• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS BARANG KENA PAJAK GAS BUMI

N/A
N/A
thalia agatha

Academic year: 2024

Membagikan "PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS BARANG KENA PAJAK GAS BUMI "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS BARANG KENA PAJAK GAS BUMI (STUDI KASUS PADA PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN)) Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Riset Akuntansi

Dosen Pengampun : Utami Puji Lestari, S.E.AK, M.AK, Ph.D.

DISUSUN OLEH:

THALIA AGATHA 2104431105

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI KEUANGAN JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2023/2024

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......ii

BAB I PENDAHULUAN......1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penelitian...2

1.4 Manfaat Penelitian...2

1.4.1 Bagi Penulis...3

1.4.2 Bagi Pihak Lain...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......4

2.1 Pajak...4

2.1.1 Definisi Pajak...4

2.1.2 Fungsi Pajak...5

2.2 Pajak Penghasilan...6

2.2.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 22...6

2.2.2 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22...7

2.2.3 Tarif PPh Pasal 22...7

2.3 Pemungutan Pajak...8

3.3.1 Asas Pemungutan Pajak...8

3.3.2 Sistem Pemungutan Pajak...8

2.4 Penelitian Terdahulu...10

2.5 Kerangka Pemikiran...13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....14

3.1 Jenis Penelitian...14

3.2 Subjek dan Objek Penelitian...14

3.3 Variabel Penelitian...14

3.3.1 Variabel Independen...14

3.3.2 Variabel Dependen...15

3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian...15

(3)

3.6.1 Uji Validitas Data...16

3.6.2 Uji Asumsi Klasik...16

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda...19

3.6.4 Pengujian Hipotesis...19

DAFTAR PUSTAKA....21

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemungutan pajak merupakan bentuk kontribusi dan partisipasi aktif dari Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Wajib Pajak bertanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagai wujud dari tanggung jawab dalam ranah perpajakan. Masyarakat yang menjadi Wajib Pajak memiliki tanggung jawab untuk melakukan perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak yang mereka hutang secara mandiri, yang dikenal dengan sistem self assessment. Sistem ini diharapkan dapat memperbaiki administrasi perpajakan sehingga lebih terstruktur dan lebih mudah dipahami oleh Wajib Pajak [ CITATION Sis07 \l 1033 ].

Menurut [ CITATION And14 \l 1033 ], penghasilan pajak merupakan salah satu sumber terbesar bagi pemerintah Indonesia dalam menjalankan pembangunan nasional dan sebagai landasan utama untuk mendukung kebutuhan pemerintahan.

Pajak memiliki peran krusial sebagai pendapatan utama bagi negara. Tingkat kemandirian suatu negara juga tercermin dari kemampuan penduduknya dalam membiayai pengeluaran negara, baik yang bersifat rutin maupun yang berhubungan dengan pembangunan, yang didanai dari pembayaran pajak yang mereka lakukan.

Penyumbang terbesar ketiga setelah sektor pajak untuk APBN Negara adalah sektor migas[ CITATION Dip23 \l 1033 ]. Dalam laman resmi [ CITATION PTP23 \l 1033 ] menyatakan bahwa, hingga kuartal III-2023 PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar 198,5 juta sepanjang 9 bulan di tahun 2023. Pencapaian Laba Bersih tersebut berasal dari pendapatan konsolidasi sebesar USD 2,7 miliar dan Laba Operasi sebesar USD 389,9 juta. Untuk nilai EBITDA yang diperoleh adalah sebesar USD 814,6 juta.PT PGN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi terbesar di Indonesia tidak terlepas dari kewajiban pajak yang harus dipenuhi, yaitu menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang telah diatur oleh Undang-Undang.

Menurut peraturan perpajakan yang berlaku, bendahara pemerintah

(5)

berasal dari APBN/APBD. Di dalam lingkup ini, bendahara pemerintah merujuk pada pemegang kas dan pejabat lain yang memiliki fungsi serupa dalam pengelolaan dana pemerintah. Sebagai entitas yang bertanggung jawab melakukan pemotongan dan pemungutan pajak, bendahara pemerintah harus memahami berbagai aspek terkait perpajakan, terutama berkaitan dengan kewajiban melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan serta Pajak Pertambahan Nilai. Salah satu tanggung jawab bendahara pemerintah terkait Pajak Penghasilan adalah melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak[ CITATION Chi16 \l 1033 ].

Pajak penghasilan PPh 22 memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan PT.

