• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Essay-esay Aliran Pemikiran Dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Essay-esay Aliran Pemikiran Dalam Hukum Islam"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

PIKIRAN HUKUM ISLAM (kajian tentang latar belakang, bentuk dan tajdid serta relevansinya dengan perkembangan masa kini). Bentuk dalam tanda kurung buka pada judul artikel ini menandakan berbagai aliran pemikiran hukum Islam yang ada saat ini.

PEMBAHASAN

Dari penjelasan di atas, bahawa dalam syariat Islam terdapat 2 (dua) unsur di dalamnya, iaitu: (1) unsur al-tasabat (berkelanjutan), dan (2) unsur al-tethawur (pertumbuhan dan dinamik). Syariat Islam mempunyai 2 (dua) unsur di dalamnya, iaitu unsur al-tsabat (stabil) dan unsur al-tethawur (berkembang dan dinamik).

BEBERAPA EPISTEMOLOGI DALAM HUKUM ISLAM

Upaya penyelidikan hukum syariah akan berhasil apabila seorang mujtahid dapat memahami maqashid al-syari'ah. Pertimbangan maqashid al-syari'ah menjadikan metode qiyas lebih dinamis sebagai solusi penyelesaian permasalahan hukum.

ALIRAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM DAN TAJDID

Sanhuri mempunyai gagasan: “Bahwa hukum-hukum di luar Islam dapat diubah menjadi hukum perdata Mesir, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.” Mazhab yang berpendapat bahwa hukum di luar Islam dapat diubah menjadi hukum Islam sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Islam.

TAJDID AL-FAHMI (Studi Tentang Pembaharuan

Jika dikaitkan dengan hukum Islam dalam arti “syariah”, maka ia merupakan sumber dan bangunan wahyu, sedangkan penerapannya merupakan hasil pemahaman manusia melalui hasil ijtihad yaitu fiqh (hukum pemahaman manusia). disebut) berdasarkan alasan). Akibat tersebut di antaranya adalah (1) hukum Islam sebagai ilmu bersifat skeptis, (2) hukum Islam sebagai ilmu mau dipelajari dan diuji ulang, dan (3) hukum Islam sebagai ilmu tidak kebal terhadap kritik.16. 14 Mohammd Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tatanan Hukum Islam di Indonesia, Cet.

Zen, Kajian dan Pengembangan Metodologi Hukum Fikih Islam, Seminar Hukum Islam dan Perubahan Sosial, Semarang 16 Oktober 1990, hal. Dalam upaya membawa hukum Islam ke dunia modern, terdapat usulan dari berbagai pihak untuk memperbaruinya. Dari beberapa definisi yang disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa makna tajdid sama sekali berbeda dengan makna “tabdil”. pertukaran) hukum Islam dengan hukum Barat.

24 Akh.Minhaji, Hukum Islam: Antara Kesucian dan Senonoh (Perspektif Sosial Historis), (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004), hal. Untuk menjawab permasalahan dinamis yang tidak dilegalkan (dalam teks) tersebut, maka Untuk melakukan ijtihad diperlukan beberapa metode ijtihad, antara lain memahami jiwa (ruh) ayat-ayat (nushus) Al-Qur'an, dengan pendekatan maqashid al-syari'ah, serta tajdid al-fahmi dengan menerapkan teologis. -pendekatan filosofis dan historis-sosiologis, sebagai cerminan bahwa “hukum Islam” yang merupakan bagian dari “Dienul Islam” tetap terkini dan sarat dengan nilai-nilai rahmatan lil.

REINTERPRETASI HUKUM PIDANA ISLAM

Oleh karena itu, aspek normatif mengenai pidana dalam ajaran Islam harus menjadi bahan materi hukum pidana nasional. Jarimah ta'zir adalah kejahatan yang hukumannya tidak ditentukan dalam Al-Qur'an atau Sunnah Nabi. Ketiga kategori kejahatan tersebut di atas hanya menggambarkan sebagian kecil dari kejahatan yang terdapat sanksi hukumnya secara tegas dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.

29 Ibrahim Hosen, “Jenis Hukuman dalam Hukum Pidana Islam dan Perbedaan Ijtihad Ulama dalam Penerapannya”, dalam Mimbar Hukum no. Oleh karena itu yang menjadi persoalan, benarkah hukuman yang “berat” (penjahat) harus diterapkan karena sesuai dengan makna harafiah teks Al-Qur’an dan Hadits, serta harus dimasukkan secara formal dalam setiap tindak pidana. hukum di negara ini? - negara-negara Muslim. Dari sudut pandang ini, sanksi hukum khusus Al-Qur'an merupakan salah satu upaya yang paling ideal.

Menurut pandangan ini, yang terpenting dan penting adalah menerapkan ajaran hakiki dalam Al-Qur'an. Sementara itu, hukuman yang dirumuskan dalam Al-Qur'an dan Hadits dipandang hanya sebagai batas maksimum yang harus diterapkan ketika bentuk hukuman lain tidak dapat mencapai tujuan hukuman.

