BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Penyakit infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan masyarakat, Penyakit infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana infeksi bakterial pada kulit yang paling sering ditemui adalah pioderma.
dimana infeksi bakterial pada kulit yang paling sering ditemui adalah pioderma.
Pioderma termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia bahkan menempati Pioderma termasuk sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia bahkan menempati urutan ke empat. Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri urutan ke empat. Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri pembentuk
pembentuk pion. pion. Penyebab Penyebab utama utama adalahadalah bakbakteri teri StaStaphyphyloclococcoccus us auraureueuss dandan Streptococcus sp.
Streptococcus sp.[1][1]
T
Tererjadijadinynya a piopiodermderma a umuumumnymnya a dipdipengengaruaruhi hi oleoleh h gizgizi, i, hyhygiengieni, i, ikliklim,im, ked
kedaan aan ataatau u penpenyakyakit it yanyang g menmendasadasari. ri. ManManifeifestasstasi i kliklinis nis infinfekseksi i bakbakteri teri padpadaa pioderma
pioderma sangat sangat berariasi, berariasi, sesuai sesuai dengan dengan bakteri bakteri penyebabnya, penyebabnya, bagian bagian tubuhtubuh yang diserang, dan keadaan imunologik penderita. Penyakit ini berhubungan erat yang diserang, dan keadaan imunologik penderita. Penyakit ini berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.Tidak ada ras tertentu yang !enderung terkena dengan keadaan sosial ekonomi.Tidak ada ras tertentu yang !enderung terkena pioderma.
pioderma. Pioderma Pioderma dapat dapat menyerang menyerang lakilaki lakilaki maupun maupun perempuan perempuan pada pada semuasemua usia.
usia.[1][1]
"elulitis merupakan jenis pioderma paling banyak pada orang de#asa.
"elulitis merupakan jenis pioderma paling banyak pada orang de#asa.
"elulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di ba#ah $ tahun dan usia
"elulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di ba#ah $ tahun dan usia dekade keempat dan kelima. "emakin bertambahnya usia, insiden selulitis juga dekade keempat dan kelima. "emakin bertambahnya usia, insiden selulitis juga sem
semakiakin n menmeningingkatkat. . %al %al ini ini kemkemungungkinkinan an disdisebaebabkabkan n oleoleh h trautrauma ma padpada a kulkulitit
&abrasi' dan juga adanya penyakit menahun. (brasi kulit pada usia lanjut sering
&abrasi' dan juga adanya penyakit menahun. (brasi kulit pada usia lanjut sering terjadi dikarenakan adanya perubahan struktur kulit yang semakin menipis dan terjadi dikarenakan adanya perubahan struktur kulit yang semakin menipis dan rapuh. (b
rapuh. (brasi kulit ini dapat rasi kulit ini dapat menyebabkan timbulnya kolonisasi bakteri yang akanmenyebabkan timbulnya kolonisasi bakteri yang akan memi!u inasi bakteri sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Pada usia lanjut memi!u inasi bakteri sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Pada usia lanjut juga sering mengalami penyakit menahun &misalnya, diabetes'.
juga sering mengalami penyakit menahun &misalnya, diabetes'. Penyakit menahunPenyakit menahun in
ini i akakan an memenunururunknkan an sisistestem m imimun un dadalam lam tutububuh h yayang ng akakan an memenynyebebababkakann mudahnya terkena infeksi.
mudahnya terkena infeksi.[1][1]
1 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi
"elulitis adalah kondisi peradangan akut pada dermis dan jaringan subkutan biasanya ditemukan akibat komplikasi luka, ulkus atau dermatosis.
