• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Demi kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilangsungkan oleh calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditentukan dalam Pasal 7 UU No. Padahal perkawinan anak di bawah umur merupakan penyimpangan dari Pasal 29 KUH Perdata, Pasal 7 ayat (1) UU No. Perkawinan anak di bawah umur adalah peristiwa perkawinan antara orang-orang yang belum memenuhi batas usia minimal untuk menikah, sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, UU No.

Tinjauan Umum Mengenai Pendewasaan Hukum Kuh Perdata 1. Pengertian Pendewasaan Hukum

Macam-Macam Bentuk Pendewasaan Hukum

Tinjauan Umum Mengenai Perkawinan

Defenisi Dan Tujuan Perkawinan

Perkawinan menurut Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah hidup bersama antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam peraturan hukum perkawinan.28. Perkawinan dalam sistem hukum di Indonesia diketahui mempunyai 3 (tiga) sistem hukum, antara lain perkawinan dalam sistem hukum agama, perkawinan dalam sistem hukum nasional, dan perkawinan dalam sistem hukum adat. 30 Made Adriawan Restu Ningrat, “Pernikahan anak di bawah umur dilihat dari sudut hukum adat”, Lex Privatum Vol.

Menurut KUH Perdata, perkawinan merupakan suatu hubungan perdata, yaitu hanya hubungan lahiriah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pengertian perkawinan menurut hukum adat adalah bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk suatu keluarga atau keluarga baru yang kelak akan menghasilkan keturunan, dimana perkawinan ini berkaitan dengan masalah kedudukan, kekayaan dan warisan.31. Menurut hukum adat, perkawinan tidak hanya berarti 'pertunangan sipil', tetapi juga merupakan 'pertunangan adat' sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan bertetangga.32 Perkawinan dalam arti perikatan adat adalah suatu perkawinan yang mempunyai akibat hukum bagi seseorang. adat istiadat yang berlaku di masyarakat yang dimaksud 33 Indonesia terdiri dari berbagai macam adat istiadat dan kebiasaan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain, hal ini tentunya mempengaruhi perkawinan di Indonesia.

Tujuan perkawinan menurut hukum adat sedarah adalah kelestarian dan kelangsungan keturunan melalui garis ayah atau ibu. Menurut Soemiyati, tujuan perkawinan dalam Islam adalah : .. memenuhi kebutuhan fitrah manusia, hubungan antara laki-laki dan perempuan, mewujudkan keluarga bahagia yang dilandasi cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat yang bermasyarakat. ketentuan yang diatur oleh syariah.”40 .

Asas-Asas Perkawinan

Karena tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera, maka hukum perkawinan menganut asas mempersulit perceraian. Asas monogami yang dianut dalam KUH Perdata bersifat mutlak, karena menyatakan bahwa seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang perempuan sebagai isteri dalam satu waktu, dan seorang perempuan boleh mempunyai seorang laki-laki sebagai suami.43. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa dalam suatu perkawinan seorang laki-laki hanya boleh mempunyai satu isteri dan seorang perempuan hanya boleh mempunyai satu suami.

1 Tahun 1974 dikatakan tidak bersifat mutlak, karena dalam Pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa “Pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang laki-laki untuk mempunyai isteri lebih dari seorang apabila yang bersangkutan menghendakinya.” 43 Dachlan Hasyim, “Tinjauan Teoritis Prinsip Monogami Non Absolut dalam Pernikahan”, Jurnal Mimbar Sosial dan Pembangunan, Vol. Terkait poligami, Pasal 55 Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa seorang laki-laki boleh mempunyai lebih dari satu isteri dalam waktu yang bersamaan, dan dibatasi pada empat isteri.

Berdasarkan Pasal 1 Tahun 1974, apabila seorang suami ingin beristri lebih dari satu, maka ia wajib mengajukan permohonan ke pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Sedangkan apabila pasangan suami istri ingin mengajukan permohonan izin poligami ke pengadilan, ia harus memenuhi syarat sesuai dengan Pasal 5 UU No.

Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

Jika perkawinan tidak sesuai dengan Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974, kedudukan perkawinan di hadapan hukum dianggap tidak sah. 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan hanya diperbolehkan apabila pihak laki-laki telah mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan telah mencapai umur 16 tahun. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa “perkawinan hanya diperbolehkan apabila pihak laki-laki dan perempuan telah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun”.

