• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RSUD DAHA SEJAHTERA TAHUN 2022

N/A
N/A
Atika Ningtyas Palupi

Academic year: 2023

Membagikan "PANDUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RSUD DAHA SEJAHTERA TAHUN 2022"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RSUD DAHA SEJAHTERA

TAHUN 2022

(2)

PANDUAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RSUD DAHA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Rumah Sakit adalah tempat untuk memberikan pelayanan dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan kerja.

b. Keselamatan kerja diterapkan dilingkungan kerja dimana didalamnya terdapat aspek manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja.

c. Upaya keselamatan kerja merupakan upaya meminimalkan terjadinya PAK/ KAK melalui upaya promotif, preventif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas pekerja Rumah Sakit.

2. Falsafah.

Keselamatan kerja, merupakan program Rumah Sakit yang dalam pelaksanaan kegiatannya, kegiatan ini difasilitasi oleh Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit dan sebagai penanggung jawab serta pelaksana dilapangan adalah di masing-masing instalasi atau urusan.

3. Maksud dan tujuan.

a. Maksud

Sebagai petunjuk semua unit kerja RSUD Daha Sejahtera, khususnya unit kerja yang mempunyai resiko bahaya Kesehatan dan keselamatan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan

(3)

agar diperoleh satu dasar, satu pengertian dan pemahaman tata cara pelaksanaan yang benar.

b. Tujuan

Agar dapat dipergunakan sebagai panduan dalam melaksanakan upaya keselamatan kerja, secara baik dan benar sehingga tercapai

1) Keselamatan kerja selama bertugas.

2) Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan 3) Tingkat produktifitas yang optimal.

4. Ruang lingkup.

Panduan Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi upaya keselamatan kerja disemua unit kerja RSUD Daha Sejahtera.

(4)

BAB II

MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Upaya keselamatan kerja, dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan. Dalam Permenaker No. 5 tahun 1996 tentang sistem manajemen keselamatan kerja dan Permenkes No.

66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan dari sebuah badan usaha, maka dari itu pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan harus didukung komitmen dan kebijakan badan usaha agar tujuan keselamatan dan kesehatan dapat tercapai.

Demikian pula manajemen RSUD Daha Sejahtera komitmen terhadap penyelenggaraan keselamatan kerja rumah sakit.

5. Tujuan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan RSUD Daha Sejahtera a. Umum

Melakukan penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat keselamatan kerja sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan penyakit akibat kerja, kebakaran dan bencana secara aman, selamat, efisien dan efektif.

b. Khusus

Rencana kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Daha Sejahtera:

1) Terlaksananya kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Daha Sejahtera.

2) Terpantau dan terevaluasinya kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Daha Sejahtera.

3) Terlaksananya perbaikan manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Daha Sejahtera.

(5)

6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

a. Perencanaan kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja RSUD Daha Sejahtera.

Untuk efisiensi dan efektifitas kegiatan keselamatan kerja maka dilaksanakan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Identifikasi sumber bahaya di Rumah Sakit

Identifikasi dilaksanakan untuk mengetahui masalah- masalah keselamatan kerja Identifikasi dapat dilakukan dengan inspeksi tempat kerja dan pengukuran lingkungan kerja.

2) Analisa Permasalahan

Data-data dan identifikasi sumber bahaya dianalisa sehingga dapat diketahui permasalahan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. metode yang digunakan sebagai berikut : a) Membandingkan hasil pengukuran lingkungan kerja terhadap standar peraturan yang berlaku.

b) Observasi langsung ditempat kerja mengenai pelaksanaan SPO dalam proses kerja/ kegiatan.

Untuk itu diperlukan instrumen/alat Bantu pengukuran lingkungan kerja dan check list.

