Salah satu cara untuk menguji dan menilai berbagai peraturan hukum adalah dengan melakukan penilaian publik. Salah satu produk hukum yang patut dikaji publik adalah Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Kehutanan yang kini diubah menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), tentang hutan tanaman industri (HTI). Untuk itu, Kalaulahari menginisiasi tinjauan publik terhadap produk HTI legal yang dikeluarkan pemerintah sejak tahun 1984 hingga saat ini.
Panel penguji dalam tinjauan publik ini antara lain Profesor Dr. Ir Hariadi Kartodiharjo, MS (Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan tim Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Komisi Pemberantasan Korupsi), Dr. H Saifuddin Syukur, SH, MCL (Akademisi Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Islam Riau) dan Nursamsu, SP (Aktivis Eyes on the Forest yang memantau hutan Riau sejak tahun 1997 hingga sekarang). Kami berharap teks tinjauan publik ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan yang lebih baik di masa depan.
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Penerbitan Produk Hukum Terkait HTI di Indonesia
Pada periode tersebut, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan juga menerbitkan 42 Peraturan Menteri, Keputusan, dan Surat Edaran terkait HTI. Begitu pula pada masa Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MEF) menerbitkan 27 Peraturan Menteri tentang HTI. Dari 104 produk hukum yang terkait dengan HTI sejak ditemukan, terdapat 88 produk hukum yang sudah tidak berlaku lagi dan telah diganti dengan produk hukum baru (Daftar produk hukum terlampir: Lampiran I).
Kasus Terkait Perizinan HTI
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 diterbitkan pada tanggal 8 Juni 2002 tentang pengelolaan hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, dan pemanfaatan lahan hutan. Akibat perbuatannya menerbitkan RKT untuk 12 perusahaan pada tahun 2006 - PT Mitra Taninusa Sejati, PT Selaras Abadi Utama, CV Alam Lestari, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Uniseraya, PT Rimba Mutiara Permai, PT Triomas FDI, PT Madukoro Seraya Sumber Lestari, PT Bina Daya Bintara, PT Hasil Hutan Kayu Nasional, dan PT Rimba Mandau Lestari – menguntungkan perusahaan atau merugikan keuangan negara minimal 519 miliar. Rp. Pada bulan September – Oktober 2017, Koalisi Eyes on the Forest melakukan survei kawasan untuk mengetahui perubahan peruntukan kawasan hutan.
Dari 717.543 ha kawasan hutan yang diubah, sebanyak 424.041 ha kawasan hutan diubah dari hutan produksi terbatas (HPT) menjadi hutan produksi tetap (HP). Menurut koalisi EoF, jika selama ini HTI atas HPT ilegal, lihat Pasal 2 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.19/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Penetapan Indikatif peta Pedoman Pengusahaan Hutan pada Kawasan Hutan Produksi yang tidak dibebani izin pengusahaan hasil hutan kayu, menjadi sah setelah diterbitkannya SK 6734.
Gugatan PT RAPP Terhadap Keputusan KLHK
Panel pengujian publik ini terdiri dari pihak-pihak yang dianggap kredibel dan kompeten untuk melakukan peninjauan terhadap produk sah tersebut, baik pengujian secara material maupun peninjauan proses desain dan dampak yang dihasilkan. Dewan penguji yang dipilih adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan hukum dan perhatian besar terhadap kondisi lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia. Dewan penguji juga memiliki landasan keilmuan di bidang hukum administrasi negara, ilmu sosial, kehutanan serta berpengalaman dalam advokasi dan pengkajian kebijakan terkait hukum, lingkungan hidup, dan kehutanan.
Panel ujian umum ini terdiri dari lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan praktisi yang memiliki objektivitas, independensi, dan keahlian di bidangnya. Majelis pemeriksa juga dibantu oleh tim redaksi untuk memperkuat hasil pemeriksaan dan menyusun hasil pemeriksaan yang terdiri dari Made Ali, SH, Okto Yugo Setyo, SE dan Nurul Fitria, SPd dari Kalaulahari.
BAGIAN KEDUA: LAHIRNYA HTI DI INDONESIA
Kebutuhan kayu hasil HTI sebagai insentif bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam pengembangan HTI bukanlah kebutuhan yang nyata; 533/KMK.017/1994 tentang Ketentuan Penyertaan Modal Negara dan Pinjaman yang Berasal dari DR untuk Pengembangan HTI. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan HTI dari sudut pandang ekonomi.
