• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN UMUM P3TB FINAL SIGNED (3)

N/A
N/A
anggie magie

Academic year: 2025

Membagikan "PEDOMAN UMUM P3TB FINAL SIGNED (3)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta, 2021

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU UNTUK KAWASAN STATEGIS PARIWISATA NASIONAL

(PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA

TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN - P3TB)

(2)

J a l a n P a t t i m u r a N o . 2 0 K e b a y o r a n B a r u – J a k a r t a S e l a t a n 1 2 1 1 0

Yth, 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Deputi Bidang Ekonomi, Kementerian PPN/Bappenas;

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas;

Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas;

Deputi Bidang Pengembangan Regional, Kementerian PPN/Bappenas;

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif;

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal;

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal;

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal;

Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Direktur Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Direktur Jenderal Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN;

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan;

Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri;

Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri;

Deputi Bidang Kebijakan Strategis, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

(3)

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

Gubernur Provinsi Sumatera Utara;

Gubernur Provinsi D.I. Yogyakarta;

Gubernur Provinsi Jawa Tengah;

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat;

Gubernur Provinsi Jawa Timur;

Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara;

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur;

Walikota Yogyakarta;

Walikota Mataram;

Walikota Malang;

Bupati Simalungun;

Bupati Toba;

Bupati Tapanuli Utara;

Bupati Humbang Hasundutan;

Bupati Dairi;

Bupati Karo;

Bupati Samosir;

Bupati Pakpak Barat;

Bupati Magelang;

Bupati Sleman;

Bupati Bantul;

Bupati Klaten;

Bupati Lombok Barat;

Bupati Lombok Utara;

Bupati Lombok Tengah;

Bupati Lombok Timur;

Bupati Manggarai Barat;

Bupati Wakatobi;

Bupati Pasuruan;

Bupati Probolinggo;

Bupati Lumajang;

Bupati Malang.

(4)

SURAT EDARAN

NOMOR: 10 / SE / KW / 2021 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU UNTUK KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL

A. UMUM

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Pemerintah telah menetapkan beberapa program untuk meningkatkan peran pariwisata dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya, pada bulan Maret 2016, Pemerintah Indonesia memperluas fasilitas bebas visa kepada 169 negara untuk menarik lebih banyak wisatawan asing.

Langkah ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kebijakan visa kedua paling terbuka di dunia (Travel and Tourism Competitiveness Report, WEF 2017). Namun demikian, kebijakan tersebut apabila tanpa diikuti perbaikan lebih lanjut dalam penyediaan infrastruktur, keterampilan pekerja, dan iklim investasi swasta di berbagai daerah tujuan wisata dapat menyebabkan terkonsentrasinya para wisatawan pada lokasi yang telah berkembang seperti Bali. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan terhadap daya tampung, merusak sumber daya alam dan budaya, serta merusak citra pariwisata Indonesia.

Oleh karena itu, Pemerintah mengambil kebijakan untuk mempercepat pembangunan 10 (sepuluh) destinasi wisata prioritas.

Pembangunan pariwisata di destinasi wisata prioritas akan dilakukan melalui penguatan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran dengan pendekatan holistik, integratif, tematik dan spasial. Dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan pembangunan pariwisata di destinasi wisata prioritas, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia melaksanakan program pembangunan pariwisata secara terintegrasi dan berkelanjutan di 6 (enam) destinasi wisata prioritas, yaitu: (i) Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara; (ii) Borobudur- Yogyakarta-Prambanan di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; (iii) Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat, (iv) Bromo-Tengger-Semeru di Provinsi Jawa Timur, (v) Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan (vi) Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dilaksanakan dalam

(5)

Integrated Infrastructure Development for National Tourism Strategic Areas (Indonesia Tourism Development Project/ITDP) atau yang selanjutnya disebut Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan, yang selanjutnya disingkat P3TB).

Dalam rangka pemberitahuan resmi secara tertulis tentang Pedoman Umum P3TB kepada tim koordinasi program, tim pelaksana program, pemerintah daerah/pokja provinsi/kabupaten/kota dan pemangku kepentingan lainnya, maka perlu disusun Surat Edaran Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai executing agency.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu menetapkan Surat Edaran Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan.

B. DASAR HUKUM

1. Keputusan Presiden Nomor 107/TPA Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);

3. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.183/M.PPN/HK/09/2019 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP. 9/M.PPN/HK/01/2019 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Program Pembangunan Pariwisata yang Terintegrasi dan Berkelanjutan (Tim Koordinasi Program); dan

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1168/KPTS/M/2021 tentang Pembentukan Organisasi Pelaksana Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Lombok, Borobudur-Yogyakarta- Prambanan, Danau Toba, Bromo- Tengger-Semeru, Labuan Bajo, dan Wakatobi.

(6)

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman para pemangku kepentingan dalam mengelola Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan - P3TB).

2. Surat Edaran ini bertujuan sebagai pedoman bagi pemangku kepentingan dan pelaku kegiatan dalam pelaksanaan Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan - P3TB).

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Umum P3TB dalam Surat Edaran ini meliputi:

1. Komponen Program;

2. Kerangka dan Indikator Keberhasilan Program;

3. Pembiayaan;

4. Pengorganisasian;

5. Prinsip Penyelenggaraan;

6. Mekanisme Penyelenggaraan;

7. Pengadaan Barang dan Jasa;

8. Pengelolaan Keuangan;

9. Pengelolaan Lingkungan dan Sosial;

E. KOMPONEN PROGRAM

Pada bagian ini dijelaskan mengenai 4 (empat) komponen program yang saling terkait untuk mengatasi permasalahan utama industri pariwisata Indonesia dan mengoptimalkan potensi yang belum tergarap, yaitu:

1. Komponen 1 : Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan.

2. Komponen 2 : Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait dengan pariwisata.

3. Komponen 3 : Meningkatkan partisipasi lokal dalam perekonomian pariwisata

4. Komponen 4 : Meningkatkan lingkungan yang kondusif untuk masuknya investasi swasta dan usaha ke sektor pariwisata.

(7)

Masing-masing komponen dijabarkan ke dalam rincian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan masing-masing komponen.

F. KERANGKA DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM

Kerangka dan indikator keberhasilan program menjelaskan 4 (empat) kelompok indikator hasil (outcome) yang mewakili setiap komponen program yang akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan program dan indikator keberhasilan serta angka target yang diharapkan selama jangka waktu pelaksanaan program.

G. PEMBIAYAAN

Pembiayaan menjelaskan kebutuhan dana dan sumber pembiayaan pelaksanaan program yang terintegrasi, saling melengkapi, dan tepat waktu. Sumber pembiayaan meliputi pinjaman Bank Dunia, hibah, penyertaan pemerintah pusat, penyertaan pemerintah daerah, swasta, masyarakat, dan sumber dana lainnya.

H. PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian menjabarkan 3 (tiga) jalur kelembagaan sebagai wadah kolaborasi antarpemangku kepentingan dan dukungan dalam penyelenggaraan program, yaitu:

1. Tim Koordinasi Program;

2. Pelaksana Program; dan

3. Program Management Support (PMS).

Struktur koordinasi terdiri atas struktur koordinasi di pusat, struktur koordinasi di provinsi dan kabupaten/kota, dan struktur koordinasi di Zona Otorita Destinasi Wisata Prioritas. Struktur organisasi pelaksana terdiri atas dewan pengarah, Central Project Management Unit (CPMU), Project Management Unit (PMU), Project Implementation Unit (PIU) dan sekretariat CPMU. PMS menyediakan dukungan kepada Tim Koordinasi Pusat dan CPMU dalam perencanaan program, penganggaran, pengendalian mutu, pengawasan, pemantauan, pelaporan, dan koordinasi untuk memastikan program berjalan dengan lancar.