3) Alternatif Pencegahan dan Penanggulangan

Masalah-masalah yang ditemukan dicari alternatif upaya pencegahan dan penanggulangannya disesuaikan dengan sumber dana dan daya yang tersedia. Output yang diharapkan dari kegiatan perencanaan yaitu:

a) Permasalahan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga bahaya akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.

b) Diperoleh denah lokasi tempat beresiko bahaya potensial Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

(6)

c) Rumusan alternatif upaya pencegahan dan penanggulangan masalah Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

b. Pelaksanaan Program Kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan kegiatan Rumah Sakit yang dalam pelaksanaannya melibatkan kepala instalasi/unit/urusan sebagai penanggung jawab dan pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Program kegiatan kesehatan dan keselamatan rumah sakit terdiri dari:

1) Survey lingkungan kerja

Survey lingkungan kerja terhadap fakta-fakta fisik, kimia dan biologis melalui pengukuran dan observasi lapangan terhadap pelaksanaan proses dan kerja keselamatan dan kesehatan di instalasi/unit/urusan.

2) Faktor Fisik

▪ Pencahayaan - Jenis Kegiatan

Pengukuran tingkat intensitas cahaya - Tolak Ukur

Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan Rumah Sakit

- Metodelogi

Menggunakan alat ukur lux meter - Frekuensi 6 ( enam ) bulan sekali

▪ Kebisingan - Jenis kegiatan

Pengukuran tingkat intensitas kebisingan - Tolak Ukur

(7)

Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan Rumah Sakit

- Metodelogi

➢ Menggunakan alat ukur NLD ( Noise Loging Desimeter )

➢ Menggunakan Sound Level Meter ( SLM ) - Frekuensi

Pengukuran tiap 6 ( enam ) bulan sekali

▪ Suhu dan Kelembaban Ruangan - Jenis kegiatan

Pengukuran tingkat kelembaban dan suhu ruangan - Tolak ukur

Permenkes RI No. 7 tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan Rumah Sakit

- Metodelogi

Menggunakan hygrometer - Frekuensi

Setiap 3 (tiga ) bulan sekali 3) Faktor Kimia

▪ Air Bersih Rumah sakit - Jenis Kegiatan

Pemeriksaan kadar kimia air bersih Rumah Sakit - Tolak Ukur

Permenkes RI No. 416/ Menkes/1990 tentang persyaratan air bersih

- Metodelogi

Pemeriksaan laboratorium di laboratorium lingkungan

- Frekuensi

Setiap 6 bulan sekali

▪ Air limbah

(8)

- Jenis Kegiatan

Pemeriksaan parameter kimia air limbah - Tolak Ukur

Kep Men LH No. 5 Tahun 2014 Lampiran A dan Lampiran B tentang baku mutu air limbah Metodelogi

Pemeriksaan laboratorium di laboratorium lingkungan

- Frekuensi

Setiap 1 bulan sekali 4) Faktor Biologi

▪ Ruangan

- Jenis Kegiatan

Pemeriksaan angka kuman - Tolak Ukur

Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah sakit

- Metodelogi

Pemeriksaan di laboratorium lingkungan - Frekuensi

Setiap 6 bulan sekali

▪ Makanan

- Jenis Kegiatan

Pemeriksaan angka kuman makanan - Tolak Ukur

Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit

- Metodelogi

Pemeriksaan di laboratorium lingkungan - Frekuensi

Setiap 6 bulan sekali

▪ Air Rumah Sakit

(9)

- Jenis Kegiatan

Pemeriksaan angka kuman air Rumah Sakit - Tolak Ukur

Permenkes No 416/ Menkes/ 1990 tentang Persyaratan air bersih

Metodelogi

Pemeriksaan di laboratorium lingkungan - Frekuensi

Setiap 1 bulan sekali

▪ Air Limbah - Jenis Kegiatan

Pemeriksaan angka kuman air limbah - Tolak Ukur

- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : 7 Tahun Tentang Baku Mutu Air Limbah

- Metodelogi

Pemeriksaan di laboratorium lingkungan - Frekuensi

Setiap 1 bulan sekali

▪ Usap Alat

- Jenis Kegiatan

Pemeriksaan swab kuman pada alat - Tolak Ukur

Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit

Metodelogi

Pemeriksaan di laboratorium lingkungan - Frekuensi

Setiap 6 bulan sekali

(10)

c. Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan pencatatan dan pelaporan penyakit serta kecelakaan akibat kerja dilaksanakan dalam rangka memperoleh data kejadian penyakit dan kecelakaan akibat kerja, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan keselamatan kerja.

