4.1. Analisa Timbulan dan Komposisi Sampah 4.1.1.
Analisa Timbulan SampahUntuk timbulan sampah non permukiman beberapa data menunjukkan perbedaan nilai yang dihasilkan dengan SNI 19-3983-1995, sedangkan nilai yang lain tidak dapat dibandingkan karena tidak ada nilai acuan. Besaran timbulan yang tidak bisa dibandingkan adalah untuk rumah makan, hotel dan lokasi wisata. Berdasarkan data yang sudah diperoleh, didapatkan beberapa hal yaitu :
- Volume sampah untuk kantor lebih besar dari nilai acuan namun untuk berat sampah sudah masuk dalam kisaran di SNI 19-3983-1995
- Volume dan berat sampah untuk toko dan sekolah lebih besar dibandingkan dengan nilai acuan di SNI 19-3983-1995
- Volume sampah untuk jalan kolektor dan lokal sudah masuk kisaran nilai dalam SNI 19-3983-1995 sedangkan untuk berat sampah hanya jalan lokal yang masuk kisaran nilai.
- Untuk pasar, volume sampah melebihi kisaran nilai acuan SNI 19-3983-1995 sedangkan berat sampahnya lebih rendah dibandingkan nilai acuan.
Berikut ini perbandingan hasil sampling sampah kawasan non permukiman dengan SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia.
Tabel 4.1 Perbandingan Timbulan Sampah Hasil Sampling dengan SNI 19-3983-1995
Sumber Satuan Hasil Sampling SNI 19-3983-1995
Volume (L) Berat (kg) Volume (L) Berat (kg)
Kantor per pegawai/hari 1,01 0,08 0,50-0,75 0,025-0,100
Toko/Ruko per petugas/hari 5,25 0,50 2,50-3,00 0,150-0,350
Sekolah per murid/hari 0,30 0,034 0,10-0,15 0,010-0,020
Jalan Kolektor per meter/hari 0,06 0,008 0,10-0,15 0,010-0,050
Jalan Lokal per meter/hari 0,08 0,009 0,05-0,10 0,005-0,025
Rumah Makan per unit/hari 19,97 9,76 - -
Hotel per kamar/hari 2,05 0,14 - -
Lokasi Wisata per lokasi/hari 52,25 5,00 - -
Pasar per meter2/hari 0,74 0,08 0,20-0,60 0,100-0,300
Sumber: SNI 19-3983-1995
Secara umum volume sampah yang dihasilkan dari kawasan non permukiman lebih besar daripada nilai acuan, sedangkan untuk berat sampah lebih kecil atau berada pada kisaran nilai acuan. Permasalahan yang dapat disimpulkan adalah jenis sampah yang dihasilkan menyebabkan volume sampah lebih besar. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan upaya untuk melakukan pemadatan pada sampah yang akan diangkut sehingga kapasitas tempat sampah dan kendaraan pengangkut sampah dapat dimaksimalkan. Faktor pemadatan untuk tempat sampah sebesar 1.2 sedangkan untuk kendaraan pengangkut sampah faktor pemadatannya bisa mencapai 2 – 2,5.
4.1.2.
Analisa Komposisi SampahBerdasarkan hasil pengukuran terhadap sampel sampah di kawasan non permukiman didapatkan hasil yang bervariasi untuk setiap fasilitas. Untuk jalan kolektor, jalan lokal, rumah makan dan pasar, sampah organik memiliki prosentase terbesar. Untuk sampah plastik yang memiliki prosentase terbesar adalah toko, sekolah, hotel dan lokasi wisata. Sedangkan sampah kertas hanya di lokasi perkantoran yang memiliki nilai terbesar.
Tabel 4.2 Komposisi Sampah Non Permukiman Kabupaten Kulon Progo
No Fasilitas Komposisi Sampah
Organik Plastik Kertas
1 Kantor 17,2 28,8 53,6
2 Toko/Ruko 22,5 50,5 27,2
3 Sekolah 18,3 44,0 38,0
4 Jalan Kolektor 99,4 0,6 0,0
5 Jalan Lokal 99,6 0,4 0,0
6 Rumah Makan 78,3 13,8 7,7
7 Hotel 18,1 53,9 23,6
8 Lokasi Wisata 29,0 45,2 24,5
9 Pasar 55,0 32,0 12,7
Sumber: Perhitungan Studio, 2017
Berdasarkan data komposisi masing-masing kawasan non permukiman maka dapat ditentukan potensi untuk pemilahan dan pengolahannya, yaitu
a. Kantor
Jenis sampah terbanyak yang dihasilkan dari kantor adalah sampah kertas dan plastik dimana kedua jenis sampah ini dapat didaur ulang dengan mudah asalkan sistem pewadahan sudah mengakomodasi proses pemilahan.