Menyebar dan bersifat piogenik, hal itu ditandai dengan nyeri lokal, eritema, bengkak dan panas. )aerah yang terlibat paling sering di kaki, tidak memiliki batas jelas dari kulit tidak terlibat. *risipelas, adalah istilah untuk selulitis
superfisial dengan keterlibatan limfatik menonjol, terdapat edema, berbatas tegas dengan kulit normal, dapat disertai dengan esikel atau bulla. +iturfitur khas memberikan tampilan dikenal sebagai -peau dorange -.[/,$]
"elulitis adalah infeksi kulit yang merupakan infeksi akut oleh Streptococcus β hemolyticus. 0ang mengenai epidermis dan dermis, juga
mengenai subkutis. ejala konstitusi dan tempat predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit berupa infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut.[2]
gambar 1. struktur komponen kulit dan jaringan lunak, infeksi superfi!ial, dan infeksi pada struktur yang lebih dalam [3]
B. Epidemiologi
/
"elulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di ba#ah $ tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada lakilaki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.[3]
Insidensi selulitis diperkirakan /2,4 kasus per 1555 pasien pertahun.
"elulitis lebih sering ditemukan pada kelompok usia pertengahan dan usia tua[4]
C. Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang de#asa adalah Staphylococcus aureus danStreptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b &%ib', Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang jarang pada selulitis.4 "elulitis pada orang de#asa imunokompeten banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme !ampuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. 6akteri men!apai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah.[/]
(dapun faktor predisposisi terjadinya erisepelas dan selulitis adalah7 kaheksia, diabetes melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. "elulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi se!ara mendadak pada kulit yang normal terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau hipostatik.[3]
Tabel 1. 8ariasi anatomi spesifik dan penyebab predisposisi terjadinya selulitis[$]
$
D. Patofisiologi
"elulitis biasanya terjadi akibat adanya luka, trauma, borok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya kolonisasi kuman. 9ondisi penurunan daya tahan tubuh seperti kakeksia, diabetes melitus, malnutrisi, dan penyakit sistemik disertai dengan hygiene yang kurang dapat meningkatkan /,3 kemungkinan terjadinya infeksi.[4]
6akteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, kurang gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.[3]
"etelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan
jaringan dan menghan!urkannya, hyaluronidase meme!ah substansi polisakarida, fibrinolysin men!erna barrier fibrin, dan le!ithinase
menghan!urkan membran sel.[3]
Infeksi bakteri dapat menyebar se!ara hematogenn dann limfogen sehingga dapat menyebabkan bakterimia, septikemia, limfangitis dan limfoedema[3]
E. Manifestasi linis
2
ambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. :mumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul se!ara !epat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadangkadang timbul bula. )apat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal &flegmon, nekrosis atau
gangren'.[;]
6erikut adalah tanda dan gejala yang terdapat pada penderita selulitis [<] 7 a. ejala selulitis
• )emam
• "akit atau nyeri di daerah yang terkena
• 9ulit kemerahan atau peradangan yang semakin besar sebagai infeksi menyebar
• 9ulit sakit atau ruam yang dimulai tibatiba, dan tumbuh dengan !epat dalam /2 jam
• 9ulit terasa hangat pada daerah yang kemerahan
• =ambut rontok pada tempat infeksi
• 9ekakuan sendi yang disebabkan oleh pembengkakan jaringan di atas sendi
• Mual dan muntah b. Tanda tanda infeksi
• Menggigil atau gemetar
• 9elelahan
• Perasaan sakit
• >yeri otot
• 9ulit hangat
• 6erkeringat
(dapun klasifikasi selulitis menurut *ron untuk infeksi kulit dan jaringan lunak terbai menjadi 2 kelas yaitu[?] 7
• 9elas I pasien tidak memiliki tandatanda toksisitas sistemik, tidak terkendali komorbiditas dan dapat biasanya dikelola dengan antimikroba oral se!ara ra#at jalan.
• kelas II pasien dengan penyakit sistemik atau tanpa penyakit sistemik tetapi dengan !omorbiditas seperti penyakit pembuluh darah perifer,
3
insufisiensi ena kronis atau obesitas morbid yang mungkin mempersulit atau menunda resolusi infeksi mereka.