1) Kegiatan Pencatatan

Kecelakaan akibat kerja yang dialami karyawan dicatat dalam buku catatan kejadian. Untuk kejadian penyakit akibat kerja tidak langsung dicatat dalam buku catatan kejadian, tetapi dilakukan penyelidikan medis terlebih dahulu sehingga dapat dipastikan penyakit akibat kerja. Setiap kejadian yang dipastikan sebagai akibat kerja dicatat dalam buku catatan KAK dan PAK.

2) Kegiatan Pelaporan

Pelaporan dilaksanakan intern dan ekstern (sesuai prosedur pelaporan PAK dan KAK)

d. Penanggulangan

Penanggulangan dilaksanakan sebagai upaya kuratif (pengobatan) terhadap karyawan yang mengalami penyakit dan ataupun kecelakaan akibat kerja.

e. Penyuluhan

Keberhasilan penyelenggaraan keselamatan kerja berawal dari kesadaran masing-masing karyawan. Oleh karena itu dilaksanakannya penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengingatkan akan pentingnya bekerja dengan sehat dan selamat. Pelaksanaan penyuluhan dapat berupa pemasangan poster Keselamatan Dan Kesehatan Kerja maupun pengarahan langsung pada karyawan.

(11)

f. Pendidikan dan pelatihan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Ilmu pengetahuan bidang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Untuk mencetak karyawan yang profesional di bidang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, maka dilaksanakan pelatihan keselamatan kerja, meliputi; pendidikan dan pelatihan kesehatan dan keselamtan, pelatihan dan simulasi penanganan kebakaran serta bencana lainnya.

BAB III

RESIKO BAHAYA KERJA DI RUMAH SAKIT

Rumah Sakit merupakan lingkungan kerja dimana terdapat faktor biologi, fisik dan kimia. Faktor-faktor tersebut pada kondisi tertentu beresiko menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Selain itu terdapat pula manusia (karyawan) dan alat-alat kerja yang dapat pula menjadi penyebab penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.

7. Biologi.

Kehadiran unsur biologi (mikroorganisme) seperti, bakteri, jamur, virus patogen berperan dalam infeksi nosokomial di rumah sakit dan pada gilirannya menyebabkan orang sakit. Untuk itulah perlu pemantauan berkelanjutan terhadap kualitas biologi. Ketentuan tentang kadar mikroorganisme dilingkungan Rumah Sakit seperti berikut:

(12)

Tabel 1

Ketentuan mikroorganisme di lingkungan Rumah Sakit No Item Diperiksa Kadar Mikroorganisme

1 Kuman ruangan 350 koloni/ M3 untuk ruang operasi

700 koloni/ M3 untuk ruang perawatan dan isolasi 2 Kuman air Rumah

Sakit

10 coliform / 100 ml

3 Kuman air limbah 10.000 coliform/ 100 ml

4 Kuman Makanan Tidak ditemukan kuman patogen

Penyakit akibat kerja yang dialami dan ataupun infeksi nosokomial di Rumah Sakit terjadi melalui banyak media seperti:

▪ Air bersih yang tidak mengalami desinfeksi

▪ Makanan yang tidak hygiene

▪ Ruangan yang kotor

▪ Vektor (serangga dan tikus)

▪ Perilaku negatif karyawan

8. Fisik.

Terjadinya penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lingkungan fisik seperti penerangan, debu dan kebisingan.

a. Penerangan

Kegiatan Rumah Sakit sangat bervariasi dan membutuhkan penerangan yang berbeda. Ketentuan penerangan dilingkungan Rumah Sakit seperti tabel 2 berikut:

(13)

Tabel 2

Ketentuan penerangan di Rumah Sakit

NO RUANGAN NAB Intensitas penerangan / cahaya (Lux)