PGN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dikarenakan PPh 22 berfokus pada penghasilan yang berasal dari penjualan kepada instansi pemerintah, impor, serta sector-sektor industri tertentu seperti rokok, kertas, otomotif, semen, baja, gas, bulog untuk terigu, dan pasit. Mengingat pentingnya sector perpajakan, diperlukan peninjauan yang lebihpraktis terkait perpajakan, khususnya mengenai PPh Pasal 22 yang relevan dan rinci di PT. PGN. Dengan dasar penjelasan ini, maka proposal ini diberi judul “Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan 22 Atas Barang Kena Pajak Gas Bumi (Studi Kasus Pada PT Perusahaan Gas Negara)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pemungutan PPh pasal 22 oleh Bendahara PT Perusahaan Gas Negara (PGN)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksaan pemungutan Pph pasal 22 yang dilakukan oleh Bendahara PT Perusahaan Gas Negara (PGN).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

(6)

1.4.1 Bagi Penulis

1. Penulis dapat menerapkan pengetahuan tentang ilmu perpajakan yang dipelajari di perguruan tinggi dengan melakukan penelitian. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang terus berkembang dan memiliki tuntutan tinggi.

2. Penulis dapat memahami prosedur pemungutan yang terdiri dari perhitungan, penyetoran, dan pelaporan atas Pajak Penghasilan Pasal 22 atas gas bumi yang dipungut oleh Bendahara PT Perusahaan Gas Negara (PGN) 3. Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Meetode Riset 1.4.2 Bagi Pihak Lain

1. Diharapkan pula penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai media informasi mengenai aktivitas pemungutan PPh pasal 22 atas barang kena pajak.

2.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak

2.1.1 Definisi Pajak

Menurut [ CITATION Und \l 1033 ] tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, sebagaimana diungkapkan dalam [ CITATION Sit19 \l 1033 ], pajak merupakan kontribusi yang wajib diberikan oleh rakyat kepada kas negara sesuai dengan undang-undang yang dapat ditegakkan, tanpa mendapatkan imbalan langsung atau kontraprestasi yang dapat ditunjukkan, dan dana tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. S.I. Djajadiningrat, seperti yang dikutip dalam [ CITATION Sit19 \l 1033 ] menjelaskan bahwa pajak merupakan kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada kas negara sebagai akibat dari keadaan, kejadian, atau perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, bukan sebagai bentuk hukuman. Pajak ini dapat dipaksakan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah, dan tidak ada jasa timbal balik langsung dari negara, dengan tujuan untuk menjaga kesejahteraan umum. Dr. N. J. Feldmann, sebagaimana disampaikan dalam [ CITATION Sit19 \l 1033 ] menjelaskan bahwa pajak merupakan kewajiban yang dipaksakan secara sepihak oleh penguasa berdasarkan norma-norma umum, tanpa adanya imbalan atau kontraprestasi, dan dana yang terkumpul digunakan semata-mata untuk pengeluaran umum.

Pajak adalah salah satu sumber pendapatan utama yang berasal dari sumber dana dalam negeri, merupakan iuran rakyat kepada kas negara dengan tidak mendapatkan balas jasa secara langsung serta digunakan pada pembiayaan pembangunan Yang didasarkan pada undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum [ CITATION Riz20 \l 1033 ]

(8)

2.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak menurut [ CITATION Sit191 \l 1033 ], yaitu budgetair (sumber keuangan Negara) dan regularend (pengatur).

1. Fungsi Budgetair ( Sumber Keuangan Negara)

Pada fungsi ini, Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan. Sebagai sumber dana negara, pemerintah berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin uang untuk kas negara. Langkah ini melibatkan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi dalam pemungutan pajak, dengan melakukan perbaikan pada regulasi pajak yang berlaku untuk berbagai jenis pajak, termasuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain sebagainya.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan- tujuan di luar aspek keuangan. Beberapa contoh penerapan fungsi pengatur pajak meliputi:

a. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat transaksi jual beli barang mewah, dengan tarif pajak yang semakin tinggi sesuai dengan tingkat kemewahan barang tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah perlomba-lomba dalam konsumsi barang mewah dan mengurangi gaya hidup mewah.

b. Tarif pajak progresif diterapkan pada penghasilan untuk mendorong kontribusi pajak yang tinggi dari pihak dengan penghasilan tinggi, sehingga dapat mencapai pemerataan pendapatan.