• 9elas III pasien mungkin memiliki gejala sistemik yang signifikan seperti kebingungan akut, takikardia,takipnea, hipotensi atau mungkin memiliki komorbiditas stabil yang dapat mengganggu dengan respon terhadap terapi atau memiliki anggota tubuh infeksi yang mengan!am akibat gangguan askular.
• kelas I8 memiliki sindrom sepsis atau infeksi yang mengan!am ji#a berat seperti ne!rotizing fas!iitis.
Temuan klinis saja biasanya !ukup untuk mendiagnosis selulitis, khususnya di nontoksik pasien imunokompeten.[?]
!. Peme"isaan pen#n$ang%&' 1. Pemeriksaan mikroskopik
Pe#arnaan gram dari eksudat, pus, !airan bulaa, dan aspirasi dapat menunjukkan bakteri. ("7 strain !o!!us gram positif, S. Aureus 7 kelompok dari !o!!us gram positif, !lostridia 7 basil gram negatif, dan beberapa neutrofil.
/. 9ultur bakteri
"elulitis7 aspirasi atau biopsi dari tepi utama peradangan, mengidentifikasi patogen sampai dengan /5@ pada kasus. 6iakan Aamur dan mikobakteri ditunjukkan dalam kasus atipikal. Tempat masuk &ulkus, dll,' yang berdekatan dengan selulitis7 hasil yang serupa dengan kultur selulitis. 9ultur darah7 hasil yang sangat rendah, / sampai 2@, tertinggi pada infeksi (" %asil yang lebih tinggi di dapatkan pada lymphedema
kronis dan pada pasien dengan selulitis bukal atau periorbital.
$. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan sel darah putih dan laju endap darah &B*)' dapat meningkat.
2. Pemeriksaan dermatopatologi
+rozen se!tion biopsi lesi dapat membantu dalam mengesampingkan dermatosis inflamasi noninfeksi. Cpen surgi!al dengan debridement mendefinisikan luas dan keparahan dari >+ &ne!roti! fas!iitis'D jaringan didapatkan untuk pemeriksaan histologis, pe#arnaan ram, dan kultur
4
bakteri. )alam ne!rotizing "TI7 askulitis tanpa trombosis, didapatkan kurangnya neutrofil pada tempat infeksiD basilus ditemukan di media dan adentitia, tetapi biasanya tidak dalam intima pembuluh darah, Membantu pada selulitis kriptokokus.
3. Pemeriksaan radiologi
M=I dapat membantu dalam diagnosis infeksi selulitis akut dan berat, mengidentifikasi pyomyositis, ne!rotizing fas!iitis, dan selulitis menular dengan atau tanpa pembentukan abses subkutan. radiografi jaringan lunak, ET, M=I, dan pen!itraan ultrasonografi dapat mendeteksi abses lokal, gas dalam jaringan, dan yg terletak di ba#ah osteomyelitis tetapi tidak menentukan >e!roti! +as!iitis atau myone!rosis.
Temuan laboratorium biasanya mendukung asal infektif, menunjukkan leukositosis sedikit dengan neutrophilia, dan pembesaran indeks inflamasi.
