• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Hadis tentang Bahaya Hoax dalam Lingkup Kehidupan

N/A
N/A
Siti Roudhotus

Academic year: 2024

Membagikan "Pandangan Hadis tentang Bahaya Hoax dalam Lingkup Kehidupan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN HADITS TENTANG BAHAYANYA HOAX DALAM LINGKUP KEHIDUPAN

Ayu Septianingsih¹

¹UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten E-mail: [email protected]

Abstract

In this era of globalization, the rapid progress of information and communication technology has an impact on the freedom to use social media. The freedom to use social media can be a medium for slander or disgrace for individuals or groups as well as a medium for spreading hoaxes (fake news). The spread of hoax news is very easy to happen and becomes public consumption among the public, especially among those who have low literacy levels. To deal with this problem, it is important for people to know Islamic law and implement it in the life of this modern world. In Islam it has been taught about how to receive and spread news and also in the hadith of the Prophet Muhammad has emphasized the dangers of hoaxes. Hoax is a fake or false news to deceive or influence people who read or hear news to believe it, even though the source of the news conveyed is completely false. Hoaxes in Islamic teachings are rooted in events that occurred in the classical period of Islam that befell the companions of the Prophet Muhammad, especially Aisyah, the wife of the Prophet. The perpetrator is threatened with a very painful torment in the hereafter, this event is known as the hadith al-ifk. In the Al-Qur'an, Allah has said in Surah An- Nur verses 11-20 about false news (hoaxes). The method used by the author in this journal article is the method of interpretation and literature. This method aims to explore the hadiths related to hoaxes or fake news through literature studies such as books, the internet. The emergence of hoaxes cannot be separated from the development of media technology which has changed the means of communication to form what is often referred to as a global village. Hoax cases are not something new, but have existed since the time of Prophet Muhammad SAW. Given the prevalence of hoaxes spreading in society, it is important for someone, especially Muslims to see the views of the Al-Qur'an and the Hadith of the Prophet against the dangers of hoaxes and the prohibition of spreading them.

Keywords: hoax, hadith al-ifk, Q.S An-Nur 11-20, hoax danger.

Abstrak

Di era globalisasi ini, kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi berdampak pada kebebasan dalam menggunakan media sosial. Kebebasan dalam menggunakan media sosial ini bisa menjadi media untuk mengumbar fitnah atau aib individu atau kelompok serta menjadi media untuk menyebarkan hoax (kabar bohong). Penyebaran berita hoax sangat mudah terjadi dan menjadi konsumsi publik di kalangan masyarakat, terutama di dalam kalangan masyarakat yang memiliki tingkat literasi yang masih rendah. Untuk menghadapi masalah tersebut, penting bagi masyarakat untuk mengenal syariat Islam serta menjalankannya dalam kehidupan dunia yang modern ini. Di dalam Islam telah diajarkan tentang cara menerima dan menyebarkan

(2)

suatu berita dan juga di dalam hadits Rasulullah telah ditegaskan tentang bahayanya hoax. Hoax merupakan sebuah pemberitaan palsu atau bohong untuk menipu atau mempengaruhi orang-orang yang membaca atau mendengar suatu berita untuk mempercayainya, padahal sumber berita yang disampaikan adalah palsu tidak berdasar sama sekali. Hoax dalam ajaran Islam berakar dari peristiwa yang pernah terjadi pada periode klasik Islam yang menimpa para sahabat Nabi Muhammad Saw, terutama pada Aisyah, istri Rasulullah. Pelakunya diancam dengan siksa yang sangat pedih di akhirat, peristiwa ini dikenal dengan hadits al-ifk. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah berfirman dalam surat An-Nur ayat 11-20 tentang berita dusta (hoax).

Metode yang digunakan penulis dalam artikel jurnal ini ialah metode interpretasi dan pustaka. Metode ini bertujuan untuk menggali hadits-hadits yang berkaitan dengan hoax atau berita bohong melalui kajian pustaka seperti buku, internet. Kemunculan hoax tak lepas dari perkembangan teknologi media yang telah mengubah alat-alat komunikasi menjadi lebih cepat membentuk apa yang sering kali disebut sebagai kampung global. Kasus hoax bukanlah suatu hal yang baru, melainkan sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW. Mengingat maraknya hoax yang menyebar di masyarakat, penting untuk seseorang, terutama umat Islam melihat pandangan Al- Qur’an dan Hadits Rasulullah terhadap bahayanya hoaks dan larangan untuk menyebarkannya.

Kata kunci: hoaks, hadits Ifki, Q.S An-Nur ayat 11-20, bahaya hoaks,

1. Pendahuluan

Di era globalisasi ini, kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi berdampak pada kebebasan di dunia maya, yaitu dalam menggunakan media sosial. Berita dari satu negara hingga ujung dunia dapat dengan mudah disebarkan dan diakses melalui media sosial.

Akan tetapi, tidak semua berita yang tersebar di media sosial merupakan berita yang benar dan baik untuk diketahui semua elemen masyarakat. Kebebasan dalam menggunakan media sosial ini bisa menjadi media untuk mengumbar fitnah maupun aib individu atau kelompok.

Penyebaran berita hoax sangat mudah terjadi dan menjadi konsumsi publik di kalangan masyarakat, terutama di dalam kalangan masyarakat yang memiliki tingkat literasi yang masih rendah. Biasanya dalam lingkup ini, masyarakat jadi mudah untuk percaya dan bahkan menyebarkan kembali suatu berita tanpa mengecek tentang kebenarannya terlebih dahulu sehingga dapat menyebabkan perpecahan dalam suatu lingkungan, mudah terjadi provokasi dan bahkan saling menyimpan rasa curiga. Untuk menghadapi masalah tersebut, dalam Islam telah diajarkan tentang cara menerima dan menyebarkan suatu berita. Dalam Islam juga, terutama di dalam hadits Rasulullah telah ditegaskan tentang bahayanya hoax.

Hoax atau hoaks secara umum dalam kehidupan sehari-hari di kenal dengan bohong, berita bohong, dusta dan sejenisnya. Hoax banyak beredar dalam kehidupan sehari-hari

(3)

terutama dalam dunia media sosial. Hoax menjadi hal yang lumrah dan mudah ditemui serta mudah menyebar dan dipercaya dalam lingkup kehidupan. Hoax memiliki dampak yang sangat berbahaya dalam kehidupan sehari-hari dan sosial terhadap seseorang ataupun instansi. Menurut mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hoax merupakan tindakan kriminal di wilayah cyber, hoax disebut hadir dari sikap mental yang mengesampingkan integritas, terutama hoax yang muncul mengatasnamakan negara. Hoax mudah tersebar di kalangan masyarakat karena beberapa faktor salah satunya adalah faktor kurangnya minat dan kesadaran membaca pada masyarakat sehingga masyarakat dengan mudah percaya dan dengan percaya diri menyebarkan kembali informasi atau berita yang di dapat.

Hoax dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat langsung tentang cara kerjanya, banyak sekali hal yang dapat dijumpai, misalnya hoax tentang Covid 19 yang saat ini sedang marak. Contohnya Beredar sebuah pesan berantai mengenai informasi yang menyebutkan bahwa sehubungan dengan mewabahnya Virus Covid-19 maka dari itu Kementerian Kominfo akan memberikan bantuan berupa uang sejumlah 2.500.000 Rupiah dengan syarat mengirimkan foto KTP dan Buku Rekening ke sejumlah nomor telepon yang ditempatkan pada pesan tersebut. Faktanya pesan berantai yang mencatut nama Kementerian Kominfo tersebut telah dibantah oleh Menteri Kominfo Johnny G Plate bahwa pesan tersebut adalah tidak benar. Diharapkan masyarakat agar selalu konfirmasi setiap pesan atau informasi yang diterima mengenai Kementerian Kominfo pada situs resmi yang telah sediakan.