c. Penerapan tarif pajak ekspor sebesar 0% bertujuan mendorong pengusaha untuk mengekspor hasil produksinya di pasar internasional, yang dapat meningkatkan devisa negara.

d. Pajak penghasilan dikenakan pada penyerahan barang hasil industri tertentu, seperti semen, kertas, baja, dll., dengan tujuan untuk

(9)

mengarahkan produksi industri tersebut agar memperhatikan dampak lingkungan dan mencegah polusi yang membahayakan kesehatan.

e. Penggunaan pajak 1% yang bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan peredaran usaha tertentu bertujuan untuk menyederhanakan penghitungan pajak.

f. Pemberlakuan tax holiday diarahkan untuk menarik investor asing agar berinvestasi di Indonesia, memberikan insentif berupa pembebasan pajak untuk periode tertentu.

2.2 Pajak Penghasilan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perpajakan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1984. Seiring dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi hasil pembangunan nasional, dilakukan sejumlah perubahan dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan. Tujuannya adalah mewujudkan sistem perpajakan yang netral, adil, stabil, sederhana, serta memiliki kepastian hukum dan transparansi. Perubahan terakhir terkait peraturan Pajak Penghasilan dapat ditemui dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2018.

Pajak penghasilan merupakan beban pajak yang dikenakan pada individu maupun entitas hukum berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima selama satu tahun. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam lingkup Undang-Undang ini disebut sebagai Wajib Pajak. Wajib pajak akan dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak, atau juga bisa dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak jika kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam satu tahun pajak. Tahun pajak dapat berupa tahun kalender atau tahun buku yang tidak sesuai dengan tahun kalender, asalkan tahun buku tersebut mencakup periode 12 bulan.

2.2.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 22

[CITATION Mar16 \l 1033 ] menyatakan bahwa Pajak Penghasilan Pasal 22 diterapkan pada berbagai objek, termasuk impor barang, pembayaran atas pembelian yang dilakukan oleh bendahara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), penjualan hasil produksi di dalam negeri (terutama untuk industri semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif), penjualan hasil produksi oleh Pertamina atau produk sejenis seperti

(10)

bahan bakar dan gas, pembelian bahan untuk kebutuhan industri atau ekspor industri, dan penjualan barang yang memiliki tingkat kemewahan yang tinggi.

2.2.2 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

Menurut [ CITATION Sit191 \l 1033 ], objek pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 tidak mencakup impor atau penyerahan barang yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan, impor barang yang dibebaskan dari bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), impor sementara, impor barang yang telah diekspor sebelumnya, pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak, pembayaran atas pembelian gibah atau beras oleh perusahaan logistik, emas batangan yang digunakan untuk barang perhiasan dan tujuan ekspor, serta pembayaran pembelian barang yang terkait dengan penggunaan dana bantuan operasional sekolah.

2.2.3 Tarif PPh Pasal 22 1. Atas Impor

a. Menggunakan angka pengenal impor (API) 2,5% dari nilai impor

b. Tidak menggunakan angka pengenal impor (API) 7,5% dari nilai impor

c. Yang tidak dikuasai

7,5% dari harga jual lelang 2. Atas pembelian barang

1,5% dari harga pembelian

3. Atas penjualan bahan bakar minyak, gas, pelumas a. Bahan bakar minyak

0,25% dari penjualan (excl. PPN) b. SPBU selain pertamina

c. 0,3% dari penjualan (excl. PPN) d. Bahan bakar gas

0,3% dari penjualan (excl. PPN) e. Pelumas

0,3% dari penjualan (excl. PPN)

(11)

2.3 Pemungutan Pajak

3.3.1 Asas Pemungutan Pajak

Dikutip dari situs resmi [ CITATION Dir1 \l 1033 ] Kementerian Keuangan, Indonesia atau institusi pemungut pajak sebaiknya memperhatikan faktor-faktor dalam pemungutannya yang dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Berikut ini berbagai asas pemungutan pajak menurut ahli ekonomi:

1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak dan melarang diskriminasi terhadap mereka.

2. Asas Certainty, semua pemungutan pajak harus didasarkan pada Undang-Undang, agar para pelanggar dikenai sanksi hukum.

3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada waktu yang paling sesuai bagi wajib pajak, seperti saat mereka menerima penghasilan atau hadiah.

4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak harus diminimalkan, menghindari situasi di mana biaya pemungutan pajak melebihi hasil yang diperoleh dari pemungutan pajak [CITATION WJL \l 1033 ] 3.3.2 Sistem Pemungutan Pajak

Dikutip dalam laman resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang ditulis oleh [ CITATION Put22 \l 1033 ], terdapat tiga sistem dalam pemungutan pajak di Indonesia.

