• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PEMULASARAN JENAZAH

N/A
N/A
Heru Khoir

Academic year: 2023

Membagikan "PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PEMULASARAN JENAZAH"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI

PEMULASARAN JENAZAH

(2)

BAB I

I. PENDAHULUAN

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis yang berguna untuk menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap bersih dan mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian yang wajar, akan tetapi pada kematian yang tidak wajar, pengawetan jenazah baru dapat dilakukan setelah

pemeriksaan jenazah atau autopsi dilakukan.

Perawatan jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

meliputi penempatan sementara jenazah sebelum dibawa pulang, pemulasaran jenazah dan pengawetan jenazah. Pelayanan perawatan jenazah ini tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas unit kamar jenazah. Perawatan jenazah melibatkan banyak unit kerja, yakni unit rawat inap, unit rawat intensif, unit gawat darurat, unit sanitasi, unit linen dan laundry, unit logistik dan URT,

unit PSP2RS, unit administrasi dan keuangan, serta unit farmasi.

Perawatan jenazah di luar kamar jenazah merupakan bagian dari asuhan keperawatan pelayanan fase terminal dari kehidupan pasien. Asuhan keperawatan ini harus dilakukan dengan senantiasa memperhatikan keselamatan pasien dan keselamatan

kerja dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

Perawatan jenazah di kamar jenazah dilakukan untuk mempersiapkan jenazah dibawa pulang oleh keluarga baik untuk proses pemakaman / kremasi yang langsung dilakukan ataupun ditunda untuk suatu proses ibadah atau alasan lainnya.

II. LATAR BELAKANG

Unit kamar jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat. berada di sudut kanan lantai 1 dekat pintu samping Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat dengan alur untuk pelayanan penanganan kamar jenazah yang sudah diatur. Kamar jenazah ini tidak bisa dilalui oleh orang tidak berkepentingan . Lalu lintas menuju kamar jenazah hanya dapat dilalui oleh petugas dari Unit Satpam dan unit PSP2RS yang ditugaskan untuk mengangkat jenazah menuju kamar

jenazah serta perawat pelaksana yang bertugas untuk melakukan pemulasaran jenazah.

Kamar jenazah suatu rumah sakit bukanlah satu – satunya pintu keluar pasien. Masih terdapat pintu keluar lain, yakni pintu kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien

(3)

yang telah benar – benar tanpa nyawa. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat meliputi penempatan sementara jenazah pasien sampai jenazah dibawa pulang ke rumah

ataupun disemayamkan di rumah duka, pemulasaran jenazah, dan pengawetan jenazah.

Pasien yang meninggl oleh karena penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular akan mengalami proses pembusukan dan menjadi sumber kuman. Oleh karena itu, perawatan jenazah menjadi salah satu bagian penting dari langkah – langkah

(4)

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang membutuhkan pedoman kerja yang baik.

III. TUJUAN

Tujuan Umum :

Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat untuk dapat melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Tujuan Khusus

1. Sebagai pedoman pelaksanaan di kamar jenazah yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nosokomial.

2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga, dan masyarakat.

3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum dilihat dan dibawa pulang oleh keluarga.

4. Sebagai pedoman dalam meminimalkan kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.

IV. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan kamar jenazah meliputi :

1. Penempatan sementara jenazah sebelum dibawa pulang.

2. Pemulasaran jenazah 3. Pengawetan jenazah V. BATASAN OPERASIONAL

1. Jenazah adalah jasad orang yang telah meninggal secara medis.

2. Pemulasaran jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal yang meliputi persiapan jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga, transportasi ke kamar jenazah, dan melakukan disposisi (penyerahan) barang – barang milik pasien. Jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui otopsi. (Dalam hal

ini, perawatan jenazah dilakukan di rumah sakit rujukan untuk otopsi.) 3. Pengawetan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian

bahan kimia tertentu pada jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi selesai dilakukan untuk kematian yang tidak wajar.

VI. LANDASAN HUKUM

1. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

(5)

2. Undang – Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Permenkes No. 986 / Menkes / Per / XI / 1992 tentang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

4. SK MENKES RI No. 129 / MENKES / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 / Menkes / SK / X / 1992 tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit

6. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001.

(6)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Seluruh tenaga yang bekerja ataupun membantu di Unit Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat dianjurkan untuk :

1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin dan HbsAg, serta foto thorax minimal 1 tahun sekali.

2. Status imunisasi untuk Hepatitis B dan Tetanus.

3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di Unit Kamar Jenazah seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, dan lain – lain.

Petugas Unit Kamar Jenazah antara lain :

 Penanggung Jawab Unit Kamar Jenazah

 Merupakan seorang staf non medis yang ditunjuk untuk menanggung jawabi Unit Kamar Jenazah

 Pendidikan terakhir minimal SMA.

 Mendapatkan pendidikan dan pelatihan internal tentang prosedur pelayanan jenazah yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

 Dibantu oleh :

1) Pengawas Perawatan / Perawat Pelaksana

 Mendapatkan pendidikan dan pelatihan internal tentang prosedur perawatan jenazah yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

 Bertugas dalam pemulasaran dan pengawetan jenazah.

2) Petugas PSP2RS

 Bertugas dalam transpor jenazah ke Unit Kamar Jenazah.

 Mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang prosedur pelayanan jenazah yang berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

 Memahami penggunaan Alat Pelindung Diri.

3) Staf Administrasi dan Keuangan

 Pendidikan minimal tamatan SMA yang memahami dasar – dasar Akuntasi dan pencatatan.

 Bertugas menghitung besarnya biaya yang dikenakan untuk pelayanan jenazah.

(7)

4) Panitia PPI

 Mendapatkan pelatihan dasar tentang Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

 Melakukan monitoring pelaksanaan pelayanan Unit Kamar Jenazah sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

(8)

BAB III

STANDAR FASILITAS

Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan Unit Kamar Jenazah. Mengingat tugas pokok Unit Kamar Jenazah adalah melayani pasien yang sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai guna mencegah infeksi silang.

Bangunan

 Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat. dengan 73 tempat tidur dengan angka kematian sekitar 7% dalam satu bulan (kurang dari 20 kematian dari 300 pasien yang mendapat pelayanan inap dan pasien meninggal ataupun tiba meninggal di Unit Gawat Darurat). Luas kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat. kira – kira 1,90 meter x 4,50 meter.

Lokasi

Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

Syarat Unit Kamar Jenazah

Pada prinsipnya, kamaar jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu lintas perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan sesuai dengan alur kerja.

Kebersihan Ruangan

1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan.

2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan.

3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan jadwal pembersihan Unit Kamar Jenazah.

Sarana fisik dan peralatan

Di dalam kamar jenazah, terdapat :

1. Brankar yang dapat dilepaskan tandunya untuk proses transpor jenazah dari ruang perawatan ataupun dari Unit Gawat Darurat dan juga pemindahan jenazah dari kamar jenazah ke mobil jenazah.

2. Kotak peralatan untuk proses pengawetan jenazah yang terdiri dari :

3. Kotak berisi Alat Pelindung Diri yang dipakai untuk proses pemulasaran dan pengawetan jenazah.

a. Tutup Kepala b. Kaca Mata

(9)

c. Masker

d. Sarung tangan panjang e. Apron plastik

Gambar 1.Perlengkapan Pemulasaran Jenazah

4. Sebuah ember tertutup untuk menampung linen kotor dan alat pelindung diri yang telah digunakan yang selanjutnya dibawa ke Unit Linen dan Laundry untuk dibersihkan.

5. Wastafel dan sabun antiseptik untuk hand hygiene.

(10)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum diperlihatkan dan dibawa pulang oleh keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas.

Skema 1. Alur Penanganan Jenazah di Unit Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat.

Keterangan :

1. Pasien dari ruang rawat inap dan Unit Gawat Darurat yang telah dinyatakan meninggal, maka jenazah akan dikirim ke kamar jenazah.

2. Di dalam kamar jenazah, akan dilakukan perawatan jenazah sebelum jenazah ditunjukkan kepada keluarga.

3. Surat keterangan kematian dapat diperoleh keluarga setelah menunjukkan kartu tanda pengenal dari pasien yang telah meninggal tersebut ke Unit Rekam Medis.

4. Keluarga melakukan pembayaran biaya perawatan selama dirawat di Rumah Sakit dan biaya pengawetan jenazah (bila dilakukan pengawetan jenazah). Setelah pembayaran biaya selesai dilakukan, bukti pembayaran ditunjukkan kepada petugas kamar jenazah.

5. Jenazah dapat dibawa keluarga dengan menggunakan mobil jenazah rumah sakit ataupun mobil jenazah rumah duka. Jenazah dipindahkan dengan brankar yang ada di kamar jenazah ke mobil jenazah.

6. Jenazah harus sudah dibawa keluarga dari kamar jenazah selambat – lambatnya dalam 2 jam.

Klasifikasi Penatalaksanaan Jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat berdasarkan Cara Kematian Pasien

Jenazah dibawa pulang oleh keluarga dengan mobil jenazah Rumah Sakit / mobil jenazah rumah duka

Pembayaran di Kasir

Surat Keterangan Kematian dari Unit Rekam Medis Masuk Unit Kamar Jenazah

Jenazah dari ruang perawatan ataupun Unit Gawat Darurat

(11)

1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal langsung diberi surat

kematian, kemudian dibawa ke kamar jenazah untuk dicatat dalam buku register dan dilakukan perawatan jenazah.

2. Pasien yang diduga meninggal akibat kekerasan, misalnya pembunuhan.

Apabila korban telah sampai di kamar jenazah, tetapi belum disertai permintaan visum et repertum, maka petugas akan menyarankan keluarga untuk melapor ke polisi. Apabila keluarga menolak melapor ke polisi dan tetap bersikeras untuk membawa jenazah setelah pemulasaran, maka harus dibuat surat pernyataan dan tidak diberikan surat kematian.

Tetapi jika korban dilengkapi dengan surat permintaan visum et repertum, maka dokter Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat hanya melakukan otopsi luar setelah keluarga membuat surat pernyataan untuk melakukan otopsi. Otopsi lengkap (meliputi otopsi luar dan bedah mayat) hanya dapat dilakukan di rumah sakit rujukan.

3. Kewaspadaan Universal

Kewaspadaan universal (universal precaution) adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan dan keluarga pasien dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi. Secara umum, kewaspadaan universal meliputi :

1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.

