• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN SISTEM MANAJEMEN K3

N/A
N/A
Wiji Santoso

Academic year: 2023

Membagikan "PANDUAN SISTEM MANAJEMEN K3"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

K3 atau K3 merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang mendalam guna melindungi pekerja, manusia dan hasil kerja serta budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilakukan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peraturan dan standar. Audit SMK3 dilakukan setiap enam bulan sekali oleh auditor internal dan setiap tiga tahun sekali oleh auditor eksternal/independen untuk membuktikan dan mengukur efektivitas penerapan SMK3 di tempat kerja. Tujuan dari audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur tingkat keberhasilan penerapan dan penerapan SMK3 di tempat kerja.

Oleh karena itu, prioritas penanganan kecelakaan di tempat kerja tidak dapat hanya terfokus pada kecelakaan yang menimbulkan kerugian materiil dan kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian, karena kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut jauh lebih besar. Merupakan material yang dapat meledak karena pengaruh tertentu seperti panas, benturan dan bahan kimia. Ini adalah bahan yang bila terkena air, uap atau larutan akan melepaskan panas dan gas yang mudah terbakar/meledak.

Bahan kimia atau sesuatu yang terbukti atau diduga kuat secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan bahaya yang mematikan dan meluas karena sangat sulit untuk ditangani dan dilindungi, 2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan cocok. Bahan yang dapat meledak karena alasan lain namun tidak mudah meledak karena alasan seperti bahan berbahaya Kelas II. Alat pelindung diri untuk menangani bahan kimia berbahaya (sarung tangan, jaket dan sepatu) tidak boleh dibawa pulang, setiap pengguna harus mencuci dan menyimpannya secara terpisah di tempat kerja.

Tanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara alat pelindung diri harus diberikan kepada setiap pengguna, sementara administrator tempat kerja bertanggung jawab atas pembelian dan pengujian.

Tabel 2.1.a1.  Skala Tingkat Kebisingan  Kriteria
Tabel 2.1.a1. Skala Tingkat Kebisingan Kriteria

CONTOH FORMAT STANDAR APD

KESEHATAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA 5.1. PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

DAFTAR PENYAKIT AKIBAT KERJA

METODA DIAGNOSTIK PENYAKIT AKIBAT KERJA a. Beberapa Metoda Diagnostik

Penyakit akibat kerja harus dibedakan dengan penyakit umum, karena keduanya biasanya memiliki tanda dan gejala yang serupa, seperti mual, muntah, diare, pusing, anemia, batuk, dermatitis, dan lain-lain. Pada sektor industri (formal), penyakit akibat kerja dapat dicegah apabila terdapat saling pengertian, kemauan dan kerjasama yang baik antara manajemen atau pemilik usaha dengan pekerjanya.

KEBAKARAN, KONDISI DARURAT DAN PENANGGULANGANNYA

  • ALAT PEMADAM KEBAKARAN PERMANEN a. Hidran
  • ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
  • Penempatan APAR untuk Bahaya Kebakaran Golongan A Jenis Bahaya Ukuran Minimum (daya
  • Penempatan APAR untuk bahaya kebakaran golongan B Jenis Bahaya Ukuran Minimum (daya
    • ALAT BANTU EVAKUASI (ABE)
    • UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN/DARURAT
  • Usahakan agar penelepon tetap dalam saluran pembicaraan tsb selama mungkin, dengan cara

Pemasangan alat pemadam kebakaran untuk bahaya kebakaran golongan A. Jenis bahaya Ukuran minimum (daya. Ukuran minimum jenis bahaya (daya. pemadaman). Pemasangan alat pemadam kebakaran untuk bahaya kebakaran kelas B. Jenis bahaya. Ukuran minimum (daya. Tipe ) bahaya.listrik.pemadam).Lampu ini terbuat dari bahan reflektif dan harus dipasang pada pintu keluar kebakaran.

Bangunan kelas A & B khususnya supermarket, bioskop, pasar atau pertokoan dan bangunan umum lainnya harus dilengkapi dengan pintu darurat dan tangga darurat. Pada ruangan yang digunakan lebih dari 10 orang, rencana evakuasi harus dipasang di tempat yang mudah terlihat. Rambu keluar harus memiliki penerangan minimal 10 lux dan berwarna hijau serta tulisan putih.

Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 orang pekerja dan/atau berpotensi menimbulkan bahaya sedang dan berat wajib melakukan pencegahan, mitigasi dan pemadaman kebakaran serta melakukan pelatihan pencegahan kebakaran di tempat kerja secara terencana/terprogram. Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 orang pekerja dan/atau berpotensi menimbulkan bahaya sedang dan berat wajib: mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, serta melatih pencegahan kebakaran di tempat kerja secara terencana/terprogram. Tim pencegahan kebakaran dibentuk untuk tempat kerja dengan tingkat risiko kebakaran ringan dan sedang I, mempekerjakan 300 (tiga ratus) orang atau lebih, atau untuk tempat kerja dengan tingkat bahaya kebakaran Sedang II, Sedang III, dan Berat. , dengan ketentuan sebagai berikut.

4. Telah menyelesaikan kursus teknis tingkat dasar I, tingkat dasar II dan K3 dasar tingkat ahli di bidang penanggulangan kebakaran. Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran, ditunjuk untuk tempat kerja dengan tingkat risiko kebakaran ringan dan sedang I, paling sedikit 1 (satu) orang per 100 (seratus) pekerja, atau untuk tempat kerja dengan tingkat risiko kebakaran sampai dengan dang II, sedang III dan parah, paling sedikit 1 (satu) orang dan per satuan kerja. 4. Telah menyelesaikan pelatihan dasar teknologi penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama.

Ahli lingkungan kerja (ahli K3) Ahli penanggulangan kebakaran, ditunjuk pada tempat kerja dengan tingkat bahaya kebakaran ringan dan sedang I, paling sedikit 1 (satu) orang untuk setiap tenaga kerja sebanyak 300 (tiga ratus) orang atau lebih, atau Setiap tempat kerja mempunyai risiko kebakaran tingkat sedang II, sedang III dan berat. Bekerja di perusahaan dengan masa kerja minimal 5 tahun 4. Telah mengikuti kursus teknik penanggulangan kebakaran tingkat dasar I tingkat. Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan K3 pada area kebakaran di tempat kerja.

Tabel 5.6. Pemilihan Detektor sesuai dengan Fungsi Ruangan
Tabel 5.6. Pemilihan Detektor sesuai dengan Fungsi Ruangan

PERKIRAAN BAHAYA KONDISI SUATU BANGUNAN 7.1. FUNGSI BANGUNAN

JENIS KONSTRUKSI BANGUNAN

5. Catat waktu mulai dan berakhirnya percakapan dengan penelepon, pastikan ada formulir khusus untuk mencatat kejadian ancaman bom.

TINGGI BANGUNAN Tinggi Ba-

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

  • KOTAK / PETI P3K
  • Isinya
    • PRINSIP PRINSIP POKOK PELAKSANAAN P3K a. Pelaksanaan P3K, berupa
  • Bila korban tidak sadar
    • PERTOLONGAN BANTUAN PERNAFASAN BUATAN
    • PERTOLONGAN TERHADAP BERBAGAI JENIS KORBAN A. Pertolongan Terhadap Korban Penderita Koma
  • Pertolongan pada Kasus KOMA HIPOGLIKEMIA Adalah koma yang terjadi karena kadar gula darah di bawah batas
  • Pertolongan Terhadap Gangguan Nafas / Asma
  • Pertolongan Gangguan Serangan Jantung
  • Pertolongan Terhadap Korban Histeri

Setidaknya 1 orang ditunjuk Setidaknya 1 orang untuk 50 pekerja Setidaknya 1 pekerja pertolongan pertama ditunjuk untuk keadaan darurat Sumber: HSE (First Aird) ISBN. Tentukan korban dalam keadaan sadar atau tidak dengan cara membunyikan atau menggoyangkan bahunya sedikit keras, jika tidak ada reaksi berarti tidak sadarkan diri. Jika korban dalam keadaan sadar, segera berikan pertolongan pertama yang diperlukan atau hubungi petugas medis atau bawa korban ke rumah sakit.

Jika korban tidak sadarkan diri dan berbaring telentang, berarti jalan napas terbuka dan dipastikan tidak terjadi guncangan (trauma) pada leher. Langkah selanjutnya, ikuti prosedur bantuan pernapasan dan penekanan jantung (resusitasi jantung paru/CPR). Sumber: Pedoman Penanganan Penderita Darurat, PMI, 1991). Obstruksi jalan napas akibat lidah/lendir/darah yang menutupi dinding esofagus (faring posterior) harus diatasi sebelum resusitasi dilakukan.

Jika korban tidak bernapas (tidak ada gerakan dada dan perut, atau pernafasan melalui hidung/mulut, atau tidak ada uap air di kaca pemeriksaan), berikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau hidung ke mulut. Tahap II: Bantuan Hidup Tingkat Lanjut harus dilakukan oleh tenaga profesional. Langkah D: (Pengobatan dan cairan) Langkah E: (Elektrokardiografi). Tahap H: (Mentasi manusia/SSP) Tahap I: (Perawatan intensif). Sumber : Pedoman Penanganan Penderita Darurat, PMI, 1991) 8.6.