Dalam hal ini, skenario pengembangan HTI tidak akan pernah terjadi jika HPH mengelola hutan alam dengan baik. Sebab pinjaman dengan bunga 12% akan membuat pengembangan HTI tidak layak secara finansial.
PENATAAN KAWASAN
PENGUKUHAN HTISISTEMSILVIKULTURTATA NIAGA DAN PEMASARAN HASIL
Penguasaan satu atau dua kelompok besar pengusaha dalam pengembangan HTI terlihat dari pendistribusian IUPHHK-HT itu sendiri. Larangan ekspor kayu untuk pengembangan HTI berdampak pada IUPHHK-HT yang tidak memiliki industri pulp dan kertas. Kewajiban pemegang IUPHHK-HT untuk memasarkan kayu HTI untuk industri pulp dan kertas tertuang dalam Surat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT).
Jaminan pemasaran kayu HTI ini merupakan syarat diterbitkannya IUPHHK-HT, baik IUPHHK-HT yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan maupun Bupati Kepala Daerah. Meskipun operasi koperasi (CSO) ini sah secara hukum, namun bentuk perjanjian kerja sama ini secara ekonomi berarti bahwa pemegang IUPHHK-HT tidak mempunyai kebebasan untuk memasarkan kayu HTI.
BAGIAN KETIGA: TEMUAN DAN ANALISIS PERUBAHAN PRODUK HUKUM TERKAIT HTI
- Ayat (1): Hutan Tanaman Industri selanjutnya di dalam Peratur- an Pemerintah ini disebut HTI adalah hutan tanaman yang dibangun dalam
- Ayat (2): Hak Pengusahaan HTI adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan yang kegiatannya mulai dari penana-
- Ayat (7): Hutan tanaman adalah hutan yang dibangun dalam rang- ka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan
- Ayat (3): Kegiatan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman meliputi penanaman pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan dan pe-
- huruf n: Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan atau bukan kayu pada hutan tanaman adalah izin untuk memanfaatkan hutan produksi
- Ayat (1): Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan atau bukan kayu pada hutan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf
- angka 15: IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan beru-
- angka 18: Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelom-
- Ayat (2): Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI dalam hutan tanaman meliputi kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
- Ayat (1) Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif
- ayat (1) Areal hutan yang dapat dimohon untuk Usaha Hutan Tanaman adalah areal kosong di dalam kawasan hutan produksi dan/atau areal hutan
- Ayat (4) Penutupan vegetasi berupa non hutan(semak belukar, padang alang-alang dan tanah kosong) atau areal bekas tebangan yang
- Ayat (6) Pada prinsipnya tidak dibenarkan melakukan penebangan hutan alam di dalam Usaha Hutan Tanaman, kecuali untuk kepentingan pemba-
- ayat (3) Usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman, dilak- sanakan pada lahan kosong, padang alang-alang dan atau semak belukar dihutan
- Ayat (2) huruf a. Kriteria areal hutan yang dapat dilelang untuk dibeba- ni IUPHHK pada hutan tanaman adalah
- Ayat (1) Kriteria areal hutan yang dapat dilelang untuk dibebani IUPH- HK pada hutan tanaman adalah lahan kosong, padang alang-alang dan atau
- Pasal 3 Ayat (1) dan (2)
- Ayat (3) Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI, dilakukan pada hutan produksi yang tidak produktif
- Ayat (1) Areal untuk pembangunan hutan tanaman adalah Hutan Pro- duksi yang tidak produktif dan tidak dibebani hak/izin Iainnya
- A. Hutan produksl yang tidak produktif adalah hutan yang dicadangkan oleh Menteri sebagai areal pembangunan hutan tanaman
- Ayat (1) Areal IUPHHK-HTI diutamakan pada hutan produksi yang tidak produktif dan tidak dibebani hak/izin Iainnya
- Ayat (1) Areal yang dimohon adalah kawasan hutan produksi tidak dibebani izin/hak
- Ayat (2) Areal yang dimohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan pada areal yang telah dicadangkan / ditetapkan oleh Menteri
- Ayat (1) Persyaratan areal dalam IUPHHK-HTI sebagaimana dimak- sud dalam Pasal 4 huruf a, yaitu
- Ayat (2) Kawasan hutan produksi tidak dibebani izin/hak dan/atau diutamakan pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif sebagaimana
- Ayat (3) Tata cara penetapan indikatif arahan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi yang tidak dibebani izin untuk usaha pemanfaatan
- Perbedaan tutupan hutan pada konsesi 37 HTI yang dikeluarkan oleh Sejumlah Bupati di Riau dalam kurun waktu 2002-2006. Tutupan hutan 2002 masih bagus dan semakin memburuk pada tahun 2007
- Berdasarkan citra landsat 2002, menunjukan konsesi HTI atau IUPHHK-HT PT Madukoro memili- ki tutupan hutan yang masih baik
- Keseluruhan Konsesi PT Madukoro tumpang tindih dengan HPH PT Yos Raya Timber dan memi- liki kedalaman gambut lebih dari 4 meter berdasarkan analisis Wetlands International & Canadian Interna-
- Ayat (1) Kepada pemohon yang memenuhi persyaratan diberikan Hak Pengusahaan HTI oleh Menteri untuk jangka waktu selama 35 (tiga puluh