Penurunan tibatiba jumlah darah mungkin menga#ali reaksi sho!k rilis lipopolisakarida pada infeksi ramnegatif. 9ultur *ksudat dengan aspirasi jarum atau s#ab tidak rutin dilakukan. Patogen dan pengujian sensitiitas terhadap antibiotik adalah #ajib untuk menyesuaikan pengobatan pada pasien yang gagal untuk merespon pengobatan dalam #aktu 2< jam, dan penundaan lebih lanjut dalam melakukan kultur pada saat itu mungkin berpengaruh negatif terhadap prognosis pasien. 9ultur darah dilakukan se!ara terbatas karena hasil positif dalam kasus minoritas dan isolat biasanya sama seperti di lesi kulit. kultur "#ab nasofaring disarankan untuk mengisolasi patogen aetiologi! okultisme.[15]
(. Diagnosis
)iagnosis klinis didasarkan pada gambaran morfologi dari lesi dan keadaan klinis seperti penyakit yang mendasari, ri#ayat perjalanan, paparan binatang, ri#ayat sengatanFgigitan dan usia. 9omfirmasi dengan kultur hanya /?@ pada pasien dengan imunokompeten. 9e!urigaan pada ne!rosis fas!iitis membutuhkan biopsi dalam dan frozen-section histopathology.[3]
)iagnosis selulitis umumnya didasarkan pada fitur morfologi dari lesi dan gambaran klinis. Aika terdapat drainase atau luka terbuka, atau ada jalan masuk bakteri yang jelas, pe#arnaan ram dan kultur bakteri dapat
;
memberikan diagnosis definitif. )engan tidak adanya temuan kultur, etiologi bakteri selulitis sulit untuk ditegakkan.[/]
)alam beberapa kasus staphylococcal dan streptococcus selulitis memiliki gambaran serupa dan tidak bisa dibedakan satu sama lain. 9ultur aspirasi jarum tidak ditunjukkan dalam pera#atan rutin karena hasilnya jarang mengubah ren!ana pengobatan. 6ahkan ketika diambil dari tepi utama peradangan, kultur dari aspirasi jarum dan biopsi pun!h positif hanya /5 persen dari kasus. %al ini menunjukkan bah#a rendahnya jumlah bakteri dapat menghasilkan kondisi ini dan bah#a daerah gejala berkembang di dalam kulit mungkin efek dari ra!un ekstraseluler atau mediator inflamasi yang ditimbulkan oleh host. Terlepas dari hasil yang rendah dari aspirasi untuk pasien indiidu, penelitian telah menghasilkan temuan impor untuk strategi pengobatan se!ara keseluruhan7 data dari berbagai studi, memeriksa baik
aspirasi jarum dan biopsi, menunjukkan bah#a terapi antimikroba untuk selulitis harus fokus pada !o!!i rampositie di host imunokompeten , khususnya ". aureus dan ". Pyogenes.[/]
ambar /. +a!ial !ellulitis dengan melibatkan regio superior maksila.[15]
<
ambar $. "elulitis berat pada kaki dengan esikel dan pustul, dengan perdarahan dan nekrorik.[15]
ambar 2. Progresif selulitis pada leher dengan meluas ke trunkus dengan pembentukan kulit yang keras dan mengelupas di bagian lesi primer.[15]
ambar 3. "elulitis pada kaki dengan lesi bulla yang besar dan tampak limfangitis.[15]
?
ambar 4. "elulitis karena pasteurella multocida setelah gigitan ku!ing, tampak bengkak dan edema.[$]
ambar ;. "elulitis karena streptococcus beta-hemolyticus grup A pada kaki pada pasien dengan paraplegia.[$]
H. Diagnosis )anding
"elulitis dapat di diagnosa banding dengan penyakit lain yang mengenai jaringan lunak seperti abses, ne!roti! fas!iitis, gangren, dan erypsipeloid.[15]
Nama pen*ait
Definisi Manifestasi lini
A)ses 9umpulan dari jaringan nekrotik, bakteri dan selsel inflamasi,
dikelilingi oleh kapsul reaktif dan dinding sel dari jaringan sehat di dekatnya
*ritematosa, bengkak dan terasa nyeri dengan daerah fluktuasi dan perubahan trofik. nanah
kekuningan tebal keluar dari abses melalui
fistula atau melalui
15
interensi medis.
Ne+"oti+
fas+iitis
>ekrosis progresif !epat pada lemak subkutan dan fasia, juga dikenal sebagai -sindrom flesh
eating- itu bersifat ra!un bagi pasien, dengan demam,
menggigil, takikardia, malaise, )an perubahan tingkat kesadaran.
Tipe I7 infeksi !ampuran anaerob fakultatif ditambah spesies seperti streptokokus atau
*nteroba!teria!eae.
Tipe II7 infeksi streptokokus grup (
)aerah sakit dengan
#arna merahungu menjadi abuabu Pat!h mengkilap, dengan
iola!eus bula, bisul dan daerah mengkilap,
!airan berbau busuk , karena nekrosis lemak.