2. Cuci tangan dengan sabun untuk mencegah infeksi silang.

3. Pemakaian alat pelindung diri, misalnya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius dengan lain.

4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.

5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang sudah digunakan ulang.

7. Pengelolaan linen.

Prosedur kewaspadaan universal untuk pemulasaran jenazah :

1. Periksa ada tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki petugas yang memandikan jenazah. Jika didapatkan luka terbuka atau borok pada tangan atau kaki, petugas tidak boleh memandikan jenazah.

2. Bila petugas menggunakan baju lengan panjang, maka lengan baju harus dilipat ampai di atas siku.

3. Melepaskan cincin, jam tangan, dan gelang.

4. Kenakan gaun pelindung.

5. Kenakan sepatu boot dari karet.

6. Kenakan celemek plastik.

(12)

7. Kenakan masker pelindung mulut dan hidung.

8. Kenakan kacamata pelindung.

9. Kenakan sarung tangan karet.

10. Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air mengalir.

11. Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet dalam larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air mengalir.

12. Lepaskan kaca mata pelindung, lalu rendam dalam larutan klorin 0,5%.

13. Lepaskan masker pelindung, buang ke tempat sampah medis.

14. Lepaskan celemek plastik, buang ke tempat sampah medis.

15. Lepaskan gaun pelindung, rendah pada larutan klorin 0,5%.

16. Celupkan bagian luar sepatu pada larutan klorin 0,5%, bilas dengan air bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat semula.

17. Terakhir lepaskan sarung tangan plastik dan buang ke tempat sampah medis.

Gambar 2. Petugas yang sudah menggunakan gaun pelindung

Perawatan Jenazah di Ruang Perawatan dan Pemindahan Jenazah ke Kamar Jenazah.

1. Siapkan alat yang diperlukan dan bawa ke dalam ruangan.

a. Sarung tangan latex b. Gaun pelindung

c. Kain bersih penutup jenazah d. Klem dan gunting

e. Plester kedap air

f. Kapas, kasa absorben, dan pembalut

(13)

g. Kantong jenazah kedap air (khusus untuk pasien dengan penyakit menular)

h. Wadah bahan infeksius.

i. Wadah barang berharga j. Brankar jenazah.

2. Atur lingkungan sekitar tempat tidur. Bila kematian terjadi pada ruangan dengan banyak tempat tidur, jaga privasi pasien yang lain dengan menutup gorden / sampiran. Selanjutnya petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan, gaun, dan masker.

3. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi datar.

4. Lepaskan selang infus dan lain – lain, lalu buang pada wadah infeksius.

5. Bekas luka diplester kedap air.

6. Lepaskan pakaian dari jenazah dan tampung pada wadah khusus.

7. Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga. Pada umumnya semua cincin, gelang, kalung dilepaskan dan ditempatkan pada wadah barang berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri label identitas.

8. Letakkan jenazah pada posisi telentang (posisi supinasi).

9. Tutup kelopak mata dengan kapas lembab dan dapat dibantu dengan plester jika kelopak mata sulit ditutup. Tutup telinga dengan kapas / kasa.

10. Luruskan badan dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan menyilang abdomen. Atau telapak tangan menghadap ke bawah.

11.Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut dengan kasa / kapas. Jika mulut tetap tidak mau tertutup, tempatkan gulungan handuk di bawah dagu agar mulut tertutup. Tempatkan bantal di bawah kepala.

12.Bersihkan jenazah dengan air bersih dan handuk. Bersihkan area tubuh yang terkena kotoran seperti darah, feses, dan muntahan pada saat melepaskan jarum abbocath, selang nasogastrik, kateter urin, dan peralatan medis lainnya. Jika kotoran terdapat di daerah rektum, uretra, ataupun vagina, letakkan kassa untuk menutup tiap lubang dan rekatkan dengan plester kedap air untuk mencegah pengeluaran lebih lanjut.

Setelah kematian, sfingter otot relaks sehingga menyebabkan inkontinensia feses dan urin.

13. Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang kotor harus diganti dengan yang bersih.

14. Bekas plester dihilangkan dengan larutan alkohol.

15. Tutuplah jenazah dengan kain bersih disaksikan keluarga.

(14)

16. Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki / ibu jari kaki

17.Jenazah yang sudah ditutupi kain dipindahkan secara hati – hati ke tandu.

Ikat jenazah ke tandu pada daerah dada dan lutut untuk mencegah jenazah jatuh. Ikatan tidak boleh terlalu kuat agar tidak menimbulkan cedera.

(15)

18.Jenazah selanjutnya dibawa ke kamar jenazah oleh petugas satpam dan petugas PSP2RS untuk dimandikan, dikafani / dikenakan baju sesuai agama dan kebudayaan pasien, serta diawetkan (jika jenazah tidak langsung dikebumikan atau dikremasi).

19.Perawat pelaksana wajib memberitahukan kepada petugas unit kamar jenazah apakah pasien meninggal karena penyakit menular atau bukan karena penyakit menular.

20. Cuci tangan dan lepaskan gaun untuk direndam pada tempatnya, buang bahan yang sekali pakai pada tempat sampah infeksius.