b. Toko
Jenis sampah terbanyak adalah sampah plastik dan kertas, kedua jenis sampah ini biasanya berasal dari bungkus kemasan dari produk barang yang dijual. Kondisi dari kedua jenis sampah ini cukup baik sehingga mudah untuk dijual kembali dan di daur ulang.
c. Sekolah
Untuk sekolah jenis sampah terbanyak yang dihasilkan adalah sampah plastik dan kertas. Kedua jenis sampah ini berupa botol minuman, plastik dan kertas pembungkus makanan, kertas bekas dari aktivitas sekolah. Oleh karena itu sampah ini masih memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan kembali.
d. Jalan
Jenis sampah terbanyak adalah sampah organik berupa dedaunan dari pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan. Jenis sampah ini dapat diolah melalui proses pengomposan.
e. Rumah Makan
Jenis sampah terbanyak adalah sampah organik berupa sisa makanan dan sayuran.
Selama ini sudah ada yang memanfaatkan sampah ini untuk pakan ternak sehingga sebagian besar dari sampah organik ini sudah termanfaatkan.
f. Hotel
Jenis sampah sampah terbanyak adalah sampah plastik dan kertas dimana jenis sampah ini dihasilkan oleh pengunjung hotel dan juga dari aktivitas karyawan hotel.
Kedua jenis sampah tersebut masih memiliki nilai jual karena kebanyakan berupa botol plastik, kertas pembungkus makanan, pembungkus sabun dan lain-lain.
Sedangkan untuk sampah organik biasanya berasal dari kegiatan restoran yang dimiliki oleh hotel.
g. Lokasi Wisata
Untuk lokasi wisata jenis sampah terbanyak adalah sampah plastik. Jenis sampah ini dihasilkan oleh para pengunjung lokasi wisata, dimana biasanya para pengunjung banyak mengkonsumsi minuman dan makanan di lokasi tersebut. Sampah yang dihasilkan berasal dari botol dan kemasan untuk minuman dan makanan. Sedangkan untuk sampah organik berasal dari sisa makanan dan dedaunan dari pohon di sekitar lokasi wisata
h. Pasar
Jenis sampah terbanyak adalah sampah organik yang berasal dari para pedagang di pasar tersebut. Sampah yang dihasilkan biasanya tercampur dengan kondisi basah dan serinngkali menimbulkan bau tidak enak apalagi sampah yang berasal dari pedagang daging unggas dan ikan. Sedangkan untuk sampah plastik biasanya berasal dari bungkus kemasan barang yang dijual.
Berdasarkan jenis sampah tersebut maka pengelolaan yang dapat dilakukan dimulai dari pemilahan. Jenis pemilahan yang dilakukan tergantung pada komposisi sampah masing- masing fasilitas, dimana potensinya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Prosentase Pemilahan Komponen Sampah
No Material Prosentase Pemilahan (%)
1 Organik 50 – 60
2 Kertas 40 – 60
3 Plastik 30 – 70
4 Logam 85 – 95
5 Kaca/gelas 50 – 80
6 Karet 5 – 10
7 Kain 5 – 10
8 Lain/lain 5 – 10
Sumber: Perhitungan Studio, 2017
Dengan komposisi sampah yang berbeda-beda maka prosentase timbulan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dengan persyaratan sudah dilakukan pemilahan terlebih dahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Potensi Reduksi Sampah Non Permukiman
No Fasilitas Komposisi Sampah (%) Potensi Daur Ulang (%) Residu (%)
Total Residu
(%) Organik Plastik Kertas Organik Plastik Kertas Organik Plastik Kertas
1 Kantor 17,2 28,8 53,6 8,6 20,16 48,24 8,6 8,64 5,36 22,6
2 Toko/Ruko 22,5 50,5 27,2 11,25 35,35 16,32 11,25 15,15 10,88 37,28
3 Sekolah 18,3 44 38 9,15 30,8 34,2 9,15 13,2 3,8 26,15
4 Jalan Kolektor 99,4 0,6 0 89,46 0,42 0 9,94 0,18 0 10,12
5 Jalan Lokal 99,6 0,4 0 89,64 0,28 0 9,96 0,12 0 10,08
6 Rumah Makan 78,3 13,8 7,7 70,47 9,66 4,62 7,83 4,14 3,08 15,05
7 Hotel 18,1 53,9 23,6 10,86 37,73 14,16 7,24 16,17 9,44 32,85
8 Lokasi Wisata 29 45,2 24,5 14,5 31,64 9,8 14,5 13,56 14,7 42,76
9 Pasar 55 32 12,7 16,5 9,6 5,08 38,5 22,4 7,62 68,52
Rerata Residu (%) 29,49 Sumber: Perhitungan Studio, 2017
Prosentase pengurangan timbulan sampah yang masuk ke TPA dapat mencapai 70,51% jika tiap pengelola fasilitas tersebut melakukan pemanfaatan kembali sampah yang dihasilkan atau dilakukan pengolahan di tingkat TPS.