Dampak hoax terbilang sangat membahayakan, sebab melalui konten yang tidak benar yang diterima masyarakat bisa menimbulkan opini dan persepsi negatif. Dampak hoax sendiri salah satunya adalah bisa membunuh karakter seseorang. Kunci memberantas hoax sebenarnya ada dalam diri masing-masing orang. Satu hal yang mesti diperhatikan adalah jangan langsung percaya dengan sebuah informasi atau berita, sebelum kita benar-benar meneliti dengan saksama dan bertabayyun.

Metode yang digunakan penulis dalam artikel jurnal ini ialah metode interpretasi.

Metode ini bertujuan untuk menggali hadits-hadits yang berkaitan dengan hoax atau berita bohong. Kajian ini juga menggunakan pendekatan tematik dengan membahas hadits-hadits sesuai dengan tema yang ditetapkan. Pendekatan tematik digunakan untuk mendapatkan pemahaman dari hadits yang berhubungan dengan hoax dan bagaimana cara menyikapinya.

2. Pembahasan Pengertian dan Sejarah Singkat Hoax atau Berita Bohong

(4)

Kemunculan hoax tak lepas dari perkembangan teknologi media yang telah mengubah alat-alat komunikasi menjadi lebih cepat membentuk apa yang sering kali disebut sebagai kampung global (global village).1 Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.2 Menurut KBBI, hoax mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Hoax merupakan sebuah pemberitaan palsu atau bohong untuk menipu atau mempengaruhi orang-orang yang membaca atau mendengar suatu berita untuk mempercayainya, padahal sumber berita yang disampaikan adalah palsu tidak berdasar sama sekali.

Kata hoax sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui. Kata-kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus pocus, semacam mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi sebuah punch line dalam pertunjukan mereka di panggung.3 Menteri Komunikasi dan Informatika pernah mengungkapkan bahwa hoaks dan media sosial seperti vicious circle, atau lingkaran setan. Dari situ langkah pencegahan mulai gencar dilakukan.

Termasuk oleh Facebook dan Twitter sebagai pemilik platform yang membuat tim khusus untuk meminimalisasi keberadaannya. Ditambah lagi dengan kemunculan media abal-abal yang sama sekali tak menerapkan standar jurnalisme. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.4

Kasus hoax bukanlah suatu hal yang baru, melainkan sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW. Mengingat maraknya hoax yang menyebar di masyarakat, penting untuk seseorang, terutama umat Islam melihat pandangan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah terhadap bahayanya hoax dan larangan untuk menyebarkannya.

Istilah berita bohong (hoaks) dalam Alquran bisa diidentifikasi dari pengertian kata al-Ifk yang berarti keterbalikan (seperti gempa yang membalikkan negeri), tetapi yang dimaksud di sini ialah sebuah kebohongan besar, karena kebohongan adalah pemutarbalikan fakta. Sedangkan munculnya hoaks (sebuah kebohongan) disebabkan oleh orang-orang pembangkang.5

1 Jay W. Jensen Rivers and Theodore Peterson, Media Massa Dan Masyarakat Modern, trans. Haris Munandar (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 346.

2 MacDougall, Curtis D. Hoaxes (Dover: 1958), hal. 6.

3https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong . Diakses tanggal 14 November 2020.

4 Tio Ridwan, “Sejarah Hoax dan Andilnya dari Masa ke Masa” dalam kumparan.com/1 Juni 2017/diakses 25 November 2020

5 M. Quraish Shihab. "Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, IX,

(5)

Faktor Munculnya Hoax dan Dampaknya dalam Lingkup Kehidupan

Hoax atau hoaks secara umum dalam kehidupan sehari-hari di kenal dengan bohong, berita bohong, dusta dan sejenisnya. Hoax banyak beredar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia media sosial. Hoax menjadi hal yang lumrah dan mudah ditemui serta mudah menyebar dan dipercaya dalam lingkup kehidupan. Banyak faktor yang menyebabkan hoax mudah tersebar dan dipercaya salah satunya adalah karena kurangnya bertabayyun dan kurang bijak dalam mengolah suatu berita yang datang. Padahal, hoax memiliki dampak yang sangat berbahaya dalam kehidupan sehari-hari dan sosial terhadap seseorang ataupun instansi. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan mudah tersebarnya hoax, sebagai berikut:

 Adanya keinginan untuk menyebarkan hoax hanya untuk hiburan atau keseruan.

 Adanya keinginan untuk menyudutkan suatu pihak.

 Masyarakat mudah terhasut oleh isu yang belum jelas tanpa memverifikasi atau mengkonfirmasi kebenaran suatu informasi, sehingga masyarakat dengan mudah menyebarkan kembali berita yang di dapat

 Kurangnya minat dan kesadaran membaca pada masyarakat

Dampak hoax bisa dirasakan langsung oleh ‘korban’ yang menjadi sasaran berita hoax. Dampak hoax terbilang sangat membahayakan, sebab melalui konten yang tidak benar yang diterima masyarakat bisa menimbulkan opini dan persepsi negatif. Dampak hoax sendiri salah satunya adalah bisa membunuh karakter seseorang. Menurut mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hoax merupakan tindakan kriminal di wilayah cyber, hoax disebut hadir dari sikap mental yang mengesampingkan integritas, terutama hoax yang muncul mengatasnamakan negara. Sedangkan menurut Duta Anti Hoax, Olga Lidya mengatakan kemunculan berita hoax saat ini tak ubahnya propaganda rezim Nazi di Jerman sebelum perang dunia II. Hoax menjadi berbahaya apabila disebarkan terus menerus karena akan membuat orang yang awalnya sangsi menjadi percaya. Hoax juga bisa menimbulkan beberapa peristiwa yang sedang terjadi menjadi semakin memanas karena masyarakat saling melempar opini yang bernada provokatif, ujaran kebencian dan lainnya.

Dampak hoax juga bisa kita lihat dan perhatikan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 35-36:

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 296

(6)

اَمُتْئ ِش ُثْي َح اًد َغ َر اَهْنِم َلَاُكَو َةَّن َجْلا َك ُجْوَزَو َتْنَا ْنُك ْسا ُمَد اَنْلُقَوٰآٰي نم نوكتف ةرجشلا هذه ابرقت لاو

نيملظلا )

٣٥ رقتسم ضرلاا ىف مكلو ودع ضعبل مكضعب اوطبها انلقو هيف اناك امم امهجرخاف اهنع نطيشلا امهلزاف (

) نيح ىلا عاتمو ٣٦

(

“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”

Dalam tafsir Jalalain, Jalaluddin as-Suyuti menjelaskan bahwasanya6:

 (‹‹‹ ةرج‹‹شلا هذ‹‹ه ا‹‹برقت لاو ) “ dan janganlah kamu dekati pohon ini” maksudnya adalah pohon anggur atau batang gandum ini atau lain-lainnya, maksudnya jangan memakan buahnya. (نيملظلا نم نو‹‹‹كتف) “yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim” atau durhaka.

 (نطي‹‹شلا ا‹‹مهلزاف ) “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan” oleh iblis, dan menurut suatu qiraat fa'azilahumd artinya "maka iblis pun menyingkirkan keduanya". (اهنع) “dari padanya” maksudnya dari dalam surga dengan Itulah dia syajaratul khuldi atau pohon keabadian. Mereka tidak lupa bersumpah atas nama Allah bahwa mereka hanyalah hendak menyampaikan nasihat dan anjuran baik belaka. Maka Adam dan Hawa pun memakan buah itu. (امهجرخاف هيف ا‹‹ناك ا‹‹مم ) “dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:

“Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” maksudnya ke bumi.

Tampak perilaku iblis sebagai produsen hoax, membuat atau mengada-adakan hoax dengan mengatakan. “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).

