PENGANTAR
Akibat dari pengabaian pendefinisian konsep-konsep penting dalam ilmu sosial budaya adalah tidak banyak perkembangan teori dan konseptual dalam dunia ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya ilmu sosial budaya. Hal ini sangat berbeda dengan di dunia Barat, di mana ilmu sosial budaya berkembang pesat.
TEORI, KERANGKA TEORI DAN PARADIGMA…
Teori menengah dianggap mampu menjelaskan fenomena sosial budaya dalam masyarakat yang relatif sama. Sementara itu, tidak banyak ilmuwan sosial budaya yang menggunakan cara pandang Thomas Kuhn untuk memahami perkembangan teoretis dalam ilmu sosial budaya.
PARADIGMA DAN UNSUR-UNSURNYA
Asumsi-asumsi Dasar
Model-model
Model yang menghasilkan banyak implikasi teoretis dan metodologis adalah model yang produktif. Meski begitu, seorang ilmuwan boleh saja memilih model yang tidak terlalu produktif karena dianggap dapat memberikan pemahaman baru terhadap fenomena yang diteliti.
Konsep-konsep
Dari berbagai kajian sosiokultural yang telah dilakukan, saya menemukan bahwa data kualitatif ini biasanya tentang: (1) nilai, norma, aturan; (2) kategori sosial dan budaya; (3) cerita (4) percakapan; (5) pola perilaku dan interaksi sosial; (6) organisasi sosial; Berdasarkan jenis datanya, metode penelitian sosiokultural sendiri hanya dapat dibedakan menjadi (a) metode penelitian kuantitatif atau metode pengumpulan data kuantitatif dan (b) metode penelitian kualitatif atau metode pengumpulan data kualitatif. Analisis ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan pernyataan tentang persebaran unsur budaya tertentu atau fenomena sosial budaya dalam kurun waktu tertentu.
Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan pernyataan yang menunjukkan hubungan fungsional antara unsur atau fenomena sosial budaya tertentu dengan unsur atau fenomena sosial budaya lainnya dalam suatu kebudayaan. Bedanya, dalam analisis ini peneliti berusaha untuk dapat menunjukkan hubungan fungsional antara suatu unsur budaya atau fenomena sosial budaya tertentu dengan struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan pernyataan yang menunjukkan hubungan fungsional antara unsur budaya atau fenomena sosial budaya tertentu dengan lingkungan alam di mana unsur atau gejala itu ada.
Sehingga kita dapat membahas berbagai jenis epistemologi yang ada dalam ilmu sosiokultural secara sistematis, menyeluruh, dan konsisten. Oleh karena itu, peta paradigma yang dikembangkan dalam kajian sosial budaya tidak sama dengan peta epistemologi. Klasifikasi epistemologi di balik paradigma ilmu sosial budaya di atas berbeda dengan jenis paradigma yang muncul dari epistemologi yang berbeda tersebut.
Berdasarkan sifatnya, penelitian sosial budaya dapat dibedakan menjadi: (a) penelitian dasar; (b) penelitian terapan (penelitian terapan baru); (c) penelitian eksplorasi; (d) penelitian penjelasan.
Metode Penelitian
Metode Analisis
Hasil Analisis
Asumsi dasar dapat dikatakan sebagai elemen paradigma yang paling abstrak, paling implisit dan karena itu biasanya paling tidak disadari. Karena landasan suatu paradigma adalah asumsi dasar berupa pandangan filosofis, yang disebut “epistemologi”, maka pemahaman epistemologi yang baik dan benar dalam ilmu-ilmu sosial budaya sangat penting bagi penelitian tentang masalah sosial budaya. masalah. Sejauh yang saya ketahui, perbedaan paradigma yang muncul dalam kajian sosial budaya adalah sebagai berikut.
Uraian di atas hanyalah contoh kasar dari hubungan antara pandangan filosofis dan paradigma yang ada dalam ilmu-ilmu sosial budaya, khususnya disiplin ilmu antropologi, sosiologi, politik, dan lain-lain, yang perhatian utamanya adalah fenomena sosial budaya. Selain paradigma dan epistemologi, berbagai penelitian sosial budaya juga dapat dibedakan menurut: (a) fokus kajian atau unit analisis dan (b) sifat penelitian. Asumsi dan model dasar biasanya merupakan elemen implisit atau tersembunyi dalam banyak penelitian.
