• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAJIAN ATAS PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM MEMUTUS TINDAK PIDANA MEMPERTONTONKAN KETELANJANGAN DI MUKA UMUM (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sanggata Nomor 264/Pid.B/2021/Pn Sgt)

N/A
N/A
MinhHN

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III KAJIAN ATAS PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM MEMUTUS TINDAK PIDANA MEMPERTONTONKAN KETELANJANGAN DI MUKA UMUM (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sanggata Nomor 264/Pid.B/2021/Pn Sgt)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

38 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penulis telah melakukan penelitian mengenai Putusan Pengadilan Negeri Sangatta No.264/Pid.B/2021/PN Sgt dalam perkara Tindak Pidana Mempertontonkan Ketelanjangan di Muka Umum yang diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Identitas Terdakwa

Nama lengkap : TERDAKWA (Nama Disamarkan) Tempat lahir : Loa Janan Ulu (samarinda);

Umur/tanggal lahir : 32 Tahun / 04 Juni 1989;

Jenis kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat Tinggal : Kutai Timur;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Wiraswasta;

2. Uraian Singkat Peristiwa

Bahwa berawal pada hari kamis tanggal 13 Mei 2021 sekira jam 22.00 WITA bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur Terdakwa (Nama Disamarkan) yang langsung masuk ke dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni lalu Terdakwa (Nama Disamarkan) melihat saudari Sri Wahyuni bersama sedang bersama saudari Teri Saputra dan sdri.Yurita sedang memasangkan alis kepada sdr.Teri Saputra, kemudian dikarenakan Terdakwa (Nama Disamarkan) yang memiliki perasaan suka dengan saudari Sri Wahyuni lalu seketika Terdakwa (Nama Disamarkan) langsung memaksa untuk melakukan

(2)

perbuatan cabul kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara memeluk saudari Sri Wahyuni dari samping lalu mencium wajah saudari Sri Wahyuni berkali-kali secara paksa yang membuat saudari Sri Wahyuni memberontak dari pelukan Terdakwa (Nama Disamarkan) dengan mendorong-dorong badan Terdakwa (Nama Disamarkan) sehingga saudari Sri Wahyuni dapat terlepas dari pelukan Terdakwa (Nama Disamarkan) lalu menjauhi terdakwa kemudian karena Terdakwa (Nama Disamarkan) tidak bisa menahan nafsunya lalu seketika Terdakwa (Nama Disamarkan) melepaskan seluruh pakaian dan celana Terdakwa (Nama Disamarkan) sehingga Terdakwa (Nama Disamarkan) menjadi telanjang kemudian dalam keadaan telanjang, Terdakwa (Nama Disamarkan) melakukan perbuatan tidak senonoh kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara dihadapan saudari Sri Wahyuni Terdakwa (Nama Disamarkan) berbaring dikasur saudari Sri Wahyuni lalu Terdakwa (Nama Disamarkan) melakukan masturbasi dengan cara Terdakwa (Nama Disamarkan) memegang sendiri alat kelamin Terdakwa (Nama Disamarkan) menggunakan tangan kemudian Terdakwa (Nama Disamarkan) gerakkan naik turun berulang kali hingga sperma Terdakwa (Nama Disamarkan) keluar.

3. Dakwaan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Sangatta

Adapun Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Sangatta adalah sebagai berikut:

PERTAMA

Bahwa terdakwa pada hari Kamis, 13 Mei 2021 sekitar pukul 22.00 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu sekitar bulan Mei 2021 bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur atau setidak tidaknya pada suatu tempat dalam daerah

(3)

hukum Pengadilan Negeri Sangatta yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara ini “Mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10”, Perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: - Bahwa berawal pada hari kamis tanggal 13 Mei 2021 sekira jam 22.00 WITA bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur terdakwa yang langsung masuk ke dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melihat saudari Sri Wahyuni bersama sedang bersama sdr.Teri Saputra dan sdri.Yurita sedang memasangkan alis kepada sdr.Teri Saputra, kemudian dikarenakan terdakwa yang memiliki perasaan suka dengan saudari Sri Wahyuni lalu seketika terdakwa langsung memaksa untuk melakukan perbuatan cabul kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara memeluk saudari Sri Wahyuni dari samping lalu mencium wajah saudari Sri Wahyuni berkali-kali secara paksa yang membuat saudari Sri Wahyuni Memberontak dari pelukan terdakwa dengan mendorong-dorong badan terdakwa sehingga saudari Sri Wahyuni dapat terlepas dari pelukan terdakwa lalu menjauhi terdakwa kemudian karena terdakwa tidak bisa menahan nafsunya lalu seketika terdakwa melepaskan seluruh pakaian dan celana terdakwa sehingga terdakwa menjadi telanjang kemudian dalam keadaan telanjang, terdakwa melakukan perbuatan tidak senonoh kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara di hadapan saudari Sri Wahyuni terdakwa berbaring di kasur saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melakukan masturbasi dengan cara terdakwa memegang sendiri alat kelamin terdakwa menggunakan tangan kemudian terdakwa gerakkan naik turun berulang kali hingga sperma terdakwa keluar.