4.2. Rekomendasi
Sampah yang berasal dari kawasan non permukiman termasuk kategori sampah sejenis rumah tangga sesuai PerMen PU No : 03/PRT/M/2013. Sistem pengelolaan yang direkomendasikan mengacu kepada peraturan tersebut dan juga SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Secara umum konsep penanganan sampah dimulai dari sumber sampai pemrosesan akhir sebagaimana gambar berikut.
Gambar 4.1 Tahapan Pengelolaan Sampah
Dari tahapan pengelolaan sampah tersebut ada upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah melalui beberapa cara untuk jenis sampah yang berbeda seperti :
1) Sampah Kertas :
- Melakukan himbauan untuk mengurangi penggunaan kertas di kantor dan sekolah
- Mempergunakan kembali kertas bekas karena biasanya hanya satu sisi yang terpakai
- Mempergunakan mesin penghancur kertas untuk mengurangi volume sampah 2) Kantong plastik :
- Melakukan himbauan pembatasan penggunaan kantong plastik - Kantong plastik tidak diberikan secara gratis namun dikenai biaya - Memasyaratkan penggunaan kantong belanja seprti eco bag 3) Botol Plastik
- Mengurangi penggunaan botol plastik dengan mengganti dengan botol minuman yang bisa diisi ulang
- Mempergunakan gelas kaca sebagai pengganti botol minuman pada berbagai acara
4) Sampah daun :
- Memilih tanaman yang tidak menghasilkan sampah daun yang banyak seperti jenis palem
- Melakukan pengomposan sampah daun dan tanaman lainnya 5) Sisa makanan :
- Melakukan himbauan untuk tidak menyisakan sisa makanan atau mengambil makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan serta tidak berlebihan
- Melakukan pengomposan terhadap sisa makanan yang dihasilkan
Sedangkan untuk tahapan selanjutnya maka dilakukan berbagai upaya meliputi sistem pemilahan di sumber, sistem pewadahan, pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang (3R) di sumber. Sistem ini akan membantu reduksi sampah sehingga kebutuhan sarana prasarana seperti alat pengangkutan, kebutuhan TPS dan TPA bisa berkurang
4.2.1.
Pemilahan di SumberBerdasarkan PerMen PU No : 03/PRT/M/2013 pada pasal 16 ayat 1 disebutkan bahwa pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya harus melakukan pemilahan sampah. Pemilahan yang dimaksud adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:
1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, misalnya kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, dan peralatan elektronik rumah tangga
2) sampah yang mudah terurai yaitu sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti sampah makanan dan serasah
3) sampah yang dapat digunakan kembali yaitu sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng
4) sampah yang dapat didaur ulang yaitu sampah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan antara lain sisa kain, plastik, kertas, dan kaca 5) sampah lainnya atau disebut juga residu
Sampah yang telah terpilah harus ditampung dalam sarana pewadahan berdasarkan jenis sampah.
4.2.2.
Sistem PewadahanWadah sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara di sumber sampah. Sedangkan pewadahan sampah adalah kegiatan menampung sampah sementara sebelum sampah dikumpulkan,dipindahkan, diangkut, diolah, dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di TPA. Tujuan utama dari pewadahan adalah :
1) Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga tidak berdampak buruk kepada kesehatan, kebersihan lingkungan, dan estetika.
2) Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul sampah.
3) Pola pewadahan terbagi menjadi : a) Pewadahan Individual
Diperuntukan bagi daerah permukiman tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung setara dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya.
b) Pewadahan Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan pasar. Bentuknya ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat penggunaannnya adalah umum.