I. PRINSIP PENYELENGGARAAN

Pada bagian ini dijelaskan prinsip penyelenggaraan Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan yang meliputi:

(8)

1. Menggunakan pendekatan kolaborasi di seluruh tahapan penyelenggaraan;

2. Melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam kelembagaan program;

3. Menempatkan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional (RIDPN) sebagai kesepakatan bersama dalam perencanaan;

4. Menggunakan RIDPN sebagai acuan bersama dalam pelaksanaan;

5. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal;

6. Mengarus-utamakan pengelolaan lingkungan dan sosial, kesetaraan gender, serta penyandang disabilitas; dan

7. Berorientasi hasil (outcome).

J. MEKANISME PENYELENGGARAAN

Pada bagian ini dijabarkan mekanisme penyelenggaraan Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan yang terdiri atas:

1. Persiapan

Tahapan ini bertujuan untuk memastikan:

a) terbentuknya dan berfungsinya kelembagaaan pelaksana program sebagai wadah kolaborasi para pemangku kepentingan;

b) tersedianya pedoman atau manual pelaksanaan;

c) kesepahaman para pemangku kepentingan terhadap kebijakan, ketentuan dan penyelenggaraan program;

d) kesiapan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan; dan e) kesiapan sistem atau perangkat kerja yang diperlukan dalam

tahap penyelenggaraan selanjutnya.

2. Penyusunan RIDPN

Tahap ini menghasilkan kesepakatan bersama para pemangku kepentingan dalam perencanaan pembangunan pariwisata secara terintegrasi dan berkelanjutan di masing-masing destinasi wisata prioritas.

3. Penyusunan Dokumen Teknis dan Penganggaran

Pada bagian ini dijelaskan mengenai tahap penyusunan dokumen teknis dan tahap penganggaran. Tahap penyusunan dokumen teknis meliputi kegiatan penyusunan studi kelayakan, rancangan teknis (Detailed Engineering Design - DED), dan pemenuhan terhadap ketentuan Environmental and Social Management Framework (ESMF). Tahap penganggaran meliputi tahap penganggaran di pusat dan tahap penganggaran di daerah.

(9)

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan yang telah dianggarkan dalam DIPA/DIPDA secara efektif dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Pengendalian

Pada tahap ini dijelaskan mengenai pengendalian pelaksanaan program melalui:

a) website/sistem informasi manajemen;

b) pengelolaan pengaduan masyarakat;

c) monitoring;

d) evaluasi; dan e) audit.

6. Keberlanjutan

Pada bagian ini dijelaskan mengenai upaya yang dilakukan baik di pusat dan daerah untuk memastikan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

K. PENGADAAN BARANG DAN JASA

Pada bagian ini dijelaskan bahwa pengadaan barang dan jasa dilaksanakan berdasarkan sumber dananya, yaitu:

a) Untuk sumber dana yang berasal sepenuhnya dari rupiah murni APBN/APBD, pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh masing-masing K/L/pemerintah daerah dengan berpedoman pada peraturan pengadaan barang dan jasa yang berlaku di pemerintah;

dan

b) Untuk sumber dana yang sebagian atau seluruhnya berasal dari PHLN Bank Dunia, pengadaaan barang dan jasa dilaksanakan oleh masing-masing K/L dengan berpedoman pada kesepakatan tata cara pengadaan barang dan jasa yang tercantum pada Loan Agreement Number 8861-ID.

L. PENGELOLAAN KEUANGAN

Pada bagian ini dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan dilaksanakan berdasarkan sumber dananya, yaitu:

a) Untuk sumber dana yang berasal sepenuhnya dari rupiah murni APBN/APBD, pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh masing- masing K/L/pemerintah daerah dengan berpedoman pada peraturan keuangan negara/perbendaharaan yang berlaku di pemerintah/pemerintah daerah; dan

(10)

b) Untuk sumber dana yang sebagian atau seluruhnya berasal dari PHLN Bank Dunia, pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh masing-masing K/L dengan berpedoman pada kesepakatan tata cara pengelolaan keuangan yang tercantum pada Loan Agreement Number 8861-ID dan TF B5656 Integrated Infrastructure Development for National Tourism Strategic Areas.

M. PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL Pada bagian ini dijelaskan mengenai:

1. cakupan penerapan ESMF;

2. prinsip dasar penerapan ESMF;

3. prinsip dasar pengelolaan lingkungan;

4. prinsip pengelolaan benda cagar budaya;

5. prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali;

6. prinsip perlindungan masyarakat adat; dan 7. prinsip pengelolaan risiko bencana;

N. PENUTUP

1. Ketentuan lebih rinci mengenai Pedoman Umum P3TB tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

2. Ketentuan lebih rinci mengenai Penjelasan Komponen Program tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

3. Ketentuan lebih rinci mengenai Gambaran Umum Destinasi Wisata Prioritas tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

4. Ketentuan lebih rinci mengenai Kerangka Program dan Indikator Keberhasilan tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

5. Ketentuan lebih rinci mengenai Mekanisme Monitoring dan Evaluasi tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

6. Petunjuk teknis pelaksanaan Pedoman Umum akan diatur dalam Manual Pengelolaan Program (MPP) dan/atau Petunjuk Teknis yang akan diterbitkan oleh Central Project Management Unit (CPMU).

7. Pada saat Surat Edaran ini berlaku, Surat Edaran Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Nomor 02/SE/KW/2019 tentang Pedoman Umum Pengembangan Infrastruktur Terpadu Untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Program

(11)

Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan – P3TB), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

8. Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.

Tembusan:

1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 November 2021

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah,

Rachman Arief Dienaputra NIP 196606271996031001

(12)

LAMPIRAN I

SURAT EDARAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

NOMOR 10 / SE / KW / 2021 TENTANG

PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU UNTUK KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL

PEDOMAN UMUM

PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN - P3TB

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan dapat memberikan manfaat pembangunan yang luas dan berkelanjutan bagi masyarakat. Secara global, pariwisata dikenal karena keterkaitan yang kuat dengan sektor ekonomi lainnya. Pariwisata mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup besar bagi kaum muda dan perempuan, sekitar 58 persen karyawan formal di industri perhotelan dan restoran di Indonesia pada tahun 2019 adalah perempuan. Jika direncanakan dan dikelola dengan baik, pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan. Menurut World Travel and Tourism Council (WTTC), pada tahun 2015, setiap pengeluaran wisatawan USD 1 juta di Indonesia akan berkontribusi terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar USD 1,7 juta dan penyediaan 200 lapangan kerja (67% nya merupakan dampak langsung).1 Kemudian pada tahun 2019, terdapat kenaikan pada penyediaan lapangan kerja sebesar 9,7% dari total pekerja atau 12.568 lapangan pekerjaan, dan menaikkan total PDB sebesar 5,7% dari total ekonomi atau sebesar Rp. 897 miliar.

1 United Nations World Tourism Organization (UNWTO) and UN Women, 2011: Global Report on Women in Tourism 2010; WTTC 2014: Gender Equality and Youth Employment); WTTC 2015: Indonesia: How does Travel and Tourism compare to other sectors?

(13)

Indonesia memiliki potensi industri pariwisata kelas dunia dengan memanfaatkan kekayaan pariwisata secara berkelanjutan. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Indonesia juga memiliki ragam pariwisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Laporan Daya Saing Perjalanan dan Wisata 2019 dari World Economic Forum (WEF) memberikan peringkat ke-17 (dari 140 negara) bagi Indonesia untuk kekayaan sumber daya alam dan ke-24 untuk sumber daya budaya dan perjalanan bisnisnya.

Walaupun Indonesia telah memperluas promosi kepariwisataannya (khususnya pariwisata alam dan budaya), namun industri pariwisata Indonesia masih belum menunjukkan kinerja sesuai dengan potensi keragaman alam dan budayanya. Tabel I.1 menunjukkan kinerja aspek kelestarian lingkungan hidup yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-135 (dari 140 negara). Dengan demikian, aspek kelestarian lingkungan hidup merupakan faktor risiko utama bagi sektor pariwisata di Indonesia2.

Tabel I.1 Peringkat Daya Saing Perjalanan dan Wisata Indonesia

Indeks Daya Saing Perjalanan dan Wisata 2015 2017 2019

Peringkat Indonesia secara keseluruhan 50 42 40

Dukungan Lingkungan

Iklim Usaha 63 60 50

Keamanan dan ketahanan 83 91 80

Kesehatan dan kebersihan 109 108 102

Sumber daya manusia (SDM) dan tenaga kerja 53 64 44

Kesiapan teknologi informasi dan komunikasi 85 91 67

Kebijakan perjalanan dan wisata, serta suasana yang mendukung

Prioritisasi Perjalanan dan Wisata 15 12 10

Keterbukaan internasional 55 17 16

Tingkat kompetisi harga 3 5 6

Keberlanjutan Lingkungan 134 131 135

Infrastruktur

Infrastruktur transportasi udara 39 36 38

Infrastruktur darat dan pelabuhan 77 69 66

Infrastruktur pendukung wisatawan 101 96 98

Sumber Daya Alam dan Budaya

Sumber daya alam 19 14 17

Sumber daya budaya dan perjalanan bisnis 25 23 24

Sumber: WEF 2015/2017: Travel and Tourism Competitiveness Report (Peringkat dari 141 negara pada 2015, 136 negara pada 2017, dan 140 di tahun 2019)

2 WEF. 2017: Travel and Tourism Competitiveness Report.

(14)

Empat kendala utama pertumbuhan dan daya saing pariwisata Indonesia saat ini adalah: (i) masih buruknya akses, kualitas pelayanan dan infrastruktur bagi masyarakat, pengunjung dan pengusaha; (ii) terbatasnya keterampilan tenaga kerja dan pelayanan pariwisata dari sektor swasta (kecuali Bali); (iii) lemahnya dukungan untuk investasi swasta pada sektor pariwisata; dan (iv) lemahnya koordinasi antar kementerian/lembaga, pusat- daerah, pemerintah-swasta dalam pengembangan pariwisata dan dalam pelestarian kekayaan alam dan budaya. Adanya pandemi Coronavirus-2019 (COVID-19) kemungkinan dapat menurunkan kualitas pelayanan pada sektor pariwisata, disamping dapat memicu kebangkrutan industri pariwisata skala kecil. Selain penurunan permintaan konsumen, adanya kenaikan harga yang mungkin terjadi di beberapa destinasi wisata setelah pemulihan dapat mengakibatkan penurunan permintaan lebih lanjut dalam jangka menengah 3 . Dengan mengatasi kendala-kendala tersebut secara komprehensif, terpadu dan bertahap, merupakan kunci untuk membuka potensi Indonesia dalam mengembangkan industri pariwisata kelas dunia, dengan cara: (i) meningkatkan perlindungan dan pengelolaan habitat alam dan keanekaragaman hayati yang kritis; dan (ii) meningkatkan partisipasi lokal dalam ekonomi pariwisata.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020- 2024, Pemerintah telah menetapkan beberapa program untuk meningkatkan nilai tambah pariwisata melalui peningkatan daya saing destinasi dan industri pariwisata yang didukung penguatan rantai pasok dan ekosistem pariwisata, peningkatan lama tinggal dan pengeluaran wisatawan sebagai hasil dari perbaikan aksesibilitas, atraksi dan amenitas, termasuk di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, revitalisasi Bali dengan fokus meningkatkan daya dukungnya, pengembangan amenitas dan atraksi wisata melibatkan industri dan partisipasi masyarakat, peningkatan citra dan diversifikasi pemasaran pariwisata yang didukung keterpaduan pemasaran, serta penguatan nation branding, dan penerapan praktik berkelanjutan di sektor pariwisata. Sejak Maret 2016, Pemerintah Indonesia memperluas fasilitas bebas visa kepada 169 negara untuk menarik lebih banyak wisatawan asing.

Langkah ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kebijakan visa kedua paling terbuka di dunia (Travel and Tourism Competitiveness Report, WEF 2017)4.

3Bank Dunia. 2020. Markets: COVID-19 Guidance Note. Impact and policy responses in the tourism sector. April 3, 2020. Catatan yang tidak dipublikasi

4 Namun, sehubungan dengan semakin merebaknya pandemi COVID-19, Pemerintah Republik Indonesia untuk sementara MENGHENTIKAN kebijakan Bebas Visa Kunjungan bagi negara-negara

(15)

Namun demikian, kebijakan tersebut apabila tidak diikuti perbaikan lebih lanjut dalam penyediaan infrastruktur, keterampilan pekerja, dan iklim investasi swasta di berbagai daerah tujuan wisata dapat menyebabkan terkonsentrasinya para wisatawan pada lokasi yang telah berkembang seperti Bali. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan terhadap daya tampung, merusak sumber daya alam dan budaya, serta merusak citra pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah mengambil kebijakan untuk mempercepat pembangunan 10 (sepuluh) destinasi wisata prioritas.

Pembangunan pariwisata di destinasi wisata prioritas akan dilakukan melalui penguatan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran dengan pendekatan holistik, integratif, tematik dan spasial. Dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan pembangunan pariwisata di destinasi wisata prioritas, Pemerintah bekerjasama dengan Bank Dunia melaksanakan program pembangunan pariwisata secara terintegrasi dan berkelanjutan yang dituangkan dalam Integrated Infrastructure Development for National Tourism Strategic Areas (Indonesia Tourism Development Project, ITDP) atau Pengembangan Infrastruktur Terpadu untuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat P3TB). Pada tahap pertama, Pemerintah Indonesia memulai Program ini di tiga destinasi wisata prioritas pada 2018, yaitu:

Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat; Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara.