- Ayat (2) Hak Pengusahaan HTI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan oleh Menteri setelah mendengar saran dan pertimbangan dari
- Ayat (1) Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
- Ayat (2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian
- Ayat (1) Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian
- Ayat (1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencak- up semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan
- Ayat (1) Hak Pengusahaan Hutan diberikan oleh Menteri dengan mempertimbangkan pendapat dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
- Ayat (2) Pemberian Hak Pengusahaan Hutan untuk luas areal dibawah 10.000 (seratus ribu) hektar dapat dilimpahkan kewenangannya kepa-
- Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan kewenangan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam ayat
- Ayat(1) Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah
- Ayat (2) Pelaksanaan penyerahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengurusan
- Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaturdengan Peraturan Pemerintah
- Ayat (3) angka 4 huruf I: Penetapan kriteria dan standar perizinan usaha pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan dan pemungutan hasil, pe-
- Ayat (1) Permohonan Usaha Hutan Tanaman yang arealnya secara utuh berada di dalam wilayah satu kabupaten, diajukan oleh BUMN, BUMD
- Ayat (4) Bupati menerbitkan izin usaha hutan tanaman setelah mempertimbangkan hasil Feasibility Study, Amdal/UKL/UPL sebagaimana
- Ayat (5) Permohonan Usaha Hutan Tanaman yang arealnya mencakup dua wilayah kabupaten, diajukan oleh pemohon kepada Gubernur setempat
- Ayat (7) Gubernur menerbitkan izin Usaha Hutan Tanaman setelah mempertimbang-kan hasil Feasibillity Studi, Amdal/UKL/UPL dan pendapat
- Ayat (8) Permohonan Usaha Hutan Tanaman yang arealnya mencakup dua wilayah Provinsi, diajukan oleh pemohon kepada Menteri dengan tembu-
- Ayat (10) Menteri menerbitkan izin Usaha Hutan Tanaman setelah mempertimbangkan hasil Faesibility Study, Amdal/UKL/UPL dan pendapat
- Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman diberikan oleh Ment-
- Ayat (1) Direktur Jenderal menyiapkan konsep Keputusan Menteri tentang IUPHHK yang dilampiri dokumen IUPHHK antara lain terdiri dari
- Ayat (2) Berdasarkan konsep Keputusan Menteri dan lampiran doku- men sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Jenderal menelaah dan
- Ayat (3) Menteri menerbitkan Keputusan tentang pemberian IUPH- HK paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya bukti lunas
- Ayat (3) Menteri menandatangani Keputusan tentang pemberian IUPHHK pada hutan tanaman paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah
- Ayat (3) Menteri menandatangani Keputusan tentang pemberian IUPHHK pada hutan tanaman paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak
- angka 15: IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/
- angka 18: Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok
- Ayat (2) Sekretaris Jenderal menelaah aspek hukum dan menyam- paikan konsep Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pemberian IUPH-
- Ayat (1) Berdasarkan usulan dari Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), dalam tenggang waktu paling lambat 7
- Ayat (2): Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI dalam hutan tanaman meliputi kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeli-
- Ayat (4) Berdasarkan konsep Keputusan Menteri Kehutanan tentang pemberian IUPHHK-HTI sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri men-
- Luas areal setiap unit HTI diatur sebagai berikut
- Ayat (1) Ketentuan luas maksimal Hak Pengusahaan Hutan se- bagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diatur sebagai berikut
- Ayat (1) Untuk menjamin asas keadilan pemerataan, dan lestari, maka izin usaha pemanfaatan hutan dibatasi dengan mempertimbangkan
- Ayat (2) Pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
- Ayat (1) Standar Luas Areal Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman untuk
- Ayat (1) IUPHHK-HA, IUPHHK-RE atau IUPHHK-HTI dapat diberikan paling luas 50.000 (lima puluh ribu) hektar dan paling banyak 2
- Ayat (2 (IUPHHK-HTI dapat diberikan paling luas 75.000 (tujuh puluh lima ribu) hektar per izin
- Ayat (3) Setiap perusahaan dapat diberikan paling banyak 2 (dua) izin untuk masing-masing jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
- Pemegang Hak Pengusahaan HTI berkewajiban membangun HTI di areal kerjanya yang telah ditetapkan, dan melaksanakan kewajiban-kewajiban
- Ayat (2) RKPHTI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disahkan oleh Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan atas nama Menteri Kehutanan
- Huruf c: Atas dasar usulan RKT-PH yang diajukan oleh pemegang HPH dan penilaian Kadishut Prov Dati I, Kakanwil Dephutbun Prov melakukan
- Huruf c: Atas dasar usulan BKT-PH yang diajukan oleh pemegang HPH dan penilaian Kadishut Prov Dati I, Kakanwil Dephutbun Prov melakukan
