• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR Puskesmas Cimenyan

N/A
N/A
Danny Yanuar

Academic year: 2023

Membagikan "KATA PENGANTAR Puskesmas Cimenyan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan pedoman Internal Kesehatan Kerja di Puskesmas Cimenyan. Pedoman ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pekerja di Puskesmas Cimenyan.

Pelayanan kesehatan program ISPA merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang harus dilaksanakan yang bertujuan untuk mencegah angka kesakitan dan kematian pada penderita baik dewasa terutama pada anak – anak untuk melasanakan program ispa sangat di perlukan suatu pedoman internal supaya dalam pelayanan sesuai dengan yang di harapkan. Dimana penderita ispa menyebabkan angka kesakitan bahkan kematian terutam pada anak – anak usia balita sehingga perlu di waspai dan harus mendapatkan penanganan yang cepat untuk mencegah terjadinya kematian. Puskesmas merupakan ujung tombak untuk mendeteksi sedini mungkin pada penderita ispa.

Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat dipergunakan dan dapat mempermudah dalam pelayanan kesehatan pada penderita ispa.

(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) adalah penyakit yang sering terjadi pada anak. Insiden menurut kelompok umur balita diperkirakan 0.29 % episode per anak/tahun di Negara beerkembang dan 0,56 % episode per anak/tahun di Negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia pertahun dimana 151 juta episode (96,7 %) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India ( 43 Juta ), Cina ( 21 Juta 0, dan Pakistan ( 10 Juta ) dan Bangladesh, Indonesia,Nigeria masing – masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat 7-13 % kasus berat yang memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk pilek pada balita di Indonesia di Perkirakan 2-3 kali pertahun ( Ruden et al Bulletin WHO 2008 ).

Ispa merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas ( 40-60 %) dan rumah sakit ( 15 – 30 % ).

Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia lebih banyak di bandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun di perkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal Karena pneumonia ( 1 balita/20 Detik ) dari 9 juta total kematian balita. Di antara 5 kematian balita 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “ Pandemik yang terlupakan “ atau The Forgetten Pandemik “, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia di sebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau “the forgetten Killer of Children “ ( Unicef, WHO 2006 WPD 2011 ). Di Negara berkembang 60 % kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdes 2007proporsi kematian balita karena pneumonia menempati urutan kedua ( 13,2 % ) setelah diare, sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian baita karena pneumonia menempat urutan pertama sementar di Negara maju umumnya disebabkan oleh Virus.

Berdasarkan bukti factor resiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk,polusi udara dalam ruangan ( indoor air pollution ), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian balita karena pneumonia mencakup 19 % dari keseluruhan mati balita dimana sekitar 70 % terjadi di Subsaha afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukan Streptococcus Pneumonia. Aspekyang di kelola dengan baik dari aspek manajemen di tingkat puskesmas maupun aspek pelayanan kesehatan pada masyarakat yang mencakup promotif, preventif dan kuratif maka diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan ISPA di Puskesmas.

(3)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Turunnya angka kesakitan dan kematian pneumonia sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

2. Tujuan khusus

 Turunnya angka kematian balita akibat pneumonia dari 5 per 1000 balita pada tahun 2000 menjadi 3 per 1000 balita akhir tahun 2004

 Turunnya angka kematian balita akibat pneumonia dari 10 % - 20 % pada tahun 2000 menjadi 8 % - 16 % pada akhir tahun2004.

C. Sasaran

a. Sasaran Primer

 Balita < 5 tahun

 Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas kesehatan b. Sasaran skunder

 Tenaga kesehatan

 Kader

 Tokoh masyarakat, dll D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya focus pad pengendalian pneumonia balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu;

1. Pengendalian pneumonia balita 2. Pengendalian ISPA umur > 5 tahun

3. Kesiapsiagaan dan respon terhadap penderita influenza serta menyakiti saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.

4. Factor resiko ISPA E. Batasan Operasional

Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan komitmen pemerintah pusat, pemerintah daerah,dukungan dari lintas program,lintas sector,peran serta masyarakat termasuk dunia usaha. Pedoman ini mengulas situasi pengendalian pneumonia, kebijakan dan strategi, kegiatan pokok,peran pemangku kepentingan.

F. Landasan Hukum

1. Undang – undang nommor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

2. Undang – undang Nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular 3. Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

sebagaimana telah dirubah dengan undang-undang nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan peraturan pemerintah penganti Udang – undang Nomor

(4)

3 Tahun 2005 Tentang perubahan Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan.

4. Undang – undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik Negara/Daerah.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Kesehatan.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537/MENKES/SK/XII/2002 tentang pedoman pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggulangan Pneumonia pada Balita.

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.

(5)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sumber Daya manusia ( SDM ) yang terlibat dalam P2P ISPA meliputi kader, petugas kesehatan yang membersihkan tatalaksana ISPA di sarana pelayanan kesehatan ( Polindes,Pustu,Puskesmas,RS, Poliklinik ), Pengelola program ISPA di Puskesmas Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Upaya peningkatan kualitas SDM P2 ISPA dilakukan di berbagai jenjang melalui kegiatan di antaranya :

1. Tingkat Puskesmas

 Pelatihan ISPA bagi Kader

 Pelatihan Tatalaksana penderita ( diintegrasikan dalam pelatihan MTBS ).

 Pelatihan outopsi Verval.

2. Tingkat Kabupaten

 Pelatihan tatalaksana penderita (diintegrasikan dalam pelatihan MTBS )

 Pelatihan manajemen program p2 ISPA

 Pelatihan audit kasus pelatihan audit manajemen 3. Tingkat Propinsi

 Pelatihan tatalaksana penderita ( diintegrasikan dalam pelatihan MTBS )

 Pelatihan autopsy verbal

 Pelatihan audit kasus

 Pelatihan audit manajemen

 Pelatihan promosi p2 ISPA

 Pelatihan tatalaksana kasus ISPA balita di sarana rujukan B. Distribusi Ketenagaan

Kepala Puskesmas menugaskan kepada petugas/progremer kesehatan ISPA untuk melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA.

(6)

C. Jadwal Kegiatan Kegiatan

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agus t

Sep t

ok t Pertemuan

lintas program

Pemeriksaan ISPA

Pengumpulan Data

Pencatatan dan

pengolahan data

D. STANDAR FASILITAS

a. Stetoskop 1

b. Thermometer 2

c. Timer 10

(7)

BAB III

STANDAR FASILITAS A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas

1. Ruangan untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain 2. Daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan

3. Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan kerja 4. Media komunikasi informasi dan edukasi.

(8)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Program Kesehatan ISPA

Program kesehatan ISPA dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung yang meliputi preventif, promotif, dan kuratif dalam rangka meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam menanggulangi gangguan kesehatan ISPA.

B. Metode Program Kesehatan ISPA 1. Penyuluhan kesehatan ISPA 2. Penanganan kasus ISPA 3. Skrining ISPA pada Balita 4. Melakukan rujukan ISPA C. Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Mempersiapkan tempat untuk melakukan penyuluhan baik di dalam maupun di luar gedung.

b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk penyuluhan seperti lembar balik,leaflat,dll

2. Perencanaan

a. Menyusun rencanaususlan kegiatan Program Kesehatan ISPA b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan ISPA c. Menyusun panduan kegiatan Program Kesehatan ISPA

d. Menyusun kerangka acuan kegiatan Program Kesehatan ISPA e. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan Program Kesehatan ISPA 3. Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan Program Kesehatan ISPA sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan.

b. Menyusun laporan hasil kegiatan Program Kesehatan ISPA.

4. Monitoring

a. Monitoring program kesehatan ISPA dilaksanakan yang terkait dengan kegiatan lintas program dan lintas sektor

b. Monitoring program kesehatan ISPA terkait dengan jadwal kegiatan 5. Evaluasi

Evaluasi harus dilakukan pada program kesehatan ISPA

(9)

BAB v LOGISTIK

Dukungan logistic sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan program P2 ISPA. Aspek logistic pemberantasan penyakit ispa mencakup peralatan, bahan dan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan program P2 ISPa, sampai saat ini logistic kegiatan pemberantasan penyakit ISPA yang telah di stadarisasi oleh program P2 ISPA terdiri dari logistic untuk kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita dan logistic untuk kegiatan komunikasi dan penyebaran informasi.

(10)

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program ISPA perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap –tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

(11)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program kesehatan ISPA perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap resiko harus dilakukan untuk tiap – tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

(12)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program ispa di monitor dan di evaluasi dengan menggunakan indicator sebagai berikut :

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan.

3. Ketepatan metode yang di gunakan.

4. Tercapainya target program kesehatan ISPA

Permasalahan yang di bahas tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas 1. Jumlah hasil capaian kegiatan

2. Cakupan yang kurang

3. Tindak lanjut yang akan di laksanakan

4. Dll yang berhubungan dengan hasil pelaksanaan kegiatan termasuk pendanaannya.

(13)

BAB IX PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program / lintas sektoral terkait dalam pelaksanaan program kesehatan ISPA di puskesmas. Keberhasilan program kesehatan ISPA tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga tercapai target dengan meningkatkanya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam menanggulangi penyakit ISPA.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Profil Kesehatan ini mencakup kegiatan yang ada di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah maupun lintas sektor terkait di Kabupaten Lombok Barat, yang

RENCANA KERJA BAPPEDA &amp; PM 201 5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB  I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1.1..

Bersama tim perencanaan Puskesmas menyusun renca na pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas untuk tahun berjalan. Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur lintas

Bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem informasi puskesmas online pada layanan jaminan kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Bangkalan dengan bahasa yang digunakan

Bab III berisi penggunaan TIK di sektor bisnis yang terbagi atas penggunaan komputer, tenaga kerja pengguna komputer, penggunaan internet, tenaga kerja pengguna

Materi penyusunan modul ini adalah berdasarkan pada perencanaan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas, perencanaan penempatan Alat Pemberi

Masing-masing rencana aksi mitigasi emisi GRK akan dilaksanakan oleh masing-masing lembaga/instansi yang terkait seperti yang dijabarkan pada Bab III dan Bab V. Sementara,

2.8.2.4 Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM bersama Lintas Program dan Lintas Sektor terkait melakukan penyesuaian rencana kegiatan berdasarkan hasil perbaikan dan dengan tetap