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

MENURUT PERSPEKTIF GENDER 35

PENDAHULUAN

Karena manusia pada dasarnya diciptakan setara, meskipun berasal dari bangsa atau suku yang berbeda.38. Citra negatif bahwa Islam menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki sulit dihindari hingga saat ini. Citra ini didukung oleh fakta bahwa Islam, setidaknya -secara eksplisit- dipahami oleh mayoritas umat Islam, memberikan laki-laki keunggulan dalam hak-hak individu dan sosial yang tidak diberikan kepada perempuan.39 Pandangan diskriminatif ini lahir dari “Syariah” Islam. yang selalu menekankan aspek eksoterik dalam relasi gender internal.

39 Misalnya, Islam memperbolehkan laki-laki untuk berpoligami – maksimal empat istri sekaligus, laki-laki mendapat warisan dua kali lebih banyak dari orang tuanya dibandingkan perempuan, perempuan tidak bisa menjadi muazin dan imam berjamaah selama ada laki-laki. laki-laki, dan nilai keterangan dua orang perempuan di sidang sama dengan nilai keterangan satu laki-laki, dan seterusnya. Pembedaan ini penting karena diskusi mengenai isu gender sering kali menemui perlawanan, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan itu sendiri.41 Menurut Mansoor Fakih, ada dua alasan penolakan tersebut.42 Pertama, karena mempertanyakan status perempuan pada dasarnya mempertanyakan sistem dan sistem. didirikan. struktur, bahkan mempertanyakan posisi perempuan pada dasarnya berarti mengguncang struktur dan sistem status. 40 Penulis memilih pengertian syariat menurut para ulama fiqih yaitu hukum dan peraturan yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW berupa Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang berupa perkataan, tindakan, dan keputusan atau persetujuan.

Menurut feminisme, terdapat inkonsistensi dalam ajaran Islam tentang perempuan.43 Dalam arti tertentu, Islam mengajarkan di satu sisi tentang perlakuan dan martabat yang setara antara laki-laki dan perempuan, di sisi lain terdapat ketidakadilan dalam pembagian antara laki-laki dan perempuan. pembagian warisan. Oleh karena itu, perlu adanya penafsiran baru (reinterpretasi) terhadap teks-teks Al-Qur'an dan al-Hadits mengenai teks-teks yang membahas masalah waris dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat.44.

PERMASALAHAN

Bagaimana kedudukan perempuan dalam hukum waris – menurut perspektif gender dan kaitannya dengan hukum perkawinan di Indonesia?

PEMBAHASAN

Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah ini sering diartikan sebagai model hubungan antara laki-laki dan perempuan, yang didasarkan pada karakteristik sosial masing-masing. Misalnya pembagian kerja, pola relasi kekuasaan, perilaku, peralatan, bahasa, persepsi yang membedakan laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Alat-alat ini secara biologis terkait dengan gender laki-laki dan perempuan selamanya dan tidak dapat dipertukarkan.50.

Gender biasanya digunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap pantas bagi laki-laki dan perempuan51 5. Prinsip kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur'an dapat diukur melalui variabel-variabel berikut: Perempuan dalam hak waris Islam dan hak warisnya. kaitannya dengan hukum perkawinan di Indonesia.

Artinya laki-laki dan perempuan dalam urusan perkawinan sama-sama berhak menentukan pilihannya masing-masing. Dari pengertian tersebut berimplikasi pada adanya perbedaan pembagian harta waris antara ahli waris laki-laki dan perempuan.

PENUTUP

Pengertian dzawu al-arham yang meliputi seluruh sanak saudara ahli waris yang tidak termasuk dalam golongan asy al-furudl dan 'ashabah, sebagian besar terdiri dari sekelompok wanita atau orang yang datang kepada ahli waris, dihubungkan dengan salah satu dari para wanita, dan kelompok dzawu al-arham baru dapat menerima warisan, jika tidak ada dzawu al-furudl dan tidak ada lagi 'ashabah. Di sini dapat ditekankan bahwa kata adz-dzakar dan al-untsa merujuk pada hal-hal yang bersifat biologis. Berbeda dengan kata al-rijal dan an-nisa' yang umumnya digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan hubungan gender, kecuali pada QS.

Namun kata adz-dzakar dan al-untsa dalam ayat ini ingin menegaskan bahwa setiap generasi mempunyai hak untuk memperoleh hak asasi manusia, termasuk warisan dan hak kebendaan lainnya, dan ayat ini diturunkan sebagai koreksi terhadap norma Jahiliyyah. - komunitas yang tidak diakui untuk perempuan. Perlu diperhatikan disini bahwa besaran limit yang diberikan setelah minus pada dasarnya bukanlah maksimal melainkan minimal.