1. Sels-Assessment System

Sistem pemungutan pajak pada Self-Assessment System lebih menekankan pada independensi wajib pajak. Artinya, wajib pajak secara mandiri menentukan jumlah pajak yang harus mereka bayar. Secara rinci, kegiatan seperti perhitungan, penilaian, pembayaran, hingga pelaporan pembayaran dilakukan secara aktif oleh wajib pajak. Mereka mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan dengan tanggung jawab sendiri memasukkan informasi melalui sistem pembayaran online yang telah tersedia saat ini.

(12)

Dengan keterlibatan aktif dari wajib pajak, peran pemungut pajak menjadi lebih terfokus pada pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan pajak.

Sistem pemungutan pajak ini umumnya diterapkan untuk Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pemungutan pajak yang dilakukan secara mandiri oleh wajib pajak diharapkan dapat mempermudah tugas petugas pajak, namun tetap memerlukan pengawasan yang cermat terhadap proses tersebut. Peran pengawasan menjadi sangat krusial mengingat kelemahan dalam sistem ini adalah ketergantungan penuh pada kejujuran wajib pajak. Terkadang, wajib pajak mungkin cenderung menyetorkan jumlah pajak yang lebih rendah dari seharusnya.

2. Official Assessment system

Official Assessment system lebih menekankan pada peran petugas institusi pemungut pajak dalam menentukan jumlah pajak yang harus disetor oleh wajib pajak. Pada sistem ini, nominal pajak terutang akan lebih akurat, tanpa adanya upaya untuk mengurangi atau

meningkatkan jumlah pajak yang harus dibayarkan. Sistem penilaian resmi diterapkan khususnya pada pajak daerah seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta jenis pajak daerah lainnya.

3. Withholding Assessment System

Withholding Assessment System melibatkan pihak ketiga yang memiliki peran paling aktif dan kewenangan untuk menentukan jumlah pajak yang harus disetor oleh wajib pajak. Pihak ketiga ini biasanya merupakan bendahara atau divisi perpajakan perusahaan yang mengurangi penghasilan karyawan untuk pembayaran pajak.

Jenis pajak yang tercakup dalam sistem ini meliputi PPh Pasal 21, 22, 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2), dan PPN. Dalam proses pemotongan, akan dibuatkan bukti potong yang menjadi lampiran pada Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak yang bersangkutan.

(13)

2.4 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Peneliti

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Enggar Tri Iman Syahputra (2017)

Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas

Pengadaan Suku Cadang pada PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 9 Jember

Sistem pemungutan pajak menggunakan with holding system di mana PT. Kereta

Api Indonesia

(Persero) DAOP 9 Jember memiliki kewenangan untuk menghitung,

memungut,

membayarkan, dan melaporkan pajak penghasilan pasal 22 terkait pengadaan suku cadang dari vendor, dengan pembayaran

dilakukan setelah barang diterima dan sesuai persetujuan.

Meneliti terhadap prosedur pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Pada objek penelitian PPH 22 yang

dilakukan oleh Enggar Tri Iman Syahputra yaitu atas pengadaan suku cadang, sedangkan penelitian oleh penulis terhadap penjualan gas bumi

Proses pemungutan pajak penghasilan pasal 22 sesuai prosedur, dimana rekanan memberikan nota tagihan, PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 9 Jember melakukan pembayaran,

menghitung pajak,

Perbedaan juga ditemukan pada perusahaan yang berbeda

(14)

dan melakukan pemotongan pajak pada pembayaran kepada rekanan.

Pembayaran dan pelaporan pajak dilakukan sesuai batas masa pajak penghasilan pasal 22 di kantor KPP Pratama, dengan bukti pembayaran dikirim oleh PT.

Kereta Api Indonesia pusat ke DAOP 9 Jember.

Dessy Mega Anggriani (2021)

Analisis Penerapan, Perhitungan ,

Pembayaran dan

Pelaporan Pph

Pasal 22 atas

Pembelian Barang

Ditjen PP belum sepenuhnya

menerapkan perhitungan,

pembayaran, dan pelaporan PPh Pasal 22 sesuai PMK Nomor

34/PMK.010/2017.