21. Perawat pelaksana merapikan dan membersihkan kamar pasien.

22. Dokumentasikan prosedur. Pada catatan perawatan, catat waktu dan tanggal jenazah diantar ke kamar jenazah.

23.Periksa kembali apakah barang berharga telah disimpan atau diserahkan kepada keluarga. Jaga keamanan barang berharga pasien. Disposisi (penyerahan) barang berharga kepada keluarga harus disertai dengan tanda tangan bukti serah terima di buku ekspedisi. Jangan meninggalkan barang berharga. Tempatkan di kantor perawat sampai dapat diserahkan kepada keluarga. Jika memungkinkan, keluarga dianjurkan untuk membawa pulang semua barang milik pasien tersebut sebelum pasien meninggal.

Asuhan Keperawatan untuk Keluarga Pasien yang Baru Dinyatakan Meninggal

1. Dengarkan ekspresi keluarga.

2. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bersama jenazah selama beberapa saat

3. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka.

4. Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada jenazah.

5. Berikan dukungan bila terjadi disfungsi berduka.

Persiapan Pemulasaran / Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah.

1. Petugas melaksanakan kewaspadaan universal dengan menyiapkan alat pelindung diri yang terdiri dari : sarung tangan karet sampai siku, sepatu boot dari karet, gaun, celemek plastik, dan masker.

2. Menyiapkan tempat untuk memandikan.

3. Petugas menyiapkan washlap, handuk, baskom berisi air, desinfektan (larutan klorin 0,5%) dan sabun.

(16)

4. Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, dan pewangi.

5. Kantong jenazah / plastik 6. Brankar jenazah

7. Kacamata pelindung.

Prosedur Pemulasaran / Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah 1. Siapkan larutan klorin 0,5%

2. Menggunakan Alat Pelindung Diri untuk memenuhi persayaratan kewaspadaan universal

3. Memindahkan jenazah ke meja tempat memandikan jenazah. Tidak diperbolehkan memandikan jenazah dengan dipangku.

4. Melepaskan semua pakaian yang masih dikenakan jenazah

5. Menyiramkan seluruh tubuh dengan larutan klorin 0,5% secara merata ke seluruh tubuh mulai dari sela – sela rambut, lubang telinga, lubang hidung, mulut, tubuh, dan kaki, kemudian tunggu hingga 10 menit.

6. Mandikan dengan sabun dan air mengalir.

7. Bilas dengan air bersih yang mengalir.

8. Keringkan jenazah dengan handuk.

9. Sumbat semua lubang tubuh jenazah yang mengeluarkan cairan dengan kapas.

10. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai dengan agama / kepercayaannya.

11. Selesai ritual keagamaan, jenazah (dengan penyakit menular) dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan ketebalan tertentu.

12. Bersihkan bekas tempat memandikan dengan larutan klorin 0,5%.

13.Lepaskan perlengkapan kewaspadaanuniversal (sesuai protap pemakaian kewaspadaan universal).

Cara pembuatan larutan klorin 0,5%

1. Kenakan sarung tangan karet yang tebal 2. Ada dua bahan pembuatan larutan klorin 0,5%

a. Menggunakan kaporit 1) Menyiapkan bahan 2) Menyiapkan alat

3) Memasukkan 25 liter air ke dalam bak besar 4) Taruh 200 gram kaporit 60%

5) Letakkan kaporit di atas selembar kain berukuran 40 x 40 cm, bungkus dengan kain tersebut dengan mengikat keempat ujung – ujungnya.

6) Haluskan kaporit dengan pemukul.

(17)

7) Malarutkan kaporit yang terbungkus kain dengan meremas – remas kain yang berisi kaporit.

8) Larutan klorin dibagi menjadi dua tempat. Satu tempat untuk memandikan jenazah dan satu tempat lainnya untuk dekontaminasi alat.

b. Menggunakan bayclin

1) Menyiapkan 22,5 liter air.

2) Menyiapkan 2,5 liter bayclin.

3) Mencampurkan bayclin ke dalam air.

4) Aduk sampai larut sempurna.

5) Membagi ke dalam dua bak yang berbeda.

Tata Cara Memandikan Jenazah Menurut Agama Islam

1. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup serta diutamakan membujur menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan (bagi pasien pemeluk agama Islam yang meninggal).

2. Lepaskanlah seluruh pakaian yang melekat dan menutup, serta pengikat dagu dan pergelangan tangan.

3. Tutuplah bagian aurat sekenanya.

Gambar 3. Jenazah dengan bagian aurat tertutup 4. Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu (jika ada).

5. Bersihkan kotoran (feses) dengan didudukkan dan meremas bagian perut hingga feses keluar.

6. Bersihkan rongga mulut dari sekret ataupun darah bila ada.

7. Bersihkan kuku – kuku jari tangan dan kakinya.

8. Disunahkan menyiram air mulai anggota yang kanan dari kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri dan diulang 3 kali.

(18)

Gambar 4. Penyiraman jenazah dimulai dari kepala bagian kanan terus ke bawah

1. Mulai menyiram anggota wudhu secara urut, tertib, segera, dan rata hingga 3 kali serta memulainya dari anggota wudhu sebelah kanan.

Gambar 5. Penyiraman dimulai dari kanan ke kiri 2. Menyiram seluruh tubuh.