(4)

Perbuatan terdakwa tersebut diatas diatur dan diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang R I Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

KEDUA

Bahwa terdakwa pada hari Kamis, 13 Mei 2021 sekitar pukul 22.00 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu sekitar bulan Mei 2021 bertempat di dalam kamar kos sdri.Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur atau setidak tidaknya pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sangatta yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara ini “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul”, Perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: - Bahwa berawal pada hari kamis tanggal 13 Mei 2021 sekira jam 22.00 WITA bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur terdakwa yang langsung masuk ke dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melihat saudari Sri Wahyuni bersama sedang bersama sdr.Teri Saputra dan sdri.Yurita sedang memasangkan alis kepada sdr.Teri Saputra, kemudian dikarenakan terdakwa yang memiliki perasaan suka dengan saudari Sri Wahyuni lalu seketika terdakwa langsung memaksa untuk melakukan perbuatan cabul kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara memeluk saudari Sri Wahyuni dari samping lalu mencium wajah saudari Sri Wahyuni berkali-kali secara paksa yang membuat saudari Sri Wahyuni memberontak dari pelukan terdakwa dengan mendorong-dorong badan terdakwa sehingga saudari Sri Wahyuni dapat terlepas dari pelukan terdakwa lalu menjauhi terdakwa kemudian karena terdakwa tidak bisa menahan nafsunya lalu seketika terdakwa melepaskan seluruh pakaian dan celana terdakwa sehingga terdakwa menjadi telanjang kemudian

(5)

dalam keadaan telanjang, terdakwa melakukan perbuatan tidak senonoh kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara dihadapan saudari Sri Wahyuni terdakwa berbaring dikasur saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melakukan masturbasi dengan cara terdakwa memegang sendiri alat kelamin terdakwa menggunakan tangan kemudian terdakwa gerakkan naik turun berulang kali hingga sperma terdakwa keluar.

Perbuatan terdakwa tersebut diatas diatur dan diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289 KUHPidana.

ATAU KETIGA

Bahwa terdakwa pada hari Kamis, 13 Mei 2021 sekitar pukul 22.00 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu sekitar bulan Mei 2021 bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur atau setidak tidaknya pada suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sangatta yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara ini “Dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan”, Perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Bahwa berawal pada hari kamis tanggal 13 Mei 2021 sekira jam 22.00 WITA bertempat di dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni Alias Riri Binti Mustari di Jl.Poros Sangatta – Bontang KM 1 Kec.Sangatta Utara Kab.Kutai Timur terdakwa yang langsung masuk ke dalam kamar kos saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melihat saudari Sri Wahyuni bersama sedang bersama sdr.Teri Saputra dan sdri.Yurita sedang memasangkan alis kepada sdr.Teri Saputra, kemudian dikarenakan terdakwa yang memiliki perasaan suka dengan saudari Sri Wahyuni lalu seketika terdakwa langsung memaksa untuk melakukan perbuatan cabul kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara memeluk saudari Sri Wahyuni dari samping lalu mencium wajah saudari Sri Wahyuni berkali-kali

(6)

secara paksa yang membuat saudari Sri Wahyuni memberontak dari pelukan terdakwa dengan mendorong-dorong badan terdakwa sehingga saudari Sri Wahyuni dapat terlepas dari pelukan terdakwa lalu menjauhi terdakwa kemudian karena terdakwa tidak bisa menahan nafsunya lalu seketika terdakwa melepaskan seluruh pakaian dan celana terdakwa sehingga terdakwa menjadi telanjang kemudian dalam keadaan telanjang, terdakwa melakukan perbuatan tidak senonoh kepada saudari Sri Wahyuni dengan cara dihadapan saudari Sri Wahyuni terdakwa berbaring dikasur saudari Sri Wahyuni lalu terdakwa melakukan masturbasi dengan cara terdakwa memegang sendiri alat kelamin terdakwa menggunakan tangan kemudian terdakwa gerakkan naik turun berulang kali hingga sperma terdakwa keluar.

Perbuatan terdakwa tersebut diatas diatur dan diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 281 Ke-2 KUHPidana.