Adam beserta istrinya adalah konsumen dari hoax tersebut. Tanpa pikir panjang menerima konten hoax yang di bawa oleh setan. Tentunya Adam menerima konten hoax itu karena

6 Jalaluddin, Tafsir Jalalain Berikut Asbabunnuzul Ayat (Bandung: Sinar Baru, 1990), jilid 1, hal. 20-21

(7)

pesan yang diterima sangat menarik ditambah jaminan dari setan. “Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, sesungguhnya aku ini termasuk ke dalam para penasihat mu”

Lalu tanpa kroscek atau tabayun kepada Allah -yang dalam hal ini sebagai objek dari berita hoax- perihal isi dari pesan yang dibawa setan tersebut. “Tampaklah oleh mereka auratnya” sebagai bentuk kerusakan atau dampak yang ditimbulkan dari mengonsumsi berita hoax.7

Cara Mencegah Berita Hoax

Kunci memberantas hoax sebenarnya ada dalam diri masing-masing orang atau warganet. Satu hal yang mesti diperhatikan adalah, jangan langsung percaya dengan sebuah informasi atau berita, sebelum kita benar-benar meneliti dengan saksama. Bagi muslim, upaya agar terhindar dari hoax dan fitnah, baik sebagai pelaku maupun korban, agaknya bisa membuka lembaran kitab suci. Paling tidak, ada tiga ayat yang perlu diperhatikan seorang muslim, untuk merumuskan formula penangkal hoax yang manjur8:

1) Surat Al-Hujurat ayat 6:

نيمدن متلعف ام ىلع اوحبصتف ةلاهجب اموق اوبيصت نا اونيبتف ابنب قساف مكءاج نا اونما نيذلا اهياي

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah memerintahkan agar benar-benar meneliti berita yang dibawa oleh orang-orang fasik dalam rangka mewaspadainya, sehingga tidak ada seorang pun yang memberikan keputusan berdasarkan perkataan orang fasik tersebut, di mana pada saat itu orang fasik tersebut berpredikat sebagai seorang pendusta dan berbuat kekeliruan, sehingga orang yang memberikan keputusan berdasarkan ucapan orang fasik itu berani ia telah mengikutinya dari belakang.

Padahal Allah telah melarang untuk mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. Dari sini pula, beberapa kelompok ulama melarang untuk menerima riwayat yang diperoleh dari orang yang tidak diketahui keadaannya karena adanya kemungkinan orang tersebut fasik.9

2) Surat An-Nur ayat 15:

7 Idnan A Idris, Klarifikasi al-Qur’an atas Berita Hoax, (Jakarta: PT Gramedia, 2018), hal. 70

8 https://jalandamai.org/al-quran-pedoman-untuk-menangkal-hoax.html/amp

(8)

ميظع للها دنع وهو انيه هنوبسحتو ملع هب مكل سيل ام مكهاوفاب نولوقتو مكتنسلاب هنوقلت ذا “(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar”

Ayat ini mengandung bahan yang amat kaya untuk mengetahui apa yang dinamai “Ilmu Jiwa Masyarakat”. Tukang provokasi menyebarkan khabar-khabar bohong, di zaman perang dahulu dinamai “Radio Dengkul”. Orang-orang yang hendak dirugikan dengan menyebarkan berita itu kadang-kadang tidak diberi kesempatan berpikir, sehingga dia sendiri pun kadang-kadang jadi ragu akan kebenaran pendiriannya. Orang-orang yang lemah jiwa, yang hidupnya tidak mempunyai pegangan mudah terjebak kepada provokasi yang demikian. Tetapi orang- orang yang masih sadar, karena teguh persandarannya kepada Tuhan, hanya sebentar dapat dibingungkan oleh berita itu. Di sini nampaklah kebesaran pribadi Aisyah. Dia yakin bahwa dia tidak salah. Demi seketika ayat turun membersihkannya dari tuduhan yang nista itu. Karena tabiat (insting) ingin tahu pada manusia, ingin pula mengemukakan berita ganjil, sehingga menjadi “rahasia umum”. Disangka perkara mudah, padahal perkara besar.

Ayat ini bisa dimaknai peringatan kepada siapa pun bahwa berita dari mulut ke mulut –yang kerap dianggap hal sepele- memiliki timbangan besar di hadapan Allah. Tentu, hanya orang-orang beriman yang memercayai kebenaran ayat ini. Dan, jika sadar akan bahayanya informasi dari mulut ke mulut (kabar burung), mestinya seseorang selalu waspada dan menerapkan tabayyun –meneliti dulu sebelum menerima- agar tidak termakan hoax.

3) Surat Al-Isra’ ayat 36:

موُ‹ ْسَك ‹َ‹ك وُا ُّلُك َداَؤُفْلاَو َر َصَبْلاَو َعْم َّسلا َّنِا ٌمْل ِع ِب َكَل َسْيَل اَم ُفْقَت َلاَوِٕىٰۤل ۗ ٖه

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Ayat ini termasuk sendi budi-pekerti Muslim yang hendak menegakkan pribadinya. Qatadah menafsirkannya demikian: “Jangan engkau katakan aku lihat, padahal engkau tak melihatnya. Aku dengar, padahal tak pernah engkau dengar. Saya tahu, padahal engkau tak tahu.” Di awal ayat ini ( ُفْقَت َلاَو): Kata-kata Taqfu ialah dari

9 Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubaabut Tafsiir min Ibni Katsir (Kairo: Mu- assasah Daar al-Hilaal Kairo, 1994), jilid 7, hal. 475

(9)

mengikuti jejak. Di ujung ayat ditegaskan: “Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati, tiap-tiap satu dari padanya itu akan ditanya.” Dia diberi hati, atau akal, atau pikiran untuk menimbang buruk dan baik. Sedang pendengaran dan penglihatan adalah penghubung di antara diri, atau di antara hati sanubari kita dengan segala sesuatu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan mudarat dan manfaatnya, atau buruk dan baiknya.10

Hal ini bisa dimaknai larangan bagi siapa pun, supaya tidak serta merta sharing informasi tanpa tahu kebenaran informasi tersebut. Atau bisa juga dimaknai, agar tidak sharing sebuah berita hanya karena membaca judulnya saja –tanpa tuntas membaca isi.

Pandangan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah tentang Bahayanya Hoax

Dalam ajaran Islam, Allah melalui nabi-Nya telah menyampaikan tentang syari'at- syari'at Islam dalam mengatasi berbagai masalah hidup. Allah telah menurunkan Al-Qur’an melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad Saw. dimana di dalam Al-Qur’an banyak sekali pedoman hidup agar umat-Nya tidak terjerumus ke dalam kesalahan. Rasulullah melalui hadits nya telah mengajarkan kepada umat bagaimana cara untuk menjalankan kehidupan dengan berpatokan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah (hadits).

Hoax atau berita bohong merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam. Hoax dalam ajaran Islam berakar dari peristiwa yang pernah terjadi pada periode klasik Islam yang menimpa para sahabat Nabi Muhammad Saw, terutama pada Aisyah, istri Rasulullah. Pelakunya diancam dengan siksa yang sangat pedih di akhirat, peristiwa ini dikenal dengan hadits al-ifk.11

ْن َع ٍدوُع ْسَم ِنْب َةَبْت ُع ِنْب َِّللها ِدْب َع ُنْب َِّللها ُدْيَب ُعَو ٍصاَّقَو ُنْب ُةَمَقْل َعَو ِرْيَبُّزلا ُنْب ُةَو ْر ُعَو ِبَّي َسُمْلا ُنْب ُديِع َس يِنَرَب ْخَأ يِنَثَّد َح ْمُهُّلُكَو اوُلاَق اَّمِم َُّللها اَهَأ َّرَبَف اوُلاَق اَم ِكْفِْلْإا ُلْهَأ اَهَل َلاَق َني ِح َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص ِّيِبَّنلا ِجْوَز َة َشِئاَع ِثيِد َح

َثيِد َحْلا ْمُهْنِم ٍد ِحاَو ِّلُك ْن َع ُتْي َعَو ْدَقَو ا ًصا َصِتْقا َتَبْثَأَو ٍضْعَب ْنِم اَهِثيِد َحِل ى َعْوَأ َناَك ْمُه ُضْعَبَو اَهِثيِد َح ْنِم ًةَفِئا َط