1 Ruang pasien 100 – 200

2 Ruang Operasi

• Umum

• Meja Operasi

300 – 500 10.000 – 20.000

3 R. Pemulihan 300 – 500

4 Laboratorium 300 – 500

5 Ruang Rontgen 75 – 100

6 Koridor 60

7 Tangga Min 100

8 Kantor/ lobby Min 100

9 Ruang Farmasi Min 200

10 Laundry Min 100

11 Dapur Min 200

12 Toilet Min 100

13 Gudang Min 100

Pada intensitas cahaya yang tidak sesuai dengan ketentuan, dapat menimbulkan gangguan indra penglihatan. Gangguan pada indra penglihatan yaitu:

1) Kelelahan Otot mata

Stress yang intensif pada objek-objek berukuran kecil, dalam waktu yang lama menimbulkan iluminasi yang tidak memadai dengan tanda-tanda sebagai berikut:

• Iritasi mata

• Penglihatan ganda

• Sakit kepala

(14)

2) Kelelahan Syaraf

Merupakan kelelahan yang kronis, dengan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Sakit kepala b) Susah tidur

c) Nafsu makan menurun d) Badan lemah, letih dan lesu

e) Akibat gangguan pada indra penglihatan pada gilirannya dapat menurunkan produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatnya frekuensi kesalahan kerja.

b. Kebisingan

Bising dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki.

Kebisingan dilingkungan Rumah Sakit biasanya berasal dari mesin-mesin (Genset, pompa, kompressor dll) perbaikan gedung dan kendaraan jalan raya. Oleh karena itulah intensitas kebisingan di Rumah Sakit diatur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan.

Tabel 3

Standar NAB Kebisingan Rumah Sakit

NO RUANGAN STANDAR / NAB KEBISINGAN dB(A)

1 Ruang Perawatan Max 45

2 Ruang Isolasi Max 45

3 Ruang Radiologi Max 45

4 Ruang Operasi Max 45

5 Ruang Poliklinik Max 80

6 Laboratorium Max 68

7 Laundry Max 78

8 Dapur Max 78

(15)

Dampak negatif akibat kebisingan melebihi NAB dapat menimbulkan gangguan indra pendengaran, baik tuli konduksi maupun permanen. Selain itu kebisingan juga dapat meningkatkan emosional seseorang.

c. Suhu dan Kelembaban

Kenyamanan lingkungan kerja dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Efek dari suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan lingkungan kerja yang panas. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, maka perlu diatur suhu dan kelembabannya. Adapun suhu dan kelembaban yang ditetapkan untuk lingkungan Rumah Sakit sebagai berikut:

Tabel 4

Standar Suhu dan Kelembaban Rumah Sakit

NO RUANG SUHU KELEMBABAN

1 Operasi 22 - 25 50 – 60

2 Ruang bersalin 22 - 25 50 – 60

3 Pemulihan 24 - 25 50 – 60

4 Observasi bayi 26 - 27 40 – 50

5 Perawatan Bayi 26 - 27 40 – 50

6 Perawatan prematur 26 - 27 40 – 50

7 ICU 26 - 27 40 – 55

Dampak negatif yang dapat terjadi jika suhu dan kelembaban berlebih menyebabkan lingkungan kerja terasa panas. Beban panas ini bisa menjadi beban tambahan bagi karyawan selama bekerja. Apalagi jika beban panas ini dikombinasikan dengan kerja fisik dapat mempercepat kelelahan. Gangguan kesehatan

(16)

yang dapat terjadi akibat beban panas yang berlebihan adalah:

1) Dehidrasi

2) Heat exhaustion 3) Heat cramp 4) Heat stroke

9. Kimia.

Beberapa kegiatan di rumah sakit menggunakan bahan kimia yang dapat membahayakan keselamatan kerja, karyawan. Bahan-bahan kimia biasanya digunakan untuk kegiatan laboratorium, radiologi, farmasi, pencucian, pengolahan air limbah, operasi, pemberantasan hama, dll.

