• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Ekstrak Kunyit Sebagai Indikator Asam Basa pada Analisis Kandungan Asam Buah Nanas

N/A
N/A
Risna Arifiani

Academic year: 2024

Membagikan " Pemanfaatan Ekstrak Kunyit Sebagai Indikator Asam Basa pada Analisis Kandungan Asam Buah Nanas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) SEBAGAI INDIKATOR ASAM BASA PADA ANALISIS KANDUNGAN ASAM BUAH NANAS DENGAN

METODE TITRASI ASAM BASA

Karya Tulis ini Disusun untuk

Memenuhi Salah Satu Kewajiban Siswa Kelas IX SMP Islam Al-Azhar BSD @Metland

Oleh:

SYAIRA ALTHAFUNNISA (212207027)

SMP ISLAM AL-AZHAR BSD@METLAND INSPIRING, BUILDING CHARACTER

2023-2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(...) (...)

Penguji 1 Penguji 2

(...) (...)

Mengetahui,

Kepala SMP Islam AlAzhar BSD @Metland Wali Kelas,

Abdul Jawad H.R, M.Pd. Fachrurozi , S.Pd.

(3)

KATA PENGANTAR

(4)

ABSTRAK

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRACT ...iv

DAFTAR ISI ...v

BAB I PENDAHULUAN ...vi

1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat penelitian BAB II LANDASAN TEORI ...vii

2.1. Titrimetri 2.2. Titrasi Asam Basa 2.3. Indikator Asam Basa 2.4. Phenol Phtalein 2.5. Kunyit 2.6. Nanas BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...vii

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

(6)

3.2. Metode Penelitian 3.3. Objek Penelitian

3.4. Instrumen dan Bahan Penelitian 3.5. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...vii BAB V PENUTUP ...vii

5.1. Simpulan 5.2. Saran

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ...vii LAMPIRAN...

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini penggunaan utama senyawa indikator salah satunya adalah dalam titrasi asam basa di sekolah, kampus, maupun lembaga penelitian. Indikator digunakan untuk menentukan titik akhir dengan cara menunjukan perubahan warna yang karakteristik seiring dengan perubahan pH larutan. Dalam kebanyakan titrasi asam basa, indikator sintetis merupakan pilihan yang umum dan menunjukan jangkauan warna yang berbeda pada jangkauan pH yang berbeda.

Indikator sintetis ini memiliki harga yang relatif mahal, dapat mencemari lingkungan, dan memiliki efek berbahaya bagi tubuh manusia. Indikator Phenol Phtalein (PP) merupakan contoh indikator sintetis yang digunakan secara luas pada eksperimen asam basa, namun beberapa peneliti membuktikan bahwa PP bersifat karsinogenik dan menyebabkan kerusakan genetik. Oleh karenanya, dibutuhkan alternatif pengganti indikator dari bahan alami yang memberikan perubahan pH identik dengan PP. Indikator ini memiliki harga relatif lebih murah dan mudah ditemukan secara luas di Indonesia serta bersifat lebih ramah

(8)

lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif indikator asam basa adalah ekstrak kunyit yang mengandung kurkuminoid.

Indikator kurkumin dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan pH larutan buah dari kuning dalam kondisi pH asam menjadi merah dalam kondisi pH basa.

Berdasarkan perubahan warna yang ditunjukkan, indikator ini dapat digunakan pada sample yang berwarna jernih dan tidak berwarna merah sehingga memberikan perubahan warna yang jelas pada saat titik akhir titrasi.

Nanas (Ananas comosus) adalah salah satu tumbuhan tropis dengan buah yang dapat dimakan dan berwarna kuning. Oleh sebab itu, nanas akan digunakan sebagai sample dalam penelitian ini.

Buah nanas merupakan salah satu sumber Vitamin C dan memiliki manfaat kesehatan lainnya. Namun, produk ini mengandung asam dengan konsentrasi tinggi, yang menurunkan kualitas sensorik dan mengurangi penerimaan konsumen.

Konsentrasi asam organik dalam jus nanas berkisar antara 0,6–1,2%b/b, tergantung pada varietas nanasnya. Asam sitrat menyumbang 87% dari total asam, dengan asam malat sebagai asam organik penting lainnya. Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kadar asam tertitrasi pada sari buah adalah titrasi dengan titrant NaOH 0.1 M dengan indikator larutan Phenol Phtalein (PP).

Berdasarkan penjabaran diatas maka saya tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica) Sebagai Indikator Asam Basa Pada Analisis Kandungan Asam Buah Nanas Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Pada penelitian ini, indikator alami

(9)

kurkumin dari ekstrak kunyit akan digunakan sebagai alternatif indikator sintetis Phenol Phtalein.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak kunyit (sebagai kurkumin) dapat dijadikan sebagaialternatif pengganti indikator sintetis Phenol Phtalein (PP) ?

2. Seberapa akurat ekstrak kunyit untuk mengukur total asam pada buah nanas dengan metode titrasi asam basa? ….

3. Bagaimana cara membandingkan efektifitas kurkumin dari ekstrak kunyit sebagai indikator titrasi asam basa sebagai alternatif indikator Phenol Phtalein (PP)?

4. Bagaimana mekanisme perubahan warna pada titrasi total asam dengan menggunakan kurkumin pada ekstrak kunyit ?

5. Bagaimana cara menentukan kandungan total asam pada buah nanas dengan cara titrasi asam basa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan ekstrak kunyit (curcuma domestica) sebagai indikator dalam penentuan kandungan asam buah nanas dengan metode analisis titrasi asam basa.

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memanfaatkan kekayaan rempah asli indonesia khususnya kunyit menjadi indikator alami yang lebih murah, aman dan ramah lingkungan.

2. Mendapatkan alternatif indikator pH pada metodee analisis total asam dengan titrasi asam basa.

3. Mengetahui kandungan keasaman tertitrasi dari buah nanas.

4. Memberikan pengetahuan dan informasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah di bidang kimia analisis.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Titrimetri

Dalam ilmu kimia, terdapat salah satu metode analisis kuantitatif yang disebut dengan analisis titrimetri. Titrimetri adalah metode analisis kimia kuantitatif yang digunakan untuk menentukan banyaknya suatu zat dengan cara pengukuran volume dengan cara titrasi. Sejumlah sampel yang akan dianalisis direaksikan dengan larutan standar yang konsentrasinya sudah diketahui dengan teliti. Salah satu jenis titrasi adalah titrasi asam dan basa.

Prosedur analisis yang melibatkan pengukuran volume pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan suatu analit disebut dengan analisis volumetri. Metode volumetri (disebut juga titrimetri) ditemukan oleh Guy Lussac pada tahun 1835 (Rohman, et al. 2020).

Titrasi adalah salah satu prosedur analisis kuantitatif yang dilakukan dengan mereaksikan analit dengan suatu pereaksi sehingga jumlah zat-zat yang bereaksi satu sama lain ekuivalen. Ekuivalen artinya zat-zat yang

(12)

bereaksi telah bereaksi secara sempurna atau tepat saling menghabiskan, tidak ada yang tersisa (Alauhdin, 2020).

2.2. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa (asidi – alkalimetri) adalah metode kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa dengan menggunakan larutan standar dari zat lawan (asam atau basa) di mana suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat- zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan).

Dua tahapan penting dicapai selama proses ini – titik akhir dan titik ekuivalen. Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik dimana titran yang ditambahkan secara kimia sama dengan analit sampel. Sedangkan titik akhir adalah tahap di mana larutan mengalami perubahan warna. Perbedaan utama antara titik ekivalen dan titik akhir adalah titik ekivalen menandakan selesainya reaksi kimia, sedangkan titik akhir melambangkan titik perubahan warna dalam system. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi- alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan larutan indikator asam- basa.

2.3. Indikator Asam Basa

Indikator adalah reagen yang memiliki sifat fisik (biasanya warna) yang dapat berubah secara cepat di sekitar titik ekuivalen. Indikator ini digunakan untuk menandai/menunjukkan telah tercapainya titik akhir titrasi.

(13)

Indikator asam basa merupakan senyawa kompleks yang mampu bereaksi dengan asam atau basa yang disertai dengan perubahan warna.

Ada beberapa jenis indikator asam basa yang bisa digunakan untuk menentukan sifat suatu zat, diantaranya adalah kertas lakmus (kertas lakmus merah dan biru), indikator alami (wortel, kunyit, bayam merah, dll), indikator larutan asam basa Phenol Phtalein (PP), Methyl Red (MR), Methyl Orange (MO), Brom Thymol blue (BTB)), dan indikator universal asam basa.

2.4. Phenol Phtalein

Phenol phtalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH.

Phenol phtalein adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai HIn atau pp dalam notasi singkat. Phenol phtalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam–basa. ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa.

Phenol phtalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat

yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi. Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH. Phenol phtalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan semakin merah.

2.5. Kunyit

(14)

Kunyit merupakan tanaman rempah yang banyak tumbuh dan dimanfaatkan di indonesia. Kunyit merupakan tanaman tahunan yang tumbuhnya merumpun. Komponen utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri.

Kurkumin merupakan salah satu koponen utama dalam rimpang kunyit.

Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan kurkumin dalam rimpang kunyit rata-rata 10,92%.

Zat warna kurkumin menurut (Nugroho, 1998) adalah kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether, larut dalam minyak, dalam alkali berwarna merah kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna kuning muda.

Kurkumin memberikan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu kurang dari 5 detik sehingga dimungkinkan sebagai indikator.

2.6. Nanas

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan beragam buah- buahan, iklim tropis di indonesia merupakan keuntungan alamiah, sehingga dapat di jadikan sebagai negara salah satu penghasil buah-buahan tropis terbesar didunia. Salah satu komoditas buah tropis penting di Indoneisa yang berperan sebagai produk andalan dalam negeri adalah buah nanas.

Buah nanas merupakan salah satu sumber Vitamin C dan memiliki manfaat kesehatan lainnya. Namun, produk ini mengandung asam dengan

(15)

konsentrasi tinggi, yang menurunkan kualitas sensorik dan mengurangi penerimaan konsumen. Konsentrasi asam organik dalam jus nanas berkisar antara 0,6–1,2%b/b, tergantung pada varietas nanasnya. Asam sitrat menyumbang 87% dari total asam, dengan asam malat sebagai asam organik penting lainnya. Menurut Farmakope Indonesia, metode analisis yang digunakan untuk penentuan kadar asam sitrat adalah titrasi asam basa dengan indikator larutan Phenol Phtalein (PP).

Keasaman (titratable) dari produk buah dapat ditentukan secara konvensional dalam satuan g/100 g buah dengan menggunakan faktor konversi sesuai jenis asamnya. Faktor konversi untuk Asam Sitrat 0.07 dan Asam Malat 0.067 (AOAC Official Method 942.15).

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneitian dilakukan pada tanggal 04 April 2024 di Laboratorium Kimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan dan Kesehatan – Universitas Sahid, Jakarta Selatan

3.2. Instrumen dan Bahan Penelitian A. Instrumen

1. Neraca analitik

2. Blender/Food Processor 3. Erlenmeyer

4. Buret 5. Pipet tetes 6. Pipet volumetri 7. Gelas piala 8. Corong

B. Bahan penelitian

(17)

1. Larutan NaOH 0,1 N 2. Kurkumin/kunyit ekstrak 3. Buah nanas

4. Asam oksalat dihidrat 5. Larutan indikator PP 6. Akuades

3.3. Metode Penelitian A. Persiapan Sampel

1. Buah nanas diblender sampai halus.

2. Disaring menggunakan saringan kasar.

3. Masukkan sari buah nanas yang sudah disaring kedalam botol berwarna gelap.

4. Diberi label dan disimpan di tempat dingin

B. Persiapan reagen

1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1N

a. Timbang NaOH yang dibutuhkan ke dalama beaker glass b. Tambahkan akuades sebanyak20%-40% volume yang akan

dibuat, kemudian aduk sampai homogen c. Tambahkan akuades sampai tanda tera

d. Beri label nama reagen dan tanggal pembuatan

(18)

2. Pembuatan Larutan PP

a. Timbang 1 gram serbuk phenol phtalein (PP).

b. Tambahkan alkohol (etanol) 95% 10 mL, aduk sampai larut c. Tambahkan alkohol kembali sampai 50 mL.

d. Larutan yang sudah homogen disimpan di dalam wadah gelas berwarna gelap

3. Pembuatan Larutan Kurkumin/Kunyit Ekstrak 0.5%

a. Timbang 0.5 gram serbuk Kurkumin/Kunyit Ekstrak

b. Tambahkan alkohol (etanol) 95% 10 mL, aduk sampai larut c. Tambahkan alkohol kembali sampai 100 mL.

d. Larutan yang sudah homogen disimpan di dalam wadah gelas berwarna gelap

C. Standardisasi Larutan NaOH 0.1 N

1. Timbang 300 mg asam oksalat lalu masukkan kedalam labu ukur 100 mL.

2. Tambahkan 10 ml air dan aduk sampai larut.

3. Tambahkan air sampai tanda tera

4. Pipet 10 mL larutan dan masukan ke dalam erlenmeyer 5. Tambahkan 0.5 mL indikator PP (larutan tidak berwarna)

6. Titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai titik akhir (larutan berwarna merah muda seulas)

(19)

7. Catat volume titrasi

8. Analisis dilakukan secara duplo (2x) D. Pengujian Sample

1. Timbang sejumlah 10 mL sampel jus dan masukan ke dalam Erlenmeyer (jumlah sampel dapat disesuaikan dengan volume hasil titrasi)

2. Tambahkan 0.5 mL indikator kurkumin (larutan berwarna kuning muda)

9. Titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai titik akhir (larutan berwarna merah kecoklatan)

10. Catat volume titrasi

11. Analisis dilakukan secara triplo (3x)

E. Perhitungan

1. Normalitas NaOH 0.1 N

2. Kadar total asam dalam sari buah nanas

3.4. Objek Penelitian

Hal yang menjadi objek penelitian adalah sari buah nanas yang diperoleh dari....

3.5. Teknik Analisis Data

a. Perhitungan menggunakan data excel

(20)

b. Normalitas dihitung dari nilai rata-rata dari dua data titrasi c. Kadar Total asam dihitung dari nilai rata-rata tiga data titrasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Pengujian perubahan warna kertas indikator asam basa dari ekstrak kelopak bunga Rosela (R) dan Kembang Sepatu (KS) dengan lama perendaman 40 menit pada pengujian

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam basa adalah proses ekstraksi dan cara penyimpanannya karena

Berdasarkan hasil titrasi dapat diasumsikan bahwa ekstrak etanol mahkota bunga Ketepeng Cina dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa yaitu

Hasil yang diperoleh pada titrasi asam lemah basa kuat dengan ekstrak bunga kembang merak sebagai indikator menunjukkan pH 3,46-6,24 warna larutan orange muda pH 9,22 orange

Hasil titrasi basa lemah dengan asam kuat, menggunakan indikator ek- strak mahkota bunga sepatu yang diperoleh menunjukkan pH di atas 4,29 berwarna hijau, diantara

dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator asam-basa yang berbeda yaitu ekstrak bunga waru dan indikator fenolftalein menunjukkan nilai pH yang dihasilkan hampir tidak terjadi

Hasil Pengujian perubahan warna kertas indikator asam basa dari ekstrak kelopak bunga Rosela (R) dan Kembang Sepatu (KS) dengan lama perendaman 40 menit pada pengujian

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol ubi jalar ungu dapat digunakan sebagai indikator asam basa pada titrasi asam kuat dengan basa kuat dan