َِّللها ُلو ُس َر َناَك ْتَلاَق َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص ِّيِبَّنلا َجْوَز َة َشِئا َع َّنَأ او ُرَكَذ ا ًضْعَب ُقِّد َصُي ْمِهِثيِد َح ُضْعَبَو يِنَثَّد َح يِذَّلا

َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُسَر اَهِب َجَرَخ اَهُمْهَس َجَر َخ َّنُهُتَّيَأَف ِهِئا َسِن َنْيَب َعَرْقَأ اًرَف َس َجُر ْخَي ْنَأ َداَرَأ اَذِإ َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللها ىَّل َص

ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ِلو ُس َر َعَم ُت ْجَر َخَف يِمْه َس اَهيِف َج َر َخَف اَها َز َغ ٍةَو ْز َغ يِف اَنَنْيَب َعَرْقَأَف ُة َشِئا َع ْتَلاَق ُهَعَم َمَّل َسَو ِهْيَل َع

ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر َغ َرَف اَذِإ ىَّت َح اَنَري ِسَم ِهيِف ُلَزْنُأَو ي ِجَدْوَه يِف ُلَم ْحُأ اَنَأَف ُبا َج ِحْلا َلِزْنُأ اَم َدْعَب َكِلَذَو َمَّل َسَو

َشْي َجْلا ُت ْزَوا َج ىَّت َح ُتْي َشَمَف ِلي ِحَّرلاِب اوُنَذآ َني ِح ُتْمُقَف ِلي ِحَّرلاِب ًةَلْيَل َنَذآ ِةَنيِدَمْلا ْنِم اَنْوَنَدَو َلَفَقَو ِهِوْز َغ ْنِم َمَّل َسَو

ُت ْسَمَتْلاَف ُتْع َج َرَف َع َطَقْنا ْدَق ِراَف َظ ِعْزَج ْنِم يِدْقِع اَذِإَف يِرْد َص ُت ْسَمَلَف ِل ْحَّرلا ىَلِإ ُتْلَبْقَأ يِنْأَش ْنِم ُتْي َضَق اَّمَلَف

10 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2016), jilid 6, hal. 4058

11 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Taubat bab Hadits Ifki No. Hadits 4974

(10)

ُبَك ْرَأ ُتْنُك يِذَّلا َي ِريِعَب ىَل َع ُهوُل َحَرَف ي ِجَدْوَه اوُلَم َحَف يِل َنوُل َح ْرَي اوُناَك َنيِذَّلا ُطْهَّرلا َلَبْقَأَو ُهُؤاَغِتْبا يِن َسَب َحَف يِدْق ِع

ْمَلَف ِماَع َّطلا ْنِم َةَقْلُعْلا َنْلُكْأَي اَمَّنِإ ُمْحَّللا َّنُهَشْغَي ْمَلَو َنْلَّبَهُي ْمَل اًفاَفِخ َكاَذ ْذِإ ُءاَسِّنلا ْتَناَكَو ْتَلاَق ِهيِف يِّنَأ َنوُبِس ْحَي ْمُهَو

َدْعَب يِدْق ِع ُتْد َجَوَو او ُرا َسَو َلَم َجْلا اوُثَعَبَف ِّن ِّسلا َةَثيِد َح ًةَي ِرا َج ُتْنُكَو ُهوُعَفَرَو ُهوُل َحَر َني ِح ِجَدْوَهْلا َلَقِث ُمْوَقْلا ْرِكْنَت ْسَي

َم ْوَقْلا َّنَأ ُتْنَن َظَو ِهيِف ُتْنُك يِذَّلا يِل ِزْنَم ُتْمَّمَيَتَف ٌبي ِجُم َلاَو ٍعاَد اَهِب َسْيَلَو ْمُهَلِزاَنَم ُتْئ ِجَف ُشْي َجْلا َّرَمَت ْسا اَم

َّمُث ُّيِمَل ُّسلا ِل َّطَعُمْلا ُنْب ُناَوْف َص َناَكَو ُتْمِنَف يِنْي َع يِنْتَبَل َغ يِل ِزْنَم يِف ٌة َسِلا َج اَنَأ اَنْيَبَف َّيَلِإ َنوُع ِج ْرَيَف يِنوُدِقْفَي َس

ْدَقَو يِنآ َر َني ِح يِنَف َرَعَف يِناَتَأَف ٍمِئاَن ٍنا َسْنِإ َداَو َس ىَأَرَف يِلِزْنَم َدْنِع َحَب ْصَأَف َجَلَّداَف ِشْي َجْلا ِءاَرَو ْنِم َسَّر َع ْدَق ُّيِناَوْكَّذلا اَم َِّللهاَو َو يِباَبْل ِجِب يِه ْجَو ُت ْرَّم َخَف يِنَفَر َع َني ِح ِه ِعا َج ْرِت ْساِب ُت ْظَقْيَت ْساَف َّيَل َع ُبا َج ِحْلا َبَر ْضُي ْنَأ َلْبَق يِناَرَي َناَك

َيِب ُدوُقَي َقَل َطْناَف اَهُتْبِك َرَف ا َهِدَي ىَل َع َئ ِطَوَف ُهَتَل ِحا َر َخاَنَأ ىَّت َح ِه ِعا َج ْرِت ْسا َرْي َغ ًةَمِلَك ُهْنِم ُتْعِم َس َلاَو ًةَمِلَك يِنُمِّلَكُي

ُه َرْبِك ىَّلَوَت يِذَّلا َناَكَو يِنْأ َش يِف َكَلَه ْنَم َكَلَهَف ِة َريِه َّظلا ِر ْحَن يِف َنيِر ِغوُم اوُلَزَن اَم َدْعَب َشْي َجْلا اَنْيَتَأ ىَّت َح َةَل ِحا َّرلا

َلاَو ِكْفِْلْإا ِلْهَأ ِلْوَق يِف َنو ُضيِفُي ُساَّنلاَو اًرْه َش ‹َةَنيِدَمْلا اَنْمِدَق َنيِح ُتْيَكَت ْشاَف َةَنيِدَمْلا اَنْمِدَقَف َلوُلَس ُنْبا ٍّيَبُأ ُنْب َِّللها ُدْبَع

ُتْنُك يِذَّلا َف ْطُّللا َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ِلو ُسَر ْنِم ُفِر ْعَأ َلا يِّنَأ يِع َجَو يِف يِنُبيِرَي َوُهَو َكِلَذ ْنِم ٍء ْي َشِب ُرُع ْشَأ

ُرُع ْشَأ َلاَو يِنُبي ِرَي َكاَذَف ْمُكيِت َفْيَك ُلوُقَي َّمُث ُمِّل َسُيَف َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر ُل ُخْدَي اَمَّنِإ يِكَت ْشَأ َني ِح ُهْنِم ى َرَأ

ٍلْيَل ىَلِإ ًلَاْيَل َّلاِإ ُجُر ْخَن َلاَو اَنُز َّرَبَتُم َوُهَو ِع ِصاَنَمْلا َلَبِق ٍح َط ْسِم ُّمُأ يِعَم ْتَجَرَخَو ُتْهَقَن اَم َدْعَب ُت ْجَرَخ ىَّتَح ِّرَّشلاِب

