• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Itenas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Itenas"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Pemanfaatan ruang ditujukan untuk mendukung fungsi pelestarian air, tanah, keanekaragaman hayati, tipe ekosistem, dan pemeliharaan iklim makro, serta mencegah dan/atau mengurangi dampak bencana alam. Pemanfaatan ruang ditujukan untuk pembangunan baru dan pengendalian pembangunan wilayah, serta mendukung upaya perbaikan dan penataan lingkungan hidup. Kegiatan pemanfaatan ruang pada zona ini ditujukan untuk permukiman perkotaan dan perumahan dengan kepadatan rendah hingga menengah, pariwisata, dan pertanian. e.

Pemanfaatan ruang ditujukan untuk mencegah dan mengurangi laju penurunan daya dukung lingkungan hidup di perdesaan, serta mendukung upaya pemulihan fungsi resapan air. Kegiatan pemanfaatan ruang pada zona ini diarahkan pada kegiatan kehutanan, perkebunan, pertanian, wisata alam atau ekowisata pada permukiman perdesaan, dan perumahan dengan kepadatan rendah. F. Pemanfaatan ruang ditujukan untuk mencegah dan mengurangi laju penurunan daya dukung lingkungan hidup di perkotaan, serta meningkatkan upaya perbaikan dan penataan lingkungan hidup.

Pemanfaatan ruang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi laju penurunan daya dukung lingkungan hidup di kawasan perkotaan, pengendalian yang ketat serta meningkatkan upaya perbaikan dan penataan lingkungan hidup. Sistem penilaian kesesuaian lahan yang dikembangkan selama ini menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, antara lain sistem perkalian parameter, penjumlahan dan sistem pencocokan antara kualitas/sifat lahan dan persyaratan penggunaan lahan. Kelas kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi subkelas kesesuaian lahan menurut kualitas dan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas terkuat.

Kelas kesesuaian lahan disimbolkan dengan kelas sesuai (sesuai: S1, S2 dan S3) dan tidak sesuai (tidak sesuai: N) untuk menunjukkan tingkat kesesuaiannya.

Gambar 2. 2 Zonasi Pengendalian Kawasan Bandung Utara  (Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat 2016)
Gambar 2. 2 Zonasi Pengendalian Kawasan Bandung Utara (Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat 2016)

Pertimbangan Aspek Fisik dan Non-Fisik Kriteria Kesesuaian Lahan Kriteria kesesuaiaian lahan dimaksudkan untuk memberikan gambaran

  • Aspek Kemiringan Lereng
  • Aspek Jenis Tanah
  • Aspek Curah Hujan
  • Aspek Hidrogeologi
  • Aspek Jarak Jalan Utama Terhadap Permukiman
  • Penggunaan Lahan
  • Kerentanan Gerakan Tanah

Kelas S3, cocok untuk lahan marginal yang mempunyai batasan sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang perlu dilakukan. Aluvial Tidak rentan terhadap erosi, perlu diperhatikan bila perencanaan pemukiman, berasal dari endapan rumba. Mediterania Bebas plastik, cukup kaya bahan kimia, rentan terhadap erosi, harus dipertimbangkan jika merencanakan pemukiman 4.

Podsolik lepas, tidak terlalu stabil, rawan erosi, podsolik berwarna abu-abu kecoklatan umumnya digunakan untuk hutan lindung. Andosol lepas, kaya akan zat organik, sifat fisik yang baik, peka terhadap erosi, banyak digunakan untuk tanaman komersial. Latosol bertekstur lempung, bersahabat atau kekar, gembur di bagian atas dan keras di bagian bawah, dimanfaatkan untuk tanaman palawija, padi, tebu, dan agak peka terhadap erosi.

Klasifikasi ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu akuifer produktif dengan sebaran lokal, akuifer dengan produktivitas sedang dan sebaran luas, serta akuifer dengan produktivitas tinggi dan sebaran luas. Akuifer produktif dengan sebaran lokal menggambarkan akuifer dengan permeabilitas yang sangat bervariasi; Secara umum, tidak ada air tanah yang dapat dimanfaatkan meski melalui pengeboran. Syarat kedua adalah klasifikasi akuifer dengan aliran fisura dan ruang antar butir, yaitu akuifer cukup produktif dengan sebaran luas.