- Ayat (4). Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam atau pada hutan tanaman selain melaksanakan kewajiban sebagaimana di-
- Ayat (1) Kepala Dinas Provinsi melakukan penilaian dan pengesahan usulan RKTUPHHK-HTI selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak pener-
Kriteria kawasan pengembangan hutan tanaman industri - Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. Kriteria kawasan pengembangan hutan tanaman industri - izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 21/Kpts-II/2001 tentang Kriteria dan Standar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
Tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam Atau Hutan Tanaman Melalui Pelelangan Pada Tanggal 5 Februari 2003. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.05/Menhut-II/2004 Tentang Pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada tanaman hutan melalui lelang. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.19/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pemberian Izin dan Perluasan Wilayah Usaha Bagi Perusahaan Pemanfaat Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri, Hutan Tanaman, Dan Hutan Produksi.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 tentang Petunjuk Verifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam dan/atau Hutan Tanaman, yang diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 10.1/Kpts-II/2000 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Perkebunan. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 21/Kpts-II/2001 tentang Kriteria dan Standar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dari Hutan Tanaman Menjadi Hutan Produksi.
Pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam atau hutan tanaman dengan cara mengumpulkan penawaran melalui lelang. Batas kawasan hutan tanaman industri - izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. Kewenangan persetujuan rencana kerja dan rencana kerja tahunan pabrik industri - Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan.
Menambah 3 (tiga) ayat pada pasal 16, yakni ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) yang berbunyi sebagai berikut
- ayat 4: Dalam hal URKT-HTI tidak disahkan oleh Kepala Dinas Provin- si sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur mengesahkan URKTUPH-
- Ayat (3): Kepala Dinas Provinsi melakukan penilaian dan pengesahan usulan RKTUPHHK- HTI dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat
- A Ayat (2) Apabila Kepala Dinas Provinsi dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja tidak menerbitkan Keputusan Pengesahan RKT UPHHK pada hutan ta-
- Ayat (1) Kepada pemohon yang memenuhi persyaratan diberikan Hak Pengusahaan HTI oleh Menteri untuk jangka waktu selama 35 (tiga
- Ayat (2) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman diberikan untuk jang- ka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun ditambah daur tanaman
- huruf c. Penetapan jangka waktu izin usaha
- Ayat (5) Jangka waktu izin usaha pemanfaatan hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf c dan huruf d pada
- Ayat (1) Jangka waktu IUPHHK pada HTI dalam hutan tana- man pada hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a,
- Ayat (2) IUPHHK pada HTI dalam hutan tanaman dievaluasi setiap 5 (lima) tahun oleh Menteri sebagai dasar kelangsungan izin
- Ayat (3) IUPHHK pada HTI dalam hutan tanaman hanya diberi- kan sekali dan tidak dapat diperpanjang
- Ayat (1) IUPHHK pada HTI dalam hutan tanaman pada hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a, dapat diberikan
- BALADA HTI HINGGA KINI
- Perkembangan Tutupan Hutan di Riau
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.62/Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Hutan Tanaman Industri, dan Hutan Tanaman Rakyat. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 14/Menhut-II/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Perusahaan Pemanfaat Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat hutan. Bahwa pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang menjadi program nasional sejak tahun 1990 khususnya di Provinsi Riau, sejak tahun 2007 mengalami stagnasi pelayanan pengesahan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
Keputusan Gubernur Riau Nomor: KPTS:242/III/2004, tanggal 26 Maret 2004 tentang Pengesahan Jadwal Kerja Pemanfaatan Kayu Hasil Hutan Pada Hutan Tanaman Tahun 2004 PT Merbau Pelalawan Lestari dengan luas 234, hektar. Keputusan Gubernur Riau Nomor: KPTS:235/III/2004, tanggal 26 Maret 2004 tentang Pengesahan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Kayu Hasil Hutan Pada Hutan Tanaman Tahun 2004 PT Bukit Batabuh Sei Indah seluas 2.396 Ha . Keputusan Gubernur Riau Nomor: KPTS:138/III/2004, tanggal 27 Februari 2004 tentang Pengesahan Jadwal Kerja Pemanfaatan Kayu Hasil Hutan Pada Hutan Tanaman Tahun 2004 PT Putri Lindung Bulan Seluas Tahun 1950 hektar.
