Kegiatan simulasi pengelolaan hasil hutan dan analisis biaya deforestasi merupakan kegiatan yang sangat penting. Untuk dapat mengetahui cara penataan hasil hutan pada areal pemanenan hutan di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Pengaturan hasil hutan diperlukan untuk menghitung volume kayu yang dapat ditebang setiap tahunnya, sehingga jumlah penebangan pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah pertumbuhan seluruh tegakan.
Menurut asas ini, pengambilan hasil hutan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi potensi hutan yang ada di lapangan. Pengaturan hasil pengelolaan hutan alam dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menurut luas, volume, dan jumlah batang. Secara umum tujuan pengaturan hasil hutan adalah untuk mencapai keberlanjutan hasil, yaitu produksi hasil hutan secara terus menerus dalam jumlah yang relatif sama atau lebih besar setiap tahunnya.
Pengaturan hasil pada hutan tanaman akan mudah diterapkan jika kondisi hutan mendekati kondisi hutan normal. Metode penilaian berbasis wilayah masih sangat sederhana dan digunakan untuk pengelolaan hutan tingkat awal. Cara pengaturan hasil hutan tidak lagi hanya dikendalikan dengan aturan silvikultur saja, namun sudah bergerak menuju pengendalian melalui rotasi dan pembagian kelas umur.
Dua metode tabulasi hasil yang tergolong metode berbasis volume adalah metode Hundeshagen dan metode Von Mantel.
Penentuan Teknik Penebangan Kayu
Persiapan area kerja: membersihkan permukaan tanah, membuka jalan keluar, membersihkan area batang pohon yang akan terjadi tumbang dan melakukan pemotongan balasan. Daerah bahaya diartikan sebagai lingkaran di sekeliling pohon yang akan ditebang dengan radius dua kali tinggi pohon. Langkah pertama dalam membuat takik tumbang diawali dengan membuat potongan mendatar 1/4 hingga 1/3 diameter pohon.
Setelah membuat takik tumbang, langkah selanjutnya adalah membuat takik tumbang setinggi 5-20 cm di atas potongan takik tumbang secara mendatar dan menyisakan engsel setebal 1/10-1/6 diameter pohon. Sebelum memulai penebangan, perlu dilakukan penandaan pada pohon yang akan ditebang dan pohon yang tidak boleh ditebang. Penandaan ini harus dilakukan pada setiap pohon yang bersangkutan dengan cat atau bahan tahan lama lainnya.
Kondisi pohon : kondisi pohon yang dimaksud disini adalah kedudukan pohon (normal atau miring): kesehatan pohon (benjolan atau cacat lain yang mempengaruhi tumbangnya pohon); bentuk kepala dan keberadaan penopang. Untuk menjamin keselamatan penebang, area aman terletak pada sudut 45o ke kiri dan kanan garis lurus sesuai arah tumbangnya pohon yang ditentukan. Selain arah tumbangnya pohon, faktor yang menentukan keberhasilan penebangan adalah terjadinya notching tumbang dan counter notching.
Jenis takik tumbang yang dapat digunakan antara lain: (1) tipe biasa, (2) tipe humbolt, (3) dan (4) tipe takik tumbang yang digunakan pada pohon besar. Jenis garitan limbah yang umum digunakan adalah jenis garitan limbah yang biasa digunakan pada kegiatan tebang habis di hutan alam, sedangkan tipe humbolt merupakan jenis garitan limbah yang biasa digunakan pada kegiatan tebang habis di hutan jati. Pembuatan cut-off notch dan counter-notch dapat dilakukan dengan bantuan alat konvensional (gergaji tangan, kapak) dan peralatan mekanis (gergaji rantai).
Cara pembuatan drop notch dengan gergaji mesin untuk kayu berdiameter besar berbeda dengan cara pembuatan drop notch untuk kayu berdiameter kecil. Dalam kegiatan penebangan, penebangan pada umumnya dilakukan tanpa membuat takik tebangan seperti diatas, melainkan cukup dengan menebang pohon secara mendatar hingga pohon yang bersangkutan tumbang. Pembuatan drop notches yang salah akan mengakibatkan pohon tidak tumbang ke arah yang ditentukan.
Pohon yang akan ditebang harus diberi tanda pada pohonnya dengan tanda silang berwarna merah dan tanda arah tumbang. Semua pohon dalam jarak (radius) 50 m dari mata air, cagar alam atau suaka margasatwa, jalur vegetasi sepanjang jalan raya/provinsi; pohon pada jarak 100 m dari kawasan yang mempunyai nilai estetika (keindahan) dan semua pohon pada jarak 200 m dari sungai/pantai (Mujetahid, 2009).
Analisis Biaya Pemanenan
Biaya merupakan pengorbanan yang bersifat mutlak atau harus dikeluarkan untuk mencapai suatu hasil guna menghasilkan suatu barang atau jasa tertentu, termasuk bahan, alat, tenaga dan jenis pengorbanan lainnya yang tidak dapat dihindari. Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi yang diukur dalam satuan moneter yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk tujuan tertentu. Hasanah (2016) mengartikan “biaya sebagai suatu nilai tukar, suatu pengeluaran atau pengorbanan untuk menjamin tercapainya manfaat”.
Mujetahid (2009) menambahkan bahwa perhitungan biaya sangat penting dilakukan secara cermat karena semua langkah dan kebijakan yang diambil hendaknya berasal dari satu tujuan, yaitu menghasilkan keuntungan. Berdasarkan pengertian biaya di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi, yang diukur dalam satuan moneter, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa depan. Biaya merupakan unsur yang sangat penting yang harus diperhitungkan dengan cermat karena menyangkut dua hal, perumusan kebijakan dan keuntungan.
Analisis biaya penebangan didasarkan pada data produktivitas kerja dan seluruh biaya yang dikeluarkan pada saat proses penebangan pohon untuk memilahnya menjadi kayu bulat di tempat pengumpulan kayu (TPN). Biaya tetap merupakan biaya yang bersifat tetap dalam jangka waktu tertentu dan besarnya tidak bergantung pada jumlah produk atau jam kerja mesin. Harga perolehan suatu aktiva berupa mesin, peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap yang nilainya tidak dapat dibebankan sekaligus pada tahun pembeliannya, tetapi harus disebar pada saat aktiva tersebut dapat digunakan.
Ciri-ciri biaya variabel antara lain : total biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume/kapasitas, semakin besar kapasitas yang digunakan maka total biaya variabel akan semakin besar dan sebaliknya. Biaya variabel bervariasi secara total sesuai dengan tingkat produksi, namun per unitnya tetap konstan berapapun jumlah unit yang diproduksi. Biaya perawatan gergaji mesin merupakan biaya untuk menjaga kondisi fisik (kinerja) gergaji mesin agar dapat terus bekerja dengan baik.
Biaya perawatan gergaji mesin dihitung dari 10% biaya investasi gergaji mesin dibagi jam kerja selama setahun, dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Perbaikan gergaji mesin merupakan biaya penggantian bagian-bagian gergaji mesin yang rusak hingga gergaji mesin dapat digunakan kembali. Biaya perbaikan dihitung dengan membagi biaya penggantian bagian gergaji mesin yang rusak dengan jam kerja yang dinyatakan dalam satuan Rp/jam.
Alat dan Bahan 1. Alat
Prosedur Kerja
Selain itu, rata-rata tinggi bebas cabang pohon pinus berkisar antara 13-28 m, hal ini menunjukkan telah dilakukannya perlakuan silvikultur berupa pemangkasan. Ketinggian cabang yang jelas juga menunjukkan berapa lama kayu tersebut akan diproduksi untuk keperluan konstruksi/pertukangan. Luas efektif tegakan pinus di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin sangat besar dengan volume pohon pada luasan 324,45 m3 dan pada petak ukur 30,58 m3, sehingga berpotensi menghasilkan pulp dan kertas dengan putaran pemotongan 10 bertahun-tahun.
Peta Sebaran Pohon 1. Hasil
Pinus merkusii dapat digunakan untuk bangunan tempat tinggal, lantai, furniture, kotak, korek api, pulp, tiang listrik, panel wol kayu dan triplek. Sebaran tegakan pinus di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin tidak merata. Hal ini terlihat dari posisi pohon yang diukur pada setiap plot, yang sebagian besar berjauhan pada lahan miring dan cenderung berdekatan pada lahan yang kurang miring (miring).
Selain itu, sebaran pohon terlihat kurang merata akibat adanya perbedaan jumlah pohon pada setiap petak pengamatan. Pohon pinus yang tumbuh di lereng datar mempunyai diameter pohon yang besar dan pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan pinus yang tumbuh di lereng yang landai. Selain itu, tanah di daerah miring cenderung memiliki kelarutan yang dangkal, kandungan bahan organik rendah, kepadatan tanah tinggi, dan porositas tanah rendah dibandingkan dengan tanah di daerah datar yang muka airtanahnya dalam.
Hal ini terlihat dari hasil pengukuran pada plot yang menunjukkan bahwa pohon dengan tinggi tajuk dominan akan mempunyai diameter lebih besar dibandingkan dengan pohon yang lebih rendah (di tempat teduh). Berdasarkan hal tersebut, pohon yang berada di daerah datar lebih lebat dibandingkan dengan pohon yang berada di daerah miring karena memiliki tempat tumbuh yang baik. Hal ini menyebabkan perlunya rencana penebangan yang terstruktur dengan baik, terutama dalam menentukan teknik penebangan pohon di kawasan padat penduduk, agar penebangan tidak menimbulkan kerusakan dan kerugian.
Peta Arah Rebah Pohon 1. Hasil
Kondisi topografi dan kemiringan lereng serta jumlah tutupan pohon di sekitar pohon menjadi beberapa pertimbangan dalam menentukan arah penebangan pohon. Menentukan arah tumbang agar pohon yang ditebang tidak retak dan meminimalkan kerusakan pada vegetasi hutan disekitarnya. Dominasi tajuk tidak terlalu penting, hanya beberapa pohon yang mempunyai banyak tajuk.
Peralatan yang digunakan
Analisis Biaya 1. Hasil
Rincian biayanya antara lain biaya penebangan kayu, biaya slip, biaya transportasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan peralatan dan biaya tak terduga.
Kesimpulan
Saran