)alam palpasi teraba kerasa seperti kayu.
)apat terjadi hipo atau anestesi menunjukkan adanya
keterlibatan saraf.
(ang"en >ekrosis jaringan lunak dalam terutama karena kehilangan suplai darah, kadangkadang memungkinkan inasi dan
proliferasi bakteri, terutama yang mampu untuk bertahan hidup dengan sedikit atau tanpa oksigen, seperti familyClostridium. Ini sering memiliki onset mendadak.
Bembut, ber#arna
kuning gelap atau !oklat perubahan #arna kulit,
dengan bula sera
haemati! dan ber!ak nekrosis. "ebuah
!okelat kusam berbau sering terjadi. krepitus di
palpasi mendukung diagnosis memproduksi bakteri gas &as
ganggren'.
E"*psipeloid "ebuah penyakit akibat kerja, yang disebabkan oleh
Erysipelotri rhusiopathiae,
klinis yang umum untuk erisipelas dan selulitis bakteri lainnya, tetapi
11
merupakan kontaminasi dari bakteri batang rampositif.
6erasal dari bangkai binatang atau ikan. dokter he#an, pengemas daging, nelayan sering terkena trauma. minimal penanganan sementara yang terhadap terkontaminasi bahan.
biasanya lebih ringan dan !enderung self
limited.
I. Penatalasanaan
:ntuk memper!epat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring dengan eleasi tungkai yang terkena. "e!ara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, misalnya permanganas kalikus 1F3555 atau 1F15555, yodium poidon ;,3@ dien!erkan 15G, atau rianol 1 H. "istemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,kllndamisin eritromisin, atau sefalosporin.[2]
9arena sebagian besar kasus selulitis yang disebabkan oleh stafilokokus dan spesies streptokokus, antibiotik beta laktam dengan aktiitas terhadap peni!illinase yang dihasilkan oleh bakteri S. aureus sebagai obat pilihan terapi. Eefazolin, sefalosporin generasi pertama, naf!illin, adalah obat sintetis penisilin antistaphylo!o!!al dan !eftriaGone, sefalosporin generasi ketiga, semuanya merupakan obat pilihan pengobatan a#al. Aika diduga methicillin resistant S. aureus &M="(' atau pasien sangat alergi terhadap penisilin, maka
ankomisin dan linezolid adalah sebagai obat pilihan terapi yang diberikan dan memiliki tingkat kesembuhan yang sama. (#al pengobatan harus diberikan se!ara I8 di rumah sakit jika peradangan ini menyebar dengan
!epat, terdapat respon sistemik yang signifikan &menggigil dan demam' atau jika ada komplikasi bersama kondisi seperti imunosupresi, neutropenia, gagal jantung atau gagal ginjal. Infeksi kaki )iabetes memerlukan pera#atan khusus karena sering melibatkan beberapa patogen. "ebuah studi barubaru menunjukkan bah#a ampi!illin sulba!tam dan imipenem !ilastatin memiliki
1/
tingkat kesembuhan yang sama &<1 persen dan <3 persen' kombinasi lebih
!osteffe!tie.[/]
Bangkahlangkah pera#atan suportif meliputi eleasi dan imobilisasi dari anggota tubuh yang terlibat untuk mengurangi pembengkakan dan penerapan dressing garam steril untuk menghilangkan nanah dari lesi terbuka. Infeksi )ermatophyti! harus ditangani dengan agen antijamur topikal. Penggunaan Prompt dari antijamur baik senbagai profilaksis atau pada tanda a#al kekambuhan dapat mengurangi resiko penyebaran. Pasien dengan edema perifer !enderung untuk selulitis berulang, kebersihan kulit yang baik dan pengobatan yang tepat dari tinea pedis &kaki atlet' dapat membantu men!egah kekambuhan. Meskipun langkahlangkah ini, beberapa pasien terus berjuang dengan episode selulitis sering dan dapat mengambil manfaat dari penggunaan profilaksis penisilin atau eritromisin.[/]
6erikut merupakan tatalaksanan pengobatan pada selulitis berdasarkan kelasnya.[?]