3. Menggosok seluruh tubuh dengan sabun.

4. Menyiram berulang kali sejumlah ganjil, misalnya 3, 5, 7, 9, atau 11 kali hingga rata dan bersih sesuai kebutuhan.

5. Menyiram dengan larutan kapur barus atau bau – bauan yang harum atau cendana dan sebagainya.

6. Mengeringkan seluruh badan dengan handuk hingga kering.

7. Pengkafanan jenazah non infeksius (jika diminta keluarga pasien)

a. Letakkan jenazah membujur di atas kain kafan, dalam keadaan tertutup selubung kain kafan (jangan sampai jenazah telanjang secara terbuka).

Gambar 6. Jenazah membujur di atas kafan dengan aurat tertutup

b. Tutuplah tujuh lubang, yaitu 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, 1 pusar dengan bulatan kapas yang ditaburi serbuk kapur barus.

c. Tutup lembaran kapas yang ditaburi serbuk kapur barus pada : 1) Wajah

2) Leher kanan dan kiri 3) Ketiak kanan dan kiri 4) Lengan siku kanan dan kiri

5) Di bawah dan di atas pergelangan tangan 6) Kedua pergelangan kaki

(19)

7) Kedua lingkar mulut.

d. Mengkafani jenazah e. Bagi jenazah pria :

1) Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan ikatan pada dahi.

2) Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya.

3) Katupkan lipatan tutup celana dalamnya.

f. Bagi jenazah wanita :

1) Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala.

2) Tutupkan kain mukena pada rambut kepala 3) Tutupkan belahan kain baju pada dadanya

4) Lipatkan kain basah melingkar badan, perut, dan auratnya di atas penutup celana dalamnya.

g. Katupkan dengan melingkarkan badannya dengan kain kafan secara rapat, tertib, dan menyeluruh.

8. Pengkafanan jenazah infeksius (jika diminta keluarga pasien)

a. Letakkan jenazah membujur di atas kain kafan, dalam keadaan tertutup selubung kain kafan (jangan sampai jenazah telanjang secara terbuka).

b. Tutuplah tujuh lubang, yaitu 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, 1 pusar dengan bulatan kapas yang ditaburi serbuk kapur barus.

c. Tutup lembaran kapas yang ditaburi serbuk kapur barus pada : 1) Wajah

2) Leher kanan dan kiri 3) Ketiak kanan dan kiri 4) Lengan siku kanan dan kiri

5) Di bawah dan di atas pergelangan tangan 6) Kedua pergelangan kaki

7) Kedua lingkar mulut.

d. Bungkus dengan plastik.

e. Mengkafani jenazah Bagi jenazah pria :

1) Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan ikatan pada dahi.

2) Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya.

3) Katupkan lipatan tutup celana dalamnya.

Bagi jenazah wanita :

1) Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala.

(20)

2) Tutupkan kain mukena pada rambut kepala 3) Tutupkan belahan kain baju pada dadanya

4) Lipatkan kain basah melingkar badan, perut, dan auratnya di atas penutup celana dalamnya.

f. Katupkan dengan melingkarkan badannya dengan kain kafan secara rapat, tertib, dan menyeluruh.

Gambar 7. Jenazah yang sudah terkafani dengan sempurna Tahapan Pemulasaran Jenazah Menurut Agama Kristen

1. Memandikan jenazah

Lihat prosedur memandikan jenazah 2. Pemakaian baju atau gaun untuk jenazah

Terdapat beberapa ketentuan dalam memilih pakaian untuk jenazah yang beragama Kristen :

 Jika jenazah adalah seorang gadis, maka dipakaikan baju pengantin.

 Jika jenazah adalah seseorang yang sebelumnya telah menikah, maka dipakaikan gaun (dress) untuk wanita dan jas untuk laki – laki.

3. Mengawetkan jenazah

Lihat bagian Embalming dan Pengawetan Jenazah.

4. Merias jenazah

Merias jenazah dapat dilakukan oleh salah satu anggota keluarga ataupun petugas dari rumah duka dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal. Bagian yang dirias adalah wajah dan rambut.

Tahapan Pemulasaran Jenazah Menurut Agama Buddha / Konghucu 1. Memandikan jenazah

Lihat prosedur memandikan jenazah.. Biasakan jenazah dibasuh dengan air bunga yang ditempatkan di baskom baru dengan washlap baru.

Bunga disediakan oleh pihak keluarga.

2. Pemakaian baju atau gaun untuk jenazah

Terdapat beberapa kebiasan dalam memilih pakaian untuk jenazah yang beragama Buddha / Konghucu :

 Jika jenazah adalah seorang gadis atau anak perempuan, maka dipakaikan baju pengantin.

(21)

 Jika jenazah adalah seseorang yang sebelumnya telah menikah, maka dipakaikan pakaian adat Tionghoa (Chiongsam) berwarna biru ataupun hitam untuk wanita dan jas untuk laki – laki.

 Biasanya jenazah akan ditutup dengan kain berwarna kuning keemasan pada lapisan atasnya.

 Untuk jenazah usia lanjut, terdapat pakaian khusus untuk jenazah yang dapat diperoleh dari Rumah Duka.

 Variasi jenis pakaian berganti pada kepercayaan yang dianut keluarga pasien.

3. Mengawetkan jenazah

Lihat bagian Embalming dan Pengawetan Jenazah.

4. Merias jenazah

Merias jenazah dapat dilakukan oleh salah satu anggota keluarga ataupun petugas dari rumah duka dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal. Bagian yang dirias adalah wajah dan rambut.