َدْن ِع ا َهَذ ِخَّتَن ْنَأ ِفُنُكْلاِب ىَّذَأَتَن اَّنُكَو ِهُّزَنَّتلا يِف ِلَوُْلْأا ِبَرَعْلا ُرْمَأ اَنُرْمَأَو اَنِتوُيُب ْنِم اًبيِرَق َفُنُكْلا َذ ِخَّتَن ْنَأ َلْبَق َكِلَذَو يِبَأ ُةَلا َخ ٍرِما َع ِنْب ِر ْخ َص ُةَنْبا اَهُّمُأَو ٍفاَنَم ِدْب َع ِنْب ِبِل َّطُمْلا ِنْب ِمْهُر يِبَأ ُتْنِب َيِهَو ٍح َط ْسِم ُّمُأَو اَنَأ ُتْقَل َطْناَف اَنِتوُيُب اَنِنْأ َش ْنِم اَن ْغ َرَف َني ِح يِتْيَب َلَبِق ٍمْهُر يِبَأ ُتْنِبَو اَنَأ ُتْلَبْقَأَف ِبِل َّطُمْلا ِنْب ِداَّبَع ِنْب َةَثاَثُأ ُنْب ُح َط ْسِم اَهُنْباَو ِقيِّد ِّصلا ٍرْكَب

ْوَأ ْهاَتْنَه ْيَأ ْتَلاَق ا ًرْدَب َدِه َش ْدَق ًلَا ُجَر َنيِّب ُسَتَأ ِتْلُق اَم َسْئِب اَهَل ُتْلُقَف ٌح َط ْسِم َسِعَت ْتَلاَقَف اَه ِط ْرِم يِف ٍح َط ْسِم ُّمُأ ْتَرَثَعَف يِتْيَب ىَلِإ ُتْع َجَر اَّمَلَف ي ِضَرَم ىَلِإ ا ًضَرَم ُتْدَد ْزاَف ِكْفِْلْإا ِلْهَأ ِلْوَقِب يِنْتَرَب ْخَأَف ْتَلاَق َلاَق اَذاَمَو ُتْلُق َلاَق اَم يِعَم ْسَت ْمَل

ُدي ِرُأ ‹ٍذِئَني ِح اَنَأَو ْتَلاَق َّيَوَبَأ َيِتآ ْنَأ يِل ُنَذْأَتَأ ُتْلُق ْمُكيِت َفْيَك َلاَق َّمُث َمَّل َسَف َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُسَر َّيَل َع َل َخَدَف

ُساَّنلا ُثَّد َحَتَي اَم ْهاَتَّمُأ اَي يِّمُِلْأ ُتْلُقَف َّيَوَبَأ ُتْئ ِجَف َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر يِل َنِذَأَف اَمِهِلَبِق ْنِم َرَب َخْلا َنَّقَيَتَأ ْنَأ

ْتَلاَق اَهْيَل َع َن ْرَّثَك َّلاِإ ُرِئاَر َض اَهَلَو اَهُّب ِحُي ٍل ُجَر َدْنِع ٌةَئي ِضَو ُّطَق ٌةَأَرْما ْتَناَك اَمَّلَقَل َِّللهاَوَف ِكْيَل َع يِنِّوَه ُةَّيَنُب اَي ْتَلاَقَف

َّمُث ٍمْوَنِب ُل ِحَتْكَأ َلاَو ٌعْمَد يِل ُأَق ْرَي َلا ُت ْحَب ْصَأ ىَّت َح َةَلْيَّللا َكْلِت ُتْيَكَبَف ْتَلاَق اَذَهِب ُساَّنلا َثَّد َحَت ْدَقَو َِّللها َنا َحْب ُس ُتْلُق

ُي ْحَوْلا َثَبْلَت ْسا َني ِح ٍدْي َز َنْب َةَما َسُأَو ٍبِلا َط يِبَأ َنْب َّيِل َع َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر ا َعَدَو يِكْبَأ ُت ْحَب ْصَأ

ْنِم ُمَلْعَي يِذَّلاِب َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ِلو ُسَر ىَل َع َرا َشَأَف ٍدْيَز ُنْب ُةَما َسُأ اَّمَأَف ْتَلاَق ِهِلْهَأ ِقاَرِف يِف اَمُهُري ِشَت ْسَي

ٍبِلا َط يِبَأ ُنْب ُّيِل َع اَّمَأَو ا ًرْي َخ َّلاِإ ُمَلْعَن َلاَو َكُل ْهَأ ْمُه َِّللها َلو ُس َر اَي َلاَقَف ِّدُوْلا ْنِم ْمُهَل ِه ِسْفَن يِف ُمَلْعَي يِذَّلاِبَو ِهِل ْهَأ ِةَءا َرَب

َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر ا َعَدَف ْتَلاَق َكْقُد ْصَت َةَي ِرا َجْلا ْلَأ ْسَت ْنِإَو ٌريِثَك اَهاَو ِس ُءا َسِّنلاَو َكْيَل َع َُّللها ْقِّي َضُي ْمَل َلاَقَف ا ًرْمَأ اَهْيَل َع ُتْيَأَر ْنِإ ِّق َحْلاِب َكَثَعَب يِذَّلاَو ُةَريِرَب ُهَل ْتَلاَق َة َشِئا َع ْنِم ِكُبيِرَي ٍء ْي َش ْنِم ِتْيَأَر ْلَه ُةَريِرَب ْيَأ َلاَقَف َةَريِرَب

َِّللها ُلو ُس َر َماَقَف ْتَلاَق ُهُلُكْأَتَف ُن ِجاَّدلا يِتْأَتَف اَهِلْهَأ ِني ِج َع ْن َع ُماَنَت ِّن ِّسلا ‹ُةَثيِد َح ٌةَيِرا َج اَهَّنَأ ْنِم َرَثْكَأ اَهْيَل َع ُه ُصِم ْغَأ ُّطَق

َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر َلاَقَف ْتَلاَق َلوُل َس ِنْبا ٍّيَبُأ ِنْب َِّللها ِدْب َع ْنِم َرَذْعَت ْساَف ِرَبْنِمْلا ىَل َع َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص

َّلاِإ يِلْهَأ ىَلَع ُتْمِلَع اَم َِّللهاَوَف يِتْيَب ِلْهَأ يِف ُهاَذَأ َغَلَب ْدَق ٍلُجَر ْنِم يِنُرِذْعَي ْنَم َنيِمِل ْسُمْلا َر َشْعَم اَي ِرَبْنِمْلا ىَلَع َوُهَو

ُّي ِرا َصْنَْلْأا ٍذاَعُم ُنْب ُدْع َس َماَقَف يِعَم َّلاِإ يِلْهَأ ىَل َع ُل ُخْدَي َناَك اَمَو اًرْي َخ َّلاِإ ِهْيَل َع ُتْمِل َع اَم ًلَا ُجَر اوُرَكَذ ْدَقَلَو اًرْي َخ

َكَرْمَأ اَنْلَعَفَف اَنَت ْرَمَأ ِجَرْزَخْلا اَنِناَو ْخِإ ْنِم َناَك ْنِإَو ُهَقُنُع اَنْبَر َض ِسْوَْلْأا ْنِم َناَك ْنِإ َِّللها َلوُسَر اَي ُهْنِم َكُرِذ ْعَأ اَنَأ َلاَقَف

َتْبَذَك ٍذاَعُم ِنْب ِدْع َسِل َلاَقَف ُةَّيِم َحْلا ُهْتَلَهَت ْجا ْنِكَلَو ا ًحِلا َص ًلَا ُجَر َناَكَو ِجَرْز َخْلا ُدِّيَس َوُهَو َةَداَبُع ُنْب ُدْعَس َماَقَف ْتَلاَق

َتْبَذَك َةَداَب ُع ِنْب ِدْع َسِل َلاَقَف ٍذاَعُم ِنْب ِدْع َس ِّم َع ُنْبا َوُهَو ٍرْي َض ُح ُنْب ُدْي َسُأ َماَقَف ِهِلْتَق ىَل َع ُرِدْقَت َلاَو ُهُلُتْقَت َلا َِّللها ُرْمَعَل

(11)

َِّللها ُلو ُس َرَو اوُلِتَتْقَي ْنَأ اوُّمَه ىَّت َح ُج َر ْز َخْلاَو ُسْوَْلْأا ِناَّي َحْلا َراَثَف َنيِقِفاَنُمْلا ْن َع ُلِدا َجُت ٌقِفاَنُم َكَّنِإَف ُهَّنَلُتْقَنَل َِّللها ُرْمَعَل

