Imam Al-amadi, Ibn Hajib dan al-Syaukani membagi Tarjih mejadi 4 bagian ( Sanad, Matan, Madlul< Amrun Khariji ),
Al-Ghazali, Ibn qudamah, dan abu ya’la menjadi 3 ( Sanad, Matan, Amrun Khariji ) Abd syakur, qarani, dan abu al-Khattab 2 ( sanad dan matan )
1) Hukum amal bi al-rajih, 1 wajib, 2 inkar amal,
2) Dalil wajibnya amal bil-alrajih, taqrir nabi ( muadz ketika di utus sebagai qadi ke yaman ). Ijma shabaat ( junub subuh antara abu hfrairah dan aisyah, rasio, tak masuk akal kalo marjuh yang di amalkan, i
Tarjih dari aspek matan di bagi 3 bagian : 1. Tarjih matan dari tinjauan lafad hadist 2. Tarjih Matan dari tinjauan dilalah hadist
3. Tarjih Hadist dari Tinjauan Madlul hadist ( Hukum yang tersimpan dalam hadst )
A. Tarijh yang berkaitan dengan lafadz hadist yakni :
1) mengunggulkan yang meriwayatkan lafad nabi dari pada makna dari lafad nabi ( tidak di ragukan dan kemunkinan salahnya, disepakati qabul, sedangkan ma’na ikhitaful qabul, 430 )
3) yang suluruh perawinya sepakat atas lafad hadis daripada yang masih ikhtilaf lafad hadisnya baik dari segi huruf, syakal, syighat, bentuk kata, titik dll, (iraqi berkata,di unggulkan hadis kalimat yang satu dari pada yang berbeda beda ibarahnya, contoh masalah shigat tasyahhud, riwayat ibn mas’ud, ibn abbas, abdurrahman bin abdul qari, sahabat lain dengan lafad yang berbeda, hanafi ibn hazim dan ibn hajar menggunggulkan riwayat ibn masud, syafi’i dan sebagian maliki mengunggulkan ibn abbas, maliki menggulkan abdurrahman 434)
4) yang selamat dari idtirab dari pada yang terjankit idtirab, ( karena yang tak idtirab menunjukkan atas quatnya hadfalan dan dabitnya periwayatan, sedangkan idtirab menunjuukan atas buruknya hafalan dan tidak dhabit, contoh , hadis menyucikan kulit bangkai dengan samak, antara riwayat ibn abbas dan abdullah ibn akim, ibn abbas samak menyucikan kulit bangkai dan boleh nebgambil mnfaat setelah samak, ibn akim haram mengambil intifa’
mutlak baik sebelum dan setelah baik disamak atau tidak, jumhur
mengunggulkan ibn abbas karena selamat dari idtirab, sedangkan ibn akim mursal dan idtirab matan dan sanadnya, 437 )
5) yang sarih dan dinisbatkan pada nabi secara nas dan qoul dari pada yang dinisbatkan dengan istidlal dan ijtihadi, ( contoh, masalah menjual budak yang melahirkan anak dari majikan ummuhatil awlad, riwayat ibn umar dan abi said al-khudri, riwayat ibn umar tidak boleh menjual sdngkan riwayat abi sa’ide memperbolehkan, jumhur mengunggulkn ibn umar dari abi said karena nash sarih perkataan nabi sedangkan abi said hanya menisbakan pada nabi di masa nabi masih hidup dan bukan berupa perintah dan larangan dari beliau, 441 )
6) yang lafadnya dibersamai dengan illat hukum dari pada yang tidak dibersamai, kerena kuatnya illat menunjukkan kuatnya hukum, contoh masalah memakan hasil buruan dari anjing yang terlatih, riwayat adi bin hatim dan abi tsa’labah, adi menunjukkan haramnya memakan hasil buruan jika digigit/dimakan oleh anjingnya meskipun anjig terlatih, abi tsa’labah halalnya hasil buruan meski di makan oleh anjing, jumhur mengunggulkan adi bin hatim karena di bersamaai oleh illat yang menunjukkan keharamannya yakni takut di gigit/dimakan oleh anjingnya, 444 0
7) yang berupa perkataan nabi dari pada perilakunya, selama tidak bisa di jam’un, tidak di ketahui mana yang awal dan akhir dan tidak bersifat
khususiat, jika di ketau yang awal dan akhir maka di Naskh dengan 2 syarat, qaul harus di kahir dan berpa sighat khusus, 2 menunjukkan atas wajibnya ittiba’, ( contoh masalah turun untuk sujud, riwayat abu hurairah dan wail binhajar, abu hurairah mendahulukan tangan sebelum lutum saat hendak sujud, wail bin hajar dari perbuatan nabi mendahulukan lutut dari tangan, ikhtilaf 4 pendapat, mentarjih abu hurairah, menjarjih wail, jam’un dan takhyir mengamalkan dimana saja, naskh, 449 )
8) perkataan dari pada iqrar nabi, jika memungkinkan maka wajib jam’un, jika tida maka qaul di tarjih karna lebih quat dari pada iqrar, jika iqrar ada di akhir maka iqrar menasakh qaul, contoh, sholat di belakang orang yang tidak bisa berdiri, riwayat aisyah dan aisyah, pertama wajib mengikuti imam dalam sholat duduk, kedua hadis iqrar, makmum sholat dengan kadar
kemamoiannya, jika bisa berdiri ya berdiri, ada 4 pendapat, mentarjih qaul, mentarjih iqrarr sebagai nask, jam’un, dan perintah duduksifatnya sunnah, 454 )
9) perilaku dari pada iqrar, contoh ziadah dalam talbiah, 2 pendapat, mentarjih fi’il dan mentarjih iqrar 456 )
B. Tarjih Matan dari tinjauan dilalah hadist, dari segi mantuq dan mafhum, muwafaqoh dan mukhalafah, dilalah yang jelas dan tidak
1) Hadis yang mantuq di tarjih dari pada yang mafhum, karena mantuk sifatnya muttafaq, sedangkan mafhum masih mukhtalaf, karenanya yang muttafaq lebih di dahulukan dari pada yang mukhtalaf, contoh, masalah di tetapkannnya puasa di bulan ramadhan, mantauq hadis riwayat ibn abbas dan ibn umar menunjukkan di terimanya satu saksi yang adil dalam rukyah hilal di bulan ramadhan, sedangkan mafhum mukhalafah dari riwayat haris bib hatib dan abdurrahman bin zaid menunjukkan tidak di terimanya satu periwayatan saksi yang adil,
2)