Klasifikasi ini mewakili akuifer dengan permeabilitas yang sangat berbeda; Kedalaman muka air tanah tanpa tekanan umumnya dalam dan laju aliran sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik. Kondisi ketiga yang terdapat pada daerah penelitian adalah grading akuifer dengan adanya celah aliran dan jarak antar butir akuifer yang sangat produktif dengan sebaran yang luas. Klasifikasi ini merupakan akuifer dengan permeabilitas yang bervariasi; Kedalaman permukaan air bervariasi dan laju aliran sumur umumnya lebih dari 5 liter/detik.

Kedua, klasifikasi akuifer yang mengalir melalui ruang antar butir, yaitu akuifer dengan produktivitas rata-rata dan sebaran luas. Kondisi airtanah ini merupakan akuifer dengan permeabilitas sedang hingga rendah; Ketinggian air tanah bervariasi dari atas hingga jauh di bawah permukaan tanah, seperti yang terdapat di kawasan industri padat, dan debit sumur kurang dari 5 liter/detik. Kondisi pada kelompok akuifer ini terdapat dua, yaitu akuifer produktif kecil dengan sebaran lokal dan wilayah airtanah langka.

Tabel 2. 1 Klasfikasi Jenis Tanah No  Jenis Tanah  Keterangan
Tabel 2. 1 Klasfikasi Jenis Tanah No Jenis Tanah Keterangan

Model Penentuan Kesesuaian Kawasan Permukiman

Pergerakan tanah adalah pergerakan massa tanah atau batuan dalam arah vertikal, horizontal atau miring dari kedudukan semula (Pangular 1985). Dalam konteks perencanaan wilayah, pergerakan tanah harus diketahui pada saat pemanfaatan lahan untuk pemukiman, karena pergerakan tanah merupakan perubahan faktor alam yang dapat menimbulkan bencana, sehingga masyarakat dapat beradaptasi. Pembatasan penggunaan dan kepemilikan lahan, aturan penggunaan lahan seperti pertanian atau pembangunan sesuai dengan potensi bencana, dan kepemilikan lahan.

Parameter lain untuk mengetahui kesesuaian lahan pemukiman adalah parameter hidrogeologi atau ketersediaan air tanah, jarak jalan raya ke pemukiman, zona rawan pergerakan tanah dan penggunaan lahan. Kriteria parameter hidrogeologi suatu lokasi dalam pemanfaatannya sebagai kawasan pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini. Kriteria jarak terhadap jalan utama dalam pemanfaatannya sebagai kawasan pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Kriteria pergerakan tanah sebagai indikator kerawanan bencana suatu kawasan bila dijadikan kawasan pemukiman dapat dilihat pada Tabel 2.7. Kriteria penggunaan lahan sebagai indikator untuk mengetahui kesesuaian lahan pemukiman, yang tidak berada pada kawasan lindung (hutan) dan budidaya pertanian seperti sawah dan perkebunan. Klasifikasi kesesuaian lahan pemukiman diperoleh dengan menghitung nilai total yaitu penjumlahan skor dari parameter hidrogeologi, jarak terhadap jalan utama, zona rawan pergerakan tanah dan penggunaan lahan yang dilapis dengan kawasan hutan produksi tetap dan kemiringan lereng dibawah 25%.

Nilai kisaran yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menentukan kisaran nilai kesesuaian kawasan pemukiman seperti pada persamaan 2.2 di bawah ini (Sturgess dalam Akbar, 2005).

Tabel 2. 2 Klasifikasi dan Skor Kemiringan Lereng
Tabel 2. 2 Klasifikasi dan Skor Kemiringan Lereng

Sistem Informasi Geografis

Model Data Spasial Dalam SIG

Data dalam GIS hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari data mentah hingga data siap tampil. Data spasial: Data grafis berbentuk poligon yang merupakan area tertutup yang menghubungkan posisi geografis. Dalam GIS sering digunakan istilah “Model Data” sehingga istilah model data raster dan data vektor sering digunakan untuk merepresentasikan entitas spasial.

Data vektor adalah bentuk bumi yang diwakili oleh kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik, dan titik simpul yang merupakan perpotongan antara dua garis. Keuntungan utama format data vektor adalah keakuratannya dalam merepresentasikan fitur titik, batas, dan garis lurus. Gambar 2.4 menunjukkan berbagai bentuk data vektor, yaitu bentuk titik, bentuk garis, dan bentuk poligon.

Contoh gambar data vektor yang menggambarkan suatu wilayah pada suatu kecamatan seperti terlihat pada Gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 menunjukkan peta yang diperbesar suatu wilayah yang akan diteliti menunjukkan salah satu wilayah (wilayah) secara 3D yang akan digambarkan dalam bentuk data vektor 2D. 2) Data raster. Data raster (atau disebut juga sel grid) adalah data yang dihasilkan oleh sistem penginderaan jauh.

Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara bertahap, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dll. Pada saat data raster dibuka di ArcGIS, ada data yang belum mempunyai koordinat acuan, ada juga data yang mempunyai, sehingga untuk selanjutnya digunakan akan dilakukan proses georeferensi yang tujuannya untuk mencocokkan dengan yang sebenarnya. lokasi (koordinat). Dengan kata lain, model data raster menampilkan, menata, dan menyimpan data spasial menggunakan struktur matriks atau piksel yang membentuk grid.

Dengan sistem georeferensi ini, serangkaian kumpulan data raster dapat disusun sedemikian rupa sehingga analisis spasial dapat dilakukan. Contoh gambar data raster yang menggambarkan suatu wilayah suatu kecamatan seperti terlihat pada Gambar 2.10 di bawah ini. Gambar 2.10 menunjukkan peta wilayah yang akan disurvei diperbesar, menampilkan salah satu wilayah (wilayah) secara 3D yang akan digambarkan dalam bentuk data raster.

Gambar 2. 6 Model Data Vektor  (Sumber : Prahasta, 2009)
Gambar 2. 6 Model Data Vektor (Sumber : Prahasta, 2009)

Fungsi Analisis Spasial

Penggabungan merupakan suatu proses pembuatan suatu tema yang memuat fitur-fitur dari dua tema atau lebih. Sesuai dengan namanya, fungsi ini akan menggabungkan beberapa peta menjadi satu peta dengan mengambil bentuk representasi tabel dari salah satu peta yang digabungkan. Contoh penggunaannya adalah membuat peta berskala lebih besar dari peta yang lebih kecil.

Fungsi analisis kemiringan merupakan salah satu fungsi analisis spasial yang berkaitan dengan data permukaan digital atau tematik (alat analisis 3D). Kemiringan digunakan untuk mengidentifikasi kemiringan (gradien atau perubahan maksimum nilai Z) setiap sel pada data raster. Fungsi analisis ini umumnya menerima masukan data ketinggian dalam format raster, raster, atau TIN untuk menghasilkan lapisan raster baru sebagai bentuk nilai kemiringan yang siap untuk diklasifikasi ulang.

Reklasifikasi atau reklasifikasi adalah fungsi analisis spasial yang digunakan untuk mengklasifikasikan atau mengubah nilai dalam suatu raster. Fungsi ini mengklasifikasikan data raster ke dalam data raster lainnya berdasarkan batas kelas yang ditentukan pengguna. Beberapa teknik analisis spasial overlay adalah sebagai berikut. a) Union, fungsi analisis spasial pada umumnya adalah untuk menggabungkan (agresi) beberapa elemen spasial (yang terdapat dalam suatu tema) yang dipilih (biasanya dengan mengkliknya pada mode edit) hingga menjadi satu elemen saja.

14 Ilustrasi serikat pekerja (Sumber: Esri, 2016). b) Hapus, fungsi analisis spasial ini akan menghapus elemen spasial yang dipilih. 15 Hapus ilustrasi (Sumber: Esri, 2016). c) Persimpangan: fungsi analisis spasial ini akan menghasilkan elemen spasial baru yang merupakan perpotongan dari elemen spasial masukan. Buffer merupakan analisis spasial yang akan menghasilkan elemen spasial (pada lapisan lain) yang bertipe poligon.

Elemen-elemen tersebut merupakan area atau buffer yang jaraknya (ditentukan) dari elemen spasial yang diinput (ditentukan atau dipilih sebelumnya melalui salah satu mekanisme query).

Gambar 2. 11 Ilustrasi Clip (Sumber : Esri, 2016)
Gambar 2. 11 Ilustrasi Clip (Sumber : Esri, 2016)

Skoring dan Pembobotan

Gambar

Gambar 2. 1 Batas Administrasi KBU  (Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2016)
Gambar 2. 2 Zonasi Pengendalian Kawasan Bandung Utara  (Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat 2016)
Gambar 2. 3 Permukiman di Kawasan Bandung Utara  (Sumber : Jabarprov.go.id, 2017)
Gambar 2. 4 Peta Kesesuaian Lahan Kawasan Industri Besar Kota Semarang  (Sumber : Djayanegara, 2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai penjabaran dari Pasal 67 ayat 2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, Pasal 24A Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

I = R24 24 24 t2/3 9 Keterangan : I = Nilai intensitas hujan mm/jam R24 = Nilai curah hujan harian maksimum mm t = Waktu jam Berikutnya melakukan perhitungan debit banjir rencana