ْتَلاَق َتَك َسَو اوُتَك َس ىَّت َح ْمُه ُضِّف َخُي َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُسَر ْلَزَي ْمَلَف ِرَبْنِمْلا ىَل َع ٌمِئاَق َمَّل َسَو ِهْيَلَع َُّللها ىَّل َص

َياَوَبَأَو ٍمْوَنِب ُل ِحَتْكَأ َلاَو ٌعْمَد يِل ُأَق ْرَي َلا َةَلِبْقُمْلا يِتَلْيَل ُتْيَكَب َّمُث ٍمْوَنِب ُل ِحَتْكَأ َلاَو ٌعْمَد يِل ُأَق ْرَي َلا َكِلَذ يِمْوَي ُتْيَكَبَو اَهَل ُتْنِذَأَف ِرا َصْنَْلْأا ْنِم ٌةَأَرْما َّيَل َع ْتَنَذْأَت ْسا يِكْبَأ اَنَأَو يِدْن ِع ِنا َسِلا َج اَمُه اَمَنْيَبَف يِدِبَك ٌقِلاَف َءاَكُبْلا َّنَأ ِناَّن ُظَي

ْسِل ْجَي ْمَلَو ْتَلاَق َسَل َج َّمُث َمَّل َسَف َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر اَنْيَل َع َل َخَد َكِلَذ ىَل َع ُن ْحَن اَنْيَبَف ْتَلاَق يِكْبَت ْت َسَل َجَف و ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص َِّللها ُلو ُس َر َدَّه َشَتَف ْتَلاَق ٍء ْي َشِب يِنْأ َش يِف ِهْيَلِإ ى َحوُي َلا اًرْه َش َثِبَل ْدَقَو َليِق اَم يِل َليِق ُذْنُم يِدْن ِع Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwasanya saat itu, Aisyah r.a. turut ikut dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau dalam perang Muraisi dengan Bani Mushtaliq pada tahun 5 H. Dalam perjalanan menuju Madinah kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba Aisyah menyadari kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat atas perintah Rasulullah dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. Setelah 'Aisyah kembali dari mencari kalungnya, dan mengetahui rombongan sudah berangkat, Dia duduk di tempatnya dan berharap bahwa rombongan nya kembali menjemputnya. Pada saat itu kebetulan lewat seorang sahabat Nabi, yaitu Shafwan Ibnu Mu'aththal, dan melihat seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Innalillahi wa innailaihi raji'un, istri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Shafwan mempersilahkan Aisyah untuk mengendarai untanya. Shafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.

Setelah sampai di Madinah, orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pandangan masing-masing. Dari sini, mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik memanfaatkannya dan membesar- besarkannya, maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. pun bertambah luas, sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum muslimin.. Sebulan penuh, ‘Aisyah r.a dan Rasulullah Saw. merasakan kepedihan akibat ulah orang-orang munafik ini. Sampai akhirnya, Allah menurunkan sepuluh ayat al-Quran perihal berita dusta (hoax) ini. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 11-20:

نا نيذلا وءاج كفلااب ةبصع مكنم لا هوبسحت ارش مكل لب وه ريخ مكل لكل ئرما مهنم ام بستكا نم مثلاا

يذلاو ىلوت هربك مهنم هل باذع ميظع

َلَآْوَل

ُه ْوُمُتْعِم َس ْذِا

َّن َظ

َن ْوُنِمْؤُمْلا

ُت ِمْؤُمْلاَوٰن

ْمِه ِسُفْنَاِب

ًرْي َخ

ۙا

ا ْوُلافَّو آَذٰه كيبْفِا

َلاْوَل

ْوُء َجۤا

ِهْيَل َع

ِةَعَب ْرَاِب

َدَه ُش

َۚءۤا

ْذِاَف ا ْوُتْأَي ْمَل

ِء َدَه ُّشلاِبۤا

َك وُاَفِٕىٰۤل

كَدْمع  

ميِع هيِع ْمُتْضَفَا آَم ْيِف ْمُكَّسَمَل ِةَرِخٰ ْلااَو اَيْنُّدلا ىِف ٗهُتَمْحَرَو ْمُكْيَلَع ِهّٰللا ُلْضَف َلاْوَلَو

(12)

ميظع للها دنع وهو انيه هنوبسحتو ملع هب مكل سيل ام مكهاوفاب نولوقتو مكتنسلاب هنوقلت ذا تْهُب اَذ َكَن ْب ُس َذ ِب َمَّلَكَتَّن ْنَا آَنَل ُنْوُكَي اَّم ْمُتْلُق ُهْوُمُتْعِم َس ْذِا َلَآْوَلَوٰه ٰح ۖااٰه

َنْيِنِم ْؤُّم ْمُتْنُك ْنِا اًدَبَا ِلْثِمِل ا ْوُدْوُعَت ْنَا ُهلا ُمُك ُظِعَيٓهّٰل

ٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓهٓه ٓه ۚ

ٌمْيِك َح ٌمْيِل َع ُه لاَو ّٰل ِۗت9تٰيٰا‹‹لاا ُمُكَل ُه لا ُنِّيَبُيَوِ ْ ّٰل نوملعت لا متناو ملعي للهاو ةرخلااو ايندلا ىف ميلا باذع مهل اونما نيذلا ىف ةشحافلا عيشت نا نوبحي نيذلا نا

ٌمْي ِح َّر ٌف ْوُء َر َه لا َّنَاَو ُتَم ْح َرَو ْمُكْيَل َع ِه لا ُل ْضَف َلا ْوَلَوّٰل ٗه ّٰل ࣖ

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula). Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.” Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta. Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu). (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar.” Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman, dan Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang- orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Sungguh, Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang."12

12 https://quran.kemenag.go.id/

(13)

Kata al- ifk dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 22 kali dan dalam berbagai bentuk.

Kata al-ifk digunakan dalam Alquran memiliki beberapa arti, seperti dalam surat At-Taubah ayat 70 dan surat Al-Ankabut ayat 61:

ْمُهُل ُس ُر ْمُهْتَتَا ِۗتٰك ِفَت ْؤُمْلاَو َنَيْدَم ِب ْصَاَو َمْيِه ْبِا ِمْوَقَو َدْوُمَثَّو ٍدا َعَّو ٍحْوُن ِمْوَق ْمِهِلْبَق ْنِم َنْيِذَّلا ُاَبَن ْمِهِتْأَي ْمَلَاٰح ٰر ۙە - َن ْوُمِل ْظَي ْمُه َسُفْنَا ا ُناَك ْنِك َو ْمُهَمِل ْظَيِل ُه لا َناَك اَمَف ْٓو ٰل ّٰل ِۚتٰن ِّيَبْلاِب ٧٠

Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, samud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata; Allah tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. (At-Taubah: 70)

ْن َلَوِٕى

ْمُهَتْلَا َس

ْنَّم

َقَل َخ

ِتٰوٰمَّسلا ض ْرَْلااَوَ

َر َّخ َسَو

َسْم َّشلا

َرَمَقْلاَو

َّنُل ْوُقَيَل

َس شلاّٰم نوكفؤي يناف للها َّنُل ْوُقْؤُيَل

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, ”Allah.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran). (Al-Ankabut: 61)

Berita bohong atau hoax muncul karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya, salah satunya yaitu dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk memerangi kaum muslimin. Maka dari itu, seorang muslim yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits perlu bertabayyun atau memeriksa dengan teliti informasi yang mereka dengar ataupun mereka saksikan dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap agar tidak terpengaruh oleh api fitnah yang dibuat orang-orang yang membenci Islam. Sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 6. Allah berfirman:

نيمدن متلعف ام ىلع اوحبصتف ةلاهجب اموق اوبيصت نا اونيبتف ابنب قساف مكءاج نا اونما نيذلا اهياي

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Syaikh Thahir ibn Asyur, ahli tafsir kenamaan asal Tunisia, dalam kitabnya berjudul tafsir at-tahrir wa at-tanwir, dalam menafsirkan ayat di atas memberikan sebuah penjelasan bahwa ayat ini menegaskan kepada umat Islam agar berhati-hati dalam menerima laporan

(14)

atau berita seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya. Hal ini baik dalam ranah persaksian maupun dalam periwayatan.