Meskipun seharusnya memotong 1,5% dari total transaksi

minimal Rp

2.000.000, tidak semua transaksi dilakukan

pemungutan karena

Meneliti terhadap PPh Pasal 22

Pada objek penelitian PPH 22 yang

dilakukan oleh Enggar Tri Iman Syahputra yaitu atas objek pembelian barang, sedangkan penelitian oleh penulis terhadap penjualan

(15)

tidak mengizinkan.

Muhamma d Affan Ghozali (2018)

Proses Pembayaran dan

Pelaporan Pajak PPh

22 atas

Penjualan Minyak dan Gas pada SPBU di PT.

Pertamina Persero F MOR V Surabaya

Proses operasional keuangan di MOR V terintegrasi dengan baik melalui sistem MY SAP dan fitur- fitur lain seperti

rekening auto

collection, meningkatkan

efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan.

Meneliti terhadap PPh 22 atas penjualan Gas

Perbedaan ditemukan pada perusahaan yang berbeda

Prosedur pembayaran PPh Pasal 22 atas minyak dan gas melibatkan unduhan data, verifikasi, dan pembayaran melalui BNI Tax. Junior tax accounting

memainkan peran

penting dalam

mengelola proses ini, termasuk

menerbitkan memo

dan melakukan

pembayaran sesuai dengan prosedur BNI Direct. Lembar pembayaran

digunakan untuk pembeli, lampiran laporan bulanan KPP

(16)

(dilampirkan pada SPT Masa PPh 22), dan arsip pemungut pajak.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini, kerangka berfikirnya adalah Pelaksanaan pemungutan PPh 22. Pada gambar di bawah ini menyajikan kerangka teoritis untuk mengembangkan hipotesis pada penelitian ini. Penelitian ini melibatkan empat variabel, dengan tiga variabel independen (Y) dan satu variabel dependen (X). Variabel independen melibatkan Kebijakan pemungutan PPh 22 (Y1), Sistem atau prosedur pelaporan PPh 22 (Y2), dan Tingkat kepatuhan pemungutan PPh 22 (Y3). Sementara itu, variabel dependen adalah Pelaksanaan Pemungutan PPh 22 atas barang kena pajak gas bumi (X). Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci dalam penelitian ini, dipresentasikan kerangka pemikiran sebagai berikut:

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Metode pada penelitian yang digunakan ini adalah metode kuantitatif serta menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Menurut [ CITATION Sug18 \l 1033 ], pendekatan kuantitatif dalam penelitian didasarkan pada positivisme, di mana data yang dikumpulkan bersifat konkret dan dapat diukur menggunakan statistik sebagai alat analisis. Data kuantitatif dalam pelaksanaan penelitian ini mencakup dokumen Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 22, rincian perhitungan pajak, dan rincian penjualan gas pada PT Perusahaan Gas Negara. Di sisi lain, pendekatan kualitatif melibatkan informasi yang disajikan dalam bentuk kalimat verbal, tidak bersifat numerik atau simbol. Dalam konteks penelitian ini, data kualitatif diperoleh dari Bendahara PT Perusahaan Gas Negara, yang memberikan informasi tentang pemungutan yang didalamnya berisi kegiatan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22 atas barang kena pajak gas bumi PT Perusahaan Gas Negara

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber yang telah ditentukan oleh penulis, yaitu Bendahara PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Staff bagian Accounting PT Perusahaan Gas Negara (PGN), serta Manager PT. Perusahaan Gas Negara (PGN). Lalu yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini yaitu pemungutan PPh pasal 22 atas barang kena pajak gas bumi.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Independen

Menurut [ CITATION Sug18 \l 1033 ], variabel independen atau dikenal sebagai variabel bebas adalah variabel yang memiliki pengaruh terhadap atau menjadi penyebab perubahan atau munculnya variabel dependen, yang juga disebut sebagai variabel terikat. Varia bel independen yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi:

1. Kebijakan pemungutan PPh 22

Variabel ini mencakup peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan pemungutan PPH 22, termasuk perubahan-perubahan dalam regulasi

(18)

perpajakan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pemungutan pajak di PT PGN.

2. Sistem atau prosedur pelaporan pajak

Variabel ini mencakup efisiensi dan efektivitas sistem pelaporan pajak yang diterapkan oleh PT PGN. Hal ini mencakup kecepatan, ketepatan, dan ketelitian dalam menyampaikan laporan pajak terkait Barang Kena Pajak Gas Bumi.