Bahan- bahan kimia selanjutnya dikelompokkan dalam bahan kimia berbahaya sebagai berikut:

a. Bahan kimia toksik

Mengganggu kesehatan atau menyebabkan kematian apabila tertelan, terhirup, atau terkena kulit.

b. Bahan kimia korosif

Dapat merusak tubuh/ bahan lain karena reaksi kimia.

c. Bahan kima mudah terbakar

Dapat menimbulkan kebakaran karena mudah bereaksi dengan oksigen.

d. Bahan kimia mudah meledak

Bahan yang mudah meledak pada kondisi tertentu e. Bahan kimia oksidator

Bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat membakar bahan lainnya.

f. Bahan kimia reaktif terhadap air

Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air serta menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar.

(17)

g. Bahan kimia reaktif terhadap asam

Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan panas serta gas mudah terbakar, atau beracun dan korosif.

h. Gas bertekan

Gas yang disimpan di bawah tekanan, baik gas yang ditekan, maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

i. Bahan radioaktif

Bahan kimia yang dapat memancarkan sinar radioaktif dengan aktifitas 2, 10 –3 microcurie/ gram. Dampak negatif yang dapat terjadi akibat paparan bahan kimia sesuai dengan bahayanya terdapat pada lembar material data sheet/ lembar data pengaman.

Selain itu kadar gas kimia dalam ruangan juga perlu pemantauan berkelanjutan untuk mengetahui kadar gas-gas tersebut dalam ruangan. Ketentuan mengenai kadar gas kimia dalam ruangan adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Kadar Maksimal gas kimia di ruangan

No Parameter Gas Kadar Maksimal

1 H2S 0,03 ppm

2 NH3 2 ppm

3 CO 20 ppm

4 SO2 0,10 ppm

5 HC 0,24 ppm

6 Pb 0,06 u g/M3

7 Ete 400 ppm

8 Ozone 0,1 ppm

9 NOx 0,003 ppm

(18)

BAB IV

PENINGKATAN PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT

Penyelenggaraan keselamatan kerja, merupakan program kegiatan Rumah Sakit. Dimana panitia keselamatan dan kesehatan bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan dan instalasi/urusan berperan penting sebagai pelaksana keselamatan dan kesehatan dilapangan, maka keberhasilan dan peningkatan penyelenggaraan keselamatan kerja, memerlukan peran serta aktif dari instalasi/ urusan. Dalam peningkatan penyelenggaraan keselamatan kerja, dapat dilaksanakan upaya –upaya:

a. Pemantauan lingkungan kerja Rumah Sakit secara berkelanjutan untuk mengetahui resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja sedini mungkin.

b. Pemeliharaan sarana dan prasarana Rumah Sakit secara optimal

c. Pengawasan dan penyuluhan pelaksanaan prosedur keselamatan kerja, dalam proses kerja serta menumbuhkan kesadaran karyawan untuk membiasakan diri menggunakan alat pelindung sesuai dengan bahaya kerja di masing-masing instalasi/urusan.

d. Perbaikan lingkungan kerja, baik lingkungan fisik, biologi maupun kimia sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

e. Pendidikan dan pelatihan di bidang keselamatan kerja, secara berkelanjutan kepada seluruh karyawan.

(19)

BAB V PENUTUP

Dengan dilaksanakannya panduan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dengan baik, diharapkan akan membantu program peningkatan Rumah Sakit. Demikian pula diharapkan tercapai penurunan tingkat penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, infeksi nosokomial serta dapat dicegah terjadinya bencana kebakaran, ledakan dan pencemaran lingkungan.

Daha Sejahtera, Januari 2022

NIP. 19851207 201412 2 002 Direktur RSUD Daha Sejahtera

dr. Masliani

Referensi

Dokumen terkait

FORMULIR BERLANGGANAN SUBSCRIPTION FORM MICROBIOLOGY INDONESIA Nama Name Institusi Institution Alamat pengiriman Address: Phone/Fax/Email : Pilihan berlangganan, tidak termasuk

Please check your spam folder if it is not found in