• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAYARAN UPAH PEKERJA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBAYARAN UPAH PEKERJA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

UU Cipta Kerja mengadopsi beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang terdiri dari 11 klaster dengan total 79 UU, 1. RUU dengan metode omnibus law disebut Hak Cipta atas Ciptaan, kemudian diajukan oleh pemerintah ke DPR. pada 12 Februari 2020 Salah satu aturan yang terintegrasi dalam UU Cipta Kerja adalah UU Ketenagakerjaan.

Pasal 92A UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:7 Pengusaha melakukan peninjauan gaji secara berkala dengan mempertimbangkan kapasitas dan produktivitas perusahaan. Padahal, salah satu tujuan dari perubahan peraturan undang-undang hak cipta adalah untuk memberikan manfaat bagi pekerja.

Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat dan membahas permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam suatu karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Pembayaran Upah Pekerja Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Positif”. hukum dan hukum positif”. Hukum Islam".

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

  • Kegunaan Teoritis
  • Kegunaan Praktis

Penelitian Terdahulu

Menjelaskan kepada pekerja tentang sistem penggajian yang diberikan oleh pemberi kerja dan perusahaan sesuai prinsip syariah. Nova Yuliana, Pengaruh Upah Terhadap Kinerja Tenaga Kerja Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada CV. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah sama-sama mengangkat persoalan hak yang disebut pengupahan sebagaimana diatur dalam UU No. .13 Tahun 2003.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini membahas permasalahan remunerasi setelah disahkannya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja karena mengingat undang-undang ini merupakan satu kesatuan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam tahap penyusunannya menggunakan metode omnibus legislasi yang menghapus, mengubah, dan memasukkan sejumlah peraturan perundang-undangan. Tentu saja dalam hal ini akan mengubah isi pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang ketenagakerjaan, sehingga akan memberikan perbedaan yang sangat signifikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti.

Metode Penelitian

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak mengatur secara rinci mengenai pengupahan pekerja yang melaksanakan kewajibannya kepada negara. Sementara itu, perusahaan wajib membayar upah kepada pekerjanya sebagaimana tercantum dalam Pasal 93 Kitab Undang-undang Ketenagakerjaan di atas. Kewajiban pengusaha dalam membayar upah kepada pekerja telah dijelaskan secara rinci dan rinci sebagaimana tertulis dalam Pasal 93 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Dalam tinjauan hukum positif mengenai pembayaran upah, diatur dalam Pasal 93 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sesuai dengan aturan baru tentang pembayaran upah, diatur dalam Pasal 92A UU No. 11 Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja.

Sistematika Penulisan

KAJIAN TEORI

Sistem Pengupahan Secara Umum

  • Pengertian Upah
  • Komponen Upah
  • Kedudukan Upah
  • Jenis-Jenis Upah
  • Sistem Pengupahan Dalam Perusahaan
  • Penerapan Asas “No Work No Pay”
  • Kewajiban Pengusaha
  • Kewajiban Pekerja

Sistem Pengupahan Dalam Hukum Islam (Ijarah)

  • Pengertian Ijarah
  • Dasar Hukum Ijarah
  • Rukun dan Syarat Ijarah

Secara syara berarti memenuhi suatu akad, memanfaatkan sesuatu yang diterima dari orang lain dengan membayar sesuai kesepakatan. Para ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad suatu hal yang bermanfaat yang mempunyai tujuan tertentu dan mubah serta menerima pertukaran atau izin dengan pengganti tertentu. Ada pula ulama Malikiyyah dan Hanabila yang mengatakan bahwa Ijarah menghalalkan harta benda untuk waktu tertentu dengan menggantinya.

Bagi Syafi’i Antonio, ijarah adalah akad pengalihan hak pakai atas suatu benda atau jasa, melalui sewa, tanpa melibatkan perpindahan kepemilikan atas benda itu sendiri.29 Helmi Karim menemukan bahwa ijarah secara harafiah berarti upah atau pahala, oleh karena itu lafadz ijarah mempunyai arti penafsiran universal yang mencakup upah untuk kepentingan suatu barang atau imbalan atas suatu kegiatan atau upah untuk melakukan sesuatu. Sehingga Ijarah merupakan salah satu bentuk muamalah yang menghubungkan kedua belah pihak, yaitu orang yang menyerahkan barang yang dapat digunakan oleh orang yang bekerja untuk kepentingannya dengan substitusi atau pertukaran yang ditentukan syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan. Dalam hukum Islam, ijarah mempunyai ketentuan yang harus diketahui yaitu ma’jir dan musta’jir.

Yang dimaksud dengan mu'jir adalah orang yang membayar upah, musta'jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan suatu pekerjaan, syaratnya mu'jir dan musta'jir adalah orang-orang yang sudah dewasa, berakal, mampu dan reparasinya. untuk berkah35. Terkait dengan ijarah syariat, seluruh ulama sepakat bahwa tidak ada satu pun ulama yang mempermasalahkan ijma' ini, meskipun ada sebagian di antara mereka yang berbeda pendapat dalam tataran teknis. Dari beberapa nash yang masih ada nampaknya dapat dimengerti bahwa ijarah diwajibkan dalam Islam karena manusia masih menghadapi keterbatasan dan kekurangan pada prinsipnya.

Akibatnya, manusia sentiasa berhubung dan memerlukan antara satu sama lain. Melihat kepada penjelasan di atas, nampaknya mustahil manusia dapat hidup bersama orang lain tanpa ijarah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ijarah pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk kegiatan antara kedua belah pihak atau gotong royong, dan berlabuh pada salah satu bentuk tolong-menolong (ta'alun) yang dianjurkan oleh agama.

Teori Maslahah Mursalah

  • Pengertian Maslahah Mursalah
  • Dasar Hukum Maslahah Mursalah
  • Pembagian Maslahah Mursalah
  • Kehujjahan Maslahah Mursalah

Muhammad Abu Zahra yang memberikan takrifan maslahah mursalah ialah segala kemaslahatan yang sesuai dengan tujuan syariat (Syariah Islam Undang-Undang) dan tidak ada dalil khusus untuk menunjukkan sama ada ia diiktiraf atau tidak. Sebaliknya, bagi Abdul Wahab Khallaf, maslaha adalah mursalah maslaha, di mana syariat tidak menetapkan hukum untuk penciptaan maslahah, dan tidak ada dalil untuk pengakuan atau pembatalannya. Maslahah juga boleh dikatakan sebagai contoh atau sebahagian daripada sesuatu perkara yang mencipta kebaikan.38 Dalam definisi maslahah mursalah di atas, dari sudut editorial, terdapat beberapa perbandingan, tetapi dari sudut kandungan sebenarnya ada satu. persamaan asas, iaitu menentukan hukum dalam perkara, yang tidak disebut dalam al-Qur'an mahupun al-Sunnah, dari segi manfaat.

Maslahah mursalah adalah seperti prosedur undang-undang yang mengambil kira kewujudan manfaat yang mempunyai akses universal serta kepentingan yang tidak terhad dan tidak terikat. Dengan kata lain, maslahah mursalah ialah kepentingan yang diputuskan secara bebas tetapi sentiasa terikat dengan konsep asas syariah. Al-Maslahah al-Dauriyah, (kepentingan yang hakiki dalam kehidupan) seperti memelihara agama, memelihara jiwa, akal (idea), keturunan dan harta.

Dari keterangan di atas dapatlah dirumuskan bahwa maslahah mursalah dapat dijadikan landasan hukum dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apabila ketentuan di atas terpenuhi, dan maslahah yang ditambahkan adalah kemaslahatan yang nyata, yang tidak terbatas pada kemaslahatan yang masih prasangka. , yang jika boleh menarik manfaat dan menolak mudarat. Mereka juga sepakat bahawa maslahah al-hajiyyah tidak boleh dijadikan hujah dalam penetapan syariat Islam, begitu juga dengan maslahah al-tahsiniyah, kerana ia tidak terdapat dalam amalan syara’.43. Adapun dalil meslaha murselah, pada dasarnya kebanyakan ulama menerimanya sebagai salah satu tatacara dalam penetapan hukum Syam, walaupun dalam pelaksanaan dan penetapan syaratnya mempunyai tafsiran yang berbeda-beda mengenai dalil meslaha murselah.

Ulama Hanafiyah berkata, jika menjadikan maslahah al-mursalah senjata sebagai dalil, diharuskan maslahah itu berpegang kepada hukum. Bagi mereka, maslahah mursalah adalah induksi daripada logik kumpulan nash, bukan yang terperinci seperti yang berlaku dalam qiyas. Faedah itu selaras dengan kehendak syara’ dan termasuk dalam jenis manfaat yang disokong secara universal oleh Nash.

Teori Maqashid Syari’ah

  • Pengertian Maqashid Syari’ah
  • Dasar Hukum Maqashid Syari’ah

Mengenai ketentuan pekerja yang memenuhi kewajibannya kepada negara sebagaimana dimaksud pada huruf (d) ayat 2 Pasal 93 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan68, hal ini telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pekerja yang tidak dapat masuk karena sedang menjalankan kewajiban agama, sebagaimana dimaksud pada ayat (e) kedua Pasal 93 UU Ketenagakerjaan71. Pekerja yang bersedia melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan dengan perusahaan, tetapi tidak dipekerjakan baik karena kesalahannya sendiri maupun karena hambatan yang harusnya dihindari oleh pemberi kerja, sebagaimana terlampir pada huruf (f) alinea kedua Pasal 93) UU tersebut. Bertindak pada bagian 72.

Mengenai penggolongan hak cuti dan kepastian perusahaan menggaji pekerja, Pasal 79 UU No. 13 Tahun 2003 mengatur bahwa pengusaha wajib memberikan waktu luang dan istirahat kepada pekerjanya. Libur yang ditentukan Pasal 85 UU No. 13 Tahun 2003 mengatur bahwa pekerja tidak wajib bekerja pada hari libur resmi. Pekerja yang sedang melaksanakan tugas pendidikan di perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir (i) ayat kedua Pasal 93 UU Ketenagakerjaan 76 Peraturan yang mengatur lebih rinci ketentuan ini, serta UU No. 13 Tahun 2003, seperti peraturan lainnya, belum ada. , kecuali hanya menyatakan ini.

Selain itu, ketentuan pembayaran upah yang diatur dalam UU Hubungan Ketenagakerjaan mengalami perubahan makna setelah dimasukkan ke dalam UU Cipta Kerja. Hal tersebut menyimpang dari isi Pasal 92.A Undang-Undang Cipta Kerja bagi perusahaan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pekerja pada saat membayar upah untuk menentukan kisaran upah yang harus dibayarkan atau ditentukan sesuai dengan produktivitas dan kemampuan perusahaan. Secara normatif, ketentuan Pasal 93 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan sebagian besar telah memperhatikan kebutuhan pekerja itu sendiri dengan memberikan gaji kepada pekerja meskipun pekerja tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya di tempat dia bekerja, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pekerja juga manusia dan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Dibandingkan dengan mesin pabrik, banyak kendala di luar kemampuan pekerja.

Namun jika kita melakukan peninjauan secara mendalam dan menyeluruh terhadap Pasal 93. Jika kita menilik hal ini, maka pada Pasal 93 UU Ketenagakerjaan jika kita lihat dengan teori ijarah itu sendiri, nampaknya dapat dikatakan dapat memberikan perlindungan hukum terhadap para pekerja yang telah berjuang untuk memenuhi kewajibannya. perusahaan, karena meskipun pekerja tidak dapat masuk kerja, mereka tetap menerima pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) Pasal 93 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan hilangnya ketentuan Pasal 93 UU Cipta Kerja, maka hak-hak yang seharusnya diterima pekerja dalam bentuk upah akan terancam.

Dalam Pasal 93 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa melalui penerapan asas “Tidak Bekerja Tidak Dibayar” pekerja tidak diberikan upah apabila tidak bekerja, namun dikecualikan pada ayat (2) Pasal 93 UU Ketenagakerjaan. Hukum Ketenagakerjaan. Isi pasal tersebut adalah kewajiban pengusaha atau perusahaan untuk membayar upah kepada pekerja/buruh meskipun mereka berhalangan hadir guna memenuhi kewajibannya terhadap perusahaan tempat mereka bekerja, yang pada Pasal 93 ayat (2-4) dijelaskan. . dari UU Ketenagakerjaan. Sedangkan dalam Pasal 92A Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, kewajiban atau kewajiban membayar upah dilihat dari produktivitas pekerja itu sendiri dan kemampuan perusahaan.

Dilihat dari perspektif utilitarianisme (utilitas). Dilihat dari Pasal 93 UU Ketenagakerjaan, karyawan merasa terlindungi dengan hadirnya Pasal 93.

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to optimize the EC value of nutrient solution on each generative stage using Artificial Neural Network (ANN) and Genetic Algorithms (GA).. ANN

DAILY ACTIVITY OF THE JOB TRAINING DAY : TUESDAY DATE : MAY 10th, 2022 NO DESCRIPTION OF ACTIVITIES TASK ASSIGNOR SIGNATURE 1 Input outstanding data Nada Cindy Sagita 2