Dalam ayat ini, Allah memberikan peringatan kepada kaum Mukminin, jika datang kepada mereka seorang fasik membawa berita tentang apa saja, agar tidak tergesa-gesa menerima berita itu sebelum diperiksa dan diteliti dahulu kebenarannya. Sebelum diadakan penelitian yang saksama atau konfirmasi atau verifikasi, jangan cepat percaya kepada berita dari orang fasik, karena seorang yang tidak memedulikan kefasikannya, pasti tidak akan memedulikan kedustaan berita yang disampaikannya.13

Allah berfirman dalam Al-Qur’an tentang larangan penyebaran hoaks atau berita bohong, seperti halnya hadits al-ifk yang menimpa Aisyah r.a., dan Allah mengancam bahwa siapa pun yang menyebarkan berita hoaks akan mendapat siksa yang amat pedih. Seperti firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 19:

نوملعت لا متناو ملعي للهاو ةرخلااو ايندلا ىف ميلا باذع مهل اونما نيذلا ىف ةشحافلا عيشت نا نوبحي نيذلا نا

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(An-Nur: 19)

Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh seseorang harus benar dan akurat.

Keakuratan informasi dalam komunikasi massa juga bisa dilihat dari sejauh mana informasi tersebut telah dengan cermat dan saksama, sehingga informasi yang disajikan telah mencapai ketepatan.14 Hukuman yang diperoleh oleh orang yang menyebarkan berita hoax dan tergesa- gesa dalam menyebarkan informasi mendapatkan azab yang pedih seperti dalam ayat diatas, dan juga terdapat dalam sebuah hadits riwayat Shahih Bukhari:

يبنلا لاق :لاق ,هنع للها يضر بدنج نب ةرمس نع ,ءاجر وبأ انثدح ,ريرج انثدح ,ليعامسإ نب ىسوم انثدح قافلَآا غلبت ىتح هنع لمحت ةبذكلاب بذكي باذكف هقدش قشي هتيأر يذلا :لااق ينايتأ نيلجر ةليللا تيأر :ملسو هيلع للها ىلص

ِةَماَيِقْلا ِمْوَي ىلإ هب عنصيف

“Dikisahkan Samura bin Jundub: Nabi berkata, aku melihat (dalam mimpi), dua orang datang kepadaku. Kemudian Nabi meriwayatkan cerita (mengatakan), Mereka berkata, 'Orang-orang yang pipinya Anda lihat robek (dari mulut ke telinga) adalah pembohong dan

13 Nur Aisyah Siddiq, “Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Berita Palsu (Hoaks) Menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Yang Telah Dirubah Menjadi Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik” Jurnal Lex Et Societatis , Vol. 5, No. 10 (2017), hal. 27

14 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa. (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu), hal. 90.

(15)

biasa berbohong dan orang-orang akan melaporkan kebohongan itu otoritasnya sampai mereka tersebar di seluruh dunia. Jadi dia akan dihukum seperti itu sampai hari kiamat.” (HR.

Bukhari. Lihat Shahih al-Bukhari, Fathul Bari X/507, no. 6096).

Dalam hadits Imam Muslim, Rasulullah pernah berkata untuk menjauhi orang-orang pendusta agar tidak terseret ke dalam kesesatan.

يِنَثَّد َح َلاَق ٍبْهَو ُنْبا اَنَثَّد َح َلاَق ُّيِبي ِجُّتلا َناَرْم ِع ِنْب َةَلَم ْر َح ِنْب َِّللها ِدْب َع ِنْب ىَي ْحَي ُنْب ُةَلَم ْر َح يِنَثَّد َح و

َِّللها ُلو ُس َر َلاَق ُلاوُقَي َة َرْي َرُه اَبَأ َعِم َس ُهَّنَأ ٍرا َسَي ُنْب ُمِل ْسُم يِنَرَب ْخَأ ُلوُقَي َديِزَي َنْب َلي ِحاَر َش َعِم َس ُهَّنَأ ٍحْيَرُش وُبَأ

ْمُكُؤاَبآ َلاَو ْمُتْنَأ اوُعَم ْسَت ْمَل اَمِب ِثيِدا َحَْلْأا ْنِم ْمُكَنوُتْأَي َنوُباَّذَك َنوُلا َّجَد ِناَمَّزلا ِر ِخآ يِف ُنوُكَي َمَّل َسَو ِهْيَل َع َُّللها ىَّل َص

ْمُكَنوُنِتْفَي َلاَو ْمُكَنوُّل ِضُي َلا ْمُهاَّيِإَو ْمُكاَّيِإَف

“Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya bin Abdullah bin Harmalah bin Imran at-Tujibi dia telah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Syuraih bahwa dia mendengar Syarahil bin Yazid berkata, telah mengabarkan kepadaku Muslim bin Yasar bahwa dia mendengar Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan ada di akhir zaman para Dajjal Pendusta membawa hadis-hadis kepada kalian yang mana kalian tidak pernah mendengarnya dan bapak-bapak kalian juga belum pernah mendengarnya. Maka kalian jauhilah dan mereka jauhilah. Mereka tidak bisa menyesatkan kalian dan tidak bisa memfitnah kalian."15

Biografi sanad:

1) Harmalah bin Yahya bin 'Abdullah bin Harmalah, Abu Hafsh , Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan, wafat tahun 244 H, hidup di Maru.

2) Abdullah bin Wahab bin Muslim, Al Qurasyiy, Abu Muhammad, Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 197 H, hidup di Maru, wafat di Maru.

3) Abdur Rahman bin Syuraih bin ‘Ubaidillah, Al Mu’afiriy Al Iskandaraniy, Abu Syuraih, Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 167 H, hidup di Maru, wafat di Iskandariyah.

4) Syarahil bin Yazid, Al Mu’afiriy, Tabi’in (tdk jumpa Shahabat), hidup di Maru

15 https://carihadis.com/Shahih_Muslim/8

(16)

5) Muslim bin Yasar, Ath Thunbudziy Al Mishriy, Abu 'Utsman, Jalis (teman majelis) Abi Hurairah, Tabi'in kalangan pertengahan, hidup di Maru, wafat di Afriqiyah.

6) Abdur Rahman bin Shakhr, Ad Dawsiy Al Yamaniy, Abu Hurairah, Shahabat, wafat tahun 57 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.

Dalam hadits riwayat Imam Muslim dijelaskan tentang karakteristik orang yang dusta atau hoaks, Rasulullah Saw bersabda:

‹اَنَثَّد َح و

‹ُدْيَب ُع

‹َِّللها

‹ٍذاَعُم ُنْب

ُّي ِرَبْنَعْلا

‹اَنَثَّد َح

‹يِبَأ ح

‹اَنَثَّد َح و

ُدَّم َحُم

‹ُنْب

‹ىَّنَثُمْلا

‹اَنَثَّد َح

‹ُدْب َع

‹ِنَم ْح َّرلا

ُنْب

ٍّيِدْهَم

َلااَق

‹اَنَثَّد َح

‹ُةَبْع ُش

ْن َع

‹ِبْيَب ُخ

‹ِنْب

ِدْب َع

ِنَم ْح َّرلا

‹ْن َع صْف َح ِ

ٍم ِصا َع ِنْب

‹َلاَق

َلاَق

ُلو ُسَر

‹َِّللها

‹ىَّل َص

َُّللها

‹ِهْيَل َع

َمَّل َسَو ىَفَك

‹ِء ْرَمْلاِب

‹اًبِذَك

‹َثِّد َحُي ْنَأ

‹ِّلُكِب اَم

‹َعِم َس

‹اَنَثَّد َح و وُبَأ

‹ِرْكَب

‹يِبَأ ُنْب

‹َةَبْي َش

‹اَنَثَّد َح

ُّيِل َع

‹ُنْب صْف َح ٍ

‹اَنَثَّد َح

‹ُةَبْع ُش

ْن َع

‹ِبْيَب ُخ

‹ِنْب

ِدْب َع

ِنَم ْح َّرلا

‹ْن َع صْف َح ِ

ٍم ِصا َع ِنْب

‹ْن َع

‹يِبَأ

َة َرْي َرُه

‹ْن َع

‹ِّيِبَّنلا

‹ىَّل َص

َُّللها

‹ِهْيَل َع

َمَّل َسَو

‹ِلْثِمِب

َكِلَذ

“Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz al Anbari telah menceritakan kepada kami Bapakku (dalam riwayat lain disebutkan), Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin Ashim dia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ali bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan seperti hadits tersebut."16

