• Tidak ada hasil yang ditemukan

pelaksanaan prinsip transparansi keuangan desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pelaksanaan prinsip transparansi keuangan desa"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i PELAKSANAAN PRINSIP TRANSPARANSI KEUANGAN DESA

DI KECAMATAN MINAS KABUPATEN SIAK MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR

20 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning

Oleh :

NAMA: RUSDIYAT NPM : 1674201418

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2020

(2)

iii

(3)

xiii Abstrak

Dengan diaturnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kini desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat, dan memiliki sumber pendapatan yang besar untuk pembangunan desa.

Besarnya dana tersebut harus dikelola dengan baik sesuai dengan asas-asas pengelolaan keuangan desa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun dalam praktiknya hal itu tentulah tidak mudah untuk dijalankan secara maksimal. Rumusan Masalahnya adalah Bagaimanakah Pelaksanaan Kesesuaian Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, apa yang menjadi menjadi hambatannya dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatannya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan Pelaksanaan Kesesuaian Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Minas. Metode penelitian ini adalah penilitian hukum sosilogis.

Adapun hasil penelitian ini bahwa masih belum optimalnya pengelolaan dana desa di kecamatan Minas, hal ini dikarenakan ada beberapa desa masyarakatnya tidak dilibatkan dan tidak adanya partisipasi dari masyarakat, belum terbukanya pengelolaan dana desa, kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.

hambatannya terbatasnya kemampuan sumber daya dalam pengelolaan anggaran desa, tidak adanya fasilitator, kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Upaya dilakukan dilaksanakan pelatihan untuk kepala desa dan perangkat desa, mengusulkan kepada kecamatan untuk bantuan fasilitator, dilakukan pengawasan dan kunjungan oleh pihak kecamatan ke desa-desa terhadap penggunaan dana desa.

Kata kunci : Pengeloaan, Dana Desa

.

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sistem pemerintahan Indonesia mengingat bahwa desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang memiliki peranan fundamental bagi negara.

Pengertian desa sangat beragam, artinya sangat tergantung dari sudut mana melihat desa. Perspektif geografi misalnya, desa dimaknai sebagai tempat atau daerah, dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dan mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya.1 Desa, atau sebutan- sebutan lain yang sangat beragam di Indonesia, pada awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat istiadat untuk mengelola dirinya sendiri. Inilah yang disebut dengan self-governing community.

Sebutan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, baru dikenal pada masa kolonial Belanda.2

Pemerintah Desa dalam melaksanakan kewenangan pengelolaan keuangan Desa tidak lain untuk meningkatkan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Hal ini dapat ditelusuri dari teks hukum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 1

1 Suhartono, Politik Lokal Parlemen Desa Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2001),hlm. 24.

2 Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa, (Malang : Setara Press, 2015), hlm. 33.

(5)

2 ayat 1 memberikan batasan tentang Desa. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan, bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Pasal 1 angka 4 yang dimaksudkan unsur lain, yakni Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.3

Berkaitan dengan kewenangan pengelolaan dana Desa di atur dalam Perataturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Dana Desa pada Pasal 9 yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri dari pendapatan desa, belanja desa dan Pembiayaan

3 Ibid, hlm. 34.

(6)

3 Desa. Kekuasaan pengelolaan keuangan desa dalam sesuai Pasal 3 Perataturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Dana Desa, pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa adalah Kepala Desa, sedangkan pelaksana kekuangan desa sesuai Pasal 4 yakni, Sekretaris Desa, Kaur dan Kasi Desa dan Kaur Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa Pasal 1 ayat (8) dan (9) menjelaskan: Pasal 1 ayat (8) Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. dan Pasal 1 ayat (9) Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Realita yang terjadi terkait diamanatkan dalam pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan dana desa dalam konteks pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, dikaitkan dengan kondisi rill pemerintahan Desa yang ada di Kecamatan

(7)

4 Minas, menurut pengamatan awal peneliti, menunjukkan bahwa kepala Desa dan sekretaris Desa dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dana desa di Kecamatan Minas yakni Desa atau Kampung Minas Barat, Desa atau Kampung Mandi Angin dan Desa atau Kampung Rantau Bertuah, bahwa belum dilakukan secara terbuka dan transparan ke masyarakat setempat, hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi; Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Pelaksanaan pengelolaan dana desa di desa yang ada Kecamatan Minas banyak masyarakat atau warga tidak dilibatkan atau tidak adanya partisipatif dalam pengelolaan dana desa dan belum transparan dalam pengelolaannya, padahal sudah jelas sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 39 ayat (1) Kepala Desa menyampaikan informasi mengenai APB Desa kepada masyarakat melalui media informasi, dan pada ayat (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. APB Desa;

b. Pelaksana kegiatan anggaran dan tim yang melaksanakan kegiatan;

dan

c. Alamat pengaduan.