Menurut Pasal 14 Kumpulan Hukum Islam (KHI), mengatur tentang syarat dan tata cara melangsungkan perkawinan. Kemudian calon pengantin yang berumur di bawah 20 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua atau orang tua atau wali yang masih hidup dan/atau pengadilan di daerah tempat yang akan dikawinkan harus mendapat izin dari orang tersebut. syarat 47. Dalam Pasal 20 KHI, wali yang sah terdiri atas wali nasab dan seorang hakim. a) Wali Nasab adalah wali yang menjalin hubungan kekerabatan dengan calon mempelai wanita.

Wali nasab adalah saudara laki-laki, ayah, paman dan keturunannya menurut garis patrilineal.48 Wali nasab diatur dalam pasal 21 KHI. Mahar adalah pemberian calon mempelai laki-laki kepada calon mempelai perempuan, baik berupa barang, uang, atau jasa yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf d KHI.

Batas Usia Perkawinan

Akad nikah harus dilakukan secara lisan, kecuali dalam hal perkawinan orang bisu, cukup dengan isyarat saja. Pada tanggal 16 Januari 2019, laki-laki dan perempuan yang belum mencapai usia menikah yang ditetapkan tidak diperbolehkan menikah. Selanjutnya menurut Pasal 29 KUH Perdata yang sudah tidak berlaku lagi, laki-laki yang belum berumur 18 tahun dan perempuan yang belum berumur 15 tahun tidak boleh melangsungkan perkawinan.

Secara umum hukum adat tidak mengatur batasan usia untuk menikah. Kedewasaan seseorang dalam hukum adat diukur dengan masa pubertas, jika seorang anak perempuan sudah haid berarti ia sudah dewasa. 1 Tahun 1974, dalam masyarakat adat di Indonesia sering terjadi perkawinan yang disebut dengan “kawin gantung”, yaitu perkawinan antara anak, anak perempuan yang belum baligh dan laki-laki yang sudah dewasa atau.

Seperti halnya dalam hukum adat, hukum agama juga tidak mengatur batasan usia untuk menikah. Namun dalam Komplikasi Hukum Islam pasal 15 disebutkan bahwa “dalam urusan kekeluargaan dan kemaslahatan rumah tangga, perkawinan hanya dapat dilakukan oleh calon mempelai laki-laki yang telah berumur 19 tahun dan calon mempelai perempuan yang telah berumur 16 tahun”.

Dispensasi Kawin

Dispensasi perkawinan adalah dispensasi atau keringanan/pengecualian yang diberikan oleh Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama kepada calon pengantin yang belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan, bagi laki-laki dan perempuan yang belum mencapai syarat umur sesuai Pasal 7 ayat (1). 1) UU Perkawinan yaitu 19 tahun.56. 1 Tahun 1974 tentang sebagaimana disebutkan bahwa “Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ayat 1 Pasal ini, dapat dimintakan dispensasi perkawinan kepada pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua suami atau istri.” Dengan demikian, apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan masih di bawah umur atau belum mencapai batas umur perkawinan yang ditetapkan dalam Undang-undang Perkawinan, tetapi ingin menikah, maka pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua laki-laki atau perempuan tersebut dapat melalui pengadilan. diterbitkan. ketertiban mengenai pendistribusian.

56 Fuat Mubarok, Disertasi, “Dispensasi Nikah Bagi Anak di Bawah Umur”, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Salatiga, 2017, hal 38. Mengenai budaya atau tradisi yang masih melekat di beberapa masyarakat daerah Indonesia, dan ada pula yang menganggap bahwa perkawinan di bawah umur adalah tindakan normal. Rendahnya faktor ekonomi membuat masyarakat percaya bahwa pernikahan dapat menimbulkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi dimana masyarakat dengan keterbatasan ekonomi rentan menerima pernikahan di bawah umur.