Pedoman umum ini merupakan revisi dari Pedoman Umum sebelumnya (Surat Edaran Kepala BPIW, Kementerian PUPR No 02/SE/KW/2019) tentang Pedoman Umum P3TB. Revisi ini dilakukan sebagai tindaklanjut kesepakatan restrukrurisasi P3TB antara Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia yang dituangkan dalam Amandemen Perjanjian Pinjaman P3TB tanggal 25 Juni 2021. Restrukturisasi tersebut mencakup: (1) perluasan lokasi program ke tiga destinasi wisata prioritas lainnya yaitu Taman Nasional Komodo (TNK) dan Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur; Bromo-Tengger-Semeru di Provinsi Jawa Timur; dan Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara; (2) penambahan/perubahan cakupan kegiatan dalam komponen; (3) penambahan/perubahan pembiayaan program; (4) perubahan target indikator keberhasilan program. Selain Pedoman Umum, revisi juga dilakukan untuk Manual Pengelolaan Program (MPP) yang memuat petunjuk pengelolaan program yang lebih rinci bagi unit pengelola dan pelaksana program (CPMU/PMU/PIU).

tertentu (lihat di menu Daftar Negara Bebas Visa Kunjungan) hingga pemberitahuan resmi berikutnya. Informasi selengkapnya dapat dilihat di Permenkumham Nomor 26 Tahun 2020

(16)

I.2 Tujuan

P3TB bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta akses terhadap pelayanan dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan pariwisata;

memperkuat keterkaitan perekonomian lokal dengan pariwisata; dan mendorong investasi swasta di wilayah destinasi wisata prioritas.

Tercapainya tujuan program diukur dari 4 (empat) indikator sebagai berikut:

1. Meningkatnya kinerja pada indikator pariwisata berkelanjutan;

2. Tercapainya jumlah penerima manfaat kegiatan peningkatan akses terhadap pelayanan dan infrastruktur dasar yang berkaitan dengan pariwisata;

3. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam perekonomian pariwisata; dan

4. Meningkatnya nilai investasi swasta pada sektor pariwisata.

I.3 Ruang Lingkup

P3TB terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu:

1. Komponen-1: Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memfasilitasi pembangunan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan;

2. Komponen-2: Meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar yang terkait dengan pariwisata;

3. Komponen-3: Meningkatkan partisipasi lokal dalam perekonomian pariwisata; dan

4. Komponen-4: Meningkatkan lingkungan yang kondusif untuk masuknya investasi swasta dan usaha ke sektor pariwisata.

Penjelasan ruang lingkup kegiatan masing-masing komponen program dapat dilihat pada Bab II dan LAMPIRAN-1.

I.4 Cakupan Wilayah

P3TB dilaksanakan di 6 (enam) destinasi wisata prioritas, yaitu:

a. Wilayah di sekitar Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara;

b. Wilayah di sekitar Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

c. Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat;

d. Wilayah sekitar Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo di Provinsi Nusa Tenggara Timur;

e. Kepulauan Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara; dan

f. Wilayah di sekitar Bromo-Tengger-Semeru di Provinsi Jawa Timur.

Di masing-masing destinasi wisata prioritas terdapat beberapa kawasan inti pariwisata (selected key tourism areas) yang akan menjadi fokus perencanaan dan pengembangan infrastruktur pariwisata. Identifikasi awal batasan

(17)

administratif dari destinasi wisata prioritas dan kawasan inti pariwisata di 6 (enam) destinasi wisata prioritas disajikan pada Tabel I.2. Masing-masing destinasi wisata prioritas tersebut akan menyusun Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional (RIDPN). RIDPN terdiri dari rencana 25 tahun yang mencakup satu destinasi sebagai satu wilayah perencanaan dan rencana detail 5 tahun untuk masing-masing kawasan inti pariwisata. Peta destinasi wisata prioritas dan kawasan intinya dapat dilihat pada Gambar 1.1 hingga Gambar 1.6. Gambaran Umum 6 (enam) destinasi wisata prioritas dapat dilihat pada LAMPIRAN-2.

Tabel I.2 Batasan Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata

Destinasi Wisata Prioritas Kawasan Inti Pariwisata

Deskripsi Batas administratif Deskripsi Batas Administratif Lombok Pulau Lombok Kepulauan Gili

Tramena dan Kawasan Senggigi serta

Pengembangan pesisir kearah utara

Kecamatan Batu Layar (Lombok Barat);

Kecamatan Pemenang (Lombok Utara) Kecamatan Tanjung (Lombok Utara)

Pantai Selatan Kecamatan Pujut (Lombok Tengah) Kecamatan Praya Barat (Lombok Tengah)

Kecamatan Sekotong (Lombok Barat) Kecamatan Jerowaru (Lombok Timur) Mataram dan

sekitarnya Kecamatan Ampenan (Kota Mataram) Kecamatan Mataram (Kota Mataram) Kecamatan Sekarbela (Kota Mataram) Kecamatan Selaparang (Kota Mataram) Kecamatan Cakranegara (Kota Mataram) Kecamatan Sandubaya (Kota Mataram) Kecamatan Narmada (Kabupaten Lombok Barat)

Rinjani dan sekitarnya Kecamatan Batukliang (Lombok Tengah) Kecamatan Bayan (Lombok Timur) Kecamatan Sembalun (Lombok Timur) Kecamatan Sambelia (Lombok Timur) Borobudur-

Yogyakarta- Prambanan

Kecamatan Tempuran;

Kecamatan Mertoyudan;

Kecamatan Muntilan;

Kecamatan Borobudur;

Kecamatan Mungkid (Kab. Magelang) Kecamatan Prambanan (Kab.

Sleman);

Kecamatan Prambanan (Kab.

Klaten);

Kota Yogyakarta;

Kecamatan Banguntapan;

Kecamatan Sewon (Kab. Bantul)

Borobudur Kecamatan Borobudur (Magelang) Kecamatan Mungkid (Magelang) Prambanan Kecamatan Prambanan (Sleman);

Kecamatan Prambanan (Klaten);

Yogyakarta Kecamatan Kraton (Kota Yogyakarta) Kecamatan Gedongtengen (Kota Yogyakarta)

Kecamatan Danurejan (Kota Yogyakarta) Kecamatan Ngampilan (Kota Yogyakarta) Kecamatan Gondomanan (Kota

Yogyakarta)

Kecamatan Mantrijeron (Kota Yogyakarta)

Kecamatan Gondokusuman (Kota Yogyakarta)

Kecamatan Pakualaman (Kota Yogyakarta)

Kecamatan Jetis (Kota Yogyakarta) Kecamatan Umbulharjo (Kota

Yogyakarta) Kecamatan Kotagede (Kota Yogyakarta)

Kecamatan Sewon (Kabupaten Bantul) Kecamatan Banguntapan (Kabupaten Bantul)

(18)

Destinasi Wisata Prioritas Kawasan Inti Pariwisata

Deskripsi Batas administratif Deskripsi Batas Administratif Danau Toba Sesuai Peraturan

Presiden No. 81 No 2014 tentang Rencana Tata Ruang Danau Toba dan Kawasan sekitarnya

Parapat - Ajibata Kecamatan Girsang Sipangan Bolon – Ajibata (Simalungun dan Toba) Pulau Samosir

(sebagian) Kecamatan Simanindo (Samosir) Kecamatan Pangururan (Samosir) Balige Kecamatan Balige (Toba)

Merek Kecamatan Merek (Karo)

Muara Kecamatan Muara (Tapanuli Utara) Tambahan 25

kecamatan untuk program sanitasi dan limbah padat untuk mengatasi polusi air danau dan masalah kebersihan5

Kecamatan Silahisabungan, , Baktiraja, Lintongnihuta, Paranginan, Pematang Silimahuta, Silimakuta, Purba,

Haranggaol Horison, Dolok Pardamean, Pematang Sidamanik, Ajibata, Lumban Julu, Uluan, Porsea, Siantar

Narumonda, Sigumpar, Laguboti, Tampahan, Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi and Ronggur Nihuta.

Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo

Kabupaten

Manggarai Barat Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo

Kecamatan Komodo

Taman Nasional Wakatobi

Kabupaten Wakatobi Pulau Wangi-Wangi Pulau Kaledupa Pulau Tomia Pulau Binongko

Kecamatan Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kecamatan Kalidupa, Kecamatan Kalidupa Selatan, Kecamatan Tomia, Kecamatan Tomia Timur, Kecamatan Binongko dan Kecamatan Togo Binongko Bromo-

Tengger- Semeru

1. Kabupaten Pasuruan 2. Kabupaten

Probolinggo 3. Kabupaten

Lumajang 4. Kabupaten

Malang 5. Kota Malang

Kawasan-Bromo-

Tengger Semeru 1. Kecamatan Tosari (Pasuruan) 2. Kecamatan Sukapura (Probolinggo) 3. Kecamatan Pasrujambe (Lumajang) 4. Beberapa Kecamatan di Kabupaten

dan Kota Malang yang akan ditetapkan berdasarkan RIDPN

Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018;

RIDPN 3 Destinasi dan Project Paper of an Additional Financing ITDP, May 28, 2021

Mengacu pada definisi batasan administratif “Destinasi Wisata Prioritas” dan

“Kawasan inti pariwisata” pada Tabel I.2, provinsi dan kota/kabupaten berikut ini memenuhi persyaratan (eligible) untuk dapat berpartisipasi (participating province/ kota/ kabupaten) di dalam P3TB. (Tabel 1.3).

Tabel I.3 Provinsi dan Kota/Kabupaten yang memenuhi persyaratan (eligible) dan dapat berpartisipasi (participating province/ kota/

kabupaten) di dalam P3TB.

Deskripsi Destinasi Wisata Prioritas: Batas Administratif

Provinsi/Kab/Kabupaten yang memenuhi persyaratan dan dapat

berpartisipasi

Lombok Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kabupaten Lombok Barat Kabupaten Lombok Utara Kabupaten Lombok Tengah Kabupaten Lombok Timur Kota Mataram

5 Tambahan kecamatan berubah dari 27 menjadi 25 karena Kecamatan Merek dan Muara menjadi KTA baru sesuai RIDPN Danau Toba

(19)

Borobudur- Yogyakarta- Prambanan

Kecamatan Tempuran (Kab. Magelang) Kecamatan Mertoyudan (Kab.

Magelang)

Kecamatan Muntilan (Kab. Magelang) Kecamatan Borobudur (Kab. Magelang) Kecamatan Mungkid (Kab. Magelang) Kecamatan Prambanan (Kab. Sleman);

Kecamatan Prambanan (Kab. Klaten);

Kota Yogyakarta;

Kecamatan Banguntapan (Kab. Bantul) Kecamatan Sewon (Kab. Bantul)

Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Magelang

Kabupaten Sleman Kabupaten Klaten Kabupaten Bantul Kota Yogyakarta

Danau Toba Sesuai Peraturan Presiden No. 81 No 2014 tentang Rencana Tata Ruang Danau Toba dan Kawasan sekitarnya

Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Karo

Kabupaten Simalungun Kabupaten Toba

Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Samosir

Kabupaten Dairi

Kabupaten Pakpak Bharat6 Labuan

Bajo Taman Nasional Komodo

Kota Labuan Bajo Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Barat Wakatobi Pulau Wangi-wangi

Pulau Kaledupa Pulau Tomia Pulau Binongko

Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Wakatobi

Bromo- Tengger- Semeru

Kecamatan Tosari Kecamatan Sukapura Kecamatan Pasrujambe

Beberapa Kecamatan di Kabupaten/

Kota Malang

Provinsi Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Malang Kota Malang Sumber: Project Appraisal Document, May 8, 2018

RIDPN 3 Destinasi dan Project Paper of an Additional Financing ITDP, May 28, 2021

I.5 Penerima Manfaat

Penerima manfaat P3TB adalah masyarakat, para pencari kerja, pekerja lokal di industri pariwisata, serta usaha pariwisata termasuk usaha mikro dan kecil menengah (UMKM), pemerintah daerah setempat, dan kementerian/lembaga (K/L) terkait. Para penerima manfaat spesifik dari masing-masing komponen program dijelaskan pada LAMPIRAN-1.

I.6 Jangka Waktu

P3TB disiapkan pada tahun anggaran (TA, Januari-Desember) 2018 dan mulai efektif dilaksanakan sejak TA 2019 sampai TA 2023 sesuai dengan perjanjian pinjaman dengan Bank Dunia. Pada TA 2018, kegiatan program

6 Berdasarkan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2014, Danau Toba dan sekitarnya terdiri dari Badan Danau, Daerah Tangkapan Air (DTA), Cekungan Air Tanah (CAT) dan jaringan infrastruktur diluar Badan Danau, DTA dan CAT tetapi berkaitan dengan perairan Danau Toba dan mendukung pembangunan Danau Toba. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah, yang sebagian besar tidak berhubungan dengan kegiatan P3TB. Berdasarkan Market Analysis and Demand Assessment for Lake Toba, Kabupaten Pakpak Bharat tidak termasuk ke dalam batasan Destinasi Wisata Prioritas. Kabupaten ini juga tidak menjadi bagian dari Badan Danau berdasarkan Perpres di atas dan tidak termasuk ke dalam pengertian “destinasi” dari segi pariwisata.

(20)

diawali dengan penyusunan RIDPN dan mobilisasi Program Management Support (PMS).

I.7 Pengguna Pedoman Umum

Pengguna Pedoman Umum adalah seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam P3TB yaitu Kementerian/Lembaga di Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai cakupan wilayah P3TB, Tim Koordinasi Program, Kelompok Kerja (Pokja) Destinasi Wisata Provinsi/ Kabupaten/

Kota, Organisasi Pelaksana Program (CPMU/PMU/PIU), para penyedia jasa, para penerima manfaat dan masyarakat di lokasi program.

(21)

Gambar 1.1 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Lombok, Nusa Tenggara Barat

(22)

Gambar 1.2 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Borobudur – Yogyakarta – Prambanan

(23)

Gambar 1.3 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara

(24)

Gambar 1.4 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

(25)

Gambar 1.5 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Wakatobi, Sulawesi Tenggara

(26)

Gambar 1.6 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Bromo – Tengger - Semeru, Jawa Timur

(27)

BAB II

KOMPONEN PROGRAM

P3TB terdiri dari 4 (empat) komponen yang saling terkait untuk mengatasi permasalahan utama industri pariwisata Indonesia dan mengoptimalkan potensi yang belum tergarap. Secara bersama-sama, empat komponen P3TB diharapkan dapat memberi dampak yang positif pada: (i) peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara; (ii) peningkatan jumlah rata-rata belanja harian per wisatawan; dan (iii) peningkatan jumlah lapangan kerja sektor pariwisata. Dampak lanjutan yang diharapkan adalah meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dalam perekonomian nasional dan daya saing pariwisata Indonesia. Selain itu, secara keseluruhan program ini juga berfungsi sebagai kerangka kelembagaan yang disiapkan untuk menyelesaikan permasalahan koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten, dan juga memobilisasi sumber daya di setiap tingkat pemerintahan agar dapat memaksimalkan usaha pencapaian tujuan bersama di destinasi wisata prioritas. Tujuan bersama ini tertuang dalam RIDPN yang akan disiapkan untuk setiap destinasi pariwisata prioritas, termasuk di dalamnya pengaturan kelembagaan untuk meningkatkan koordinasi antar- Lembaga/Institusi.