(8)

5 Dalam pelaksanaan dan pengelolaan keuangan desa terhadap desa yang ada di Kecamatan Minas, dalam hal proses pembangunan dan anggaran yang diterima, dimana kepala desa dan perangkat desa tidak melibatkan warga, untuk ikut berpatisipasi dalam musyarawah maupun dalam proses pembangunan dan pelaksanaannya belum dilakukan secara transparan, sehingga semua masyarakat di desa tersebut dapat mengetahui dana yang diterima dan yang telah digunakan, baik itu itu operasional desa ataupun untuk proses pembangunan, hal ini perlu adanya dilakukan evaluasi dan pengawasan dalam melaksanak pengelolaan dana desa, supaya tidak disalahgunakan, dan dalam penggunaan dana desa tersebut haruslah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan hukum dalam judul

“Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

(9)

6 2. Apakah faktor yang menjadi hambatan dalam Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan terhadap Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, mencakup : a. Untuk menjelaskan Pelaksanaan Prinsip Transparansi

Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

b. Untuk menjelaskan faktor yang menghambat terhadap Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

c. Untuk menjelaskan upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan terhadap Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut

(10)

7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

2. Kegunaan Penelitian

Penulisan skripsi ini berguna untuk :

a. Bagi penulis berguna sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.

b. Bagi dunia akademik, berguna sebagai perkembangan khasana keilmuan.

c. Berguna bagi instansi terkait yakni pemerintah Kabupaten Siak yang dalam hal ini kecamatan minas, agar menjadi rujukan atau refensi dalam hal pengeloloaan dana desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

D. Kerangka Teori

1. Teori Pemerintahan Desa

Pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya dalam kerangka otonomi desa itu sendiri. Sebelum kita melangkah lebih lanjut mengenai otonomi desa ini, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu arti dari kedua kata

(11)

8 tersebut yaitu otonomi dan desa.4 Otonomi merupakan asal kata dari otonom secara bahasa adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri. Biasanya istilah otonomi selalu dikaitkan dengan otonomi daerah yang menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah Pasal 1 ayat (5) diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Kompleksitas pedesaan sesungguhnya nyaris sama dengan persoalan dalam sebuah Negara. Hal ini dikarenakan apabila kita menengok ke belakang, desa merupakan cikal bakal dari terbentuknya suatu masyarakat politik dan pemerintahan yang ada di Indonesia jauh sebelum bangsa ini berdiri. Adanya struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai kedudukan yang teramat penting.5

Desa merupakan bagian dari institusi yang otonom dengan di dalamnya terdapat berbagai tradisi, adat istiadat dan hukum dari masyarakat yang ada dan bersifat relatif mandiri. Dikatakan institusi yang otonom di atas diartikan sebagai institusi yang berhak mengatur atau memerintah dirinya sendiri sesuai dengan aspirasi dari masyarakat yang ada di dalamnya. Pernyataan di atas tersebut diindikasikan dengan adanya

4 Bambang Budiono, Menelusuri Proses Demokrasi Masyarakat Pedesaan di Indonesia, (Yogyakarta: Renika, 2000), hlm.32.

5 Ibid, hlm, 34.

(12)

9 tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud dari bangsa yang paling kongkrit dan nyata.6

Dengan adanya perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Penyesuaian tersebut terlihat pada diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik public maupun perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan. Kepala Desa dengan persetujuan BPD mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan. Desa memiliki sumber pambiayaan berupa pendapatan desa, bantuan pemerintah dan pemarintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa. Berdasarkan hak asal-usul desa yang bersangkutan.

Penyelenggaran Pemerintahan Desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, seperti

6 Untung Muarif, Pilihan Kepala Desa Demokrasi Masyarakat Yang Teracuni, (Yogyakarta:

Mandala, 2000), 52.

(13)

10 dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa.

Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur tugas dan mengurus kepentingan masyarakat. Pemerindah desa dalam manjalankan tugas dan fungsinya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, kepala desa bertanggung jawab kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya pada Bupati tebusan Camat.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa dan perangkat desa, mengadakan pengawasan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas masing-masing secara berjenjang, apabila terjadi kekosongan perangkat desa, maka Kepala Desa atas persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mengangkat jabatan perangkat desa

Jimly Assiddiqie berpendapat keuangan daerah sebenarnya adalah juga keuangan Negara. Desa sebagai kesatuan pemerintahan terkecil dalam pemerintahan Indonesia memiliki sistem keuangan tersendiri yang terintegral kedalam pendapatan asli desa dan merupakan bagian dari APBN.7

Mengenai pendapatan desa terbagi menjadi tujuh bagian diantaranya:

7 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta:

PT.Bhuana Ilmu Populer, 2008), hlm. 39

(14)

11 1. Pendapatan Asli Desa;

2. Alokasi APBN;

3. Bagian dari PDRD Kabupaten/kota;

4. Alokasi Dana Desa (ADD);

5. Bantuan Keuangan dari APBN Provinsi/Kabupaten/kota;

6. Hibah dan sumbangan pihak ketiga;

7. Lain-lain pendapatan yang sah.

Dalam hal keuangan desa, awal pengaturannya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Permendagri tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.

Disamping itu diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik, yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Oleh karenanya, proses dan mekanisme penyusunan APBDesa yang diatur dalam Permendagri tersebut akan menjelaskan siapa yang bertanggungjawab, dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana cara pertanggungjawabannya.

2. Teori Kewenangan

Istilah kewenangan berasal dari terjamahan bahasa inggris yaitu authority of theory istilah yang digunakan dalam bahasa belanda yaitu theorie van het gezag. Sedangkan dalam bahasa jerman ialah theorie der

(15)

12 autoritiit. Teori kewenangan berasal dari dua suku kata, yaitu teori dan kewenangan.8 Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi) pemerintah dalam melakukan perbuatan nyata (ril) mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (undang-undang dasar). Pada kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada organ pemerintah yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama pemberian wewenang. Akan tetapi yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama mandator (pemberi mandat).9

Menurut Philipus M. Hadjon istilah kewenangan ada sedikit perbedaan dengan istilah bevogheid. Perbedaan terletak pada karakter hukumnya. Istilah bevogheid dalam konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum privat. Dalam sistem hukum indonesia

8 Salim HS, Penerapan Teori Hukum pada Peneltian Tesis dan Disertas, (Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 183-184.

9 Nanang nugraha, Model Kewenangan Wakil Kepala Daerah Dalam Pemerintahan Daerah, (Bandung : Refika Aditama 2013), hlm 25.

(16)

13 kewenangan atau wewenang seharusnya hanya digunakan dalam konsep hukum publik.10

3. Teori Hukum

a. Penegakan Hukum

Suharto yang dikutip oleh R. Abdussalam menyebutkan bahwa penegakan hukum adalah, suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan aparat penegak hukum baik tindakan pencegahan maupun penindakan dalam menerapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku guna menciptakan suasana aman, damai, dan tertib demi kepastian hukum bersama.11

Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara penegak hukum dalam menyelesaikan revolusi sebagai alat revolusi yang terutama bertugas untuk keamanan di dalam negeri dapat menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tugas Kepolisian Negara diatur dalam Pasal 13 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, yang menyatakan :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

10 Estu himawan Bagijo, Negara Hukum Dan Mahkamah Konstitusi Perwujudan Negara Hukum Yang Demokratis Melalui Wewenang Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian Undang- Undang, (Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2014), hlm. 142.

11 R.Abdussalam, Penegakan Hukum di Lapangan oleh Polri, Gagas Mitra Catur Gemilang, 1997, hlm. 18.

(17)

14 Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang berwenang dalam melakukan Upaya Penegakan Hukum terhadap pelaku tindak pidana adalah Kepolisian. Penegakan hukum itu sendiri dapat diartikan sebagaimana dengan adanya pendapat-pendapat ahli hukum.

Menurut Soerjono Soekanto bahwa penegakan hukum adalah, keserasian hubungan antara nilai-nilai yang dijabarkan dalam kaidah- kaidah yang mantap dan berwujud dengan perilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berati pelaksanaan perundang-undangan, walaupun kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian.12

Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa hakekat dari penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan- keinginan atau ide-ide hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-pikiran badan pembentuk undang-undang yang berupa ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial yang dirumuskan dalam peraturan hukum.13

b. Pemanfaat Hukum

Kemanfaatan merupakan hal yang paling utama didalam sebuah tujuan hukum, mengenai pembahasan tujuan hukum terlebih dahulu

12 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm, 3.

13 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm, 15 dan 24-29.

