PENDAHULUAN
Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Faedah Penelitian
Khususnya bagi pekerja, karena pemutusan hubungan kerja akan memberikan dampak psikologis-finansial bagi pekerja dan keluarganya. 5 PHK harus menjadi pilihan terakhir jika terjadi perselisihan hubungan industrial. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mengacu pada Undang-Undang 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang merupakan tolok ukur yang digunakan dalam perselisihan perburuhan atau PHK antara pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.8. Beberapa perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja pada masa Covid-19 kerap menggunakan alasan force majeure atau efisiensi dalam melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjanya.
Atas dasar permasalahan hukum yang telah diuraikan di atas, maka penelitian lebih lanjut yang berjudul “Hak-hak Pekerja Akibat Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak Akibat Pandemi Covid-19 (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 336 K/Pdt) menjadi penting. .Sus-PHI/2021)”. Apa saja hak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja dalam putusan MA nomor 336 K/Pdt.Sus-PHI/2021? dalam keputusan Mahkamah Agung no. 336 K/Pdt.Sus-PHI/2021?. Secara akademis, ia menyumbangkan pemikiran khususnya terkait permasalahan hak-hak pekerja akibat pemutusan hubungan kerja melalui mediasi.
Tujuan Penelitian
Definisi Operasional
Keaslian Penelitian
Skripsi Auliana Rismita, Mahasiswa NPM Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2020 yang berjudul “Hak Pegawai atas Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Pandemi Penyakit Virus Corona 2019”. Apa akibat hukum bagi pengusaha jika menjadikan pandemi corona 2019 sebagai alasan pemutusan hubungan kerja yang salah? Disertasi Rizki Ayu Margina, Mahasiswa NPM Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun 2022 dengan Judul “Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Akibat Pandemi.
Cara Mengatasi Gangguan Ketenagakerjaan Akibat Pandemi Covid 19 di Dinas Ketenagakerjaan Kota Mataram. Berdasarkan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa topik-topik yang diteliti dalam penelitian ini belum pernah diteliti secara khusus pada penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian autentik dan jauh dari unsur plagiarisme serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau akademis.
Metode Penelitian
- Jenis dan pendekatan penelitian
- Sifat penelitian
- Sumber data
- Alat pengumpul data
- Analisis data
Bahan hukum primer yaitu berupa peraturan-peraturan hukum yang sangat penting bagi pokok bahasan yang kita pelajari dalam penelitian ini, terdiri dari: Bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, jurnal hukum dan literatur hukum lainnya yang sangat penting bagi penelitian ini. . Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran atau informasi mengenai penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Caranya dengan mengumpulkan data dari internet, majalah, dan ensiklopedia untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan untuk penelitian.
Offline yaitu pengumpulan data penelitian kepustakaan dengan cara mengunjungi dan membeli buku secara langsung, perpustakaan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian. Online yaitu penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mencari melalui internet untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan untuk penelitian. Analisis kualitatif adalah analisis berdasarkan paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep dan data, yang merupakan umpan balik terus-menerus atau modifikasi teori dan konsep berdasarkan data yang dikumpulkan dan terkait dengan hak-hak pekerja akibat pemutusan hubungan kerja secara sepihak yang dilatarbelakangi pandemi Covid 19. pandemi.
TINJAUAN PUSTAKA
Hak pekerja
- Pengertian Pekerja
- Pengertian Pemberi Kerja
- Hak Pekerja
Hak tersebut diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyatakan “setiap pekerja/buruh berhak mendapat perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pemberi kerja”. Sesuai Pasal 80 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pekerja/buruh berhak diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah keagamaan. Dalam hal perlindungan tenaga kerja, dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, setiap pekerja/buruh berhak mendapat perlindungan yang terdiri atas:
Setiap pekerja dan keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 UU No. 13 Tahun 2003, berhak memperoleh manfaat jaminan sosial kerja. Setiap pekerja/pegawai berhak membentuk dan bergabung dalam serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan Pasal 104 UU No. 13 Tahun 2003. Setiap pekerja mempunyai hak mogok yang merupakan hak dasar pekerja. dan serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan Pasal 138 UU No.13 Tahun 2003.
Pemutusan Hubungan Kerja
- Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja
- Penerapan Pemutusan Hubungan Kerja
- Hak Pekerja Atas Pemutusan Hubungan Kerja
Husni menyatakan bahwa dalam teori hukum ketenagakerjaan terdapat 4 (empat) jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu. Perselisihan pemutusan hubungan kerja, yaitu perselisihan yang timbul karena adanya kesalahpahaman mengenai pemutusan hubungan kerja oleh salah satu pihak. Paragraf pertama Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh apabila pekerja/pekerja tersebut melakukan kesalahan berat sebagai berikut.