3. Tingkat kepatuhan pemungutan PPh 22

Variabel ini mengukur sejauh mana PT PGN mematuhi ketentuan-ketentuan dalam pemungutan PPH 22. Hal ini melibatkan ketaatan terhadap regulasi perpajakan, termasuk ketepatan waktu dan ketelitian dalam pemungutan pajak.

3.3.2 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2017), variabel dependen atau dikenal juga sebagai variabel terikat, merujuk pada variabel yang mengalami pengaruh atau dampak sebagai hasil dari keberadaan variabel independen. Dalam konteks penelitian ini, variabel dependen yang dipertimbangkan adalah tingkat keberhasilan pemungutan PPh 22.

3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Menurut [ CITATION Emz09 \l 1033 ] Penelitian kuantitatif adalah suatu metode yang secara mendasar mengadopsi paradigma postpositivis dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan ini fokus pada elemen-elemen seperti kausalitas, reduksi variabel, pembentukan hipotesis, dan perumusan pertanyaan khusus dengan penerapan teknik pengukuran, observasi, serta pengujian teori. Metode penelitian yang sering digunakan dalam pendekatan kuantitatif melibatkan survei dan eksperimen, yang memerlukan pengumpulan data statistik.

Sedangkan metode penelitian kualitatif, sebagaimana dijelaskan oleh [ CITATION Sug18 \l 1033 ], merujuk pada suatu pendekatan penelitian yang didasarkan pada filsafat postpositivisme. Metode ini digunakan untuk mengkaji dalam konteks ilmiah di mana peneliti berperan sebagai instrumen utama. Teknik

(19)

pemahaman makna dari fenomena yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer berdasarkan pengamatan langsung dan kuesioner yang disebarkan langsung pada pelaku pemungutan PPh 22 PT PGN.

3.5 Metode Pengumpulan Data Penelitian

Pendekatan pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian dengan cara peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan lapangan. Data akan diperoleh melalui studi dokumentasi mengenai pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Barang Kena Pajak Gas Bumi di PT PGN. Selain itu, data juga akan dikumpulkan melalui kuesioner yang akan disebar kepada bendahara terkait pemungutan PPh 22 PT PGN.

3.6 Teknik Analisis Data

Hasil data yang telah diperoleh peneliti akan diuji dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for windows. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis sebagai berikut:

3.6.1 Uji Validitas Data

Menurut [ CITATION Nil21 \l 1033 ] Uji validitas untuk mengukur variable yang diteliti jika tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 dengan cara sebagai berikut:

1. Kriteria pengujiannya yaitu:

H0 diterima apabila r hitung > r tabel , (alat ukur yang digunakan valid atau sahih)

H0 ditolak apabila r statistik ≤ r tabel. (alat ukur yang digunakan tidak valid atau sahih)

2. Cara menentukan besar nilai R tabel

R tabel = df (N-2), tingkat signifikansi uji dua arah. Misalnya R tabel = df (13-2, 0,05). Untuk mendapatkan nilai R tabel kita harus melihat ditabel R.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melanjutkan ke analisis regresi linier berganda, dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data memenuhi syarat-syarat dasar analisis regresi. Menurut terdapat beberapa uji klasik yang umumnya digunakan pada analisis regresi linear berganda, diantaranya yaitu:

(20)

1. Uji Normalitas

Menurut [ CITATION Joh17 \l 1033 ], uji normalitas menjadi langkah awal yang penting sebelum melakukan analisis lebih lanjut.

Meskipun tidak semua data diharuskan memiliki distribusi normal, data yang mematuhi distribusi normal sering digunakan sebagai dasar dalam beberapa uji statistik. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk menguji normalitas data melibatkan uji chi-kuadrat, Lilliefors, teknik Kolmogorov-Smirnov, dan Shapiro-Wilk. Dalam konteks analisis data menggunakan SPSS, keputusan normalitas diambil berdasarkan kriteria bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data dianggap berdistribusi normal, tetapi jika kurang dari 0,05, maka data dianggap tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Menurut [ CITATION Wir19 \l 1033 ], uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variable independen yang memiliki kemiripan antarvariabel independen dalam suatu model, kemiripan ini akan mengakibatkan kuatnya kolerasi . uji ini juga agar menghindari kebiasaaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabek dependen terhadap

variable independen.

