• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Itenas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Itenas"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 mendefinisikan lalu lintas sebagai pergerakan kendaraan dan orang pada ruang lalu lintas jalan, sedangkan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi pergerakan kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa jalan. dan fasilitas.pendukung. Data volume lalu lintas kendaraan per hari tidak mencerminkan pengulangan beban lalu lintas yang diterima struktur perkerasan jalan. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik pandang yang dapat diamati secara visual dan dihitung dalam satuan waktu yang biasanya dinyatakan dalam kendaraan/hari.

Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) merupakan rata-rata volume lalu lintas dalam sehari yang digambarkan pada persamaan 2.2 di bawah ini. Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) LHRT adalah rata-rata jumlah kendaraan yang melintasi satu lajur dalam 24 jam dan diperoleh dari data selama setahun penuh. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, derajat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain.

Beban kendaraan yang dipindahkan ke lapisan perkerasan melalui roda kendaraan kemudian didistribusikan ke lapisan di bawahnya dan akhirnya diserap oleh tanah dasar. Dengan demikian, tingkat kerusakan struktur perkerasan selama masa pelayanan tidak hanya ditentukan oleh kekuatan lapisan perkerasan, tetapi juga oleh tanah dasar. Nilai daya dukung tanah dasar (DDT) diperoleh dari hasil plot korelasi CBR tanah dasar versus DDT.

Daya dukung tanah dasar dalam perencanaan perkerasan jalan dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio).

Gambar 2.2 Kode Sumbu Kendaraan
Gambar 2.2 Kode Sumbu Kendaraan

Persyaratan Teknis Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14- 2003

Berikut ini adalah dasar-dasar yang diperlukan dalam perencanaan perkerasan kaku, selain yang telah dibahas di atas, yaitu faktor pertumbuhan lalu lintas, koefisien lajur rencana, dan koefisien distribusi lajur.

Faktor Pertumbuhan Lalu-lintas

Lajur rencana adalah salah satu lajur pada suatu ruas jalan tol yang dilalui lalu lintas terbanyak. Banyaknya kendaraan yang melewati jalur yang direncanakan, yang bobotnya dihitung dengan nilai koefisien distribusi arah kendaraan (C). Faktor distribusi lajur digunakan untuk mengatur beban kumulatif kendaraan pada jalan dengan dua lajur atau lebih dalam satu arah.

Tabel 2.4 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C)  Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana
Tabel 2.4 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana

Tanah Dasar

Umur Rencana

Faktor Keamanan Beban

Pondasi Bawah

Kekuatan beton sebaiknya dinyatakan dalam nilai kuat lentur umur 28 hari yang diperoleh dari hasil uji balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya umumnya berkisar 3-5 MPa. . (30-50kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan penguat serat seperti serat baja, aramit atau serat karbon harus mencapai kuat tarik lentur 5-5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan desain harus dinyatakan sebagai karakteristik kekuatan tarik lentur yang dibulatkan ke ketelitian 0,25 MPa (2,5 kg/cm2).

Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat diperkirakan dengan rumus persamaan 2.10 dan persamaan 2.11 berikut ini. Kuat tarik lentur juga dapat diketahui dari hasil pengujian kuat tarik retak beton yang dilakukan sesuai SNI dengan menggunakan rumus persamaan 2.12 dan persamaan 2.13 dibawah ini. Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel fiber) untuk meningkatkan kekuatan tariknya dalam lentur dan untuk mengendalikan retakan pada pelat, terutama untuk bentuk yang tidak biasa.

Serat baja dapat digunakan dalam campuran beton, untuk pintu tol, putaran dan halte bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm, ujung-ujungnya direntangkan sebagai jangkar dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan daya rekat.

Gambar 2.7 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah  7.  Beton Semen
Gambar 2.7 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah 7. Beton Semen

Bahu Jalan

Lalu-lintas Rencana

R : Faktor pertumbuhan kumulatif dari Rumus (4) atau Tabel 2 atau Rumus (5), yang besarnya tergantung pada pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana.

Pekerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)

Sambungan

Pembatasan tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, efek elastis dan beban lalu lintas.

Dowel (Ruji)

Prosedur Perencanaan

Persyaratan Teknis Perencanaan Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 Persyaratan Teknis Perencanaan Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

Pemilihan Struktur Perkerasan

Desain ketebalan perkerasan didasarkan pada nilai ESA pangkat 4 dan pangkat 5, tergantung pada model kerusakan dan pendekatan desain yang digunakan. Perancangan perkerasan kaku menggunakan tabel Heavy Vehicle Axle Group (HVAG) dan nilai ESAL sebagai satuan beban lalu lintas perkerasan beton.

