• Tidak ada hasil yang ditemukan

P7 DZIKOM PUSPITANINGRUM A031221106

N/A
N/A
dzikom puspitaningrum

Academic year: 2025

Membagikan "P7 DZIKOM PUSPITANINGRUM A031221106"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

KELEMBAGAAN MASYARAKAT MARITIM (KELEMBAGAAN EKONOMI)

Disusun Oleh : Dzikom Puspitaningrum

A031221106

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2022/2023

(2)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 46 tahun yang lalu kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.

Pengembangan masyarakat maritim perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing. Kondisi geografis Indonesia yang didominasi oleh laut memerlukan peningkatan infrastruktur maritim untuk kelancaran distribusi barang dan kualitas pengangkutannya.

Hingga saat ini, ditemukan adanya inefisiensi transportasi laut dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah, yaitu : 1. Apa itu masyarakat maritim?

2. Apa itu lembaga atau kelembagaan?

3. Apa saja kelembagaan masyarakat maritim di Indonesia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan paper ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat maritim.

2. Untuk mengetahui apa itu lembaga atau kelembagaan.

3. Untuk mengetahui apa saja kelembagaan masyarakat maritim di Indonesia.

(3)

PEMBAHASAN 2.1 Kelembagaan Masyarakat Maritim

Masyarakat maritim merupakan suatu komunitas yang hidup di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dengan sumber daya pesisir. Populasi masyarakat maritim adalah kelompok orang yang tinggal didaerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segara aspirasi dan tutuntutan mereka dapat disalurkan secara baik.

Lembaga dalam suatu komunitas masyarakat pesisir terdiri dari organisasi pada tingkat nelayan serta kelembagaan masyarakat desa yang diartikan sebagai “norma lama” atau aturan-aturan sosial yang telah berkembang secara tradisional dan terbangun atas budaya lokal sebagai komponen dan pedoman pada beberapa jenis/tingkatan lembaga sosial yang saling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat untuk mempertahankan nilai. Norma lama yang dimaksud yaitu aturan-aturan sosial yang merupakan bagian dari lembaga sosial dan simbolisasi yang mengatur kepentingan masyarakat di masa lalu (Sallatang, 1982).

2.2 Contoh Kelembagaan Masyarakat Maritim a. Punggawa-Sawi

Di Sulawesi Selatan, kelompok kerja (working group) kenelayanan punggawa-sawi dikenal sebagai salah satu bentuk kelembagaan desa yang bersifat tradisional. Dalam eksistensinya, punggawa mempunyai berbagai hak istimewa, mereka yang memiliki modal (perahu dan alat tangkap), pengetahuan dan kekuasaan. Sementara sawi berada pada posisi tawar yang sangat lemah, mereka (nelayan) yang tidak memiliki apa-apa, kecuali tenaga. Namun kelembagaan ini masih tetap eksis sampai saat ini. Punggawa berstatus sebagai pemimpin dalam pelayaran dan berbagai aktivitas peralatan produksi, merekrut sawi yang akan membantunya selama berproduksi. Sawi bertugas melakukan aktivitas penangkapan berdasarkan instruksi dari punggawa.

b. Panglima Laot

Kelembagaan Panglima Laot merupakan salah satu bentuk kelembagaan adat di dalam masyarakat Aceh yang terkait dengan pengelolaan sumber daya laut. Panglima Laot bertugas memimpin kehidupan adat di bidang kelautan dalam wilayah kota atau wilayah Lhok Sabang. Panglima Laot mempunyai fungsi untuk mengatur pengaturan

(4)

penangkapan ikan dan mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa, perselisihan dan pelanggaran yang terjadi diantara nelayan dan memberikan sanksi kepada si pelanggar sesuai dengan ketentuan hukum adat laut.

c. Pecalang

Pecalang atau kelompok petugas keamanan desa adat merupakan kelembagaan adat yang berperan menegakkan awig-awig. Awig-awig merupakan aturan yang cenderung kuat mengikat masyarakat yang berada di dalam desa pakraman (adat) karena anggota masyarakat yang melanggar awig-awig tidak dapat bersembunyi dari kontrol anggota masyarakat lainnya dan peran pecalang menjadi simbol kekuatan budaya Bali (Widia

& Widnyani, 2010). Pecalang terbagi ke dalam tiga jenis, yakni:

1. Pecalang yang bertugas untuk mengamankan aktivitas warga desa adat dalam melakukan kegiatan.

2. Pecalang Subak, yang bertugas mengatur segala aktivitas para warga Subak seperti pengairan, kegiatan agama, dan lain-lain.