(18)

15 diketahui apakah yang diartikan dengan tujuannya sendiri dan yang mempunyai tujuan hanyalah manusia akan tetapi hukum bukanlah tujuan manusia, hukum hanyalah salah satu alat untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tujuan hukum bisa terlihat dalam fungsinya sebagai fungsi perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai.42 Jika kita lihat defenisi manfaat dalam kamus besar bahasa Indonesia manfaat secara terminologi bisa diartikan guna atau faedah.14

Terkait kemanfaatan hukum ini menurut teori utilistis, ingin menjamin kebahagian yang terkesan bagi manusia dalam jumlah yang sebanyakbanyaknya. Pada hakekatnya menurut teori ini bertujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagian yang terbesar bagi jumlah orang yang banyak. Pengamat teori ini adalah Jeremy Benthan, teori berat sebelah sehingga Utrecht dalam menanggapi teori ini mengemukakan tiga hal yaitu:

1. Tidak memberikan tempat untuk mempertimbangkan seadil- adilnya hal-hal yang kongkret.

2. Hanya memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan karena itu isinya bersifat umum.

3. Sangat individualistis dan tidak memberi pada perasaan hukum seorang.

14 KBBI, http://kbbi.web.id/manfaat, diakses Tanggal 23-06-2015

(19)

16 Menurut Utrecht, hukum menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia. Anggapan Utrecht ini didasarkan atas anggapan vanikan bahwa hukum untuk menjaga kepentingan tiap manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu (mengandung pertimbangan kepentingan mana yang lebih besar dari pada yang lain).15

Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam Sudikno Mertukosumo tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban, kebutuhan, akan ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. Tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya. Menurut Schuit telah memperinci cirri-ciri keadaan tertib sebagai berikut dapat diperkirakan, kerjasama, pengendalian kekerasan, kesesuaian, langgeng, mantap, berjenjang, ketaatan, tanpa perselisihan keseragaman, kebersamaan, suruhan, keberurutan, corak lahir, dan tersusun. 16

c. Efektivitas Hukum

Efektifitas adalah suatu kosa kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa inggris yaitu “efective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederetan arti di atas, maka yang paling tepat adalah berhasil ditaati. Efektifitas menurut Amin Tunggul Widjaya adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan melakukan

15 Surojo Wignyodipuro, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, (Jakarta:Ikthtiar, 1983), hlm, 45- 46.

16 Sudikno Mertukusomo, Perihal Kaidah Hukum,(Yogyakarta : Permadi Purbacaraka, 1978), hlm 56

(20)

17 sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaia tujuan.17 Sedangkan menurut Permata Wesha efektfitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberi guna yang diharapkan. Untuk dapat melihat efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan yaitu: Pertimbangan ekonomi, fisiologi, psikologi dan pertimbangan sosial. Efektivitas juga dikatakan merupakan suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan kerja yang telah ditetapkan.

Sarwoto mengistilahkan efktifitas dengan “berhasil guna” yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya benar-benar sesuai kebutuhan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.18

Efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu:19

1. Faktor Hukumnya itu sendiri (undang-undang);

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;

17 Amin widjaya tunggal, Manajemen suatu pengantar cetakan pertama, (Jakarta: Rineka cipta jaya, 1993), hlm. 32.

18 Sarwoto, Dasar-Dasar organisasi dan Manegemen, (Jakarta:Ghala Indonesia,1990), hlm.126.

19 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 8.

(21)

18 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan penelitian hukum sosiologis, yakni penelitian tentang pengaruh berlakunya hukum positif terhadap kehidupan masyarakat.20

2. Lokasi Penelitian

Dalam hal ini peneliti mencari tempat atau lokasi penelitian sesuai dengan kasus ataupun permasalahan yang diangkat yaitu Pelaksanaan Kesesuaian Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Maka dengan alasan ini penelitian menetapkan lokasi penelitian dilakukan di Beberapa Desa yang ada di Kecamatan Minas Kabupaten Siak, guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah dari beberapa sumber yang penulis jadikan responden diantaranya:

1. Ketua Komisi III DPRD Siak Bidang Pembangunan &

Lingkungan Hidup, berjumlah 1 orang

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia Press, 2012), hlm.5

(22)

19 2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Siak, berjumah 1

orang

3. Camat Kecamatan Minas, berjumlah 1 orang.

4. Kepala Desa/Kampung Kecamatan Minas, berjumlah 5 orang 5. Tokoh Masyarakat Kecamatan Minas, Berjumlah 15 orang Dari keseluruhan responden yang dijadikan populasi di atas, maka dalam bagian penulisan proposal ini semuanya ditetapkan akan menjadi sampel.

b. Sampel

Dari populasi yang telah terindenfikasi, peneliti kemudian akan menetapkan sampelnya. Sampelnya merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan objek penelitian, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini terhadap beberapa populasi yang dijadikan sampel yakni dengan menggunakan metode random (random sampling) yakni menetapakan sejumlah sampel mewakili populasi yang ada.