Pertumbuhan lalu–lintas

Lalu-Lintas

Beban Sumbu Standar Kumulatif

Khusus untuk jalan di kawasan industri, pelabuhan besar, kuari dan pertambangan, disarankan menggunakan nilai VDF yang dihitung dari data survei penimbangan beban gandar individual (Road Pavement Design Manual, 2017).

Lalu Lintas pada Lajur Rencana

Untuk jalan dua arah, faktor distribusi arah (DD) umumnya diambil sebesar 0,50 kecuali di lokasi dimana jumlah kendaraan niaga cenderung lebih banyak pada arah tertentu. Faktor distribusi lajur digunakan untuk mengatur beban kumulatif (ESA) pada jalan dengan dua lajur atau lebih dalam satu arah. Pada jalan seperti ini, meskipun sebagian besar kendaraan niaga akan menggunakan jalur luar, sebagian lainnya akan menggunakan jalur dalam.

Perhitungan Perencanaan Perkerasan Kaku

Kelompok gandar kendaraan niaga STRT STRG STdRT STdRG STRrRG (kN) Kelompok gandar sebagai persentase kendaraan. Perlu diketahui bahwa spektrum beban lalu lintas harus mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran D atau Tabel 2.14, yang ditentukan berdasarkan beban sebenarnya. Diagram beban pada Pd T-14-2003 sebaiknya tidak digunakan untuk desain perkerasan karena didasarkan pada kebutuhan berat kelompok kendaraan yang tidak realistis untuk kondisi Indonesia.

Jalan desa atau jalan yang volume lalu lintas kendaraan niaganya rendah seperti dijelaskan pada Tabel 2.15. Penentuan struktur pondasi jalan dilihat dari nilai CBR tanah dasar yang kemudian disesuaikan dengan spesifikasi yang diberikan pada Tabel 2.16. Perbaikan tanah dasar dapat berupa stabilisasi semen atau material timbunan terpilih (sesuai dengan persyaratan .. Spesifikasi Umum, Bagian 3 - Pekerjaan Tanah) (pemadatan lapisan.

Contoh: untuk lalu lintas yang direncanakan > 4 juta ESA, tanah SG1 memerlukan lapisan pendukung setebal 1200 mm untuk mencapai daya dukung yang setara dengan SG2.5 dan kemudian harus ditambahkan ketebalan 350 mm lagi untuk meningkatkan setara dengan SG6.

Tabel 2.12 Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga untuk Jalan Lalu- Lalu-lintas Berat (untuk desain perkersan kaku)
Tabel 2.12 Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga untuk Jalan Lalu- Lalu-lintas Berat (untuk desain perkersan kaku)

CBR Rencana Untuk Stabilisasi Tanah Dasar

Studi Terdahulu

Gambar

Gambar 2.1 Jenis Sumbu Kendaraan  Konfigurasi sumbu kendaraan :
Gambar 2.2 Kode Sumbu Kendaraan
Tabel 2.1 Distribusi Beban Sumbu Untuk Berbagai Jenis Kendaraan
Tabel 2.2 Tabel Nilai R Untuk Menghitung CBR Segmen  Jumlah titik pengamatan  Nilai R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkerasan beton semen atau lebih dikenal sebagai perkerasan kaku adalah suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan

Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di sepanjang pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu jalan, lebih-lebih bila bahu jalan tidak

Keretakan ini terjadi karena bahan perkerasan yang digunakan kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, adanya pergeseran horizontal

desain pondasi jalan adalah desain perbaikan tanah dasar dan lapis penopang (capping), tiang pancang mikro, drainase vertikal dengan bahan strip (wick drain)

Perkerasan beton semen memiliki struktur yang terdiri dari atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan

Perkerasan beton semen memiliki struktur yang terdiri dari atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan

 Beton ringan tanpa pasir, dimana agregat halus atau pasir pada campuran beton ini tidak digunakan yang dapat disebut juga sebagai beton non pasir Non Fines Concrete sehingga beton

Pengaruh Nilai CBR Tanah Dasar dan Mutu Beton Terhadap Tebal Pelat Perkerasan Kaku Metode Bina Marga.. Jakarta: Universitas