HUKUM DAN MORALITAS

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Kajian demikian berkaitan dengan filsafat hukum (Islam) yang mengkaji tentang tujuan hukum (maqoshid al-syari’ah), menurut para ahli hukum, bahwa tujuan hukum Islam adalah “Jalbu al mashalih” (membawa kebaikan). Pendapat para ahli hukum Islam yang lain menyatakan bahwa tujuan hukum Islam adalah “da’rul mafaasid” (penolakan terhadap kerugian/hal-hal negatif). Pendapat para ahli hukum yang ketiga ini menggabungkan kedua pendapat di atas yang menyatakan bahwa tujuan hukum Islam adalah “Jalbu al-mashalih wa dar’ul mafaasid” (membawa kebaikan sekaligus menolak hal-hal yang negatif) yang merupakan gabungan dari pendapat para ulama. Pakar hukum Islam di atas. .

Diakui bahwa hukum Islam mewujudkan prinsip dengan menjatuhkan hukuman kepada pelaku kejahatan zina (hubungan seksual di luar nikah). Jika kita mempelajari hukum Islam dengan seksama, kita akan menemukan banyak aturan yang penuh dengan moralitas. Hukum Islam melarang pedagang membatasi hak pembeli dalam urusan besaran, berat dan takaran (QS. 11:85).

Di bawah ini akan kami jelaskan qaidah umum fiqhiyah yang mencakup semua cabang, soal-soal fiqh yang menjadi pedoman dalam menentukan hukum suatu peristiwa hukum yang belum ada aturan hukumnya, dan kaidah hukum Islam dibangun dari kaidah-kaidah berikut ini. moralitas. Dimensi moral hukum Islam tercermin dari hukum Islam yang mendidik manusia dengan akhlak yang mulia seperti dalam ketentuan undang-undang tentang hutang dan piutang serta menjunjung tinggi terpeliharanya akhlak yang mulia serta mencegah terjadinya dekadensi akhlak baik secara individu maupun kolektif, seperti: hukum yang melarang perzinahan.

MEMBUMIKAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM ISLAM

KEHORMATAN DAN KETURUNAN

Apa asas hukum Islam tentang kejahatan terhadap kehormatan dan keturunan yang bersumber dari ayat hukum dan hadis? Bagaimana menetapkan asas-asas hukum Islam tentang kejahatan terhadap kehormatan dan keturunan di Indonesia. Telah dijelaskan di atas bahwa larangan zina dalam hukum Islam bertujuan untuk melindungi kehormatan dan keturunan dari aib serta menjaga kesucian masyarakat.

Memang terdapat perbedaan mendasar mengenai pengertian perzinahan dalam hukum Islam dan hukum pidana di Indonesia. Hukum Islam secara tegas tidak bisa menoleransi hubungan seksual tanpa didasari oleh perkawinan yang sah. Pada tahap perumusan, hukum Islam tertuang secara jelas dalam Al-Quran, Hadits dan hasil ijtihad ulama.

Dari tema Landasan Asas Hukum Islam Mengenai Kejahatan Terhadap Kehormatan dan Asal Usul, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pemberlakuan hukum Islam mengenai kejahatan terhadap kehormatan dan keturunan dimaksudkan untuk menjaga kehormatan dan melindungi keturunan dan kemuliaan manusia.

Referensi

Dokumen terkait

satupun yang haram, kecuali karena ada nash yang sah dan tegas dari syar`i (yang berwenang membuat hukum itu sendiri ialah Allah dan Rasul). 2 Oleh karena

Inilah yang dikatakan oleh Mahfud sebagai pemencaran energi politik untuk dapat memasukkan nilai-nilai substantif ajaran Islam ke dalam hukum formal (hukum positif ) yang berlaku

Dalam hal pelaksanaan perjanjian jika dilihat dari segi rukun maupun syarat akad utang-piutang emas di 5 (lima) gampong di Kecamatan Mila Kabupaten Pidie yaitu

Atho’ Mudzhar, berupaya agar bagaimana ijtihad bisa digunakan sebagai salah satu cara agar hukum Islam dapat bersifat dinamis menyikapi perkembangan zaman dan perkembangan

Hasil dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa batas wilayah pendistribusian dana Zakat menurut pendapat Wahbah az-Zuh{aili dengan Istinba>t hukum , baik

bahwa istishlah / maslahat dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penetapan hukum Islam apabila memenuhi standar ketentuan sebagai berikut: pertama, ia sejalan

Bersikap adil dalam ekonomi tidak hanya didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tetapi juga berdasarkan hukum alam, dimana alam diciptakan berdasarkan

yang dipakai penelitian.16 Adapun Judul skripsi yang ini adalah “Analisis Konsep Kafa’ah Pernikahan Dalam Pemikiran Wahbah az-Zuhaili Dan Kompilasi Hukum Islam” Maksud dri judul