J. P"ognosis
"elulitis akut, dengan atau tanpa pembentukan abses, memiliki ke!enderungan untuk menyebar melalui limfatik dan aliran darah dan dapat menjadi penyakit serius, jika tidak diobati se!ara dini. Pada pasien dengan edema kronis, proses tersebut dapat menyebar dengan sangat !epat dan pemulihan mungkin lambat, meskipun drainase dan sterilisasi lesi dengan antibiotik. 9adangkadang, erysipelas atau !ellulitis tidak diobati mungkin
1$
diperparah oleh pembentukan bula, abses, ne!rotizing fas!iitis, dan bakteremia dengan sepsis atau infeksi metastatik dalam berbagai organ. diagnosis dan pengobatan yang tepat men!egah keduanya terhadap komplikasi supuratif dan non supuratif. >amun, pada bayi muda dan pasien lansia, dan pada indiidu yang menerima glukokortikoid, penyakit ini dapat berkembang dengan ke!epatan yang menyebabkan hasil yang fatal.[11]
BAB III PENUTUP
"elulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superfisial. +aktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal &robekan kulit', luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik &ena' maupun pembuluh getah bening. )aerah predileksi yang sering terkena yaitu #ajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas ba#ah. "ellulitis dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas II8, berdasarkan derajat keparahan serta tanda dan gejala yang pasien alami. Pada pemeriksaan klinis selulitis7 adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas.
)iagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.
12
DA!TA, PUSTAKA
!. +ahriah. Pandaleke %*. 9apanto# M. Profil pioderma pada orang de#asa di poliklinik kulit dan kelamin =":P prof. )r. =. ). 9andou manado tahun
/51/. "urnal e-Clinic #eCl$% &olume '% (omor !)*+!,.%al.3/43/;.
*. Maitre "arah. Eellulitis7 )efinition, *tiology, )iagnosis and Treatment.
(meri!an Medi!al (sso!iation Aournal of *thi!s7 Illuminating the art of medi!ine.8olume <, >umber 1/7 /554. %al.<$1<$$.
'. "#artz M>. Elini!al pra!ti!e7 !ellulitis. ( Engl " ed . /552D $357?52?1/.
. )aili *". Menaldi "B.isnu IM. Penyakit kulit yang umum di Indonesia. PT Medi!al multimedia indonesia. Aakarta 7 /553.
,. olff 9, Aohnson =(, +itzpatri!ks7 !olor atlas and synopsis of !lini!ally dermatology. >e# 0ork7 M!ra#%ill. /55<
/. >oarina =M, "a#itri. Profil Pasien *risipelas dan "elulitis &The Profile of
*rysipelas and Eellulitis Patients'. Berkala 0lmu 1esehatan 1ulit dan 1elamin - 2eriodical of 3ermatology and &enereology. &olume *4% nomor ! ) *+!,. 4. Eon!heiro A, Boureiro M, onzJlez8ilas ), et al. /55?. Erysipelas and
cellulitis5 a retrospecti6e study of !** cases. 155&15'7 <<<?2
13
7. Aoseph A, (braham ", "oman (, et al. Eellulitis7 a ba!terial skin infe!tion, their !auses, )iagnosis and treatment. 8orld "ournal of 2harmacy and 2harmaceutical Sciences% &olume '% 0ssue )*+!.%al $5<$/4.
9. +ulton =aymond. uidelines Cn The Management Cf Eellulitis In (dults.
Clinical :esource Efficiency Support ;eam #C:ES; '. >orthern Ireland7/553.
!+. (tzori B. Manunza +. Pau M. >e# Trends In Eellulitis. *MA *uropean Medi!al Aournal dermatology./51$7 %al.42;4
!!. olff 9. Beffel )A. Paller (". et al. +itzpatri!ks 7 )ermatology in general medi!ine eighth edition. M!ra#%ill. >e# 0ork7 /55<.
14