Jika nilai VIF berada dalam rentang 1-10, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut [ CITATION Rom20 \l 1033 ] Heteroskedastisitas merujuk pada situasi di mana terdapat ketidakseragaman varians residual antar observasi dalam model regresi. Model regresi yang diinginkan adalah yang bebas dari heteroskedastisitas. Beberapa metode uji heteroskedastisitas meliputi uji Glejser, observasi pola titik pada scatterplots, dan uji koefisien korelasi Spearman:

a. Uji Glegser

Prosedur dilakukan dengan melakukan regresi antara variabel independen dan nilai residual absolutnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dan residual absolut melebihi 0,05, dapat

(21)

b. Melihat pola titik pada Scatterplot

Prosedur dilakukan dengan memeriksa grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan Stundentized residual (SRESID), dalam grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED diperhatikan apakah terdapat pola tertentu pada grafik yang mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y asli).

c. Uji keofisien korelasi Spearman’s Rho

Metode ini melibatkan korelasi antara variabel independen dengan nilai Unstrandardized Residual. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika korelasi antara variabel independen dan residual memiliki signifikansi lebih dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Menurut [ CITATION Muh11 \l 1033 ], uji autokorelasi bertujuan untuk menentukan adanya atau tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik autokorelasi yang mengindikasikan korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain dalam model regresi. Terdapat dua metode utama dalam mendeteksi autokorelasi, yakni metode grafik dan metode statistik. Salah satu metode statistik yang umum digunakan adalah uji Durbin-Watson (DW), sementara uji run test juga digunakan sebagai pelengkap.

Meskipun uji Durbin-Watson sering diterapkan untuk mengidentifikasi autokorelasi, metodenya memiliki kelemahan. Jika nilai DW berada di antara dL dengan dU atau di antara (4 – dU) dengan (4 - dL), uji DW tidak memberikan kesimpulan pasti mengenai keberadaan autokorelasi. Dalam situasi ini, alternatif yang lebih baik adalah menggunakan metode lain, seperti run test. Run test bertujuan untuk mengevaluasi apakah data residual bersifat acak atau tidak. Jika hasilnya menunjukkan keacakan, dapat disimpulkan bahwa autokorelasi terjadi, sedangkan jika tidak acak, diperkirakan terdapat masalah autokorelasi.

Analisis run test termasuk dalam kategori uji statistik nonparametrik, dan digunakan untuk menguji apakah sampel yang diambil

(22)

dari populasi bersifat acak atau tidak. Prosedur pengujian melibatkan pengurutan data sampel dan penentuan posisi nilai median.

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut[ CITATION Hir20 \l 1033 ], analisis linear berganda adalah model regresi linear dengan melibatkan lebih dari satu predictor atau variabel bebas. Dalam kerangka penelitian ini, penyesuaian model regresi linear berganda dengan variabel khusus, sebagaimana menurut [CITATION Chandrarin2018 \l 1033 ] menjelaskan sebagai berikut:

Y=α+β1x1+ β2x2+ β3x3+ ε Y = Kinerja Keuangan Daerah α = Konstanta

β1, β2, β3, = Koefisien Regresi X1,X2,X3 X1 = Kesadaran Wajib Pajak

X2 = Kualitas Pelayanan Pajak X3 = Pengetahuan Pajak ε = Error

3.6.4 Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut [ CITATION Gha16 \l 1033 ], uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Rentang nilai koefisien determinasi (R2) adalah dari nol hingga satu. Semakin mendekati satu, semakin baik model dalam menjelaskan variabel dependen, menunjukkan pengaruh yang lebih besar dari variabel independen. Sebaliknya, nilai mendekati nol menunjukkan kapasitas model yang kurang baik dalam menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Uji F

Menurut [ CITATION Ima \l 1033 ], Uji F dilakukan untuk menilai apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

(23)

probabilitas (Sig). Jika Sig < 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak, menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika Sig >

0,05, Ha ditolak dan Ho diterima, menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh signifikan.

3. Uji Statistik t (t-test)

Menurut [ CITATION Gha16 \l 1033 ]Uji-t digunakan untuk menilai apakah variabel independen secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Nilai signifikansi 0,05 digunakan sebagai batas dalam pengujian ini. Jika nilai signifikansi > 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak, menunjukkan adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05, Ha ditolak dan Ho diterima, menunjukkan bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh parsial yang signifikan.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, F. (2014). ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK IMPOR DI DAERAH PABEAN PADA PT DIRA KARYA INSANI. 7.

Anggriani, D. M. (2021). Analisis Penerapan, Perhitungan, Pembayaran dan Pelaporan Pph . Media Riset Akuntansi, 16.

Arifin, J. (2017). SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarya : Elex Media Komputindo.