Pemilihan sarana pewadahan sampah mempertimbangkan : 1) Volume sampah;
2) Jenis sampah;
3) Penempatan;
4) Jadwal pengumpulan;
5) Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan.
Kriteria sarana pewadahan sampah dengan pola pewadahan individual adalah : 1) Kedap air dan udara;
2) Mudah dibersihkan;
3) Harga terjangkau;
4) Ringan dan mudah diangkat;
5) Bentuk dan warna estetis;
6) Memiliki tutup supaya higienis;
7) Mudah diperoleh; dan
8) Volume pewadahan untuk sampah yang dapat digunakan ulang, untuk sampah yang dapat didaur ulang, dan untuk sampah lainnya minimal 3 hari serta 1 hari untuk sampah yang mudah terurai.
Persyaratan sarana pewadahan sebagai berikut :
1) Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah 2) Diberi label atau tanda
3) Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan seperti pada tabel berikut ini
Tabel 4.5 Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah
Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan adalah sebagai berikut:
1) Tidak mudah rusak dan kedap air;
2) Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan 3) Mudah dikosongkan.
Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat, bahan, volume, dan pengadaan wadah sampah untuk masing-masing pola pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Karakteristik Wadah Sampah menurut SNI 19-2454-2002
Sumber: SNI 19-2454-2002
Kriteria jenis wadah, kapasitas, kemampuan pelayanan, dan umur wadah menurut SNI 19- 2454-2002 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur Wadah Sampah Menurut SNI 19- 2454-2002
Sumber: SNI 19-2454-2002
Gambar contoh bahan dan bentuk wadah sampah dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gbr 4.2 Contoh Bahan dan Bentuk Wadah Sampah
a. Persyaratan Wadah Sampah Terpilah
Pemilahan sampah di sumbernya merupakan cara yang paling efektif guna mereduksi volume dan memanfaatkan kembali sampah. Dalam hal ini sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dipilah berdasarkan jenisnya dari sampah organik yang mudah membusuk. Sampah yang telah dipilah selanjutnya dapat digunakan kembali secara langsung (reuse), diolah lebih lanjut, atau dijual kepada pihak pemanfaat. Dalam hal pemilahan sampah telah dilakukan oleh masyarakat, maka wadah komunal sebaiknya dibedakan berdasarkan jenis sampah yang dipilah.
Cara pengangkutan/pengambilan wadah dapat dilakukan secara manual dan mekanis. Ukuran dan bentuk wadah harus disesuaikan dengan kondisi alat pengangkutan/
pengambilnya. Jika pengangkutan secara manual maka ukuran dan bentuk wadah harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang akan mengangkatnya. Sedangkan jika pengangkutan dilakukan secara mekanis maka ukuran dan bentuk wadah harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis kendaraan pengangkutnya.
b. Perencanaan Penempatan Pewadahan Sampah
Lokasi wadah harus diusahakan di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkutnya seperti di depan dan belakang pekarangan rumah, tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Penempatan kontainer ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis perumahan, fasilitas pertokoan atau industri, ruang yang tersedia, akses untuk kegiatan pengumpulan/pengangkutan. Penempatan kontainer di daerah pertokoan dan industri ditetapkan berdasarkan ruang yang tersedia dan faktor kemudahan pengumpulan.
Bilamana pelayanan pengumpulan bukan merupakan tanggung jawab pengelola bangunan, maka jenis kontainer dan lokasi penempatannya ditentukan bersama oleh pihak swasta yang menangani pengumpulan sampah dan pengelola bangunan.
SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan menyebutkan bahwa penempatan wadah kontainer sampah sebaiknya:
1) Kontainer individual:
a) Di halaman muka (tidak di luar pagar)
b) Di halaman belakang (untuk sumber sampah dari hotel dan restoran) 2) Kontainer komunal:
a) Tidak mengambil lahan trotoar (kecuali kontainer pejalan kaki) b) Tidak di pinggir jalan protokol
c) Sedekat mungkin dengan sumber sampah
d) Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya
e) Di tepi jalan besar, pada lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya
4.2.3.
Sistem PengumpulanKegiatan Pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya serta pemerintah kabupaten/kota. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Pengumpulan didasarkan atas jenis sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :
1) Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah dan sumber sampah;
2) Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah.