II.1 Komponen-1: Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan untuk Memfasilitasi Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan

Tujuan utama Komponen-1 adalah untuk mendukung penguatan kelembagaan di pusat dan daerah dalam sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan Program. Komponen-1 juga bertujuan untuk mendukung peningkatan keterlibatan para pemangku kepentingan termasuk swasta dan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Komponen-1 juga diharapkan mampu menjaga kelestarian alam dan keberagaman budaya di destinasi wisata.

Penerima manfaat Komponen-1 adalah K/L dan pemerintah daerah yang terkait dalam penyusunan RIDPN, lembaga yang terlibat dalam pemantauan pariwisata berkelanjutan (STO) dan pelestarian kekayaan alam (termasuk habitat alami dan keanekaragaman hayati), asset sosial dan budaya, dan kelembagaan program yang memiliki fungsi koordinasi dan penyelenggaraan.

Secara lebih rinci, kegiatan Komponen 1 mencakup:

a. Penyusunan RIDPN atau Integrated Tourism Master Plans (ITMP) di 6 (enam) destinasi wisata prioritas, termasuk rencana aksi turunannya, penguatan kelembagaan dan kapasitasnya dalam perencanaan destinasi wisata secara terpadu, serta perlindungan dan pengelolaan Kawasan Konservasi dan Taman Nasional, Situs Warisan Dunia, dan/atau Global

(28)

Geopark dan Cagar Biosfer. Penyiapan RIDPN ini menjadi tanggung jawab Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai Executing Agency bersama-sama dengan Tim Koordinasi P3TB. Masing-masing RIDPN mencakup rencana pembangunan destinasi wisata prioritas (dengan masa perencanaan 25 tahun) dan rencana pembangunan rinci (dengan masa perencanaan 5 tahun) untuk setiap kawasan inti pariwisata (key tourism areas) yang sudah ada maupun kawasan baru yang akan dikembangkan.

RIDPN akan mensinkronkan rencana pengembangan pariwisata nasional dan rencana pengembangan pariwisata daerah dengan didasarkan pada kajian permintaan dan analisis ekonomi di setiap wilayah destinasi wisata prioritas. 7 RIDPN akan disusun melalui proses partisipatif yang melibatkan konsultasi intensif dan inklusif dengan semua pemangku kepentingan, terutama dengan K/L, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat setempat. RIDPN akan menjadi dasar pembangunan fasilitas pariwisata, infrastruktur pendukung dan kegiatan komponen lainnya dalam rangka: (i) menindaklanjuti peluang dan hambatan lingkungan, sosial dan budaya dari destinasi wisata; dan (ii) menghindari kerusakan kekayaan alam dan keragaman budaya.

Penyusunan RIDPN mencakup rencana pembangunan seluruh wilayah destinasi wisata (dengan masa perencanaan 25 tahun) dan rencana pembangunan rinci (dengan masa perencanaan 5 tahun) setiap kawasan inti pariwisata (key tourism areas) yang sudah ada maupun kawasan baru yang akan dikembangkan. RIDPN akan menjadi dasar pembangunan fasilitas pariwisata, infrastruktur pendukung dan kegiatan komponen lainnya dalam rangka: (i) analisis kelembagaan, hukum, regulasi dan kerangka kebijakan; (ii) analisis permintaan dan peluang pembangunan kawasan destinasi wisata; (iii) analisis kondisi awal (baseline) terkait rencana tata ruang, kesenjangan infrastruktur, atraksi dan fasilitas bagi wisatawan serta analisis awal lingkungan; (iv) kajian awal terkait aspek sosial-ekonomi, khususnya analisis pembangunan sumber daya manusia, pemberdayaan masyarakat, pembangunan industri pariwisata, dan lingkungan yang mendukung untuk masuknya bisnis dan investasi swasta; (v) analisis potensi dan kendala aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan warisan budaya; (vi) penyiapan proyeksi pertumbuhan dan skenario pembangunan; (vii) perincian skenario pembangunan terpilih; (viii)

7 Market Analysis and Demand Assessment for Lombok:

http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Lombok_Market_and_Demand_Assessment.pdf; Market Analysis and Demand Assessment for Borobudur:

http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Borobudur_Market_and_Demand_Assessment.pdf; Market Analysis and Demand Assessment for Lake Toba:

http://bpiw.pu.go.id/uploads/20170302_Lake_Toba_Market_and_Demand_Assessment.pdf

(29)

penyusunan rencana pembangunan pariwisata; (ix) memastikan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh tahapan.

b. Program Management Support (PMS), yaitu jasa konsultan yang menyediakan dukungan manajemen program kepada BPIW selaku executing agency dan K/L terkait. PMS bertanggungjawab dalam mendukung perencanaan, penganggaran, pengendalian mutu, pengawasan, pemantauan, pelaporan, dan koordinasi pelaksanaan P3TB.

Tim PMS yang ditempatkan di setiap destinasi wisata prioritas akan memberi dukungan bagi pemerintah daerah dalam manajemen program serta memfasilitasi Kelompok Kerja (Pokja) Destinasi Wisata di provinsi dan kabupaten/kota.

Tim PMS akan mendukung penyelenggaraan program dengan ruang lingkup kegiatan: (i) memberikan bantuan manajemen proyek secara keseluruhan; (ii) mengkoordinasikan program; (iii) mendorong sinergi para pemangku kepentingan; (iv) memastikan akuntabilitas dalam keuangan, pengadaan, pemantauan dan pelaporan; (v) membantu menyiapkan proposal tahunan; (vi) menyediakan SIM untuk penyelenggaraan program;

(vii) memastikan kualitas pelaksanaan dan hasil program; (viii) memastikan penerapan Perlindungan Sosial dan Lingkungan (ESMF) edisi 8 Juni 2020; (ix) memastikan partisipasi masyarakat lokal dalam program;

(x) memfasilitasi penyelarasan rencana sektoral dan daerah dengan RIDPN; (xi) memastikan penanganan keluhan dan pengelolaan pengaduan masyarakat; (xii) meningkatkan kapasitas para pengelola; dan (xiii) memastikan pelaporan tepat waktu.

c. Dukungan terhadap pemantauan dan pelestarian aset kekayaan alam, budaya dan sosial, termasuk pembentukan dan/atau penguatan lembaga Observatorium Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Observatories – STO) sebagai bagian dari jaringan United Nation World Tourism Organization (UNWTO), International Network of Sustainable Tourism Observatories (INSTO) dan/atau Wonderful Indonesia Sustainable Tourism Observatories (WINSTO) yang dikelola oleh Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf). Lembaga tersebut akan memantau indikator pariwisata berkelanjutan di 6 (enam) destinasi wisata prioritas dan spesifik pada kawasan inti pariwisata. Hasil monitoring STO akan dilaporkan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Tim Teknis, Kelompok Kerja (Pokja) Destinasi Wisata Provinsi dan Kelompok Kerja (Pokja) Destinasi Wisata Kabupaten/Kota (diatur melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Bappenas Nomor Kep.