Kepala kita miringkan agar jika korban muntah bisa keluar, dan lidah tidak tertarik ke belakang, sehingga saluran pernafasan tidak tersumbat. Jika sudah terjadi koma, lanjutkan seperti dijelaskan pada C. Sumber: Pedoman Penatalaksanaan Pasien Gawat Darurat, PMI, 1991). Adanya kelainan otak atau riwayat pukulan di kepala, atau c. Mata bisa memutar, mis. 1. Lindungi korban dari risiko cedera. 2. Bersihkan jalan napas dengan melonggarkan pakaian dan membalikkan pasien. 3. Masukkan gulungan sapu tangan atau benda lain yang dilapisi kain lembut ke dalam mulut korban, namun jangan dipaksakan. 4. Jangan menahan diri dan melawan serangan itu. 5. Saat sudah sadar, biarkan dia istirahat dan beri dia minum.

Letakkan pada posisi nyaman, berbaring setengah duduk dengan lutut ditekuk (perhatikan jalan nafas), jangan biarkan korban berjalan.

Tabel 6.2 Jumlah Petugas P3K Berdasarkan Jumlah Pegawai
Tabel 6.2 Jumlah Petugas P3K Berdasarkan Jumlah Pegawai

KESELAMATAN OPERASI PERALATAN & INSTALASI

  • DAFTAR PERALATAN YANG HARUS DISERTIFIKASI Tabel DATA PERALATAN YANG HARUS DISERTIFIKASI /
  • PENANDAAN INSTALASI PIPA SALURAN Tabel Penandaan Instalasi Pipa Saluran
  • PERSYARATAN INSTALASI PENYALUR PETIR Tabel Persyaratan Instalasi Penyalur Petir
  • KESELAMATAN DI LIFT
  • PERALATAN YANG MENDAPATKAN PENGAWASAN
  • PENGGUNAAN WARNA PADA RAMBU-RAMBU

Yang akan digunakan: tulang baja, pipa logam, dll, pipa atau pemandu bundar, pelat logam, dll. Mobil elevator  harus dilengkapi dengan pintu keluar darurat. Ketinggian kandang tidak boleh kurang dari 2 meter. Penerangan darurat harus dilengkapi dengan sumber listrik dari sumber lain. perlengkapan pemberi sinyal bahaya seperti: bel listrik, telepon darurat, instruksi darurat. Dalam keadaan darurat, pintu bisa dibuka dengan paksa.

Tabel 9.5. Keselamatan di Lift
Tabel 9.5. Keselamatan di Lift

RENCANA DAN IMPLEMENTASI SMK3 DI PROYEK/PABRIK

  • CONTOH KERANGKA PROSEDUR K3
  • Ruang Lingkup. Mencakup aturan-aturan dan program K3 yang berlaku bagi seluruh personil dan pihak lain yang berada di lokasi
  • Definisi. Menjelaskan istilah dan singkatan yang dipakai dalam prosedur
  • Dokumen Acuan. Berisi daftar dokumen yang mendasari atau meleng kapi dan harus dibaca/diikuti sesuai dengan derajat kekuatannya
    • Para Pihak: kedudukan/tanggung jawab K3 dari Pengguna Jasa (Pemilik) dan Pemberi Jasa (Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor,
    • Persyaratan yang harus dipenuhi misalnya tingkat kecelakaan, aturan komunikasi dsb
    • Pencegahan Kebakaran, penjelasan umum pedoman, tujuan, sasaran, penanggung jawab dll
    • Organisasi K3, menjelaskan
    • Pencegahan Kecelakaan, berisi penjelasan/proses tentang
    • Keselamatan Lalu-Lintas, menjelaskan cara pengaturan lalu lintas kenda raan/peralatan masuk ke/keluar dari/parkir di
    • Alat Pelindung Diri (APD), berisi persyaratan jenis APD, kecukupan pe- nyediaan & pemakaian sesuai jenis pekerjaan,
    • Perkakas dan Peralatan, berisi prosedur penanganan K3 sejak pemilihan jenis dan kapasitas, transportasi, instalasi,
    • Prosedur Khusus, menjelaskan persyaratan petugas dan cara penanganan K3 termasuk perijinan, transportasi, penyimpanan,
    • Prosedur Keamanan (Security Procedure), menjelaskan syarat-syarat petugas dan prosedur pengamanan dan
    • Prosedur House Keeping, menjelaskan standar fasilitas/
    • Prosedur Kesehatan / higiene, menjelaskan fasilitas dan jadwal pe meriksaan kesehatan berkala apalagi bila tempat kerja
    • Prosedur Pekerjaan Listrik
    • Penanggulangan Kecelakaan
  • Pengecualian (bila ada, jelaskan)
    • IMPLEMENSI SMK3 DI PROYEK a. Pemenuhan Persyaratan Administratif
  • Laporan Kejadian dan Penanganannya untuk
  • AGAR SELAMAT DALAM BEKERJA PAKAIALAH ALAT PELINDUNG DIRI 2. MULAILAH PEKERJAAN DENGAN SEMANGAT DAN AKHIRILAH DENGAN
  • HINDARILAH KECELAKAN, KELUARGA ANDA MENANTI DI RUMAH
  • KECEROBOHAN DAN KELALAIAN SEBAB UTAMA KECELAKAAN KERJA 5. UPAYAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MULAI DARI LING-
  • SEBELUM BEKERJA PASTIKAN GAMBAR PEDOMAN DAN CARA KERJA ANDA BENAR
  • PERIKSA DAN PASTIKAN SEMUA ALAT DAN SARANA KERJA ANDA DALAM KEADAAN BAIK SEBELUM ANDA GUNAKAN
  • JANGAN MELAKUKAN DAN MENCOBA SESUATU YANG TIDAK ANDA KUASAI, PANGGILAH PETUGAS YANG BENAR
  • Contoh Formulir Laporan Kecelakaan Kerja
    • DAFTAR PERUNDANG–UNDANGAN,
    • Undang Undang Dasar 1945 (Pasal 27 ayat 2)
    • Undang-Undang (UU)
    • Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden (PP dan Keppres)
    • Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Kep. Menaker)
    • Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan
    • Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
    • Dokumen Proyek Konstruksi
    • Buku-buku dan Dokumen Rujukan K3, SMK3 dan P3K, antara lain
    • RAMBU-RAMBU KESELAMATAN

Berkoordinasi/berkolaborasi sebaik-baiknya dengan semua pihak yang terkait dengan K3, baik dengan pejabat di Lingkungan Proyek seperti Pengguna Jasa, Konsultan, Pengawas dan Mitra Kerja serta Perwakilan Pekerja, maupun dengan pejabat dan instansi berwenang setempat seperti Departemen Tenaga Kerja, Polisi, Thuisziek/ dokter, dll. Rambu petunjuk: tinggi pintu/portal, nomor lantai gedung bertingkat, jalur instalasi listrik, tinggi tumpukan, dll. Rambu larangan: Selain petugas, dilarang masuk, dilarang menggunakan bahan berbahaya, dilarang merokok , tidak bercanda, dll. 3. Housekeeping, termasuk penyediaan prasarana kerja.

Keep shut when not

Beri perhatian kepada situasi keselamatan, contohnya arah/jalan raya, pintu keluar kecemasan, P2K, kawasan larangan merokok, dsb.

Fire door keep shut

Report leave basin

Keep gangway

Wet riser

Fire Alarm

Your fire assembly

DANGER Fork lift trucks

DANGER Asbestos

DANGER Caustic

DANGER Awas Bahaya

EXIT

EMERGENCY

FIRE EXIT

KEEP CLEAR Jalan Darurat Bebas Dari

Jalan Keluar

Bahan mudah terbakar akibat ledakan (hitam dengan latar belakang putih; bagian bawah berwarna merah). Bahan yang bila tercampur dengan air akan mengeluarkan gas yang mudah terbakar (berwarna hitam atau putih dengan latar belakang biru).

Gambar

Tabel  2.1.b1. Pencahayaan untuk Jenis Pekerjaan yang berbeda
Tabel 2.1.a2.  Lama Mendengar Yang Diijinkan  Pada Tingkat Bising Tertentu  Tingkat Bising dB(A)
Tabel 2.1.a1.  Skala Tingkat Kebisingan  Kriteria
Tabel  2.1. b2. Tingkat Pencahayaan untuk Pekerjaan di Kantor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi

• Area pengelasan atau pemotongan berlangsung harus dibersihkan dan semua barang yang mudah terbakar harus dipindahkan ke tempat yang aman... • Sediakan alat

Bahaya kebakaran sedang kelompok II, yakni hunian yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih

Intruksi Kerja Pencegahan Bahaya Kebakaran.. Intruksi Kerja Pertolongan Pertama Pada

Identifikasi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkungan kerja, material atau

Identifikasi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkungan kerja, material atau

Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m, dan apabila

• pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko kebakaran, seperti penyimpanan dan penanganan secara aman bahan mudah terbakar, termasuk gas medik, seperti oksigen; • bahaya yang