Pengumpulan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut :
1) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka bersekat dikerjakan sebagai berikut:
a) Pengumpulan sampah dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali
b) Masing-masing jenis sampah dimasukan ke masing-masing bak di dalam alat pengumpul atau atur jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah.
c) Sampah dipindahkan sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS 3R.
2) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebagai berikut :
a) Pengumpulan sampah yang mudah terurai dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali lalu diangkut ke TPS atau TPS 3R.
b) Pengumpulan sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3, sampah guna ulang, sampah daur ulang, dan sampai lainnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak swasta
a. Prasarana dan Sarana Pengumpulan
1) Jenis dan volume sarana pengumpulan sampah harus : a) Disesuaikan dengan kondisi setempat;
b) Dilakukan sesuai dengan jadwal pengumpulan yang ditetapkan; dan
c) Memenuhi ketentuan dan pedoman yang berlaku dengan memperhatikan sistem pelayanan persampahan yang telah tersedia
2) Jenis sarana pengumpulan sampah terdiri dari : a) TPS
b) TPS 3R; dan/atau
c) Alat pengumpul untuk sampah terpilah 3) Perencanaan Operasional Pengumpulan
Perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut:
a) Ritasi antara 1 sampai dengan 4 kali per hari;
b) Periodisasi 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dan kondisi komposisi sampah, yaitu:
(1) Semakin besar persentasi sampah yang mudah terurai, periodisasi pengumpulan sampah menjadi setiap hari,
(2) Untuk sampah guna ulang dan sampah daur ulang, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan 3 hari sekali atau lebih;
(3) Untuk sampah yang mengandung bahan B3 dan limbah B3 serta sampah lainnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
c) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap;
d) Mempunyai petugas pelaksanaan yang tetap dan dipindahkan secara periodik;
e) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh, dan kondisi daerah.
4.2.4.
Sistem Daur Ulang di TPS dan TPS3RPengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakukan pengumpulan sampah wajib menyediakan:
1) TPS;
2) TPS 3R; dan/atau
3) alat pengumpul untuk sampah terpilah
TPS sebagaimana dimaksud harus memenuhi kriteria teknis:
1) Luas TPS sampai dengan 200 m2;
2) Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah;
3) Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah permanen;
4) Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
5) Lokasinya mudah diakses;
6) Tidak mencemari lingkungan;
7) Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas; dan 8) Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan
TPS 3 R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, dan pengolahan skala kawasan. Persyaratan TPS 3R adalah sbb:
1) Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;
2) Jenis pembangunan penampung residu/sisa pengolahan sampah di TPS 3R bukan merupakan wadah permanen;
3) Penempatan lokasi TPS 3R sedekat ,mungkin dengan daerah pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 (satu) km;
4) TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilah, pengomposan sampah organik, gudang, zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu estetika serta lalu lintas
5) Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengurangi dan memilah sampah
Area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan (TPS3R) yang meliputi area pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, perajangan sampah, pengomposan, tempat/
kontainer sampah residu, penyimpanan barang lapak atau barang hasil pemilahan, dan pencucian. Kegiatan pengelolaan sampah di TPS3R meliputi pemilahan sampah, pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll. Pemisahan sampah di TPS3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti sampah B3 rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos).
Pembuatan kompos di TPS3R dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain Open Windrow dan Caspary. Sedangkan pembuatan kompos cair di TPS 3R dapat dilakukan dengan Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah (SIKIPAS).
a. Kebutuhan Lahan TPS 3R
Berikut adalah kebutuhan untuk lahan TPS 3R sbb:
1) Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS3R dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPS 3R dengan luas 200-500 m2.
2) TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber.
3) TPS 3R dengan luas <500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50%.
4) TPS 3R dengan luas <200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.
b. Fasilitas TPS 3R
Fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal composting (kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional).
c. Daur Ulang
1) Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.
2) Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak penampung atau langsung dengan industri pemakai.
3) Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon bekas) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
4) Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan, dan lain-lain) sebaiknya dimanfaatkan untuk barangbarang kerajinan atau bahan baku produk lainnya.
d. Pembuatan Kompos
1) Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur (terseleksi) dan daun potongan tanaman
2) Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan open windrow dan caspary.
3) Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. Dalam
pengecekan analisa kualitas produk kompos, bisa bekerja sama dengan Laboratorium Tanah yang ada di universitas atau milik Instansi Pemerintah setempat.
4) Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi dan dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian, dan lainlain).