3. Pecalang Jawatan, yang bertugas menjaga ketertiban aktivitas manusia.

INTISARI VIDEO 1

Menurut undang-undang nomor 6 tahun 1996 tentang perairan, ekonomi maritim adalah seluruh aktivitas ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung terjadi di kawasan perairan dan kegiatan di luar kawasan perairan, yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan yang berasal dari perairan. Adapun contoh dari kegiatan ekonomi maritim yaitu, kegiatan pengangkutan kapal laut/pelayaran, industri kapal laut, terminal peti kemas dan kepelabuhan, jasa perdagangan laut, dan jasa perawatan dan reparasi kapal laut.

Ekonomi kelautan adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan di daerah pesisir, lautan dan di darat menggunakan Sumber Daya Alam (SDA)dan jasa-jasa lingkungan kelautan menghasilkan barang dan jasa. Contoh dari kegiatan ekonomi kelautan yaitu tambak garam, tambak udang, budidaya rumput laut, pelelangan ikan, dan pengawetan ikan. Adapun peranan sektor maritim di Indonesia yakni, pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, serta kegiatan logistik dan perdagangan.

(5)

INTISARI VIDEO 2

Laut (marine) berhubungan langsung dengan laut dan maritim (maritime) berkenaan dengan hal-hal yang terkait dengan laut atau aktivitas manusia di laut. Menurut definisinya, potensi ekonomi maritim Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 11 subsektor utama, yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengelolaan hasil perikanan, industri bioteknologi, pertambangan dan energi, pariwisata bahari, perhubungan laut, industri dan jasa maritim, sumber daya wilayah pulau kecil, coastal foresty (hutan mangrove) dan Non- conventional resources.

Ekonomi maritim Indonesia sangat penting untuk dikembangkan di masa yang akan dating karena ekonomi maritim sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru, pembangunan ekonomi maritim sebagai sarana pemerataan dan peningkatan kesajahteraan masyarakat khususnya di daerah pesisir, dan ekonomi maritim sebagai wujud pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kelautan Indonesia juga disusun berdasarkan enam prinsip dasar, yaitu wawasan nusantara, pembangunan berkelanjutan, ekonomi biru, pengelolaan terintegrasi dan transparan, partisipasi, serta kesetaraan dan pemerataan.

Adapun fungsi laut sebagai salah satu penyedia makanan dan pengatur iklim dan suhu bumi, sehingga kita perlu menjaga kelestariannya dengan baik. Laut yang sehat akan menjadi habitat bagi berjuta juta ikan sebagai sumber protein yang penting bagi manusia.

(6)

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Populasi masyarakat maritim adalah kelompok orang yang tinggal didaerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segara aspirasi dan tutuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Seperti kelembagaan Punggawa-Sawi di Sulawesi Selatan, kelembagaan Panglima Laot di Aceh, dan kelembagaan Pecalang di Bali.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Amfar, F., & Adwani, M. (2015). Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Panglima Laot Di Kota Sabang. Jurnal Ilmu Hukum, 3(4).

Arief, A. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Pendekatan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Desa Pajukukang Kecamatan Maros Utara, Kabupaten Maros).

ttps.

Arifin, A. (2014). Pemanfaatan Ruang Kapasitas Struktur sebagai Strategi Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Pesisir di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. 7(1). 89- 94.

DL, N. F. K. Pengembangan Masyarakat Maritim Dan Desa/Komunitas Pantai Dan Pulau- Pulau.

Wahyuni, N. (2018). Sistem Punggawa-Sawi Dalam Komunitas Nelayan (Studi Kasus di Desa Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar). 1(2). 28- 36.

Widjaja, S. (2019). Sosial Budaya Masyarakat Maritim Seri 4. Jakarta : Amafrad Press.

Referensi

Dokumen terkait

perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat yang berupa nilai-nilai sosial,.. norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi,

Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa- desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya 2002 dalam Sujarno 2008). Ciri

Sesuai dengan aturan organisasi maka setiap komunitas atau lembaga masyarakat adat yang telah resmi menjadi anggota AMAN memiliki hak-hak sebagai berikut: (1) Menjadi peserta

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ; “Dinamika Pemberdayaan Kelembagaan Komunitas Petani Pesisir dan Pegunungan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Masyarakat

SUATU STUD1 TENTANG KONDISI MASYARAKAT NELAYAN DI DESA SAGO KECAMATAN IV JURAI.. KABUPATEN PESISIR

Penelitian dengan judul : “Dinamika Pemberdayaan Kelembagaan Ketahanan Pangan Komunitas Petani Pesisir dan Pegunungan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Masyarakat Pedesaan :

Dalam kajian kelembagaan dari perspektif “aturan” atau “norma”, penelitian ini menunjukkan telah adanya sejumlah aturan pada ketiga lokasi penelitian, yang oleh masyarakat

Hutan Adat Imbo Putui memiliki organisasi kelembagaan, Organisasi kelembagaan dipimpin oleh pemimpin suku, hak pengelola hutan adat diajukan oleh satu atau beberapa lembaga desa