Embalming dan Pengawetan Jenazah

Embalming atau pengawetan jenazah pada umumnya dilakukan untuk menghambat pembusukan, membunuh kuman, serta mempertahankan bentuk jenazah. Pada prinsipnya, pengawetan jenazah hanya boleh dilakukan oleh dokter atau perawat pada jenazah yang meninggal secara wajar (natural death), sedangkan pada jenazah yang meninggal tidak wajar (akibat pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan), maka pengawetan baru boleh dilakukan setelah proses forensik selesai dilakukan. Dilakukannya pengawetan jenazah sebelum otopsi dapat menyebabkan perubahan serta hilangnya atau berubahnya beberapa fakta forensik. Pemeriksaan forensik dilakukan di rumah sakit rujukan.

Pengawetan jenazah juga dilakukan untuk tujuan penundaan penguburan / kremasi. Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat tinggalnya, maka terkadang perlu dilakukan pengangkutan jenazah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada kedua keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungan.

Penundaan penguburan / kremasi lebih dari 24 jam biasanya tidak dilakukan untuk pemeluk agama Islam. Akan tetapi, pada beberapa keadaan, jenazah perlu dibawa pulang ke tempat tinggal yang jauh letaknya, maka untuk menjamin jenazah aman, dalam arti tidak berbau dan tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama proses pengangkutan, maka pengawetan mutlak dilakukan dengan izin dari keluarga pasien dan pemuka agamanya dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi yang jelas untuk memberikan informasi dan

(22)

edukasi. Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat mengharuskan pembuatan surat pernyataan pemberian izin pengawetan jenazah khusus untuk pasien yang memeluk agama Islam.

Teknik pengawetan jenazah :

1. Dalam mengawetkan jenazah, harus ditanamkan untuk menghormati setiap tubuh jenazah yang akan diawetkan.

2. Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.

3. Baringkan jenazah pada posisi supine.

4. Buka pakaian dan semua perhiasan yang mungkin masih dipakai jenazah.

5. Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang akan meningkatkan tekanan ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan pengawet dari dalam pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya.

6. Atur posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.

7. Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk mengawetkan mayat. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan formalin antara lain ukuran tubuh, adanya edema, dan tahap pembusukan mayat sudah sampai di mana. Biasanya 16 ons cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan pengawet terbaik. Ini akan menghasilkan larutan formalin sebesar 2 – 3%.

8. Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet adalah vena femoralis. Hal ini karena pada lokasi tersebut, tekanan yang diterima pada kepala sama pada kedua sisi. Pada orang tua, sering terjadi sklerosing sehingga tempat penyuntikan dilakukan pada pembuluh karotis karena lebih mendekati pusat sirkulasi. Tempat pengaliran cairan pengawet yang paling baik adalah pada vena jugularis interna karena lebih dekat dengan atrium kanan jantung yang merupakan pusat pertemuan vena seluruh tubuh.

Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat masih melakukan pengawetan jenazah secara sederhana melalui abbocath atau kateter vena sentral yang masih terpasang, diikuti penyuntikan pada beberapa rongga tubuh seperti rongga dada dan rongga perut.

Tanda – tanda bahwa jenazah telah diawetkan dengan baik adalah :

 Perut semakin keras.

 Keluarnya cairan dari saluran pencernaan.

(23)

 Mata menjadi merah karena adanya perubahan tekanan okular mata yang menjadi tinggi.

 Perubahan warna pada tubuh jenazah.

Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Keperawatan

1. Segera mencuci kulit dan permukaan lainnya dengan air mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lainnya.

2. Dilarang memanipulasi alat suntik. Penyarungan jarum suntik ke tutupnya dilakukan dengan teknik one hand. Buang semua benda tajam ke dalam kontainer benda tajam dan jarum.

3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya segera dibersihkan dengan cairan klorin 0,5%.

4. Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan : dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi.

5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik infeksius yang berwarna kuning.

6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesuai dengan pengolahan sampah medis.

Hal – Hal Khusus Pada Pemulasaran Jenazah untuk Jenazah penderita HIV dan AIDS

1. Prinsip Dasar :

1. Selalu menerapkan kewaspadaan universal (memperlakukan setiap cairan tubuh, darah, dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan yang infeksius.

2. Pastikan jenazah sudah didiamkan selama kurang lebih 4 (empat) jam sebelum dilakukan perawatan jenazah. Ini perlu dilakukan untuk memastikan kematian seluler (matinya seluruh sel dalam tubuh).

3. Tidak mengabaikan budaya dan agama yang dianut.

4. Tindakan petugas mampu mencegah penularan.

2. Ketentuan Umum :

Semua petugas yang menangani jenazah sebaiknya telah mendapatkan vaksinasi hepatitis - B sebelum melakukan pemulasaran jenazah.

(Catatan : efektivitas vaksinasi hepatitis B selama 5 tahun).

1. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

2. Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan desinfektan.

3. Semua lubang – lubang tubuh ditutup dengan kasa adsorben dan diplester kedap air.

4. Badan jenazah harus bersih dan kering.

(24)

5. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.

6. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan atau otopsi, kecuali oleh petugas khusus.

7. Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direktur Rumah Sakit. Proses autopsi tidak dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat., melainkan jenazah dikirim ke Bagian Forensik Rumah Sakit Lain.

3. Penanganan Alat – Alat yang Sudah Terkontaminasi dengan Cairan Tubuh Jenazah Penderita HIV – AIDS

1. Dekontaminasi Alat – Alat

Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukan agar alat – alat kesehatan dapat ditangani secara aman oleh petugas pembersih alat medis.

Alat kesehatan yang dimaksud adalah meja pemeriksaan, alat – alat bedah, sarung tangan, dan peralatan lainnya yang terkontaminasi cairan tubuh dari jenazah penderita HIV – AIDS. Alat kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan desinfektan, yaitu larutan chlorine 0,5% selama 10 0 20 menit.

Dekontaminasi peralatan yang tidak dapat direndam, misalnya permukaan meja dapat dilakukan dengan menggunakan lap yang dibasahi dengan desinfektan.

2. Pencucian dan Pembilasan

Pencucian alat – alat kesehatan adalah proses secara fisik untuk menghilangkan darah, cairan tubuh, atau benda – benda asing (debu atau kotoran). Setelah dicuci dengan deterjen, alat kesehatan dibilas dengan air bersih.

3. Sterilisasi

Macam – macam sterilisasi yang biasa dilakukan : a. Sterilisasi fisik

▪ Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein.

Dilakukan pada suhu 121 derajat Celcius selama 20 – 30 menit.

▪ Pemanasan kering, yaitu melalui oven. Digunakan untuk membunuh spora. Pemanasan dilakukan pada suhu 150 – 170 derajat Celcius selama 30 menit.

b. Sterilisasi kimiawi

▪ Formaldehide 8% digunakan untuk merendam alat kesehatan. Zat ini tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi kulit, mata, dan saluran nafas.

(25)

▪ Gas etilen oxide, merupakan gas beracun. Digunakan untuk alat yang tidak tahan panas, misalnya karet, plastik, kabel, dan lain – lain.

4. Desinfeksi Tinggi Tinggi

Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang menghilangkan sebagian besar mikroorganisme namun tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna seperti tetanus dan gas gangren. Cara melakukan DTT :

 Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.

 Rendam dalam desinfektan kimiawi.

(26)

BAB V LOGISTIK

Penyediaan peralatan dan bahan pengawet untuk proses pemulasaran dan pengawetan jenazah di Unit Kamar Jenazah diperoleh dari :

1. Peralatan medis seperti sarung tangan, jarum suntik, kasa pembalut, perekat kedap air, dan formalin diperoleh dari Unit Farmasi melalui pengamprahan setiap kali dijumpai pasien yang meninggal.

2. Alat pelindung diri single use lainnya diperoleh dari Unit Logistik dan URT dengan ketentuan satu set diletakkan di Unit Kamar Jenazah sebagai stok.

3. Alat pelindung diri yang re-used diperoleh melalui pengajuan permintaan ke Unit Logistik dan URT untuk penambahan atau penggantian alat pelindung diri yang rusak / tidak layak pakai.

(27)

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien menjadi salah satu fokus perhatian dalam pelayanan kesehatan di setiap sentra pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit.

Prinsip primum non nocere atau first, do no harm harus selalu diterapkan dalam palayanan pasien, baik pasien yang masih dirawat ataupun pasien yang baru saja meninggal.

Kenyamanan dan keselamatan pasien lainnya harus diperhatikan. Jika seorang pasien meninggal di ruangan multi bed, maka perawat pelaksana harus senantiasa menciptakan ketenangan dan kenyamanan dengan menutup gorden atau kain pembatas antar tempat tidur. Perawatan jenazah awal di ruang rawat inap harus segera dilakukan dan jenazah segera dipindahkan ke kamar jenazah untuk proses pemulasaran.

Jenazah yang meninggal oleh karena penyakit menular harus diberi label atau identifikasi. Pasien yang meninggal oleh karena HIV – AIDS harus diletakkan selama 4 jam sampai kematian seluler tercapai sehingga risiko penularan penyakit lebih kecil. Khusus untuk jenazah yang meninggal akibat penyakit menular, kantong jenazah tidak diizinkan untuk dibuka kembali setelah jenazah dibungkus di dalam kantong jenazah.

Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat tidak memberikan kebijakan untuk keadaan atau alasan tertentu dalam pemberian izin untuk membiarkan jenazah tetap di ruang rawat inap selama beberapa jam tanpa dipindahkan ke kamar jenazah. Hal ini disebabkan proses pembusukan sejak pasien meninggal akan terus berlangsung dan dapat menjadi sumber penularan infeksi.

Setiap peralatan dan linen yang terkontaminasi dengan cairan tubuh dan darah pasien yang meninggal harus diperlakukan sebagai peralatan / linen / limbah infeksius yang membutuhkan dekontaminasi dan desinfeksi.

(28)

Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi perlu senantiasa melakukan monitoring prosedur kerja baik di ruang perawatan maupun di unit kamar jenazah untuk memastikan bahwa setiap prosedur telah berjalan sesuai prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.

(29)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja bukan hanya menitik beratkan pada keselamatan untuk petugas unit kamar jenazah dan petugas dari unit terkait. Keselamatan kerja juga harus menjamin bahwa dalam prosedur kerja pemulasaran jenazah, pencegahan dan pengendalian infeksi senantiasa menjadi perhatian. Secara sederhana, keselamatan kerja dapat dilaksanakan melalui beberapa hal berikut ini, yakni :

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri secara lengkap dan benar setiap pemulasaran dan pengawetan jenazah.