9/M.PPN/HK/01/2019) sebagai Tim Koordinasi Program serta kepada Pemerintah Daerah yang dilaporkan secara berkala (tahunan).

(30)

Program STO (Sustainable Tourism Observatories) akan memonitor indikator pariwisata berkelanjutan di setiap destinasi dan spesifik pada kawasan inti pariwisata. Indikator pariwisata berkelanjutan akan disepakati di setiap destinasi sesuai permasalahan prioritas masing- masing. Berdasarkan kajian awal, terdapat permasalahan priorias di masing-masing destinasi (lihat Tabel 1.2) yang perlu dikonfirmasi selama proses penyusunan RIDPN. Peningkatan kinerja tiap indikator ini akan dihitung dan dilaporkan secara periodik oleh STO.

d. Sebagai tambahan atas peran STO dalam P3TB dan sehubungan dengan makin banyaknya lembaga/penggerak pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah yang terlibat dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, dipandang perlu untuk mensinergikan peran serta lembaga/ penggerak pemberdayaan masyarakat tersebut dengan STO.

Proses ini dapat dilakukan melalui mekanisme lomba pengembangan pariwisata berkelanjutan dan STO dapat dilibatkan dalam proses penjurian. Lembaga/penggerak pemberdayaan masyarakat yang terpilih kemudian bekerja sama dengan STO dalam melakukan pemantauan indikator pariwisata berkelanjutan dan melaksanakan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berhasil dimenangkannya, di destinasi wisata prioritas dan spesifik pada kawasan inti pariwisata P3TB.

e. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, baik pelaksanaan lomba, implementasi konsep, dan pelibatan STO dalam penjurian adalah menjadi bagian kegiatan P3TB. Disamping itu, P3TB juga akan mendukung pelaksanaan sosialisasi hasil revisi Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai standar GSTC-Destination versi 2.0 kepada para pemangku kepentingan antara lain pemerintah daerah, pengelola destinasi, komunitas, dan masyarakat. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini dapat digunakan sebagai bahan pelaporan secara berkala kepada UNWTO.

f. Mendukung pembentukan dan/atau penguatan organisasi pengelolaan destinasi wisata.

g. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk perlindungan, pemantauan dan pengelolaan habitat alami kritis dan keanekaragaman hayati dan perbaikan /pembaruan rencana pengelolaan Taman Nasional.

h. Melakukan studi, termasuk antara lain: survei, analisis pasar dan penilaian permintaan untuk destinasi wisata masa datang dan memperbarui penilaian tersebut untuk destinasi wisata prioritas.

II.2 Komponen-2: Meningkatkan Kualitas Jalan dan Akses Pelayanan Dasar yang terkait dengan Pariwisata

(31)

Komponen-2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi jaringan jalan yang terkait dengan pariwisata, menyediakan sarana transportasi umum dan kendaraan tidak bermotor di lokasi program, serta memperbaiki akses terhadap pelayanan dasar dan infrastruktur yang penting bagi kepuasan wisatawan untuk menikmati pengalaman berwisata. Komponen-2 juga bertujuan meningkatkan infrastuktur yang diperlukan untuk pelestarian kekayaan alam dan budaya. Komponen-2 akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan APBD kabupaten/kota. Sebagian dana APBN akan bersumber dari pinjaman Bank Dunia. Kegiatan Komponen-2 yang dibiayai oleh APBN akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) dan Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) Kementerian PUPR, dan Direktorat Jenderal/Badan lainnya di Kementerian PUPR. Sedangkan kegiatan Komponen-2 yang dibiayai oleh APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota akan dilaksanakan oleh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Kegiatan dari Komponen-2 terdiri dari:

a. Pembiayaan transportasi jalan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi jalan yang terkait dengan pariwisata, termasuk jembatan, melalui konstruksi, pelebaran, perbaikan, peningkatan/rekonstruksi, rehabilitasi, dan pemeliharaan, untuk memenuhi standar dan target nasional kondisi jalan mantap dengan International Roughness Index (IRI) kurang dari 6;

b. Infrastruktur dan layanan pariwisata, seperti sarana pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, pembangunan taman dan ruang terbuka hijau, pembangunan dan peningkatan fasilitas angkutan umum daerah seperti pemberhentian bus dan terminal, dermaga, tempat sandar kapal, terminal feri, serta tempat pemberhentian taksi dan truk;

c. Konstruksi, peningkatan, rehabilitasi dan perluasan pelayanan dan infrastruktur dasar, seperti penyediaan akses air minum, sistem drainase dan pengendali banjir, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan sanitasi di kawasan inti pariwisata. Khusus untuk destinasi Danau Toba, terdapat beberapa tambahan kecamatan untuk program sanitasi dan persampahan (rincian kecamatan dapat dilihat pada Tabel I.2)

d. Penyusunan studi kelayakan, rancangan teknis (Detailed Engineering Design - DED), dan jasa konsultan manajemen konstruksi dan supervisi untuk kegiatan fisik, termasuk paket jasa konsultan untuk memastikan kualitas pekerjaan fisik, serta pelaksanaan langkah-langkah pengamanan lingkungan dan sosial sesuai dengan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Framework – ESMF) edisi 8 Juni 2020.

(32)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kegiatan dalam komponen 2 antara lain batas administratif yang relevan dengan pariwisata dan permasalahan yang terkait dengan daya saing pariwisata di destinasi wisata prioritas, khusus untuk persyaratan (eligible) kegiatan transportasi jalan adalah batas administrasi di dalam destinasi wisata prioritas (TDA). Dalam Gambaran Umum Destinasi Wisata Prioritas (selengkapnya dapat dilihat di LAMPIRAN-2) telah diidentifikasi kawasan inti prioritas serta kesenjangan akses layanan dasar yang mempengaruhi daya saing pariwisata (termasuk kesehatan, kebersihan, kelestarian lingkungan)8. RIDPN akan menjadi acuan perencanaan dan tahapan investasi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan tersebut. P3TB yang berjangka waktu lima tahun akan: (1) memprioritaskan kegiatan yang mampu mengatasi kesenjangan infrastruktur dan akses layanan dasar serta pencegahan dilaksanakan yang semakin buruk (seperti pantai, terumbu karang, dan danau), (2) memfokuskan pada kawasan inti pariwisata di destinasi wisata prioritas, dan (3) memilah kegiatan investasi baru dan investasi besar akan dilaksanakan pada tahap pembangunan berikutnya, yang seiring dengan peningkatan permintaan pengunjung.

Kegiatan Komponen-2 akan memberi manfaat kepada masyarakat setempat yang saat ini mengalami kekurangan akses terhadap sarana dan prasarana dasar. Manfaat lain adalah memperkuat keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesehatan, kehigienisan, dan kebersihan, yang secara bersama-sama dapat meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata.

Peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam program ini akan meningkatkan keamanan lalu lintas bagi penduduk dan wisatawan, menurunkan waktu tempuh untuk tujuan perdagangan dan bisnis, dan meningkatkan kesempatan untuk alat transportasi tidak bermotor yang lebih ramah lingkungan (misalnya melalui pengadaan jalur sepeda dan trotoar).

Komponen-2 mewakili percepatan komitmen pemerintah dalam penyediaan infrastruktur untuk meningkatkan akses terhadap layanan dasar di destinasi wisata prioritas.