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik seseorang yang dusta atau yang bisa dianggap hoaks adalah seseorang yang selalu menceritakan semua hal yang ia dengar. Orang yang selalu berbicara tentang hal yang ia dengar tanpa berpikir dan bertabayyun dahulu adalah ciri dari orang yang suka menyebar hoaks. Dari beberapa uraian hadits serta al-Qur’an yang menjelaskan tentang hoaks serta bahaya menyebarkan berita bohong bahwasanya hoaks adalah suatu hal yang tidak ada dalam ajaran Islam dan sudah

16 https://carihadis.com/Shahih_Muslim/5

(17)

seharusnya dijauhi, karena bahaya menyebarkan berita bohong (hoaks) terancam mendapatkan siksaan yang pedih di akhirat. Rasulullah Saw bersabda dalam hadits Jami' At- Tirmidzi tentang seruan untuk menyuruh berlaku jujur dan menjauhi sikap hoaks (dusta):

‹اَنَثَّد َح

‹ٌداَّن َه

‹اَنَثَّد َح وُبَأ

‹َةَيِواَعُم

ْن َع

‹ِشَم ْعَْلْأا

ْن َع

‹ِقيِق َش

‹ِنْب

َةَمَل َس

‹ْن َع

ِدْب َع

‹َِّللها

ٍدوُع ْسَم ِنْب

‹َلاَق

َلاَق

‹ُلو ُس َر

َِّللها ىَّل َص

‹َُّللها

‹ِهْيَل َع

َمَّل َسَو

‹ْمُكْيَل َع

‹ِقْد ِّصلاِب

َّنِإَف

َقْد ِّصلا يِدْهَي

‹ىَلِإ

ِّرِبْلا

َّنِإَو

‹َّرِبْلا يِدْهَي ىَلِإ

ِةَّن َجْلا اَمَو

‹ُلا َزَي

‹ُل ُج َّرلا

ُقُد ْصَي ى َّر َحَتَيَو

‹َقْد ِّصلا ىَّت َح

‹َبَتْكُي

َدْن ِع

‹َِّللها

‹اًقيِّد ِص

‹ْمُكاَّيِإَو

‹َبِذَكْلاَو

َّنِإَف

َبِذَكْلا يِدْهَي

‹ىَلِإ

ِرو ُجُفْلا

َّنِإَو

َرو ُجُفْلا يِدْهَي

ىَلِإ

‹ِراَّنلا

‹اَمَو

ُلاَزَي

‹ُدْبَعْلا

‹ُبِذْكَي ى َّر َحَتَيَو

‹َبِذَكْلا ىَّت َح

‹َبَتْكُي

‹َدْن ِع

َِّللها

‹اًباَّذَك يِفَو

‹باَبْلا

‹ْن َع

‹يِبَأ

ٍرْكَب

‹ِقيِّد ِّصلا

‹َرَم ُعَو

‹ِدْب َعَو

‹َِّللها

ِنْب

ِري ِّخ ِّشلا

‹ِنْباَو

َرَم ُع

‹َلاَق

وُبَأ

‹ى َسي ِع اَذ َه

ٌثيِد َح

ٌن َس َح

ٌحي ِح َص

“Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari A'masy dari Syaqiq bin Salamah dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata;

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian, sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. Dan tidaklah seorang berbuat dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta." Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Abdullah bin Asy Syikhkhir dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Shahih.”17

Kesimpulan

Kemunculan hoax tak lepas dari perkembangan teknologi media yang telah mengubah alat-alat komunikasi menjadi lebih cepat membentuk apa yang sering kali disebut sebagai kampung global. Kata hoax baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui. Kasus hoax bukanlah suatu hal yang baru, melainkan sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW. Mengingat maraknya hoax yang menyebar di masyarakat, penting untuk seseorang, terutama umat Islam melihat pandangan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah terhadap bahayanya hoax dan larangan untuk menyebarkannya.

Hoax atau berita bohong merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam. Hoax dalam ajaran Islam berakar dari peristiwa yang pernah terjadi pada

17 Hadits Jami’ At-Tirmidzi no. 1894 dalam Kitab Berbakti dan Menyambung Silaturahim

(18)

periode klasik Islam yang menimpa para sahabat Nabi Muhammad Saw, terutama pada Aisyah, istri Rasulullah dan Allah mengancam bahwa siapa pun yang menyebarkan berita hoaks akan mendapat siksa yang amat pedih. Seorang muslim yang berpegang teguh pada Al- Qur’an dan hadits perlu bertabayyun atau memeriksa dengan teliti informasi yang datang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Lubaabut Tafsiir min Ibni Katsir. Kairo: Mu- assasah Daar al-Hilaal Kairo, 1994.

A Idnan, Idris. Klarifikasi al-Qur’an atas Berita Hoax. Jakarta: PT Gramedia, 2018.

Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, tt.

D. Curtis, MacDougall. Hoaxes. Dover: 1958.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2016.

Jalaluddin. Tafsir Jalalain Berikut Asbabunnuzul Ayat. Bandung: Sinar Baru, 1990.

Petersen, Theodore and Rivers, Jay W.J. Media Massa Dan Masyarakat Modern, trans.

Haris Munandar. Jakarta: Kencana, 2008.

Ridwan, Tio. Sejarah Hoax dan Andilnya dari Masa ke Masa” dalam kumparan.com//

diakses 25 November 2020.

Shihab, M. Quraish. “Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, IX. Jakarta:

Lentera Hati, 2002.

Siddiq, Nur Aisyah. “Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Berita Palsu (Hoaks) Menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Yang Telah Dirubah Menjadi Undang- Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik” Jurnal Lex Et Societatis , Vol. 5, No. 10 (2017): 27

https://carihadis.com/Shahih_Muslim/8 https://quran.kemenag.go.id/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong.

https://jalandamai.org/al-quran-pedoman-untuk-menangkal-hoax.html/amp

Referensi

Dokumen terkait

Jika di sangkut pautkan dengan kajian sayrah hadis, maka Muhammad Al-Ghazali tidak membaca secara mendetail bagaimana sebuah hadis sebenarnya dapat di jelaskan dalam syarah

Atau si pembawa adalah orang-orang yang terduga keras sebagai pemalsu hadis, maka bisa dipastikan bahwa riwayat yang dibawa adalah hadis palsu (Ibrahim Al-Abnâsi,

Hadis atau juga disebut dengan sunnah di samping membahas tentang aturan-aturan, petunjuk yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, didalamnya juga mencakup tentang

Dokumen ini membahas tentang globalisasi dan efeknya terhadap berbagai aspek

Dokumen ini membahas tentang peran Roh Kudus dalam kehidupan orang

Teks tersebut membahas tentang bentuk-bentuk hadis, yaitu hadis qauli, hadis fi’il, dan hadis

Dokumen ini membahas tentang cara mengatasi stres generasi Z dari sudut pandangan

Makalah ini membahas konsep hadis mutawatir, definisinya, dan pembagiannya dalam ilmu