Astarina, S. (2007). TINJAUAN ATAS PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DAN PASAL 23 PADA PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA PERIODE BULAN MARET 2007. 6.

Chandrarin, G. (2018). Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Salemba Empat.

Direktorat Jenderal Pajak: https://pajak.go.id/id/index-pajak

Direktorat Jenderal Pajak. (n.d.). Retrieved from Asas Pemungutan Pajak: https://pajak.go.id/id/asas- pemungutan-pajak

Emzir. (2009). In Metodologi penelitian pendidikan : Kuantitatif & kualitatif / Prof. Dr. Emzir, M.Pd.

Depok Rajawali Press .

Firdaus, M. (2011). Ekonometrika : suatu pendekatan aplikatif/ penulis, Muhammad Firdaus. Jakarta:

Bumi Aksara.

Fitriani, P. A. (2022, Maret 9). Asas dan Tiga Sistem Pemungutan Pajak Indonesia. Retrieved from Direktorat Jenderal Pajak: https://pajak.go.id/id/artikel/asas-dan-tiga-sistem-pemungutan- pajak-indonesia

Ghazali. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Porgram IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghodang, H. (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif (Konsep Dasar dan Aplikasi Analisis Regresi dan Jalur dengan SPSS). Jakarta: Penerbit Mitra Grup.

Ghozali, M. A. (2018). Proses Pembayaran dan Pelaporan Pajak PPh 22 atas Penjualan Minyak dan Gas pada SPBU di PT Pertamina Persero F MOR V Surabaya. Repository Universitas Jember, 68.

Janardana, D. (2023, November 06). Inilah 3 Sumber Pendapatan Negara Indonesia yang Terbesar.

Retrieved from Bizhare: https://www.bizhare.id/media/keuangan/sumber-pendapatan- negara-indonesia

Janna, N. M. (2021). Konsep Uji Validitas dan Realibillitas dengan Menggunakan SPSS. 2.

Kasim, C. V. (2016). Perhitungan, Pemungutan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 22 Atas Belanja Barang Pada Korem 131 Santiago Manado.

Kiki safitri, Erlangga Djumena. (2023). Pendapatan PGAS Tumbuh Jadi Rp 41,42 Triliun pada Kuartal III-2023. Kompas.com.

(25)

Priyastama, R. (2020). The Book of SPSS. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

PT. Perusahaan Gas Negara. (2023). PGN Subholding Gas Pertamina Jaga Kinerja Laba bersih USD 198,5 Juta Triwulan III Tahun 2023. Retrieved from PGN: https://pgn.co.id/landingberita?

value=dFhwITzK81oRj6Bp+MjxLw==

Rizkina, U. &. (2020). Analisis Tax Planning Untuk Efisiensi Pajak Penghasilan Badan (Studi Pada Pt Abdya Gasindo). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 53. Retrieved from https://doi.org/10.29103/jak.v8il.2328

Siti Resmi. (2019). Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 1- Buku 1. Salemba Empat.

Smith, A. (n.d.). Direktorat Jenderal Pajak. Retrieved from Asas Pemungutan Pajak:

https://pajak.go.id/id/asas-pemungutan-pajak

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syahputra, E. T. (2017). Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Pengadaan Suku Cadang pada PT. Kereta Api Indonesia DAOP 9 Jember. Repository Universitas Jember, 109.

Undang-Undang No 28 Tahun 2007. (n.d.).

Wiratna Sujarweni, V. (2019). The Master book of SPSS : pintar mengolah data statistik untuk segala keperluan secara otodidak. Yogyakarta: Start Up.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor Di KPP

Besarnya PPh pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri baja pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri adalah 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN. PPh Pasal 22

Pemungutan pajak penghasilan (PPH) pasal 23 diberlakukan tarif terbaru sesuai dengan perubahan undng undang no36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 23

Dalam hal mi, deposit yang dilakukan oleh PT C selama bulan Maret 2021 seluruhnya dihitung sebagai deposit campuran, sehingga ketentuan mengenai batasan pengecualian pemungutan

P ajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam

Seperti yang diuraikan dalam pengujian indikator pertama pada Pajak Penjualan, karena objek dari Pajak Penghasilan Pasal 22 ini bukan merupakan barang yang

Salah satu penghasilan yang dipotong pajak yaitu PPh Pasal 22, PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah baik pusat maupun daerah, Instansi

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, PPh pasal 24 merupakan salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan pajak atau pajak yang dibayar