Jika RIDPN mengindikasikan perlunya penyesuaian terhadap ruang lingkup geografis maupun jenis kegiatan/sub-proyek baru yang belum terdefinisikan dalam Pedum ini maka perlu dilakukan revisi Pedum dengan persetujuan Bank Dunia. Kegiatan/sub-proyek baru tersebut misalnya kegiatan dengan skala yang lebih besar dari kegiatan pada Tabel II.1.

8Kondisi kesenjangan ini terus bergerak sehingga RIDPN akan mengidentifikasi berdasarkan data terbaru

(33)

RIDPN akan menjadi acuan bagi penentuan kegiatan prioritas dan sinkronisasi antar-kegiatan yang didanai oleh APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten/kota. RIDPN akan menjadi kerangka kerja bagi Komponen- 2. Namun demikian, sambil menunggu proses penyusunan RIDPN, Komponen-2 dapat dimulai untuk kegiatan tertentu yang tidak perlu menunggu RIDPN - yang disebut sebagai investasi "No Regret" sebagaimana dijelaskan dalam Tabel II.1.

Tabel II.1 Kegiatan Yang Perlu/Tidak Perlu Menunggu RIDPN

KEGIATAN MENUNGGU

RIDPN I SEKTOR JALAN

1.1 Pemeliharaan rutin jalan; pemeliharaan preventif jalan Tidak

1.2 Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Tidak

1.3 Rekonstruksi/peningkatan jalan Tidak

1.4 Perbaikan jalan (termasuk pelebaran minor) Tidak

1.5 Pelebaran jalan (menambah jalur) Ya

1.6 Pembangunan jalan Ya

1.7 Pemeliharaan rutin, perawatan berkala, rehabilitasi jembatan Tidak

1.8 Pelebaran jembatan (menambah jalur) Ya

1.9 Pembangunan jembatan Ya

1.10 Dukungan jalan daerah Tidak

1.11 Layanan perencanaan, pengendalian dan pengawasan preservasi dan

peningkatan kapasitas jalan nasional Tidak

II INFRASTRUKTUR DAN PELAYANAN PARIWISATA

2.1 Pembangunan infrastruktur baru untuk pejalan kaki, sepeda, dan angkutan tidak bermotor, seperti trotoar, jalan setapak, jalur sepeda, penyeberangan jalan,

jembatan penyeberangan orang, dan lain-lain Ya

2.2 Perbaikan/peningkatan infrastruktur untuk pejalan kaki, sepeda, dan angkutan tidak bermotor, seperti trotoar, jalan setapak, jalur sepeda, penyeberangan jalan,

jembatan penyeberangan orang, dan lain-lain Tidak

2.3 Pembangunan taman kota dan ruang terbuka hijau untuk memperindah kota Ya 2.4 Rehabilitasi/perbaikan/ peningkatan taman kota dan ruang terbuka hijau untuk

memperindah kota Tidak

2.5

Pembangunan atau peningkatan fasilitas angkutan umum di daerah, seperti pemberhentian bus dan terminal serta terminal feri, taksi dan truk. Pemeliharaan dan perbaikan berkala pada terminal dan dermaga feri di pelabuhan-pelabuhan daerah yang ada

Ya

2.6 Pembangunan kawasan pariwisata terpadu Ya

2.7 Rehabilitasi/perbaikan/ peningkatan kawasan pariwisata terpadu skala kecil Tidak III PENYEDIAAN AIR BERSIH

3.1 Pembangunan/ perluasan jaringan pasokan air Tidak

3.2 Pembangunan/ perluasan fasilitas pengolahan air perkotaan (< 100 l/s) Tidak 3.3 Perluasan fasilitas pengolahan air perkotaan yang sudah ada atau pembangunan

fasilitas baru (> 100 l/s) Ya

3.4 Perbaikan atau pergantian fasilitas penyimpanan air yang sudah ada (atau yang

rusak) Tidak

IV SANITASI

4.1 Pembangunan/perluasan instalasi pengolahan lumpur limbah tinja Ya 4.2 Rehabilitasi/peningkatan instalasi pengolahan lumpur tinja yang sudah ada Tidak

(34)

KEGIATAN MENUNGGU RIDPN

4.3 Pembangunan/perluasan sistem perpipaan air limbah Ya

4.4 Rehabilitasi/peningkatan sistem perpipaan air limbah yang sudah ada Tidak 4.5 Pembangunan/perluasan instalasi pengolahan air limbah skala kota Ya 4.6 Rehabilitasi/ peningkatan instalasi pengolahan air limbah skala kota yang

sudah ada Tidak

4.7 Pembangunan/ rehabilitasi instalasi pengolahan air limbah skala komunal Tidak 4.8 Pembangunan/perbaikan fasilitas WC umum dan sanitasi (misalnya fasilitas

MCK di daerah hunian masyarakat setempat/taman) Tidak

4.9 Truk penyedot tanki septik Tidak

V PERSAMPAHAN

5.1 Fasilitas pengolahan sampah skala kecil Tidak

5.2 Truk pengumpul sampah dan peralatan pengumpul sampah lainnya Tidak

5.3 Fasilitas biogas dan pengomposan berskala kecil Tidak

5.4 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tidak

5.5 Pembangunan/ perluasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dengan metode lahan urug terkendali/ metode lahan urug saniter, termasuk fasilitas

pendukungnya Ya

5.6 Rehabilitasi/perbaikan/peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dengan metode lahan urug terkendali/ metode lahan urug saniter, termasuk fasilitas

pendukungnya Tidak

5.7 Pembentukan organisasi 3R atau layanan masyarakat (misalnya, program bank

sampah) Tidak

VI DRAINASE DAN PENGENDALI BANJIR

6.1 Pembangunan/perluasan fasilitas dan jaringan drainase Ya 6.2 Rehabilitasi/peningkatan fasilitas dan jaringan drainase yang sudah ada Tidak

6.3 Pembangunan/perluasan kolam retensi air hujan Ya

6.4 Rehabilitasi/perbaikan/peningkatan kolam retensi air hujan yang sudah ada Tidak VII FS dan DED

6.1 FS dan DED dan jasa konsultan manajemen dan supervisi untuk investasi fisik yang tercantum di atas

Tergantung pada subproyek Sumber: Project Paper of an Additional Financing ITDP, May 28, 2021

II.3 Komponen-3: Meningkatkan Partisipasi Lokal dalam Perekonomian Pariwisata

Komponen-3 akan dikelola oleh Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan dan Sekretariat Jenderal, Bidang Pusat Pengembangan dan SDM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha lokal dalam kegiatan ekonomi di sektor pariwisata. Hasil utama yang diharapkan dari komponen-3 adalah:

a. Jaminan keberlanjutan pasokan tenaga kerja terampil bagi sektor pariwisata;

b. Dukungan bagi perusahaan lokal untuk memanfaatkan peluang ekonomi di sektor pariwisata yang semakin mengandalkan teknologi digital;

Gambar

Tabel I.1 Peringkat Daya Saing Perjalanan dan Wisata Indonesia
Tabel I.2  Batasan Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata
Tabel I.3 Provinsi dan Kota/Kabupaten yang memenuhi persyaratan  (eligible) dan dapat berpartisipasi (participating province/ kota/
Gambar 1.1 Peta Destinasi Wisata Prioritas dan Kawasan Inti Pariwisata Lombok, Nusa Tenggara Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait