18 Tahun 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim melengkapi sarana atau prasarana REDD+ dalam rangka pelaksanaan mandat penanganan perubahan iklim. Sebagai turunan dari pedoman MRV nasional, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim telah menghasilkan Pedoman Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia. Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan National Contact Point untuk UNFCCC.
REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation, peran konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan stok karbon hutan di negara berkembang) merupakan salah satu aksi mitigasi perubahan iklim melalui upaya penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan gunakan. Skema REDD+ yang diusulkan pada COP 13 di Bali bertujuan untuk mengatasi perubahan iklim dengan memberikan kompensasi/pembayaran finansial kepada sejumlah negara berkembang untuk setiap penurunan emisi yang dicapai melalui upaya menghentikan deforestasi dan degradasi hutan.
REDD+ di Indonesia
Negara Peserta (Para Pihak) dapat memilih tahapan sesuai dengan keadaan nasional, kapasitas dan tingkat dukungan yang dicapai oleh masing-masing negara. Dan setelah menyiapkan berbagai instrumen dan perlengkapan terkait baseline, NFMS, SIS dan pembiayaan, pada tahun 2018 Indonesia sudah dapat memasuki fase implementasi penuh. Dengan disetujuinya tujuh keputusan COP 19 tentang REDD+ dan pengakuan peran hutan serta rejim REDD+ internasional yang semakin kuat sebagaimana dituangkan dalam Perjanjian Paris, Indonesia harus mendorong agar REDD+ dapat dilaksanakan sepenuhnya sesegera mungkin, termasuk melalui pengembangan sistem MRV di tingkat nasional dan cakupannya di tingkat daerah.
Pengertian MRV
Perkembangan MRV di Indonesia
Untuk melaksanakan MRV di tingkat nasional, sistem MRV nasional disusun secara bertahap seperti yang dijelaskan pada Gambar 3 di bawah ini. Sedangkan pada subskema Pengukuran, penanggung jawab di tingkat nasional dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV diberi mandat untuk melaksanakan Inventarisasi GRK, mengidentifikasi sumber/penyerapan emisi GRK, dan menetapkan baseline untuk emisi GRK. Dalam subskema Verifikasi atau Verifikasi, laporan tersebut selanjutnya diproses oleh DJPPI – KLHK untuk melakukan proses validasi dan verifikasi capaian penurunan emisi GRK.
Tim MRV di DJPPI memfinalisasi dan merangkum capaian penurunan emisi GRK 5 sektor (berbasis lahan dan non lahan) kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan c.q. Seluruh dokumentasi capaian penurunan emisi GRK dari 5 sektor yang terdaftar dalam SRN tersebut nantinya akan menjadi dasar penyusunan laporan internasional Natcom, BUR dan laporan internasional lainnya.
Modalitas MRV Indonesia
Pelaku aksi dan mereka yang bertanggung jawab atas rencana aksi aksi mitigasi perubahan iklim dan menyusun skenario emisi GRK, serta melaksanakan aksi mitigasi perubahan iklim tersebut. Dalam subskema Pelaporan, selama periode aksi mitigasi perubahan iklim, pelaksana aksi wajib melakukan pemantauan, pencatatan (dokumentasi) dan evaluasi internal terhadap seluruh aksi mitigasi yang dilakukan di wilayah kerjanya. Menteri menunjuk Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim sebagai penanggung jawab verifikasi untuk mengkaji/mengevaluasi dokumen laporan.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim menugaskan tim MRV yang terdiri dari tim teknis verifikasi untuk melakukan penilaian Laporan Hasil Aksi. Tim verifikasi teknis dalam pelaksanaan perintah Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim dapat dibantu oleh tim ahli independen. Tim MRV dalam hal ini tim verifikasi teknis menyampaikan laporan hasil verifikasi kepada Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim.
Persetujuan, apabila hasil penilaian sesuai dengan dokumen laporan, maka hasil aksi mitigasi perubahan iklim dimasukkan ke dalam sistem registrasi nasional pada bagian yang diverifikasi. Penolakan, apabila asesmen menemukan ketidaksesuaian hasil verifikasi, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (c.q. tim MRV) mengirimkan dokumen laporan beserta hasil asesmen kembali kepada Person in Control of Action. Struktur tim MRV nasional menegaskan bahwa tim MRV Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim bekerja untuk 5 sektor, yaitu sektor energi dan transportasi, sektor kehutanan dan lahan gambut, sektor pertanian, sektor limbah, dan sektor industri.
Untuk urusan REDD+, tim MRV yang menanganinya adalah tim MRV kehutanan dan lahan gambut serta para ahli terkait di bidangnya.
TEKNIS MRV UNTUK REDD+
- Informasi yang perlu diukur
- Data Aktivitas dan Faktor Emisi
- Reporting (Pelaporan)
- Verification (Verifikasi)
Selanjutnya, baseline/FREL sub-nasional telah ditetapkan dalam buku "Pedoman Penentuan Tingkat Rujukan Emisi Hutan Sub-Nasional/FREL untuk REDD+" (dokumen terpisah). Ada korelasi antara kategorisasi tutupan lahan subnasional yang diusulkan oleh subnasional/provinsi dan nasional. Kategori sub-nasional dapat dikategorikan dalam sistem kategorisasi nasional berdasarkan standar standar (misalnya: SNI).
Sebagaimana telah disebutkan, FREL nasional dan FREL Sub-Nasional yang dilakukan melalui technical assessment pada tahun 2016 berlaku sampai dengan tahun 2020. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim pelaksana REDD+ atau badan pengelola REDD+ sub-nasional (provinsi) melalui SRN. Sedangkan verifikasi internal yang dilakukan Ditjen PPI oleh tim MRV bidang kehutanan bertujuan untuk mengetahui keterkaitan kegiatan yang dilakukan dengan target NDC sub nasional yang bersangkutan.
Pendekatan pertama digunakan untuk memastikan bahwa meskipun tidak ada kemauan di tingkat sub-nasional (provinsi) untuk memainkan peran penting dalam REDD+. Sedangkan pendekatan kedua digunakan jika ada kemauan di tingkat sub-nasional (provinsi) untuk memainkan peran penting dalam REDD+ di bawah skema pembayaran berbasis hasil. Skema MRV REDD+ Indonesia dalam hal lembaga pengelola REDD+ di tingkat sub-nasional (provinsi) belum terbentuk.
Pelaksanaan REDD+ di tingkat Subnasional (Lembaga atau Lembaga Pengelola REDD+/LPSN Subnasional (Provinsi) harus dikoordinasikan dengan pelaksana REDD+ di bidang pengukuran kinerja/REDD+ WPK; Entitas sub-nasional (LPSN dan/atau Pelaksana REDD+) mendaftarkan pelaksanaan REDD+ (Hasil Pengukuran dan Pelaporan) di SRN-PPI; Skema MRV REDD+ Indonesia telah dibentuk dalam kerangka Badan Pengelola REDD+ di tingkat Sub-Nasional (Provinsi).
Setelah menerima hasil verifikasi lengkap, Entitas Sub-Nasional (Lembaga atau Pengelola REDD+ Sub-Nasional dan Pelaksana REDD+) melaporkan hasil verifikasi TVI kepada Tim MRV Ditjen PPI; Apabila hasil verifikasi tidak disetujui, maka akan dikirimkan kembali kepada pelaksana REDD+ berkoordinasi dengan Lembaga atau Badan/Lembaga Pengelola REDD+ Daerah (Provinsi).
REGISTRI NASIONAL DALAM MRV UNTUK RBP REDD+
Sistem Registrasi Nasional (NRS) juga merupakan bentuk pengakuan pemerintah atas kontribusi berbagai pihak dalam upaya pengendalian perubahan iklim (adaptasi, mitigasi, adaptasi-mitigasi bersama, pembiayaan, teknologi, peningkatan kapasitas). Melalui SRN PPI juga dijadikan sebagai penyedia data dan informasi kepada masyarakat tentang kiprah dan sumber daya serta prestasinya. Sistem Registrasi Nasional (SRN) PPI yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim sebagai Focal Point Nasional digunakan untuk mencatat pelaksanaan REDD+ di tingkat Sub-Nasional.
Hal ini digunakan sebagai bahan untuk memastikan pelaksanaan REDD+ di tingkat daerah sesuai dengan prinsip transparansi, akurasi, kelengkapan, konsistensi dan menghindari penghitungan ganda yang tercermin dalam sistem MRV. Penyelenggara kegiatan dapat mendaftar di register nasional dengan terlebih dahulu mengisi informasi umum tentang kegiatan tersebut. Data/informasi rinci mengenai SRN dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Menteri tentang Sistem Registrasi Nasional (SRN).
Memberikan informasi kepada publik secara online tentang pelaksanaan REDD+ yang telah dicatat, dilaporkan dan diverifikasi. Registrasi hasil penurunan emisi yang terverifikasi dalam Sistem Registrasi Nasional (SRN) PPI digunakan sebagai prasyarat akses pembayaran berbasis hasil untuk implementasi REDD+ di tingkat nasional dan daerah. Pelaksana/penanggung jawab aksi REDD+ terlebih dahulu harus terdaftar di SRN PPI sebelum proses RBP dimulai dengan BLU dan jika RBP sudah diterima harus dilaporkan.
Mengenai peran entitas daerah dalam pembiayaan REDD+, pembayaran hasil kinerja dalam bentuk pembayaran berbasis hasil (RBP) konsisten dengan verifikasi hasil pengukuran penurunan emisi gas rumah kaca berdasarkan FREL. Jadi, untuk mengakses pendanaan REDD+, pelaku REDD+ perlu berkoordinasi dengan pihak subnasional/provinsi untuk memastikan bahwa kegiatan konsisten dengan program dan alokasi FREL subnasional. Penyaluran dana langsung kepada pelaku (pengusaha/penanggung jawab aksi REDD+) atau melalui lembaga penyalur bagi pelaksana REDD+ yang tidak/belum memiliki kapasitas untuk mengaksesnya secara langsung.
PENUTUP
Pedoman Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi Perubahan Iklim di Indonesia. MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang tata cara pelaksanaan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peran konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan stok karbon hutan. Keputusan kunci yang relevan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara berkembang (REDD+).
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
INFORMASI UMUM 2.1 Periode Pelaksanaan
INFORMASI MANAJERIAL/ KELEMBAGAAN
INFORMASI TEKNIS
PEROLEHAN RESULT BASED PAYMENT*
RENCANA PERBAIKAN (PLAN FOR IMPROVEMENT) PENUTUP
- Dukungan Strategi Nasional REDD+ dan Kebijakan Kehutanan
- Kelembagaan (Institutional Arrangement)
- Batas Wilayah Kegiatan
- Kategori Wilayah
- Informasi Pendanaan
- Perangkat Kegiatan
- Implementasi Kegiatan
- Mekanisme Benefit dan Risk Sharing
- Legalitas
- Batas Wilayah
- Jangka Waktu
- Penentuan REL
- Penyelenggara Ruang Lingkup Kegiatan
- Hasil Pelaksanaan Kerangka Pengaman/Safeguards
- Penghitungan dan Pemantauan
- Penghitungan dan Pemantauan Manfaat selain Karbon Informasi terkait hasil penghitungan dan pemantauan manfaat
- Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Transfer Teknologi
- Kontribusi terhadap Pemenuhan Target NDC
- Emisi Baseline
- Emisi Setelah Mitigasi
- Capaian Penurunan Emisi
- Sumber Data Akivitas
- Faktor Emisi
Status kegiatan adalah status kegiatan REDD+ yang sedang berlangsung yang dibagi menjadi 3, yaitu: i) dalam tahap perencanaan; ii) sedang berlangsung/diimplementasikan; dan iii) selesai. Skala adalah skala kegiatan REDD+ yang dicirikan oleh wilayah administrasi yaitu skala provinsi; Kabupaten/Kota; Status kawasan adalah status kawasan yang terkena kegiatan REDD+, misalnya status kawasan hutan lindung, hutan produksi dan sebagainya.
Orang yang bertanggung jawab dapat berupa badan yang melaksanakan kegiatan REDD+ atau badan sub-nasional yang berwenang untuk berkoordinasi. Informasi kontak adalah informasi alamat, nomor telepon, nomor fax dan alamat email, serta website lembaga pelaksana kegiatan REDD+. Informasi pelaksanaan kegiatan REDD+ sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang relevan di tingkat nasional dan sub-nasional, termasuk keputusan terkait REDD+.
Untuk mengetahui kepastian batas wilayah pelaksanaan kegiatan REDD+ digunakan untuk menentukan atau mengukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, pelaksana kegiatan REDD+ wajib mengisi data dan informasi terkait pelaksanaan safeguards. Informasi yang dilaporkan pada bagian ini merupakan perhitungan pencapaian penurunan emisi dan/atau penyerapan karbon dari kegiatan REDD+ yang telah memberikan kontribusi (dalam ton CO2eq). serta persentase target NDC sektor kehutanan.
Informasi jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan setelah mitigasi juga harus diverifikasi untuk mengetahui apa yang telah dicapai oleh penyelenggara kegiatan. Informasi pencapaian pengurangan emisi gas rumah kaca dihasilkan setelah menghitung emisi setelah mitigasi dikurangi emisi dasar. Untuk mengetahui sumber faktor emisi yang digunakan oleh pelaksana aksi yang terdiri dari faktor emisi internasional atau nasional, sedangkan sumber lain adalah faktor emisi spesifik lokasi atau lokal yang dikembangkan oleh pelaku kegiatan REDD+ dan dipublikasikan secara ilmiah di kalangan akademisi nasional dan internasional.
Data dan informasi yang digunakan dan terkait dengan kegiatan REDD+ harus transparan dan konsisten dari waktu ke waktu dan sesuai dengan tingkat referensi emisi hutan dan harus dinyatakan dalam ton setara karbon dioksida per tahun (ton CO2e per tahun). Standar dan metodologi yang digunakan untuk MRV kegiatan REDD+ mengacu pada pedoman internasional, namun harus konsisten dengan sistem MRV nasional.