Kewenangan persetujuan Rencana Kerja Tahunan dan Jadwal Kerja Pemanfaatan Kayu Hasil Hutan pada Hutan Tanaman Tahun 2004 melalui Keputusan Gubernur tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan kehutanan lainnya. Pada tahun pertama, Kepala Dinas Kehutanan Riau mengeluarkan izin penebangan hutan dengan izin Rencana Kerja Tahunan UPHHK hutan tanaman. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 151/Kpts-II/2003 tentang rencana kerja, rencana lima tahun, rencana kerja tahunan, dan jadwal kerja bagi usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, pasal 17 ayat (1) Pemilik. Pemegang IUPHHK pada hutan tanaman harus menyusun usulan RKTUPHHK hutan tanaman pada tahun pertama dan menyampaikannya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengesahan RKTUPHHK hutan tanaman.
Tahun 1999 Tentang Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 21/Kpts-II/2001 Tentang Kriteria dan Standar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dari Hutan Tanaman Pada Hutan Produksi. Ketentuan penting lainnya dalam Keputusan Menteri ini adalah IUPHHK hutan tanaman juga dapat diberikan kepada badan usaha yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan. Perhatikan contoh nama ini: “Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman pada Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI”.
BAGIAN KEEMPAT: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
MENHUTII/2007 TENT
Pemegang izin yang mempunyai timbunan hasil hutan kayu hasil penebangan legal namun izin peralatannya telah habis masa berlakunya wajib melakukan pengumpulan, pemuatan, dan pengangkutan. Izin peralatan dikeluarkan oleh kepala dinas provinsi dengan masa berlaku paling lama 8 (delapan) bulan sejak diterbitkannya keputusan penerbitan izin.
MENHUT/II/2007 TENT
Ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.IHMB) BAGI USAHA PENGGUNA HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN PRODUKTIF. Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Berkala Menyeluruh untuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan produktif sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan tersebut. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK adalah izin usaha yang diterbitkan untuk pemanfaatan hasil hutan berupa kayu pada hutan alam atau pada hutan tanaman pada hutan produksi.
46/Mans-hut-II/2009 TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENGUMPULAN HASIL HUTAN KAYU ATAU HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI. -HT adalah izin usaha yang diberikan. memanfaatkan hasil hutan berupa kayu pada hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, penaburan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Agroforestri pada wilayah izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) adalah optimalisasi hasil panen.
Luas perluasan adalah luas yang dipersyaratkan oleh pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu atau disingkat IUPHHK. 63P.42/Men-hut-II/2014 PENGELOLAAN HASIL HUTAN KAYU ASLI DARI HUTAN PERKEBUNAN PADA HUTAN PRODUKSI. Perkebunan yang selanjutnya disingkat IUPH-HK-HT adalah izin usaha yang diberikan untuk pemanfaatan hasil hutan berupa kayu pada hutan tanaman pada hutan produksi sampai dengan.
Biaya izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman dengan sistem permudaan buatan (THPB) adalah sebesar Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) per izin per hektar per tahun. Pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produktif yang tidak dibebani izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (Pasal 5). IUPHHK-HTI adalah izin usaha yang diberikan untuk pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman sampai dengan hutan produksi.
Perubahan areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain dalam hal: a. JEN/2015 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN KAYU ASAL PERKEBUNAN DI HUTAN PRODUKSI.