Sikap dan pandangan masyarakat yang membolehkan perkawinan di bawah umur merupakan wujud ketidakpedulian masyarakat terhadap dampak negatif yang dialami anak yang menikah dini, baik dari segi kesehatan maupun psikologi, akibat rendahnya tingkat pendidikan orang tua dan anak putus sekolah. sekolah di masyarakat ekonomi rendah.59. 58 Made Adriawan Restu Ningrat, “Pernikahan anak di bawah umur dilihat dari sudut hukum adat”, Lex Privatum Vol.

Pengertian Anak Dibawah Umur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak diartikan sebagai orang kecil; orang yang belum dewasa.63 Anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pengertian anak menurut Pasal 330 KUHPerdata adalah seseorang yang belum mencapai usia dewasa, belum mencapai umur 21 tahun, dan belum pernah kawin sebelumnya. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa pengertian “anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 18 (delapan belas belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan”. UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) memuat batasan usia minimal menikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan 16 tahun bagi perempuan. Pasal 47 ayat (1) mengatur bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin berada dalam kekuasaan orang tuanya.

64 Vilta Biljana Bernadethe Lefaan dan Yana Suryana, Tinjauan Psikologi Hukum dalam Perlindungan Anak, Yogyakarta, Deepublish, 2018, halaman 10. 5 Tahun 2019 tentang pedoman memutus permohonan perceraian Dalam Pasal 1 ayat (1) anak adalah seseorang yang dibawah umur 19 tahun dan belum pernah menikah secara sah.

Hak dan Kewajiban Anak

Jadi dari pengertian dan batasan usia anak secara keseluruhan terlihat bahwa rentang usia anak adalah 0 sampai dengan 21 tahun. Hak atas perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara bagi anak penyandang disabilitas fisik atau mental. Hak untuk dibesarkan, diasuh, dirawat, dididik, diarahkan dan dibimbing oleh orang tua/wali sampai dewasa.

Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari berbagai bentuk kekerasan fisik, mental, penelantaran, penganiayaan dan pelecehan seksual. Hak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya, kecuali terdapat alasan yang sah dan peraturan hukum demi kepentingan terbaik bagi anak. Hak untuk beristirahat, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi sesuai minat, bakat, dan tingkat kecerdasan demi pengembangan diri.

Hak untuk tidak diabaikan apabila terjadi perang, konflik bersenjata, kerusuhan sosial dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan. Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di hadapan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

Ruang Lingkup Penelitian

Sebelum membahas permasalahan ini lebih lanjut dan untuk memudahkan penelitian agar lebih fokus dan berjalan dengan baik, ada baiknya kita menentukan ruang lingkup penelitian ini.

Jenis Penelitian

Jenis Data

Metode Analisis Data

Mengenai analisis data yang digunakan peneliti untuk menulis penelitian ini, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, kemudian analisis data tersebut diuraikan secara deskriptif berupa data primer dan data sekunder. Deskriptif ini mencakup isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk menggambarkan atau mendeskripsikan isi atau makna aturan-aturan hukum yang dijadikan acuan dalam penyelesaian permasalahan hukum yang menjadi objek kajian yang ditentukan. 74.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian bab III Pertimbangan Rational Trump Dalam Pengambilan keputusan Keluar dari TPP Menjelaskan tentang alasan trump mengambil pilihan untuk mundur dari TPP

hasil dan pelarangan riba, dan praktek tersebut terhindar dari unsur- unsur yang menjadi larangan prinsip bagi hasil dalam muamalah yakni unsur tipu daya

M.01-IZ.01.02 tahun 1993 tentang bebas visa kunjungan singkat yang berisi pembebasan kewajiban memiliki visa bagi wisman untuk berkunjung dan tinggal di Indonesia selama 60

Manfaat Praktis Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan masa nifas dengan memberdayakan ibu dan keluarga dalam penyembuhan luka perineum dengan pemberian daun

Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam

Demi mencegah cluster COVID-19 di sekolah proses belajar mengajar selama pandemik dilaksanakan secara daring dalam jaringan atau online dengan berbagai pertimbangan dan pengaturanya.4

Manfaat Keilmuan Hasil penyusunan tugas akhir ini dapat menambah wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dengan

dalam penyelenggaraan negara.33Lebih lanjut Aristoteles mengatakan, aturan konstitutional dalam negara berkaitan secara erat, juga dengan pertanyaan kembali apakah lebih baik diatur