4. Pembuktian oleh Penuntut Umum

Keterangan Saksi

1. Saksi 1 dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Bahwa Saksi telah menjadi korban pelecehan yang dilakukan oleh Terdakwa;

Bahwa kejadiannya pada hari Kamis tanggal 13 Mei 2021 sekitar jam 22.00 Wita di jalan Poros Sangatta – Bontang Km 1 Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur tepatnya di kamar kos Saksi;

Bahwa cara Terdakwa melakukan pelecehan yakni tiba tiba Terdakwa datang ke kosan Saksi kemudian Terdakwa memeluk

(7)

Saksi dari depan, lalu Terdakwa mencium pipi kiri Saksi dan saat mencium, Saksi dibekap;

Bahwa selanjutnya karena Saksi menolak, Terdakwa terlentang di kasur dan membuka celana serta melakukan masturbasi sendiri dengan menggunakan tangannya sampai mengeluarkan sperma;

Bahwa saat kejadian di tempat kos Saksi ada 3 (tiga) orang;

Bahwa Terdakwa tidak melakukan kekerasan atau ancaman;

Bahwa Saksi tidak mengetahui apakah Terdakwa dalam keadaan mabuk atau tidak;

Bahwa Saksi tidak memiliki hubungan atau pacaran dengan Terdakwa;

Bahwa saat kejadian tersebut Saksi dengan Terdakwa hanya sebatas tetangga. dan melihat atau ketemu ketika Saksi pulang kerja;

Bahwa saat kejadian tersebut Saksi berteriak, setelah itu Terdakwa ditarik keluar oleh orang-orang dari tempat kos Saksi;

2. Saksi 2 dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Bahwa Saksi dihadirkan di persidangan terkait kejadian pelecehan yang dilakukan Terdakwa terhadap Saksi 1;

Bahwa Kejadian tersebut pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2021 sekitar jam 22.00 Wita di kamar kos Saksi 1;

Bahwa ketika kejadian Saksi hanya mendengar suara teriakan karena pada saat itu Saksi sedang dipasangkan bulu

(8)

mata oleh saksi 3, kemudian saksi 1 berteriak minta tolong “ini mau ngajak piknik (bersetubuh)” dan Terdakwa mencium saksi 1 lalu saksi 1;

Bahwa lalu Terdakwa membuka pakaiannya kemudian melakukan masturbasi;

Bahwa selanjutnya Saksi 1 keluar ke kamar sebelah dan saksi juga lari sambil dituntun oleh Saksi 3 untuk ke kamar sebelah karena Saksi tidak bisa membuka mata sedang dipasang bulu alis;

Bahwa waktu kejadian tersebut ada perlawanan dari Saksi 1 dengan cara berteriak dan menepis tangan Terdakwa;

Bahwa Terdakwa pernah memiliki istri namun sudah bercerai;

Bahwa saksi tidak tahu apakah Terdakwa sering nonton video porno atau tidak;

Bahwa saksi dengan Terdakwa adalah saudara tiri tetapi tidak tinggal bersama;

Bahwa sepengetahuan Saksi perilaku Terdakwa baik saja tidak ada yang aneh dalam kesehariannya;

Bahwa Terdakwa tidak pernah bercerita kepada Saksi karena Terdakwa pendiam;

3. Saksi 3 dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Bahwa telah terjadi kejadian pelecehan yang dilakukan oleh Terdakwa kepada Saksi 1;

(9)

Bahwa kejadian pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2021 sekitar jam 22.00 Wita di kamar kos Saksi 1;

Bahwa saksi melihat dan mendengar kejadian tersebut secara langsung karena sedang berada dikamar kos Saksi 1;

Bahwa kejadiannya bermula saat Saksi sedang memasang bulu mata tiba - tiba datang terdakwa ke kamar Saksi 1 kemudian Terdakwa langsung memeluk dan mencium Saksi 1;

Bahwa kemudian Saksi 1 teriak memanggil saksi Teri dan berkata “Kak ini nah buka celana" lalu Saksi kaget melihat Terdakwa terbaring di atas tempat tidur sambil memainkan alat kelaminnya sehingga Saksi keluar dari kamar tersebut karena takut;

Keterangan Terdakwa

Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa Terdakwa telah ditangkap pada hari Kamis tanggal 13 Mei 2021 sekitar jam 22.00 WITA di rumah kost di Jalan Ahmad Yani dekat jembatan pinang Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur;

2. Bahwa Terdakwa ditangkap karena melakukan pelecehan kepada Saksi 1;

3. Bahwa kejadiannya bermula Terdakwa minum beberapa obat komix, setelah itu Terdakwa menuju ke kos saksi 1 lalu memeluk dan mencium saksi 1;

4. Bahwa selanjutnya Terdakwa mengeluarkan alat vitalnya dan memainkan di depan Saksi 1;

(10)

5. Bahwa Terdakwa sebelumnya sudah tertarik dengan saksi 1 dan ketika melihat saksi 1, Terdakwa langsung terangsang;

6. Bahwa Terdakwa sudah sejak lama suka minum komix, karena Terdakwa hanya mencari sensasinya seperti melayang-layang;

7. Bahwa sebelumnya Terdakwa sudah pernah dihukum sebanyak 2 (dua) kali;

5. Tuntutan Penuntut Umum

Tuntutan Penuntut Umum berdasar dengan kedudukannya memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai jembatan antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di dalam peradilan, di dalam fungsinya jaksa Penuntut Umum untuk melaksanakan penuntutannya harus mempertimbangkan persentase antara tindak pidana, niat yang ada di dalamnya, serta bagaimana tindak pidana dilakukan yang juga disesuaikan dengan perundang-undangan yang pada fungsinya mengatur tindak pidana tersebut. Tuntutan berisi jenis dan berat pidana yang diajukanolehpenuntut umum yang disesuaikan dengan dakwaan dengan melihat pada pembuktian dalam persidangan dan bentuk surat dakwaan, (Syarifah Dewi Indrawati, 2017: 269). Lalu selanjutnya pada perkara pidana karena mempertontonkan ketelanjangan di muka umum, tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

• Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Mempertontonkan diri sendiri di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, atau yang bermuatan pornografi” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

(11)

Pasal 36 Undang-Undang R I Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi sebagaimana dakwaan primair penuntut umum;

• Menjatuhkan Pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan sementara dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan;

• Menyatakan barang bukti berupa:

1. 1 (satu) lembar baju kaos lengan pendek warna merah bergambar bertuliskan HARLEY DAVIDSON

2. 1 (satu) lembar celana pendek warna Pink list putih bertali

3. 1 (satu) lembar celana jeans pendek warna biru dongker merk LEVI’S dirampas untuk dimusnahkan.

4. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah).

6. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Majelis Hakim pada dakwaan ini adalah bahwa perbuatan Terdakwa telah memenuhi semua unsur-unsur dari Pasal dakwaan primer dimana terdiri atas sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10;

(12)

Sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, yaitu telah melanggar Pasal 36 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim yang dimaksud dengan “Setiap Orang”

sebagaimana dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum sehingga pengertian setiap orang disini adalah menunjuk kepada subjek atau pelaku tindak pidana yaitu orang perorangan (manusia) atau badan hukum selaku subyek hukum yang didakwa melakukan suatu tindak pidana, dimana yang bersangkutan sedang dihadapkan di persidangan, apabila perbuatannya memenuhi unsur-unsur yang didakwakan, maka orang tersebut akan dinyatakan sebagai pelaku yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas segala tindakannya karena kemampuan bertanggung jawab melekat erat kepada subyek hukum kecuali secara tegas Undang-undang menentukan lain. Berdasarkan keterangan Terdakwa dalam persidangan, dimana Terdakwa telah membenarkan identitas dirinya sebagaimana yang termuat dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum, serta didukung oleh keterangan Saksi-saksi di persidangan, maka Majelis Hakim berpendapat dalam perkara ini tidak terdapat Error in Persona atau kekeliruan dalam mengadili orang, sehingga yang dimaksud unsur

“Setiap orang” dalam hal ini adalah Terdakwa sebagai orang perorangan yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya, yang lebih lanjut akan diteliti apakah perbuatan Terdakwa memenuhi seluruh unsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya serta ada atau tidaknya alasan pembenar dan pemaaf yang menghapuskan pertanggungjawaban Terdakwa, sehingga Majelis Hakim berpendapat unsur “Setiap orang” telah terpenuhi.

(13)

Mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, bahwa unsur ini memuat kualifikasi beberapa perbuatan yang bersifat alternatif, sehingga apabila salah satu kualifikasi perbuatan terpenuhi, maka unsur tersebut dapat dinyatakan telah terpenuhi, pengertian mempertontonkan diri berarti pelaku itu sendiri secara langsung mempertontonkan diri dalam suatu pertunjukan atau di muka umum, dan orang lain melihat langsung diri pelaku sedangkan penjelasan pronografi lainya yakni antara lain kekerasan seksual, masturbasi, atau onani. Diketahui pada hari Kamis tanggal 13 Mei 2021 sekitar jam 22.00 WITA Terdakwa datang dan masuk kedalam kamar kos saksi 1 di jalan Poros Sangatta – Bontang Km 1 Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur, kemudian Terdakwa memeluk dan mencium pipi kiri saksi 1, selanjutnya karena saksi 1 menolak, Terdakwa terlentang di kasur dan membuka celana serta melakukan masturbasi sendiri dengan menggunakan tangannya sampai mengeluarkan sperma.Dari fakta hukum tersebut maka diketahui Terdakwa telah mempertontonkan diri membuka celana dan melakukan masturbasi di muka umum yakni di tempat kost saksi 1 yang dimana saat Terdakwa melakukan perbuatannya di tempat tersebut terdapat 3 (tiga) orang yakni saksi 1, saksi 2 dan saksi 3.

Meskipun demikian di dalam keberjalanan Hukum Acara Pidana yang tertera di dalam Pasal 183 KUHAP bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya, hal ini juga disesuaikan dengan sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif (Negatief Wettelijke Bewijs Theorie) yang pada dasarnya Hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila sedikit-dikitnya alat alat bukti yang telah

(14)

ditentukan undang-undang itu ada ditambah dengan keyakinan Hakim didapat dari adanya alat-alat bukti itu (Darwan Prints, 1998: 65) dan juga melalui pengaturan alat bukti sah yang diatur di dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, maka berdasarkan satu kesatuan di atas Hakim memeriksa dan memutus perkara tindak pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, atau yang bermuatan pornografi.

7. Amar Putusan

Berdasarkan keberjalanan sidang perkara pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, atau yang bermuatan pornografi, Hakim telah mempertimbangkan keadaan yang memberatkan maupun meringankan Terdakwa, Keadaan yang memberatkan pertama Terdakwa sudah pernah di hukum sebanyak 2 (dua) kali terkait kasus perlindungan anak serta pemerasan dan pengancaman; kedua Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat, Keadaan yang meringankan adalah Terdakwa berperilaku sopan selama persidangan. Memperhatikan, Pasal 36 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan, oleh sebab itu Majelis Hakim memutuskan Terdakwa sebagai berikut :

Menyatakan Terdakwa tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“mempertontonkan diri sendiri di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan" sebagaimana dalam dakwaan Primair Penuntut Umum;

(15)

Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

Menetapkan barang bukti berupa:

− 1 (satu) lembar baju kaos lengan pendek warna merah bergambar bertuliskan HARLEY DAVIDSON

− 1 (satu) lembar celana pendek warna pink list putih bertali;

− 1 (satu) lembar celana jeans pendek warna biru dongker merk LEVI’S Dirampas untuk dimusnahkan;

Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp5.000,00 (lima ribu rupiah);

B. Pembahasan

1. Telaah Pembuktian Penuntut Umum dalam Tindak Pidana Mempertontonkan Ketelanjangan Di Muka Umum Sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP

Walaupun seorang pelaku tindak pidana telah dapat ditangkap, atau tertangkap tangan misalnya, maka prosedur acara pidana dalam penyelesaian kasus yang bersangkutan guna menentutkan pidana yang akan dijatuhkan terhadap pelakunya, tetap harus dipatuhi Menurut keberjalanannya di dalam persidangan(Suisno, 2016: 1). Penuntut Umum yang berdasar pada asas penuntutan yang telah dibagi menjadi 2

(16)

(dua) bagian yaitu asas legalitas dan asas oportunitas melakukan kewajiban dan tugasnya yaitu penuntutan, melalui hal tersebut salah satu usaha Penuntut Umum yang harus dipenuhi dalam mencapai tugas dan kewajibannya yaitu melakukan proses pembuktian secara menyeluruh dan teliti, sehingga nantinya di dalam melakukan penuntutan, Penuntut Umum dapat menghasilkan penuntutan yang maksimal yang pada dasarnya sesuai dengan fakta yang ada sehingga hal ini juga nantinya dapat selaras dan juga memiliki keterikatan yang sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh pelaku, dalam kata lain adil dan bijak.

Lalu selanjutnya pembuktian Penuntut Umum terkandung di dalam Pasal 137 KUHAP yang di dalamnya dibahas mengenai kewajiban penuntutan adalah tugas yang hanya dimiliki dan dapat dilakukan oleh Penuntut Umum, sehingga dikarenakan sifat tunggal Penuntut Umum pada saat berada di pengadilan menghantarkan amanah dan kewajiban yang melekat juga bagi Penuntut Umum sebagaimana dibuktikan melalui keberjalanan proses pembuktian yang juga dipertanggung jawabkan kepada Hakim, di dalam Pasal 140 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:

“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.”

Hasil yang diberikan kepada Hakim berupa surat dakwaan, melalui surat dakwaan Hakim dapat memiliki dasar dalam menjatuhkan pidana, hal ini disebut Dominus Litis yang berarti Hakim tidak bisa meminta supaya delik diajukan kepadanya, namun Hakim hanya menunggu surat dakwaan yang hanya dapat dikeluarkan oleh Penuntut Umum, oleh sebab itu kecakapan Penuntut Umum dianggap seperti bridge atau jembatan yang memiliki sifat menengahi dan sebagai penghantar keberlangsungan progress di pengadilan. Di dalam proses

(17)

pembuktian oleh Penuntut Umum juga telah tertera sebagaimana daftar alat bukti sah yang tertulis di dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu:

Keterangan Saksi

Peran saksi dalam hal ini diharuskan bersangkutan dengan perkara yang ada sehingga keberadaannya dapat mendukung segala keperluan persidangan. Pada kasus a quo dihadirkan Saksi 1 yang dimana merupakan korban dari Terdakwa (Nama Disamarkan) memberikan keterangan bahwasanya Terdakwa (Nama Disamarkan) telah melakukan tindak pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum berupa melakukan masturbasi di depan saksi 1 yang kemudian dibenarkan oleh saksi 2 dan saksi 3 yang pada saat kejadian melihat dengan betul apa yang telah dilakukan Terdakwa (Nama Disamarkan) terhadap saksi 1.

Keterangan Ahli

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Pasal 1 angka 28 KUHAP dijelaskan bahwa “keterangan ahli” adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Pada kasus a quo Ahli memberikan keterangan ketika melakukan wawancara bahwa Terdakwa (Nama Disamarkan) sering mengonsumsi obat komix secara berlebihan sehingga memengaruhi tindakan serta pola pikir Terdakwa (Nama Disamarkan), dia tidak sadar dengan apa yang dilakukan merupakan hal tidak baik untuk orang lain maupun dirinya.

(18)

Surat

Penerapan surat sebagai alat bukti sah menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu prinsip pembuktian satu alat bukti surat, kesempurnaannya (nilainya) itu tidak dapat mengubah sifatnya menjadi suatu alat bukti yang mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat atau sempurna, dan nilai kekuatan yang melekat pada kesempurnaannya tetap bersifat kekuatan pembuktian yang bebas di sini Hakim bebas untuk menilai kekuatannya dan kebenarannya atas alat bukti surat. Pada kasus a quo tidak dihadirkan surat apapun.

Petunjuk

Menurut ketentuan Pasal 188 KUHAP petunjuk juga merupakan alat bukti sah yang menurut undang-undang dijelaskan sebagai perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Pada kasus a quo selama persidangan ditemukan kesesuaian bahwa keterangan Saksi dan keterangan Terdakwa (Nama Disamarkan) benar adanya.

Keterangan Terdakwa

Berdasarkan Pasal 189 ayat (1) KUHAP, keterangan Terdakwa adalah apa yang Terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri. Pada kasus a quo Terdakwa (Nama Disamarkan) mengakui semua perbuatanya terhadap Saksi 1 dan sering mengonsumsi obat komix.

(19)

Sehingga melalui alat bukti sah yang telah tertera di dalam Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana (KUHAP) Penuntut Umum melakukan tugas dan kewajibannya sesuai dengan fakta serta pengaturan alat bukti sah yang berada di Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

Sebagaimana pada Pasal 36 Undang-Undang R I Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi yang telah ditetapkan oleh Penuntut Umum sebagai Pasal penuntutnya berisi:

“Setiap orang yang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

Berdasarkan keberjalanannya, tindak pidana mempertontonkan ketelanjangan di muka umum merupakan suatu tindakan yang melanggar norma hukum serta kesusilaan, tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa pidana yang diajukan Penuntut Umum yang pada pokoknya menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, atau yang bermuatan pornografi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 36 Undang-Undang R I Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, dengan tuntutan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dengan barang bukti yang telah ditetapkan oleh Penuntut Umum yaitu berupa:

a) 1 (satu) lembar baju kaos lengan pendek warna merah bergambar bertuliskan HARLEY DAVIDSON ;

b) 1 (satu) lembar celana pendek warna pink list putih bertali ;

(20)

c) 1 (satu) lembar celana jeans pendek warna biru dongker merk LEVI’S.

Hakim dalam mencari kebenaran formal cukup membuktikan dengan preponderance of evidence, sedangkan hakim pidana dalam mencari kebenaran material, maka peristiwanya harus terbukti. Alat-alat bukti merupakan alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.

Dengan demikian sebagaimana yang mengacu pada Pasal 36 Undang-Undang R I Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, telah ditemukan kesesuaian, pada dasarnya melalui tindak pidana tersebut yang dibuktikan melalui keterangan Saksi 1 telah menjadi korban pelecehan yang dilakukan Terdakwa (Nama Disamarkan) di kos Saksi 1. Menurut keterangan Saksi 2 dan 3 yang sedang menggunakan bulu mata, Saksi 2 dan 3 mendengar suara Saksi 1 berteriak kemudian Saksi 2 dan 3 lari menghampiri kamar kos Saksi 1 dan menyaksikan saat itu Terdakwa (Nama Disamarkan) sudah berada di kasur Saksi 1 sedang membuka pakaian yang kemudian melakukan kegiatan masturbasi dan ingin melakukan kegiatan bersetubuh dan Saksi 1 dibekap kemudian dicium namun selalu di tepis tangan Terdakwa (Nama Disamarkan) oleh Saksi 1. Dalam hal ini Saksi Ahli pada persidangan memberikan keterangan bahwa Terdakwa (Nama Disamarkan) sering menggunakan obat- obatan tanpa resep dokter sejak kecil, sebagaimana terlihat saat proses wawancara bahwa Terdakwa (Nama Disamarkan) memberikan keterangan agak lambat karena efek obat-obatan tersebut mempengaruhi cara berfikir Terdakwa (Nama Disamarkan), sehingga berdasarkan keterangan para saksi ini ditambah keterangan dari Terdakwa (Nama Disamarkan) yang telah membenarkan semua

(21)

keterangan para saksi menimbulkan keyakinan pada Hakim bahwa benar Terdakwa (Nama Disamarkan) melakukan tindak pidana Pornografi. Dari pertimbangan tersebut Hakim memutuskan bahwa perkara ini telah sesuai dengan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008.

Penulis setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh Penuntut Umum dalam melakukan pembuktian, dikarenakan Penuntut Umum telah menggunakan 4 (empat) alat bukti sah yaitu berupa keterangan saksi, surat, petunjuk, dan keterangan Terdakwa (Nama Disamarkan), dan kesemuanya telah memenuhi ketentuan dari Pasal 184 ayat (1) poin a, b, dan c Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembuktian Penuntut Umum telah sesuai dengan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya diketahui bahwa konstruksi pembuktian yang dilakukan Penuntut Umum dalam tindak pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum sudah sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Kesesuaian tersebut dipenuhi dari keterangan Saksi, keterangan Ahli, Petunjuk, dan keterangan Terdakwa.

2. Telaah Pertimbangan Hakim yang Memutus Tindak Pidana Mempertontonkan Ketelanjangan Di Muka Umum Sesuai dengan Pasal 183 KUHAP jo Pasal 36 Undang Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan Hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi pada pihak yang bersangkutan sehingga dalam pertimbangannya keputusan Hakim dapat memiliki manfaat bagi

(22)

segala pihak pun tetap pada keberjalanannya dalam melaksanakan ketetapan undang-undang. Melalui upaya hukum di dalam persidangan pada dasarnya Hakim saat memutus suatu perkara harus mempertimbangkan kebenaran yuridis, kebenaran filosofis dan sosiologis. Kebenaran yuridis artinya landasan hukum yang dipakai apakah telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Kebenaran filosofis artinya Hakim harus mempertimbangkan sisi keadilan apakah Hakim telah berbuat dan bertindak yang seadil-adilnya dalam memutuskan suatu perkara. Pertimbangan sosiologis artinya Hakim juga harus mempertimbangkan apakah putusannya akan berakibat buruk dan berdampak di masyarakat. Keputusan Hakim pada dasarnya selain harus memiliki aspek keadilan dan kemanfaatan bagi segala pihak yang berperkara hingga yang bersinggungan di dalam persidangan, Untuk mengetahui teori pemidanaan mana yang dianut dalam suatu putusan dapat dilihat dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut. Pertimbangan hakimdalamsebuah putusan dikatakan sebagai suatu hal yang dapat menunjukkan kehormatan hakim yang bersangkutan, (Hanum Ni'mahtul Rochmah, 2020 :136) Sebelum mengambil keputusan Hakim juga memiliki pedoman yang terkandung di dalam Pasal 183 KUHAP, yang berbunyi:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Berangkat dari Pasal 183 KUHP Penulis menggaris bawahi bahwasanya berdasarkan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah dan keyakinan Hakim yang berasal daripada alat bukti yang sah tersebut, barulah Hakim dinilai telah sah di dalam menjatuhkan putusan pada perkara pidana, dan menurut Pasal 183 KUHAP Hakim pada saat

(23)

memutuskan perkara setidaknya berpatokan pada 2 (dua) alat bukti dengan disesuaikan dengan keyakinan Hakim.

Ada 2 (dua) kategori untuk memberikan telaah pada pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan. Kategori pertama akan dilihat dari segi pertimbangan yang bersifat yuridis dan kedua adalah pertimbangan yang bersifat non yuridis, selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut (Rusli Muhammad, 2007: 212-221):

Pertimbangan Hakim yang bersifat yuridis diantaranya:

1. Dakwaan Penuntut Umum;

2. Tuntutan pidana;

3. Keterangan saksi;

4. Keterangan Terdakwa;

5. Barang bukti;

6. Pasal-pasal yang terkait.

Pertimbangan Hakim yang bersifat non-yuridis yang berupa:

1. Latar belakang Terdakwa;

2. Akibat perbuatan Terdakwa;

3. Kondisi diri Terdakwa;

4. Agama Terdakwa

Sehingga pertimbangan Hakim dan memutus perkara pidana harus cermat dikarenakan Hakim harus dapat mempertanggungjawabkan segala putusannya serta dapat bermanfaat

(24)

bagi semua pihak yang bersangkutan dalam perkara yang ada. Kata-kata yang digunakan pada bunyi pertimbangan putusan juga menggambarkan teori pemidanaan yang dianut hakim dalam putusannya (Kholiq & Wibowo, 2016: 24-25). Pada dasarnya pidana itu merupakan suatu pederitaan/nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang, dan hanya merupakanalat (instrumen) belaka, karenanya tidak mungkin ia dapat mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, pidana memerlukan dukungan konseppemidanaan. Mengingat pemidanaan sinonim dengan perkataan penghukuman. Penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya (berechten), (Abdullah, 2009: 13- 14), melalui pertimbangan Hakim yuridis yaitu pertimbangan Hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh undang-undang ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan melalui Putusan Nomor 264/Pid.B/2021/PN Sgt telah disebutkan kronologi kejadian perkara sebagaimana hal ini juga merupakan fakta-fakta hukum yang di pengadilan, salah satunya yaitu menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap di persidangan melalui keterangan saksi 1 telah menjadi korban pelecehan yang dilakukan Terdakwa (Nama Disamarkan) di kos Saksi 1. Menurut keterangan Saksi 2 dan 3 yang sedang menggunakan bulu mata, Saksi 2 dan 3 mendengar suara saksi 1 berteriak kemudian saksi 2 dan 3 lari menghampiri kamar kos saksi 1 dan menyaksikan Terdakwa (Nama Disamarkan) sudah berada di kasur saksi 1 sedang membuka pakaian yang kemudian melakukan kegiatan masturbasi menggunakan tangannya sampai mengeluarkan sperma dan ingin melakukan kegiatan bersetubuh dengan cara saksi 1 dibekap kemudian dicium di bagian pipi sebelah kiri namun selalu di tepis tangan Terdakwa (Nama Disamarkan) oleh saksi 1. Dalam hal ini Saksi Ahli pada persidangan memberikan keterangan bahwa Terdakwa (Nama Disamarkan) sering menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter sejak kecil, sebagaimana terlihat saat

(25)

proses wawancara bahwa Terdakwa (Nama Disamarkan) memberikan keterangan agak lambat karena efek obat-obatan tersebut mempengaruhi cara berfikir Terdakwa (Nama Disamarkan), sehingga berdasarkan keterangan para saksi ini ditambah keterangan dari Terdakwa yang telah membenarkan semua keterangan para saksi. Dan juga hal ini telah sesuai seperti yang didakwakan Penuntut Umum sebagaimana barang bukti serta fakta hukum yang telah ditemukan di dalam proses peradilan. Selain itu, pertimbangan Hakim non-yuridis dapat dilihat dari latar belakang, akibat perbuatan Terdakwa, kondisi Terdakwa, dan agama Terdakwa, di dalam tindak pidana mempertontonkan ketelanjangan di muka umum Hakim harus bertindak cermat serta adil di dalam memutuskan perkara tersebut, hal ini dapat dilihat melalui hal-hal yang memberatkan dan juga meringankan Terdakwa. Hal yang memberatkan Terdakwa adalah sudah pernah di hukum sebanyak 2 (dua) kali terkait kasus perlindungan anak serta pemerasan dan pengancaman dan perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat, adapun sifat yang meringankan Terdakwa yaitu Terdakwa berperilaku sopan selama persidangan.

Apabila dilihat dari kesesuaian pada Pasal 183 KUHAP mengenai Hakim harus memutus perkara dengan minimal 2 (dua) alat bukti sah telah sesuai dikarenakan telah terpampang 3 (tiga) alat bukti sah yaitu keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan keterangan ahli sehingga hal inilah yang menghantarkan Hakim pada keyakinannya karena unsur “mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan" telah terpenuhi. Oleh sebab itu Penulis menyimpulkan bahwa putusan telah sesuai dengan pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman 2 (dua) tahun dalam tindak pidana mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan sudah sesuai dengan Pasal 183 jo Pasal 36 Undang

(26)

Undang no. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Selain itu Hakim juga telah mempertimbankan unsur-unsur yang memberatkan dan meringankan perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa.

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan peneliti dapat diketahui bahwa pertimbangan hakim yang memutus tindak pidana mempertontonkan diri sendiri di muka umum telah sesuai dengan Pasal 183 KUHAP jo Pasal 36 Undang Undang no. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pertimbangan hukum Hakim tersebut sudah memunculkan keyakinan bagi diri Hakim setidaknya berdasarkan minimal 2 (dua) alat bukti yaitu keterangan Saksi yang lebih dari 1 (satu) orang, keterangan Ahli, Petunjuk, dan keterangan Terdakwa sekaligus beberapa alat bukti tersebut menjadi pertimbangan Hakim untuk memutuskan mempidanakan Terdakwa berdasarkan Pasal 36 Undang Undang no. 44 tahun 2008 tentang Pornografi.

Referensi

Dokumen terkait

If from a point without a circle there are drawn two straight lines one of which cuts the circle and the other meets it and if the rectangle contained by the whole line which cuts

also describe that women favour online methods for advertising and recruitment for weight manage- ment trials.13 Athletes equally prefer the internet and dieti- tians as their nutrition