Tabel I.1 Populasi dan Sampel

No. Populasi Jumlah Persentase Populasi Sampel %

1. Ketua Komisi DPRD

Kab. Siak Bidang 1 1 100 Pembangunan

2. Kepala Dinas Pekerjaan 1 1 100 Umum Kab. Siak

3. Camat 1 1 100

Kecamatan Minas

4. Kepala Desa/Kampung 5 3 60

Kecamatan Minas

5. Tokoh Masyarakat 15 5 33,3

Kecamatan Minas

Jumlah 23 11

Sumber : Data Olahan Tahun 2020

(23)

20 4. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian sosiologis ini yang bersumber dari sebagai berikut ini :

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung di lapangan melalui responden- responden di lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pendapat para ahli.

c. Data Tertier

Adalah data yang diperoleh dari kamus-kamus seperti kamus bahasa Indonesia, kamus hukum dan ensklopedia.

5. Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang disesuaikan dengan tujuan penulis menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data yakni :

a. Observasi

Penulis lansung mengamati permasalahan yang terjadi, terutama dalam Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

(24)

21 b. Wawancara

Data yang didapat melalui wawancara atau pertanyaan langsung dengan responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

c. Kajian Kepustakaan.

yaitu metode pengumpulan data dengan membaca literatur- literatur kepustakaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang sedang diteliti.

6. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan adalah metode deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang umum ke hal-hal khusus,sebagaimana sesuai dengan judul yang penulis teliti yakni Pelaksanaan Prinsip Transparansi Keuangan Desa di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

(25)

87 DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-Buku

Adisasmita, R. Membangun Desa Partisipatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Amin Widjaya Tunggal, Manajemen suatu pengantar cetakan pertama, Jakarta: Rineka Cipta Jaya, 1993.

Arifin Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalm Perspektif Hukum, Jakarta:

Rajawali, 2007.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak, Kecamatan Minas Dalam Angka 2019, Kabupaten Siak : CV. M&N Grafika, 2019.

Bachrul Amiq, Aspek Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah, Yokyakarta: LaksBang Preesindo. 2010.

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:

PT Refika Aditama, 2010.

Estu himawan Bagijo, Negara Hukum Dan Mahkamah Konstitusi Perwujudan Negara Hukum Yang Demokratis Melalui Wewenang Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian Undang- Undang, Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2014

Huda Ni’matul, Hukum Pemerintahan Desa, Malang : Setara Press, 2015.

Haw Widjaja, Otonomi Desa; Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan Utuh, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer, 2008.

Nanang Nugraha, Model Kewenangan Wakil Kepala Daerah Dalam Pemerintahan Daerah, Refika Aditama Bandung, 2013.

Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006.

Riawan Tjancdra, Ninik Handayani, Badan Permusyawaratan Desa dalam Demokrasi Desa, Yogyakarta : FPPD, 2014.

(26)

88 Sarwoto, Dasar-Dasar organisasi dan Manegemen, Jakarta:Ghala

Indonesia, 1990.

Suhartono, Politik Lokal, Parlemen Desa : Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2001.

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

--- Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2012.

Thomas, Lokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan Pembanggunan Di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tanah, Bandung : Graha Ilmu, 2006.

Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012.

Wafia Silvia Dhesinta, Analisis Yuridis Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Guna Terwujudnya Pembangunan Desa, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015.

Yusuf Murtiono, Wulandari, Perencanaan dan Penganggaran Desa, , Yogyakarta : FPPD, 2014.

2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Penerbit Sinar Garafika Jakarta.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014

tentang Dana Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2015 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa

Gambar

Tabel I.1  Populasi dan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan aparat desa (kepala desa, sekretaris desa, kepala urusan keuangan, badan permusyawaratan desa) dan kuisioner yang

Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah sudah menerima alokasi dana desa sejak tahun 2015 untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang

Penyusunan Laporan Keuangan Manufaktur pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Tugu Sari Pajahan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan.. Peranan Pengelolaan Dana Desa Untuk

Berdasarkan hasil penelitian dari pengamatan dan wawancara yang telah peneliti lakukan baik kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa dan masyarakat desa

Sekretaris Desa Sekretaris desa membantu kepala desa dalam mengkordinir pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dengan tugas sebagai berikut: - mengoordinasikan penyusunan dan

Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Kaligrejeng Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar Hasil

PENGARUH PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BPD TERHADAP TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA DESA SEBAMBAN LAMA KECAMATAN SEI LOBAN Universitas Islam Kalimantan UNISKA

Rotzami, M.Si Didalam penelitian “EVALUASI PENGELOLAAN DANA DESA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA SADANGMEKAR KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT”