• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Batu Laterit dan Limbah Spons Eva (Ethylene-Vinyl Acetate) Coating sebagai Agregat Kasar dalam Campuran Beton Ringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemanfaatan Batu Laterit dan Limbah Spons Eva (Ethylene-Vinyl Acetate) Coating sebagai Agregat Kasar dalam Campuran Beton Ringan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

4 2.1 Tinjauan pustaka

Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti meninjau penelitian sebelumnya sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian ini. Mencari yang terkait dengan yang dilakukan para peneliti. Sebagai bahan referensi selama penelitian dilakukan.

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Siregar et al., (2022) “Pemanfaatan Material lokal Laterite Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda Sebagai Agregat Kasar Dalam Campuran Normal”. Disimpulkan bahwa penggunaan laterit sebagai agregat kasar dapat mengurangi berat beton sehingga menjadi lebih ringan. Namun menggunakan laterit hingga 100% belum termasuk kategori sebagai beton ringan karena berat isi 1948,03 kg/m3 lebih dari 1900 kg/m3.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasyim (2020) yang berjudul “Pembuatan Beton Campuran Styrofoam Menggunakan Agregat Pasir Bengawan Solo”. Beton styrofoam telah dilakukan sebelumnya, merujuk pada penelitian tersebut menyarankan untuk meneliti styrofoam sebagai bahan campuran beton dengan presentase styrofoam yang di gunakan sebelumnya oleh Richo Ronal Marpaung Universitas Sumatera Utara, untuk mencari konsentrasi styrofoam yang memiliki nilai kuat tekan tertinggi. Benda uji berupa beton silinder diameter 15 x 30 cm dengan variasi penambahan styrofoam sebesar 0.125%, 0.250 % dan 0.50% dari volume beton.Mutu beton yang direncanakan adalah K-225 dengan uji tekan pada umur 28 hari. Hasil pengujian menunjukan penambahan styrofoam sebesar 0.125% menghasilkan kuat tekan 244.84 kg/cm² dan 0.50 % sebesar 272.14 kg/cm². Terdapat peningkatan kuat tekan sebesar 16.56% dan 29.55% dari beton normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2020) yang berjudul “Penggunaan Styrofoam Sebagai Substisusi Parsial Agregat Kasar Terhadap Nilai Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan” Styrofoam termasuk dalam kategori polimer sintetik dengan berat molekul tinggi. Polimer sintetik berbahan baku monomer berbasis etilena yang berasal dari perengkahan minyak bumi. Styrofoam hanya

(2)

sebuah nama dalam dunia perdagangan, nama sesungguhnya adalah polystyrene atau poli (feniletena) dalam bentuk foam.

Penelitian yang dilakukan oleh Rudianto (2020) yang berjudul “ Pemanfaatan Coal Ash Dan Laterite Sebagai Pengganti Agregat Halus Terhadap Kekuatan Beton”. Dengan memanfaatkan limbah dari pengolahan batu bara (coal ash) dan laterit yang telah dihancurkan menggunakan stone crusher sebagai pengganti salah satu material penyusun beton (agregat halus) beton campuran coal ash dan laterit ini dibuat dengan delapan silinder.

Penelitian yang dilakukan oleh Asnan et al,. (2023) yang berjudul

“Penggunaan Agregat Kasar dari Styrofoam-Coating untuk Meningkatkan Kuat Tekan Beton Ringan”. Styrofoam dikenal juga dengan nama polystyrene atau istilah “gabus”, digunakan dalam kehidupan manusia secara umum sehari hari.

Styrofoam banyak digunakan masyarakat sebagai pengemasan dan pengamanan barang elektronik, seperti: TV, radio, kulkas, dan lain-lain untuk menahan benturan langsung, penyimpan es batu, pengemasan makanan, kerajinan, bahan percetakan, material advertising karena mudah dibentuk, papan mading, pengecoran bangunan, lapisan dinding dan konstruksi bangunan, insulasi dan peredam suara.

Beton ringan artinya beton yang mempunyai berat jenis lebih ringan daripada beton umumnya. tidak sama dengan beton biasa berat beton ringan bisa diatur sesuai kebutuhan. karena itu keunggulan beton ringan di umumnya ada di berat, sehingga Bila diaplikasikan di proyek bangunan tinggi akan bisa secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yg selanjutnya berdampak di perhitungan pondasi. (Malau, 2014).

Batu laterit banyak di temukan salah satunya di kecamatan palaran kota samarinda sehingga belum di manfaatkan dengan maksimal, maka dari itu akan diadakannya penelitian lebih lanjut untuk di jadikan agregat kasar pada campuran beton ringan.

Pada proses pemadatan beton, diperlukan bantuan getaran dan tumbukan.

Tetapi dapat menyulitkan ketika pengerjaan pada daerah – daerah atau tempat yang sempit yang tidak bisa dijangkau oleh alat pemadat beton. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam era globalisasi kita dituntut untuk mengikuti

(3)

perkembangan teknologi yang ada. Hal ini disebabkan kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Hal yang serupa juga terjadi pada teknologi beton.

(Rusyandi, 2012).

Batu laterit adalah tanah yang mengeras menyerupai batu dari hasil pengendapan zat-zat seperti nikel dan besi. Laterit sendiri terbentuk secara alami yang didalamnya banyak terkandung unsur dan zat-zat hara yang membentuk lapisan tanah tersebut mengeras seperti batu. Dahulu kala batu laterit sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bata karena ketika lembab laterit mudah dipotong, namun setelah terkena udara dalam waktu yang lama akan mengeras seperti batu. (Ridwan Effendi, 2020).

Tabel 2.1 Perbandingan Judul Jurnal Dan

Peneliti

Tahun Dan

Peneliti Lokasi

Perbandingan yang Dijadikan Alasan Tinjauan Penelitian Pemanfaatan

Material Lokal Laterite Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda Sebagai Agregat Kasar dalam Campuran Beton Normal

Adde Currie Siregar, Santi Yatnikasari, Fitriyati Agustina, Vebrian, Dan Subandi.

(2022).

Daerah Kecamatan Palaran Kota Samarinda

Penelitian ini

memiliki yang sejenis tentang batu laterit sehingga ada pemikiran untuk dijadikan sebagai agregat kasar untuk pembuatan beton ringan.

Perbedaan dengan penelitian ini bahan tambahan agregat kasar tidak memakai spons EVA.

Pembuatan Beton Campuran Styrofoam

Hasyim, A.,

&

Kartikasari,

Bengawan Solo. Penelitian ini sejenis tentang spons EVA (styrofoam) sehingga

(4)

Menggunakan Agregat Pasir Bengawan Solo.

D. (2020). spons EVA di jadikan

bahan campuran beton.

Perbedaan dengan peneliti ini bahan styrofoamnya tidak dicoating tujuannya untuk meningkatkan kuat tekan beton ringan.

Penggunaan Styrofoam Sebagai Substisusi Parsial Agregat Kasar Terhadap Nilai Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan.

Siahaan, N.

S. M., Sumajouw, M. D., &

Mondoringin, M. R. (2020).

Manado. Penelitian ini menggunakan styrofoam dan

bertujuan memperkuat kuat tekan beton.

Perbedaannya penelitian ini tidak memakai batu latetir untuk bahan agregat kasar.

Pemanfaatan Coal Ash Dan Laterite Sebagai Pengganti Agregat Halus Terhadap Kekuatan Beton.

Tumingan, M. T., &

Rudianto, D.

(2020).

Jl.

Ciptomanunkusum o Kampus Gunung Panjang, Kota Samarinda.

Memiliki penelitian yang sejenis tentang batu laterit bertujuan untuk memperkuat beton.

Perbedaan dari penelitian ini bahan laterit dijadikan sebagai agregat halus.

Penggunaan Asnan, M. Universitas Penelitian ini

(5)

Agregat Kasar dari Styrofoam- Coating untuk Meningkatkan Kuat Tekan Beton Ringan.

N., Noor, R.,

& Ahmad, T.

D. D. (2023).

Muhammadiyah Kalimantan Timur, Jl. Ir. Juanda Samarinda.

digunakan untuk mengetahui seberapa kuat memakai bahan styrofoam atau spons EVA sebagai agregat kasar pada beton ringan. Dan bahan yang dipakai sama- sama di coating.

Perbedaan dari penelitian ini memakai metode mortar untuk

mengetahui seberapa kuat tekan beton ringan.

2.2 Dasar Teori 2.2.1 Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang biasanya terbuat dari agregat ringan dan agregat ringan ini berat isi kering oven gempur maksimum 1100 kg/m³. Berat isi beton ringan ini antara 1360 – 1840. (Suarnita, 2010).

Ada juga jenis beton yang disebut beton ringan. Beton ringan adalah beton dengan berat maksimum 1900 kg/𝑐𝑚3 dan harus memenuhi persyaratan kuat tekan beton ringan dan kuat tarik retak untuk menahan beban, beton ringan memiliki keunggulan mampu mengurangi beban mati serta sifat penghantar panas.

Konduktivitas suatu struktur beton, salah satunya adalah beton ringan yang banyak digunakan sebagai dinding bangunan.

Beton ringan struktur adalah baton dengan agregat yang ringan atau campuran agregat kasar dengan berat jenis ringan, dengan ketentuan tidak boleh melebihi berat maksimum beton sebesar 1840 kg/𝑐𝑚3 dan harus memenuhi persyaratan kuat tekan dan kuat tarik untuk tujuan struktur.

(6)

Beton adalah bahan komposit yang terdiri dari semen, air, agregat kasar, agregat halus serta dengan atau tanpa bahan tambahan (Do Rego, 2022).

Kebutuhan beton mengalami peningkatan pada era perkembangan teknologi, beton merupakan galat satu komponen utama pada pembangunan sebuah konstruksi bangunan (Utama dan Ridwan, 2020).

Illustrator pengecoran beton yang paling awal di Thebes berasal tahun 1950 SM (Mulyono, 2004: hal tiga- 4). Insinyur inggris Jhon Smeaton pada tahun 1756 berhasil membuat beton terkini yaitu (semen hidrolik), dengan menambahkan adonan zat kimia asal agregat serta serbuk batu bata ke pada semen, dan di tahun 1824, seorang penemu asal asal inggris Joseph Aspdin menemukan semen Portland menggunakan pembakaran batu cadas dengan tanah liat (Suharjanto, 2011).

Beton datang pada Indonesia pada abad ke 20 selama masa kolonial, professor Rooseno seorang insinyur, sahabat Presiden Ir. Soekarno, pada masa kemerdekaan kebanyakan bangunan konstruksi dibangun oleh pak Rooseno, salah satunya tugu selamat datang serta tugu nasional. Sebagai seseorang ahli beton, dia dikenal sebagai bapak beton indonesia. Beton serta beton bertulang ialah simbol kekuatan pada Hindia Belanda terkini serta Indonesia terbaru (Mrazek, 2006: hal- 301).

Batu Laterit Kalimantan merupakan tanah yang mengeras menyerupai batuan akibat pengendapan zat-zat seperti nikel dan besi. Berdasarkan hasil tersebut, batu laterit dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut: Pembuatan beton“paving block” lapisan beton ringan bata ringan batu laterit banyak digunakan oleh masyarakat Kalimantan khususnya di Kalimantan Timur sebagai lapisan permukaan jalan yaitu murah dan juga cukup kuat untuk dilewati kendaraan besar sekalipun.

2.2.2 Sifat-sifat Beton

Ada beberapa sifat beton yang sering digunakan, antara lain:

1. Stabilitas adalah bagaimana beton bisa bertahan terhadap geser atau kekuatan yang saling mengunci, yang dimiliki oleh bahan agregat dan lekatan yang diberikan oleh aspal.

(7)

2. Durabilitas adalah kemampuan beton untuk bertahan terhadap kondisi lingkungan seperti cuaca, serangan kimia, dan abrasi tanpa ada kerusakan yang signifikan selama masa layannya.

3. Fleksibilitas adalah komposit semen yang menunjukkan sifat bahan ulet tidak seperti sifat rapuh beton konvensional. Komposisi material beton konvensional diubah untuk memberikan sifat fleksibel pada beton.

4. Workability adalah tingkat kemudahan pekerjaan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa homogenitas beton berkurang dan beton tidak mengalami bleeding (pemisah) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan beton yang diinginkan.

2.2.3 Kelebihan dan kekuirangan

1. Kelebihan beton diantaranya dapat dengan mudah dibentuk sesuai kebutuhan, mampu memikul beban yang 7 berat, tahan terhadap suhu tinggi, dan bianya pemeliharaan yang relatif murah.

2.

Kekurangan beton adalah sulit merubah bentuk yang telah dibuat, berat, pengerjaan membutuhkan ketelitian tinggi, daya pantul suara yang besar, dan kuat tarik yang rendah.

2.3 Komposisi Beton 2.3.1 Semen Portland

Menurut (SNI 15-2049-2004) Semen portland adalah semen yang dibentuk dengan cara memanaskan campuran tanah liat halus dan batu kapur atau kapur dalam tungku sampai suhu yang cukup tinggi untuk mengusir semua CO2. Semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

Semen Portland artinya bahan yang berfungsi menjadi pengikat agregat jika dicampur menggunakan air menjadi pasta. Semen Portland, atau “Portland Cement” pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Aspdin, seseorang tukang batu asal leeds, Inggris, di awal abad ke-19 menggunakan membakar batu dan tanah liat pada kompor dapur rumahnya. Semen Portland artinya kombinasi kimia yang dikontrol secara ketat berasal kalsium (Ca), aluminium (Ai), Silica (Si) serta besi

(8)

(Fe). Material yang umum digunakan dalam proses produksi semen adalah batu kapur, kerang, marl yang dipadukan dengan serpih minyak, tanah liat, tanur tinggi (slag), pasir silika dan biji besi (Iron Ore). Ada dua proses dalam pembuatannya, yaitu “kering serta basah”, dimana batu kapur ialah bahan baku primer semen portland (Irwan, Bina Marga, 2013-hal 11-12). Tipe semen Portland yg terdapat pada Indonesia menurut standar BSN adalah menjadi berikut.

1. Semen Portland SNI 15-2049-2004 2. Semen Masonry SNI 15-3758-2004 3. Semen Portland SNI 15-0292-1994

4. Semen Portland Pozzolan (PCC) SNI 15-302-2004 5. Semen Portland Komposit (PCC) SNI 15-7064-2004 6. Semen Portland Campur SNI 15-3500-2004

Sedangkan menurut SNI 15-2049-2004 semen portland dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:

1. Semen Tipe I yaitu semen buat penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan spesifik.

2. Semen Tipe II yaitu semen dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalori hidrasi sedang.

3. Semen tipe III yaitu semen mempunyai kekuatan tinggi pada termin awal permulaan.

4. Semen Tipe IV yaitu semen menggunakan kalori hidrasi rendah 5. Semen Tipe V yaitu semen dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Banyak semen Portland banyak pada pasaran merupakan semen Portland komposit (PC) dan semen Portland pozzolan (PCC).

Sifat-sifat semen portland:

a. Kehalusan butir semen, dapat mempengaruhi proses hidrasi, semakin halus butiran semen semakin cepat prose hidrasinya, sebagai akibatnya bertenaga awal tinggi serta akhir akan berkurang.

b. Panas hidrasi merupakan panas yg dihasilkan ketika semen bereaksi dengan air, dinyatakan pada kalori/gram, atau jumlah panas yang dihasilkan tergantung pada jenis semen dan kehalusan butiran semen, perkembangan

(9)

panas dapat mengakibatkan keretakan di saat pendinginan. oleh karena itu dibutuhkan pendinginan melalui perawatan (curing).

Tabel 2. 2 Susunan Unsur Semen Portland

Sumber: (Tjokrodimuljo, K. 2012) 2.3.2 Agregat

Agregat adalah butir-butiran mineral yang bila dicampur dengan semen portland akan menghasilkan beton. Agregat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Agregat Kasar

Agregat kasar (Coarse Aggregate) sering kali disebut kerikil adalah agregat yang lolos saringan lebih dari 4,75 mm. Ketentuan agregat kasar antara lain:

 Kadar lumpur agregat kasar tidak lebih dari 1%

 Nilai keausan agregat kasar tidak lebih dari 40 2. Agregat Halus

Agregat halus dari SNI 03-2834-2000 artinya agregat halus yaitu pasir palu yang didapatkan asal penguraian alami asal batu atau pasir yang didapatkan dalam industry pemecah batu, dengan memiliki ukuran butir maksimal 4,75 mm serta lolos pada saringan. Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan berukuran kurang dari 4,75 mm dan sering disebut sebagai pasir.

Menurut Ikhsan (2016), syarat agregat halus yang baik digunakan dalam bahan campuran beton antara lain, adalah sebagai berikut:

a. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%,

b. Agregat halus tidak mengandung zat organik terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan diatas endapan tidak boleh gelap dari warna standar atau pembanding,

(10)

c. Agregat halus memiliki modulus butir halus antara 1,50-3,80, d. Agregat halus tidak boleh reaktif terhadap alkali,

e. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10% dan jika di pakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 15%.

2.3.3 Batu laterit

Batu laterit adalah tanah yang bertekstur keras menyerupai batu yang berasal dari pengendapan zat-zat seperti nikel dan besi. Laterit sendiri terbentuk secara alami dengan banyak unsur dan nutrisi membentuk lapisan tanah yang mengeras menjadi batuan. Dahulu batu laterit sering digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata, karena bila basah laterit mudah dipotong, tetapi setelah lama terpapar udara akan mengeras seperti batu (Ridwan Effendi, 2020). Selain itu sifat laterite mudah dipotong saat basah, tetapi mengeras seperti batu setelah terpapar udara terlalu lama.

2.3.4 Spons Eva

Spons eva (Ethlene-vinly acetate) merupakan spons sel tertutup yang terbuat berasal Ethylene-Vinyl Acetate (EVA). Spons ini diyakini tahan terhadap asam, kelembaban dan bahan kimia dan memiliki ciri daya tahan, tidak menyerap air, ringan, simpel dibentuk dan simpel didesain. Ciri-ciri spons Eva adalah sebagai berikut:

1. Fleksibilitas dan keserbagunaan yang luar biasa 2. Koefisien gesekan tinggi

3. Ketangguhan terhadap suhu rendah 4. Resistensi anti retak

5. Ketahanan terhadap radiasi ozon dan UVA 6. Bebas belerang dan bauh rendah

7. Ketehanan bahan kimia yang tinggi

8. Penyerapan terhadap benturan dan getaran yang unggul 9. Daya apung dan daya serap air yang rendah

Spons EVA sangat tahan lama dan tahan karena dapat menahan tekanan tinggi. Selain itu juga tahan terhadap cuaca dan bahan kimia seperti oli dan lainnya.

(11)

2.3.5 Pasir

Pasir adalah salah satu material yang digunakan untuk membuat bangunan.

Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 mm sampai 2 mm. Adapun materi pembentuk pasir adalah silicon. Tetapi Pasir yang akan digunakan harus dilakukan proses pengayakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bahan konstruksi bangunan. Proses pengayakan biasanya dilakukan secara horizontal atau maju mundur. Pada penelitian ini menggunakan pasir yang berasal dari Sulawesi tengah yaitu pasir palu.

2.3.6 Air

Air merupakan elemen yang sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton dikarenakan kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton mengalami bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Air yang digunakan untuk membuat adonan beton harus menggunakan air bersih yang tidak mengandung minyak, dan zat lainya yang dapat merusak beton. Selain digunakan dalam campuran beton air juga digunakan dengan tujuan untuk perawatan beton (curing) berguna menjamin proses pengerasan yang sempurna. Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah air yang minimal konsisten dan derajat workabilitas yang maksimal. Persyaratan air yang digunakan dalam campuran beton adalah;

1. Air tidak boleh mengandung lumpur (benda-benda melayang lain) lebih dari 2 gram/liter.

2. Air tidak boleh mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

3. Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

4. Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Air pada pembuatan beton sangat diperlukan buat memicu proses kimiawi semen. Air yang dipergunakan dalam pencampuran beton wajib higienis, tidak mengandung minyak, asam alkali, zat organis maupun bahan lainya yg bisa menghambat beton. dari (Jurnal,2018) menjelaskan bahwa air sangat berpengaruh terhadap kuat desak beton, dikarenakan kelebihan air akan mengakibatkan penurunan pada bertenaga beton itu sendiri, mengakibatkan beton sebagai

(12)

bleeding yaitu air akan bergerak ke atas 17 permukan adukan beton segar yang baru saja dituang, hal ini bisa menyebabkan berkurangnya lekatan antara lapisan beton. Penggunaan air di campuran beton bisa berpengaruh terhadap sifat workability pengerjaan beton dalam mencampur, kelangsungan reaksi terhadap semen Portland sehingga membuat kekuatan selang beberapa saat, besaran kecilan nilai susut di beton dan terhadap perawatan adukan beton supaya menjamin pengerasan yg baik. Air yg baik buat pembuatan beton minimal memenuhi syarat menjadi air minum yakni tawar, tidak berbau dan keruh.

2.4 Pengujian Berat Jenis Material

Sebelum melakukan perencanaan campuran beton (mix desain) terlebih dahulu harus mengetahui berat jenis suatu material yang ingin digunakan dalam campuran beton, pada proses pengujian ini mencakup tahapan yaitu mulai dari pencucian agregat, menimbang berat SSD, berat kering, berat didalam air untuk mendapatkan nilai berat jenis menggunakan rumus (SNI-1969:2008) sebagai berikut:

1. Berat jenis curah kering

=

( )

2. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan)

=

( )

3. Berat jenis semu

=

( )

Dimana :

A adalah berat benda uji kering oven (gram)

B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan C adalah berat benda uji didalam air

2.5 Perencanaan campuran (mix desain)

Dalam pembuatan beton mempuyai ketentuan dan standar dalam merencanakan pembuatanya. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui dan menentukan proporsi bahan baku beton supaya dapat memenuhi kriteria dalam pengujianya seperti kuat tekan beton. Dalam penelitian ini dilakukan menggunakan standar SNI 03 3449 2002. pemakaian metode SNI karena beton

(13)

yang direncanakan adalah beton ringan dengan menghasilkan haisl yang akurat diatara penggunaan rumus dan grafik yang sederhana.

2.5.1 Perhitungan proporsi campuran

Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari : 1. Standar Deviasi

𝑠 = (𝑥𝑖 − 𝑥)

Keterangan : S = deviasi standar

Xi = kuat tekan beton ringan didapat dari masing-masing benda uji X = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus

𝑥 = 𝑥1

Keterangan :

N = jumlah nilai hasil yang harus diambil minimum 30 buah yang setiap nilainya diambil minumim rata-rata dari 2 buah benda uji yang dibuat dari contoh beton yang sama pada umur 28 hari.

2. Nilai Tambah atau Nilai Margin (M) M= M= k x s

Dimana : M = nilai tambah

K = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persantase hasil uji yamg lebih rendah dari fc’,c. dalam hal ini diambil 5% dan nilai k= 1,64

S = deviasi standar 3. Kuat tekan rata-rata

Fc’, Br= fc’, B + M

Dimana kuat tekan beton ringan rata-rata yang ditargetkan harus memenuhi:

Fc’, Br= (fc’,A) nf x fc’,M (1- nf

(14)

Atau nf = log (fc’, B/fc’,M) Log (fc’, A/fc’,M)

Untuk : nf < o,50 dan 15 x fc’,A > fc’,M > 2 x fc’,A 4. Pemilihan agregat ringan

Pemelihan agregat ringan harus memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Agregat ringan dipilih berdasarkan kuat tekan atau berat isi beton ringan yang diisyaratkan, sehingga hasil perhitungan jumlah frasi agregat kasar menghasilkan harga : 0.35, nf, 0,5. Jika harga tersebut tidak terpenuhi, maka harus dipilih agregat lainya

b. Agregat ringan dipilih menurut tujuan kontruksi seperti pada table 2.3.

Tabel 2. 3 Jenis Agregat Ringan

Kontruksi Bangunan

Beton Ringan Kuat Tekan

Mpa

Berat Isi

Kg/M3 Jenis Agregat Ringan -Struktual: Minimum

Maksimum

12.24

41.36

1400

800

-Agregat yang dibuat melalui pemanasan dari

batu.

-Serpih, batu lempeng, batu sabak, terak besi atau

terak batu apung.

-Struktual: Minimum

Maksimum

6.89

17.24

800

1400

-Agregat ringan alam:

scoria atau batu apung.

-Perlit atau vemikulit -Sangat ringan

sebagai isolasi:

Maksimum

- 800 -

c. Jika tidak tersedia data kuat hancur agregat ringan kasar sebagai pendekatan dapat digunakan data hasil percobaan laboratorium

(15)

2.6 Pengujian material

Sebelum pembutan sampel dilakukan terlebih dahulu material akan di uji berat jenis, dan gradasi agregat atau pengayakan. Selain mendapatkan nilai berat jenis untuk mix desain gradasi agregat bertujuan agar agregat yang akan digunakan dalam pembuatan sampel memiliki ukuran yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

2.7 Perencanaan Campuran Beton (Mix Desain)

Mix design menggunakan SNI 03 3449 2002 di dalam melakukan perancangan mix design hal pertama yang dilakukan adalah menentukan seluruh material yang akan digunakan semen PCC, batu besaung, pasir samboja, dan air.

Kuat tekan rencana (MPa) pada umur 28 hari yaitu 20 MPa, slump yang digunakan 60-180 mm setelah itu mementukan harga kadar air bebas untuk mendapatkan kadar air berdasarkan rumus :

𝑥 Wh + x Wk= ………. Kg/m3 Diketahui:

Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus pada table 2.3 Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada table 2.3

Tabel 2. 4 Perkiraan Kadar Air (Kg/m3)

Setelah harga kebutuhan air bebas didapat selanjutnya kita menentukan factor air semen (fas), Harga fas didapatkan pada gambar 1.3 dengan cara menarik garis horizontal dari mutu rencana sampai menyentuh garis grafik 28 hari dan tarik garis secara vertical pada titik tersebut dan didapatkan nilai fas sebesar 0,640.

(16)

Gambar 2. 1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan Dan Faktor Air Semen Selanjutnya menghitung kebutuhan semen dengan menggunakan rumus :

𝑐 =𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑓𝑎𝑠

Dilanjutkan dengan menentukan presentase agregat dipilih 40% agregat halus dan 60% agregat kasar seperti pada gambar 2.2 dibawah ini.

20

0,640

(17)

Gambar 2. 2 Grafik Persentase Pasir Terhadap Kadar Total Agregat Dengan penggunaan jumlah air 205 liter/m3 dan berat jenis agregat gabungan 2,51 nilai ini di dapat dari(40% x 2,473 (Berat Jenis Agregat Halus)) + (60% x 2,53(Berat Jenis Agregat Kasar)) = 2,51, sehingga didapat nilai beton segar yang telah di padatkan sebesar 2290 kg/m3 gambar 2.3.

50

0,640

39

(18)

Gambar 2. 3 Perkiraan Berat Isi Beton Basah Yang Telah Dipadatkan 2.8 Pengujian Slump

Berdasarkan SNI 03-1972-2008, tujuan pengujian slump adalah untuk sebuah cara untuk mengetahui, sekaligus menentukan konsistensi atau tingkat kualitas campuran beton. Slump diartikan sebagai besarnya penurunan tinggi pada permukaan atas beton yang akan diukur setalah cetakan diangkat. Fungsi dalam pengujian slump yaitu buat menjaga mutu beton. Adapun cara untuk uji, yang pertama tuang campuran beton segar ke dalam cetakan batang kerucut dan padatkan dengan mengunkan batang besi penusuk. Cetakan diangkat dan dibiarkan sampai bagian atas permukaan beton mengendap, setelah itu jarak waktu antara posisi awal permukaan beton dan pendaratan di permukaan beton diukur sebagai nilai slump beton.

2.9 Perawatan (curing) beton

Berdasarkan SNI 03-2834-2000, Menyimpan beton segar di dalam genangan air atau dalam ruangan yang lembab merupakan “perawatan dengan pembasahan”, begitu juga menyelimuti area permukaan beton dengan air atau material khusus

2,49 2300

205

(19)

(curing compound), bisa juga beton diselimuti dengan karung basah merupakan salah satu perawatan dengan pembasahan. Beton yang diproduksi dan dipelihara sesuai standar diperlakukan pada saat beton sudah mulai habis, dengan tujuan menjaga kelembaban/suhu dan agar beton tidak cepat kehilangan air untuk mencapai mutu beton dengan cara perendaman 3, 7, 14, 21 serta 28 hari.

2.10 Pengujian berat isi beton

Berdasarkan SNI 03-2847-2002, Berat isi beton diuji menggunakan cetakan yang telah ditentukan mengacu pada benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm. Tujuan dilakukanya pengujian berat isi beton adalah untuk memperoleh data berat beton.

2.11 Pengujian Kuat Tekan Beton

Uji kuat tekan beton adalah upaya mendapatkan nilai estimasi kuat tekan beton pada struktur eksisting, dengan cara melakukan tekanan pada sampel beton dari struktur yang sudah dilaksanakan. Kuat tekan besarnya beban persatuan luas penampang, yang menyebabkan benda uji beton hancur dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Nilai kuat tekan beton dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

𝑓 𝑐 =

Dengan :

F’c : kuat tekan beton salah satu benda uji (Mpa) Pmaks : beban tekan maksimum (N)

A : luas permukaan benda uji (mm2)

Berdasarkan SNI 1974:2011 Kuat tekan beton adalah beban dibagi dengan satuan luas penampang beton, yang menyebabkan pecahnya balok beton di bawah pengaruh gaya tekan yang dihasilkan oleh mesin tekan.

2.12 Tipe Pola Keruntuhan Pada Benda Uji

Setelah pengujian benda uji selesai maka terdapat pola kehancuran pada benda uji beton menurut SNI 1974:2011 terdapat 5 pola kehancuran dapat dilihat pada Gambar 2.4 sebagai berikut:

(20)

Gambar 2. 4 Seketsa bentuk Kehancuran pada benda uji Sumber: SNI 1974:2011

Gambar 2.4 keterangan:

1. Bentuk kerucut

2. Bentuk kerucut dan belah 3. Bentuk kerucut dan geser 4. Bentuk geser

5.

Bentuk sejajar sumbu tegak

Referensi

Dokumen terkait

Substitusi limbah sandal karet ke dalam campuran beton sebesar 10% dari berat agregat kasar dapat meningkatkan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah dan

Adapun perbandingan persentase kuat tekan antara beton campuran kemiri terhadap beton variasi jenis zat tambah yang dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.11 Selisi Nilai Kuat Tekan