produktif [9].

Kajian morfometrik pada ikan merupakan salah satu studi yang banyak digunakan dalam biologi perikanan karena dapat mengetahui diferensiasi dan hubungan antar spesies ikan dalam populasi dan analisis faktor lingkungan [10]. Selain itu, analisis morfometrik dapat didefinisikan sebagai kajian yang berhubungan dengan variasi yang dapat dianalisis dengan pengukuran secara kuantitatif karena menyimpulkan suatu perubahan bentuk dan ukuran dan bentuk dari organisme [11]. Dalam pernyataan lain juga disebutkan bahwa morfometrik dapat mencakup variasi dan bentuk dari obyek ikan serta analisis struktur secara kualitatif yang biasa digunakan ahli taksonomi karena bermanfaat untuk membedakan suatu spesies [12]. Hal tersebut menjadi salah satu acuan penting sebagai informasi yang wajib diketahui dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya ikan dimasa yang akan datang [13].

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilaksanakan karena ikan nila merupakan komoditi utama pada budidaya ikan konsumsi masyarakat sepanjang Sungai Jeneberang karena pemeliharaan yang tidak terlalu sulit serta tingginya permintaan pasar terhadap jenis ikan tersebut. Ikan nila selain sebagai komoditi budidaya, juga kerap menjadi ikan yang dominan tertangkap saat memancing di sungai Jeneberang. Sehingga analisis morfometrik perlu dilakukan guna meninjau kedua lokasi tempat ikan nila hidup yakni tambak dan sungai Jeneberang.

2. Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan selama dua hari, 30 Juni dan 6 Juli 2022 dengan mengobservasi lokasi-lokasi tempat pemancingan ikan sepanjang Sungai Jeneberang dan mensurvei lokasi tambak Jeneberang kelurahan Pangkabinanga, Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan yaitu pengukuran morfometrik yang diambil masing-masing 3 sampel dari jumlah keseluruhan 16 sampel dengan teknik purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari kedua lokasi untuk kemudian memperoleh data dari hasil wawancara pemancing dan pihak pengelola tambak yang diasumsikan memenuhi kebutuhan identifikasi morfometrik dari kedua lokasi.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan yang dilakukan, disajikan dalam bentuk tabel morfometrik dan karakteristik yang diukur. Adapun hasil dari perhitungan rata-rata dari masing-masing 3 sampel yang diambil dari kedua lokasi disajikan dalam bentuk tabel dan gambar pengukuran ikan secara morfometrik.Adapun hasil yang didapatkan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Deksripsi karakter morfometrik ikan nila yang diukur

No. Nama

Karakter

Notasi Deskripsi karakter

1. Panjang total TL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang

2. Panjang standar

SL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pelipatan pangkal sirip caudal

(3)

3

3. Panjang kepala HL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dari hidung hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang 4. Diameter mata ED Panjang garis tengah rongga mata

5. Panjang dasar sirip dorsal

DBL Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terakhir bertemu dengan badan

6. Tinggi sirip dorsal

DD Jarak dasar dari jari-jari sampai ujung jari-jari terpanjang sirip dorsal

7. Tinggi badan BD Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal dengan ventral

8. Panjang sirip dada

PFL Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip pectoral

9. Panjang sirip perut

VFL pectoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip ventral

10. Panjang sirip anal

AFL Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip anal

11. Panjang batang ekor

CPL Jarak miring antara ujung dasar sirip anal dan pangkal jari-jari tengah sirip caudal

12. Tinggi batang ekor

CPD Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah

Tabel 2. Hasil Perhitungan karakter morfometrik ikan nila Karakter Ukuran (cm) Rata-

rata

Karakte r

Ukuran Rata-

rata Lokasi

Pancingan

Ik 1 Ik 2 Ik 3 Lokasi Tambak

Ik 1 Ik 2 Ik 3

TL 12 9,5 10 31,5 TL 11 9,5 9,2 29,7 SL 9,5 7,4 8 24,9 SL 8,4 7,5 7,4 23,3 HL 3 2,8 2,6 8,4 HL 2,7 2,5 2,4 7.6 ED 0,7 0,7 0,7 2,1 ED 0,7 0,6 0,2 1,5 DBL 5,7 4,4 4 13,4 DBL 5 4,2 3,7 12,9 DD 7 5,5 5,5 18 DD 6,5 5,5 4,8 16,8 BD 7 5 5,7 17,7 BD 4 3,8 3,2 11 PFL 3,7 2,7 3 9,4 PFL 3,5 3 2,4 8,9 VFL 2,8 2 2,5 7,3 VFL 3 2,5 2,3 7,8 AFL 0,8 1 1 2,8 AFL 1 1,2 1 4,5 CPL 3 2,8 2,5 8,3 CPL 2,4 2,5 2,4 7,3 CPD 1,8 1,9 1,5 5,3 CPD 1,3 1 1,4 3,7

Hasil diatas menunjukkan panjang otal diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai ujung ekor atas yang berjumlah 31,5 untuk lokasi pancingan dan 29,7 untuk lokasi tambak. Kemudian panjang standar yang diukur mulai dari bagian terdepan mulut sampai ujung gurat sisi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh panjang untuk lokasi pancingan sebesar 24,9 dan 23,3 untuk lokasi tambak. Kemudian panjang kepala yang diukur mulai dari bagian depan moncong mulut sampai bagian ujung celah insang belakang dengan jumlah 8,4 lokasi pancingan dan 7,6 untuk lokasi tambak. Kemudian diameter mata, diukur mulai dari ujung mata sampai mata bagian belakang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(4)

4

rata-rata dari masing-masing sampel untuk lokasi pancingan sebanyak 2,1 dan lokasi tambak 1,5. Selanjutnya panjang dasar sirip dorsal mengikuti panjang tubuh, sehingga apabila ikan memiliki tubuh yang panjang maka sirip dorsalnya pun akan panjang. Hasil pada lokasi pancingan sejumlah 13,4 dan lokasi tambak sebanyak 12,9. Lalu tinggi sirip dorsal yakni 18 untuk lokasi pancingan dan 16,8 untuk tambak. Kemudian tinggi badan yang diukur mulai dari punggung sampai ujung perut pada lokasi pancingan sebanyak 17,7 dan 11 untuk lokasi tambak. Kemudian panjang sirip dada untuk lokasi pancingan sebanyak 9,4 dan 8,9 untuk lokasi tambak. Lalu panjang sirip perut untuk lokasi pancingan 7,3 dan 7,8 untuk lokasi tambak. Kemudian panjang sirip anal yang diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip anal sampai pangkal belakang sirip anal dengan lokasi pancingan 2,8 dan 4,5 untuk lokasi tambak.

Lalu panjang batang ekor yang diukur mulai dari pangkal belakang sirip anal sampai pangkal sirip ekordegan jumlah untuk lokasi pancingan sebanyak 8,3 dan 7,3 untuk lokasi tambak.

Selanjutnya tinggi batang ekor yang 5,3 untuk lokasi pancingan dan 3,7 untuk lokasi tambak [14].

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, hal tersebut menunjukkan bahwa baik ikan yang dibudidayakan ditambak dan ikan yang di pancing langsung di sungai memiliki ukuran yang hampir sama dan tidak berbeda jauh. Hasil yang didapatkan juga sejalan dengan faktor lingkungan yang diuji berupa suhu kedua tempat yang hampir sama. Walaupun sungai Jeneberang cenderung panas, banyak dilewati kendaraan yang berlalu lalang diatas jembatan, ternyata tidak mengurangi eksistensi ukuran ikan nila yang tertangkap dan hampir sama dengan ikan nila yang dibudidayakan di tambak yang cenderung lebih terjaga dan terawat habitatnya.

Daftar Pustaka

[1] D. N. Huda, A. Nurhuda, and Y. Lubis, “Pemetaan Potensi Zona Tangkapan Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) di Selat Makassar , Sulawesi Selatan Mapping the Potential of the Cakalang Fishing Zone ( Katsuwonus pelamis ) in the Makassar Strait , South Sulawesi,” pp. 409–417, 2019.

[2] D. A. S. Pohan, B. Budiyono, and S. Syafrudin, “Analisis Kualitas Air Sungai Guna Menentukan Peruntukan Ditinjau Dari Aspek Lingkungan,” J. Ilmu Lingkung., vol. 14, no. 2, p. 63, 2017, doi: 10.14710/jil.14.2.63-71.

[3] R. Baharuddin, L. Hamka, N. Kurnia, and M. Junda, “Kajian Awal Pemanfaatan Sungai Jeneberang Sebagai Sarana Bididaya Ikan Dengan Sistem Keramba” pp. 726–

730, 2017.

[4] I. District and S. Islands, “Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan pancing dasar di perairan Marore Kecamatan Kepulauan Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe,” vol. 2, no. 6, pp. 217–222, 2017.

[5] M. Mursyidin, K. Munadi, and M. Z.A., “Prediksi Zona Tangkapan Ikan Menggunakan Citra Klorofil-a Dan Citra Suhu Permukaan Laut Satelit Aqua MODIS Di Perairan Pulo Aceh,” J. Rekayasa Elektr., vol. 11, no. 5, p. 176, 2015, doi:

10.17529/jre.v11i5.2973.

[6] “Islam dan Biologi - Dirhamzah, Syarif Hidayat Amrullah, Zulkarnain, Aswar Rustam, Devi Armita, Selis Meriem, Kurnia Makmur, Hajrah, Isna Rasdianah Aziz, Mardan - Google Buku”, Accessed: Jul. 11, 2022. [Online]. Available:

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=XLoxEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1

&dq=related:y8F19sZNCwgJ:scholar.google.com/&ots=dT-

(5)

5 PKUgm6O&sig=cKaNCmDvz-FsPW-

TDOLbUw6De_E&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

[7] R. Maniagasi, S. S. Tumembouw, and Y. Mudeng, “Analisis kualitas fisika kimia air di areal budidaya ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara,” e-Journal Budid.

Perair., vol. 1, no. 2, 2013, doi: 10.35800/bdp.1.2.2013.1913.

[8] L. Minarseh, Suhaeni, and S. H. Amrullah, “Analisis morfologi dan kadar protein ikan bandeng (Chanos chanos) dari tambak budidaya monokultur dan polikultur (Gracilaria sp.) di Kecamatan Bua Kabupaten,” Pros. Biol. Achiev. Sustain. Dev. Goals With Biodivers. Confronting Clim. Chang., no. November, pp. 308–317, 2021, [Online].

Available: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/24534

[9] A. El-Sappah, A. Shawky, M. Sayed-Ahmad, and M. Youssef, “Nile Tilapia As Bio Indicator To Estimate the Contamination of Water Using Sds-Page and Rapdpcr Techniques,” Egypt. J. Genet. Cytol., vol. 41, no. 2, pp. 209–227, 2012, doi:

10.21608/ejgc.2012.10536.

[10] A. Khayra, Z. A. Muchlisin, and M. A. Sarong, “Morfometrik lima species ikan yang dominan tertangkap di Danau Aneuk Laot, Kota Sabang,” DEPIK, vol. 5, no. 2, Aug.

2016, doi: 10.13170/DEPIK.5.2.4907.

[11] N. Agus et al., “Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Melem Biru (Osteochilus sp.) DI Aliran Sungai Ketro, Ponorogo, Jawa Timur,” Proceeding Semin. Nas. Biodiversitas V, no. September, 2014, doi: 10.13140/RG.2.1.4514.1525.

[12] Darwin, F. Yasidi, and L. O. A. R. Nadia, “Analisis Fenetik dan Morfometrik Ikan Julung-Julung Genus Dermogenys di Perairan Air Terjun Moramo Kabupaten Konawe Selatan,” vol. 6, no. 1, pp. 1–7, 2021.

[13] R. Fadhil, Z. Muchlisin, and W. Sari, “Hubungan Panjang Berat dan Morfometrik Ikan Julung-Julung (Zenarchopterus dispar) Dari Perairan Pantai Utara Aceh,” J. Ilm. Mhs.

Kelaut. dan Perikan., vol. 1(1), no. April, pp. 146–159, 2016.

[14] K. Suryawan G, Mahrus, “Studi Karakteristik Morfometrik Ikan Julung-Julung (Hemiramphus Archipelagicus),” Biol. Trop., vol. 16, no. 2, pp. 37–42, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Sirip ikan terdiri atas lima macam menurut letaknya, yakni sirip dorsal (sirip yang terletak di punggung) , sirip kaudal (sirip yang terletak di bagian belakang), sirip

Panjang anal pelvik adalah jarak garis lurus dari pangkal sirip pelvik sampai ke dasar bagian awal sirip anal.. Tinggi kepala di mata adalah jarak garis lurus dari sisi atas

2 Panjang standar, Jarak garis lurus yang diukur dari ujung bagian kepala yang termuka sampai ke pangkal sirip ekor. Panjang kepala, Jarak antara ujung bagian kepala yang

Sedangkan koefisien keragaman yang paling rendah pada karakter A5 (awal sirip perut hingga atas mata) yaitu berkisar 0.0240-0.0432... eragaman Fenotipa Ikan Nila BEST F4, F5

Dari 21 karakter, hanya ada 8 karakter yang paling menentukan untuk membedakan morfologi ikan nila dari 9 famili yaitu pada karakter D1 (jarak titik akhir sirip anal-jarak titik

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan fenotipe morfometrik antara nilem hijau dan nilem were pada karakter C6 (jarak antara titik awal sirip anal dengan titik akhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga varietas, diketahui memiliki panjang dasar sirip pelvik yang hampir sama yaitu 1,1 cm untuk nila GIFT dan 1 cm untuk

Berdasarkan nila-nilai koefisien skor komponen pada Tabel 3 terlihat bahwa keragaman bentuk badan beberapa varietas ikan nila dipengaruhi oleh karakter-karakter yang tersebar