2. Perawat pelaksana senantiasa memberikan informasi tentang kategori penyakit menular atau penyakit tidak menular yang diderita pasien sebelum meninggal kepada petugas kamar jenazah.

3. Melaksanakan prosedur pemulasaran jenazah dan pengawetan jenazah baik untuk pasien yang meninggal akibat penyakit menular maupun penyakit tidak menular secara benar.

4. Melaksanakan prosedur pembuangan limbah dan penatalaksanaan linen secara benar.

5. Memperhatikan jenis kematian pasien dalam pemulasaran dan pengawetan jenazah. Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat tidak melakukan pengawetan jenazah untuk kasus – kasus kematian akibat kekerasan yang membutuhkan autopsi.

6. Pengawetan jenazah untuk pasien yang beragama Islam dilakukan atas izin keluarga dan pemuka agama dengan terlebih dahulu mengisi surat pernyataan.

(30)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan atau keluhan dari pasien dan keluarganya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat bahkan pemerintah. Mutu akan diwujudkan bila jika telada ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan.

Pelayanan yang baik dan memuaskan dapat diwujudkan secara bersama antara pengguna jasa pelayanan dan petugas kesehatan. Kritik dan keluhan semestinya tidak dianggap sebagai serangan, tetapi diterima sebagai koreksi terhadap cara berpikir dan ca ra melayani pasien dan keluarganya. Dari keluhan pasien dan keluarga, maka petugas kesehatan dapat mengetahui keinginan pasien dan keluarga serta kekurangan yang dimiliki dalam pemberian pelayanan kesehatan. Namun kondisi ini harus disertai pula dengan perbaikan pada aspek kebijakan dan manajemen.

Proses kematian merupakan suatu tahapan yang menimbulkan perubahan perasaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Pelayanan fase terminal, termasuk perawatan jenazah baik di luar unit kamar jenazah maupun di unit kamar jenazah merupakan hal yang sensitif bagi keluarga. Hal ini terkait dengan permintaan terakhir pasien ataupun adat kebudayaan dan kepercayaan yang dianut pasien dan keluarga.

Merupakan hak pasien untuk mendapatkan asuhan perawatan yang baik bagi jenazah sama seperti saat pasien masih hidup. Jenazah harus diperlakukan secara hormat. Dan menjadi kewajiban keluarga pula untuk memahami dan mengikuti setiap kebijakan yang telah ditetapkan rumah sakit dengan mempertimbangkan aspek medikolegal.

Pelayanan kamar jenazah harus senantiasa dimonitoring dan dievaluasi dalam pengendalian mutu. Mutu pelayanan kamar jenazah, dalam hal ini perawatan jenazah, dianggap baik bila :

 Perawatan jenazah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku di rumah sakit.

 Perawatan jenazah memperhatikan syarat – syarat pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

 Perawatan jenazah memperhatikan keselamatan pasien dan keselamatan kerja.

 Tidak ada penundaan perawatan jenazah, kecuali untuk aspek medikolegal (autopsi) dan perawatan khusus untuk pasien yang meninggal akibat penyakit menular.

(31)

 Tidak ada perawatan jenazah yang bertentangan dengan aspek medikolegal.

 Perawatan jenazah tetap memegang prinsip meghormati pasien meskipun telah meninggal serta menjunjung tinggi adat istiadat dan kepercayaan yang dianut pasien dan keluarga.

 Tidak adanya keluhan ataupun kritik yang tidak sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

 Evaluasi berkala terhadap prosedur kerja dan kebijakan rumah sakit sebagai tindak lanjut terhadap kritik dan masukan dari keluarga pasien.

(32)

BAB IX PENUTUP

Perawatan jenazah merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat. Pelayanan unit kamar jenazah erat kaitannya dengan pencegahan dan pengendalian infeksi, aspek medikolegal, serta hak pasien dan keluarga pada saaat menghadapi masa kehilangan anggota keluarga (bereavement). Rumah sakit harus senantiasa memperhatikan ketiga aspek tersebut dalam usaha menghargai adat istiadat, budaya, agama dan kepercayaan pasien dan keluarga.

Oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan perawatan jenazah diharapkan sesuai dengan pedoman yang berlaku di lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat serta kebijakan yang diberlakukan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat. Evaluasi dan revisi terhadap pedoman dan kebijakan dilakukan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ditetapkan di Depok

Pada Tanggal 09 Oktober 2023

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Anugerah Sehat Afiat,

dr. Enny Ekasari MARS NIP. 196802141999032002

Gambar

Gambar 1.Perlengkapan Pemulasaran Jenazah
Gambar 2. Petugas yang sudah menggunakan gaun pelindung
Gambar 3. Jenazah dengan bagian aurat tertutup 4. Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu (jika ada).
Gambar 4. Penyiraman jenazah dimulai dari kepala bagian kanan terus ke bawah
+3

Referensi

Dokumen terkait

LKPD RPP 1-Kematian, Takziah dan

Academy of Science of South Africa ASSAf Academy of Science of South Africa ASSAf Cite: Academy of Science of South Africa ASSAf 2021 'Webinar Two of a Three-part Series: How to Fund