-UU Ketenagakerjaan lebih lanjut menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja dapat disebabkan oleh beberapa sebab sebagaimana tercantum dalam Pasal 164 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pemutusan hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja pada dasarnya adalah pemutusan hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja. Beberapa alasan pemutusan hubungan kerja yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini diatur dalam § 164 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 151 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pengusaha, pekerja/karyawan, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin agar hubungan kerja tidak terputus. Pasal 151 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan lebih lanjut menyatakan bahwa apabila terjadi pemutusan hubungan kerja, maka hubungan kerja tersebut harus dirundingkan antara pengusaha dengan pekerja/pegawai. Perlu diketahui bahwa berdasarkan Pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha harus terlebih dahulu mendapat keputusan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Hubungan kerja telah berakhir, artinya perjanjian kerja juga telah berakhir, demikian pula hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha/majikan. Uang pesangon adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada pekerja/buruh akibat pemutusan hubungan kerja sesuai isi Pasal 1 Angka (6) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-78 /MEN/2001 Tahun 2001 tentang Perubahan Berbagai Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Santunan Pemisahan, Imbalan Masa Kerja, dan Santunan Bagi Perusahaan ( selanjutnya disebut Keputusan Menteri Tenaga Kerja 78/2001). Peleburan, penggabungan, perubahan status dan Pekerja yang tidak ingin melanjutkan hubungan kerja (Pasal 163 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003);
Peleburan, Penggabungan, Perubahan Status dan Pengusaha tidak mau melanjutkan hubungan kerja (Pasal 163 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003);
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hak-hak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur dalam BAB Abdussalam berpendapat bahwa undang-undang ketenagakerjaan juga mengatur perusahaan tidak boleh melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak apabila pekerja atau pegawai memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam kontrak kerja.27. Pemutusan hubungan kerja antara pekerja dan pemberi kerja mempunyai akibat hukum bagi kedua belah pihak, termasuk terpenuhinya hak-hak pekerja setelah berakhirnya hubungan kerja.
Hak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja juga tersedia jika pekerja mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada pengusaha atau pemberi kerja. Akibat dari hubungan kerja yang tidak harmonis ini seringkali berakhir dengan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam hubungan industrial, baik pengusaha, pekerja/buruh, maupun pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin agar hubungan kerja tidak berakhir.
Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena telah lewat waktu tertentu yang telah disepakati sebelumnya dan dapat juga terjadi. Lebih lanjut Husni menyatakan bahwa dalam teori hukum ketenagakerjaan terdapat empat (empat) macam pemutusan hubungan kerja yaitu. Pada tingkat pertama dan terakhir tentang konflik kepentingan, pada tingkat pertama tentang perselisihan pemutusan hubungan kerja dan.
Akibat hukum dilakukan pemutusan hubungan kerja atas dasar
Apa pertimbangan hukum hakim dalam putusan Mahkamah
Pekerja/pekerja yang menderita sakit jangka panjang juga dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 172 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja dan pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin agar lapangan kerja tidak berakhir. Pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur lebih lanjut bahwa pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh apabila pekerja/pekerja tersebut melakukan kesalahan berat sebagai berikut.
Eko berpendapat, syarat lain yang harus dipenuhi pengusaha saat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah bukti pendukung:. Pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh pengadilan adalah perbuatan pemutusan hubungan kerja karena putusan hakim pengadilan atas permohonan pemohon (majikan, pekerja atau keluarganya) atas pembatalan perjanjian kerja antara pihak yang bersangkutan. majikan dan pekerja untuk masalah-masalah penting. alasan. Akibat hukum dari pemutusan hubungan kerja karena pandemi Covid-19 adalah pengusaha wajib memberikan hak kepada pekerja sesuai dengan hak yang diatur dalam UU No. untuk pesangon, hak membayar penghargaan masa kerja, uang penggantian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan mengenai rumusan masalah, antara lain sebagai berikut. Hak pekerja pada saat pemutusan hubungan kerja dalam Putusan MA Nomor 336 K/Pdt.Sus-PHI/2021 adalah hak pesangon, hak penghargaan masa kerja, hak kompensasi dan THR. Pertimbangan hukum hakim dalam Putusan MA Nomor 336 K/Pdt.Sus-PHI/2021 adalah sudah tidak adanya lagi hubungan kerja yang harmonis.
Surat teguran I dan surat teguran II TERGUGAT kepada Penggugat merupakan salah satu bentuk tindakan disipliner terhadap Penggugat, sehingga pemecatan dapat dibenarkan dalam perkara ini. Hak-hak Penggugat yang harus dipenuhi oleh TERGUGAT adalah 1 (satu) buah uang pesangon, 1 (satu) buah uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Saran
PENGADUAN tidak dapat dikualifikasikan sebagai pemberhentian karena pengunduran diri karena perhitungan hari yang dijadikan acuan tidak tepat karena juga menghitung hari Sabtu dan Minggu sebagai hari kerja. Hakim dalam putusan tingkat pertama seharusnya lebih cermat dalam melihat hak-hak pekerja dan menentukan kualifikasi pemberhentian bagi PENGGUGAT, sehingga tidak merugikan hak dan kepentingan penggugat. Arie Exchell Prayogo Dewangker, Penggunaan Klausul Force Majeure dalam Kondisi Pandemi, dalam Jurnal Pendidikan dan Pembangunan Lembaga Pendidikan Tapanuli Selatan, Vol.8 No.3 Edisi Agustus 2020.
Harry Purwanto, Eksistensi Asas Rebus Sic Stantibus dalam Perjanjian Internasional, dalam Jurnal Mimbar Hukum edisi khusus November 2011.