Berdasarkan pandangan tersebut, berbagai paradigma dalam ilmu sosial budaya, khususnya antropologi sosial budaya, dapat dikelompokkan menjadi tujuh belas (17) jenis paradigma. Klasifikasi epistemologi menghasilkan peta yang berbeda mengenai paradigma ilmu sosial budaya.
Susunan Unsur-unsur Paradigma
MASALAH PENELITIAN, ASUMSI DASAR DAN MODEL
Pertanyaan Penelitian
Tanpanya, semua pertanyaan penelitian akan menjadi membingungkan, dan ini berarti penelitian tidak dapat dilakukan salah arah atau sama sekali. Saat merumuskan pertanyaan penelitian, perhatian juga harus diberikan pada apakah pertanyaan ini pada akhirnya akan dijawab dan jawaban seperti apa yang diperlukan, dan bagaimana data dapat dikumpulkan. Pertanyaan penelitian biasanya berisi asumsi dan model mengenai fenomena yang akan atau sedang dipelajari.
Pola pertanyaan seperti ini merupakan pola yang paling sering ditanyakan dalam berbagai penelitian. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan asumsi dasar yang sama, dan dapat dengan mudah diidentifikasi jika kita dapat membayangkan atau memprediksi jawaban seperti apa yang akan diberikan. Dalam pertanyaan penelitian di atas misalnya terdapat konsep-konsep seperti: faktor penyebab; migrasi; sistem politik; kerajaan; konflik antarsuku; menyukai; musik, dan sebagainya.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa dalam praktek penelitian, perumusan pertanyaan yang harus dijawab dalam suatu penelitian merupakan tahapan yang paling penting. Selain itu, peneliti juga harus dapat membayangkan jawaban seperti apa atas pertanyaan yang mereka ajukan, data apa yang mereka perlukan untuk sampai pada jawaban tersebut, dan metode apa yang akan mereka gunakan untuk mendapatkan data tersebut.
Hipotesa
Di sini peneliti harus menyadari dan benar-benar memahami pentingnya konsep yang dia gunakan dalam pertanyaan, asumsi dan model yang dia kaitkan, yang bersembunyi di balik pertanyaan yang dia ajukan. Oleh karena itu, akan lebih mudah bagi kita untuk mengenali asumsi dasar dan model di balik sebuah hipotesis daripada asumsi dasar dan model di balik sebuah pertanyaan. Apakah sebuah penelitian membutuhkan data kuantitatif atau kualitatif tidak selalu ada hubungannya dengan ada atau tidaknya hipotesis.
Padahal, seperti pertanyaan penelitian, hipotesis juga menyimpan asumsi, model, dan konsep dasar. Jika demikian, di mana pertanyaan penelitiannya jika kita letakkan dalam hierarki elemen-elemen paradigma di atas. Karena asumsi dan model merupakan elemen yang mendasari suatu paradigma, dan tidak selalu eksplisit, sedangkan konsep merupakan elemen dari paradigma eksplisit tetapi belum terstruktur dalam state of mind tertentu, sedangkan pertanyaan penelitian merupakan sekumpulan konsep. mengimplikasikan asumsi dan model tertentu, maka pertanyaan penelitian tentu lebih tepat ditempatkan antara konsep dan metode penelitian.
Kedudukan pertanyaan penelitian mendahului metode penelitian juga tepat karena metode penelitian baru dapat didefinisikan setelah pertanyaan penelitian dirumuskan terlebih dahulu. Pendefinisian konsep-konsep dalam hipotesis harus dilakukan sedemikian rupa sehingga definisi-definisi tersebut dapat diwujudkan, dioperasionalisasikan, dalam sejumlah pertanyaan yang kemudian disusun dalam suatu angket, atau dalam beberapa konsep yang lebih jelas mengacu pada realitas empiris. realitas. .
PARADIGMA, EPISTEMOLOGI DAN JENIS. PENELITIAN
Epistemologi dan Paradigma Ilmu Sosial-Budaya (Antropologi)…
Epistemologi juga didefinisikan sebagai "pemeriksaan filosofis pengetahuan manusia" (Cornman atau "studi filosofis pengetahuan manusia", atau "cabang filsafat yang mempelajari sumber, batasan, metode dan validitas pengetahuan" (The World University Encyclopedia, vol, masing-masing “cabang filsafat yang mempelajari sumber, batasan, metode dan validitas pengetahuan”. Paradigma, tentu saja ada juga beberapa jenis epistemologi, dan karena merupakan tingkat yang paling abstrak, sebuah epistemologi juga dapat menghasilkan beberapa perbedaan. paradigma.
Secara umum, epistemologi dalam ilmu sosiokultural dapat dikelompokkan menjadi: (1) positivisme; (2) Historisisme; (3) Fenomenologi; (4) hermeneutika; (5) semiotika (strukturalisme); (6) Materialisme (budaya dan sejarah) dan (7) Postmodernisme. Agar lebih mudah melihat keterkaitan antara pandangan filosofis yang abstrak dengan berbagai jenis paradigma yang ada, berikut ini saya akan (secara kurang lengkap) menguraikan jenis-jenis epistemologi dan paradigma yang muncul dari epistemologi-epistemologi tersebut.
Jenis Penelitian: Paradigma, Epistemologi dan Lain-lain
Pembedaan jenis penelitian berdasarkan hal-hal tersebut biasanya diuraikan dalam buku-buku tentang metode penelitian. Berdasarkan fokus kajian atau unit analisisnya, penelitian sosial budaya dapat dibedakan menjadi: (a) penelitian perilaku; (b) penelitian tentang kebudayaan; (c) penelitian tentang sejarah individu; (d) penelitian tentang keluarga; (e) penelitian masyarakat; (f) penelitian tentang negara dan (g) penelitian tentang wilayah. Selain penelitian-penelitian di atas, ada juga jenis penelitian lain yang diberi nama sesuai dengan subjeknya, sesuai dengan tujuannya, seperti misalnya: penelitian kebijakan; penelitian tindakan, dan sebagainya.
Namun demikian, berbagai jenis penelitian dengan nama yang berbeda tersebut sebenarnya menggunakan salah satu paradigma atau epistemologi tersebut di atas. Karena suatu penelitian selalu berada dalam kerangka keilmuan tertentu, maka berbagai jenis penelitian yang tidak dibedakan oleh paradigma atau epistemologinya menurut saya tidak terlalu penting untuk diperhatikan.
PENUTUP
Namun, dalam banyak buku tentang metode penelitian sosial budaya, berbagai bentuk penelitian biasanya dikelompokkan menurut jenis data yang dikumpulkan (kualitatif dan kuantitatif), menurut objek penelitian (sejarah kehidupan, masyarakat, daerah, negara, dll.). ) sesuai dengan tujuannya (dasar, terapan, tindakan), dan seterusnya. Perlu juga dicatat bahwa berbagai pandangan yang dikemukakan di sini tidak perlu diterima sebagai pandangan yang paling benar. Di sisi lain, pandangan-pandangan tersebut harus dapat mempertanyakan logika dan kegunaannya bagi setiap penelitian sosial budaya.
Jika memang logikanya bisa diterima dan terbukti manfaatnya, maka tentunya pandangan-pandangan yang dikemukakan di sini harus diterima atau diakui sebagai yang saat ini dianggap paling masuk akal dan bermanfaat, yang juga berarti terbaik. 1970 "Generalisasi dalam Etnologi" dalam Buku Pegangan Metode dalam Antropologi Budaya, R. Naroll dan R. Cohen (eds.). 1961 Struktur ilmu: masalah dalam logika penjelasan ilmiah London: Routledge dan Kegan Paul.
1972c "Some Neglected Questions about Social Reality" in New Directions in Sociological Theory, P.Filmer et al.